Juniartha Semara Putra
I.
DEFINISI
II.
ETIOLOGI
III.
PATOFISIOLOGI



Trombositopenis Leukositosis
b/d trombositopeia
Perdarahan
IV.
PENGKAJIAN
VI.
ANALISA DATA
VII.
PRIORITAS MASALAH
VIII.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
, 1996. Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta: FKUI
I.
DEFINISI
Leukimia adalah proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering
disertai bentuk leukosit yang lain dari normal, jumlah berlebihan dan dapat
menyebabkan anemia, trombositopenia dan diakhiri dengan kematian
Ø
Klasifikasi leukimia :
1.
Leukimia Mieloid
Ø
Leukimia Granulositik Kronik
adalah suatu penyakit mieloproliferatif yang
ditandai dengan produksi berlebihan seri granulosit yang relatif matang
Ø
Leukimia mieLoblastik Akut
adalah suatu penyakit yang merupakan neoplasma
unilokal yang berasal dari transformasi satu atau beberapa sel hematopoetik
2.
Leukimia Limfoid :
Ø
Leukimia Limfositik Kronik
adalah suatu gangguan limfoproliferasi yang ditemukan pada kelompok umur
tua (sekitar 60 th) dengan perbandingan 2:1 untuk pria
Ø
Leukimia Limfoblastik Akut
adalah gangguan berupa proliferasi abnormal dalam sumsum tulang dan
tempat – tempat ekstramedular (diluar sumsum tulang yaitu kelenjar limfe dan
limpa)
II.
ETIOLOGI
Walaupun pada sebagian besar pasien leukimia faktor – faktor penyebabnya
tidak diketahui, namun terdapat faktor – faktor yang terbukti dapat menyebabkan
penyakit ini. Faktor – faktor tersebut antara lain : faktor genetic, sinar
radioaktif dan virus
III.
PATOFISIOLOGI
Berkurang / tidaknya
adanya sel
hemopoetik normal
![]() |
Trombosit
menurun
Proliferasi Abnormal
![]() |
![]() |




![]() |
![]() |
||||
![]() |
Resiko tinggi
perdarahan Pengenceran Darah

HB Turun

Anemia
![]() |
|||||
![]() |
![]() |
Resiko infeksi b/d leukosit Kelelahan / kelemahan
yang
abnormal umum b/d
anemia
IV.
PENGKAJIAN
1.
Anamnese
a.
Identitas px
b.
Keluhan utama
c.
Riwayat kesehatan sekarang
d.
Riwayat kesehatan yang lalu
e.
Riwayat kesehatan keluarga
2.
Pemeriksaan fisik
a.
Aktivitas
gejala :
kelelahan malainase, kelemahan; ketidak mampuan melakukan aktivitas biasanya.
tanda : kelemahan
otot, somnolen
b.
Sirkulasi
gejala : palpitasi
tanda :
takikardia,; kult / membran mukosa pucat; defisit saraf cranial dan atau tanda
perdarahan serebral
c.
Eliminasi
gejala :
diare; nyeri tekan perianal
darah
merah terang pada tisu, feses hitam
darah
pada urine, penurunan haluaran urine
d.
Integritas Ego
gejala : perasaan tidak berdaya / tidak ada harapan
tanda : depresi, ansietas, marah, kacau
e.
Makanan / Cairan
gejala :
anoreksia, muntah, perubahan rasa, penurunan berat badan
faringitis,
disfagia
tanda : distensi abdominal, splenomegali,
hepatomegali, ikterik
f.
Neurosensori
gejala : kurang / penurunan koordinasi
perubahan
alam perasaan, kacau, disorientasi kurang konsentrasi, pusing, kesemutan
tanda : otot mudah terangsang, aktifitas kejang
g.
Nyeri / Kenyamanan
gejala : nyeri abdomen, sakit kepala, nyeri tulang /
sendi, nyeri tekan sternal, kram otot
tanda : distraksi, gelisah, fokus pada diri sendiri
h.
Pernafasan
gejala : nafas pendek dengan kerja minimal
tanda : dispnea, takipnea, batuk, ronchi, penurunan
bunti nafas
i.
Keamanan
gejala :
riwayat infeksi saat ini / dahulu
gangguan
penglihatan
perdarahan
spontan tak terkontrol dengan trauma min
tanda : demam, purpura, pperdarahan retinal,
perdarahan gusi, epistaksis
pembesaran
nodus limfe, limpa atau hati
papiladema
dan eksoftalmus
infiltrat
leukemik pada dermis
j.
Seksualitas
gejala :
perubahan libido
menoragia
impoten
V. PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
1.
Darah Lengkap : menunjukkan normositik, anemia
normositik
-
Hemoglobin : dapat < 10 g/ 100 ml
-
Retikulosit : jumlah biasanya rendah
-
Trombosit : mungkin sangat rendak (< 50.000/ mm)
mungkin ada sel blast leukimia
2.
PT / PTT : memanjang
3.
LDH : mungkin meningkat
4.
Asam urat serum / urine : mungkin meningkat
5.
Muramidase serum (lisozim) : peningkatan pada leukimia akut dan
mielomonosit
6.
Copper serum : meningkat
7.
Zink serum : menurun
8.
Biopsy sumsum tulang : SDM abnormal biasanya >50 %
atau SDP pada sumsum tulang sering 60 % - 90 % dari sel blast dengan prekuser
eritroid, sel matur dan megakariositis menurun
9.
Foto dada dan biopsy nodus limfe : dapat
mengindikasikan derajat keterlibatan
VI.
ANALISA DATA
Data penunjang
|
masalah
|
Kemugkinan
penyebab
|
DS :
-
Klien mengatakan mudah lelah, badannya terasa lemah,
sering mengantuk dan pusing
DO :
-
k/u lemah
-
konjungtifa pucat
-
kulit pucat
-
membran mukosa pucat
-
somnolen
|
Kelelahan /
kelemahan umum
|
anemia
|
DS :
-
Klien mengeluh mimisan sulit berhenti, badannya
terasa lemah, mudah mengantuk dan pusing
DO :
-
k/u lemah
-
terdapat purpura pada kulit
-
epistaksis
-
perdarahan retinal
-
perdarahan gusi
-
akral dingin
-
trombosit < 50.000/mm)
|
Resiko
perdarahan
|
trombositopenia
|
DS :
-
Klien mengatakan sering demam dan badannya terasa
panas
DO :
-
k/u lemah
-
hipertermi
-
epistaksis
-
perdarahan retinal
-
perdarahan gusi
-
akral dingin
-
leukosit > 50.000/cm) dg peningkatan leukisit
imitator
|
Resiko tinggi
infeksi
|
Sel leokosit
abnormal
|
VII.
PRIORITAS MASALAH
1.
Resiko infeksi b/d Sel leokosit yang abnormal
2.
Resiko perdarahan b/d Trombositopenia
3.
Kelelahan / kelemahan umum b/d Anemia
VIII.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No
|
Dx
keperawatan
|
Tujuan/Kriteria
hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Resiko tinggi
infeksi b/d sel leukosit yang abnormal
|
Tujuan :
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, kondisi klien membaik
(resiko infeksi berkurang)
kriteria hasil
:
-
suhu dalam batas normal (36,5 – 37,5 O C)
-
leukosit dalam batas normal
-
px dapat mengetahui tindakan yang dapat mencegah /
menurunkan resiko infeksi
|
1.
Kaji adanya nyeri tekan pada area eritematosus atau
luka terbuka
2.
Observasi suhu tubuh
3.
Berikan mandi kompres
4.
Dorong px untuk sering mengubah posisi, nafas dalam,
batuk efektif
5.
Tingkatkan kebersihan perianal
6.
Berikan periode istirahat tanpa gangguan
7.
Berikan makanan tinggi protein dan cairan
|
1.
Mengindikasikan infeksi local
2.
Hipertermia terjadi pada beberapa tipe infeksi dan
demam terjadi pada kebanyakan px leukimia pada septikemia dapat terjadi tanda
demam
3.
Membantu menurunkan demam, yang menambah keidak
seimbangan cairan
4.
Mencegah stasis sekret pernafasan, menurunkan resiko
atelektasis/pnemonia
5.
Menunrunkan resiko abses perianal
6.
Menghemat energi untuk penyembuhan, regenerasi
seluler
7.
Meningkatkan pembentukan antibody dan mencegah
dehidrasi
|
No
|
Dx
keperawatan
|
Tujuan/Kriteria
hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
|
|
8.
Hindari/batasi prosedur invasive
9.
Awasi pemeriksaan lab
-
DL tertama SDP
-
Kultur gram/sensitivitas
10. Kaji
ulang foto dada
11. Berikan
obat sesuai indikasi, ex: antibiotik
12. Berikan
diet rendah bakteri, ex : makanan dimasak
|
8.
Kulit robek dapat memberikan jalan masuk patogenik,
potensial organisme latal
9.
Penurunan jumlah SDP matur menunjukkan peningkatan
resiko infeksi
10. Indikator
terjadinya/penyembuhan komplikasi paru
11. Mengobati
infeksi khusus
12. Meminimalkan
sumber potensial kontaminasi bacterial
|
No
|
Dx
keperawatan
|
Tujuan/Kriteria
hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
2
|
Resiko
perdarahan b/d trombositopenia
|
Tujuan :
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, resiko perdarahan berkurang
kriteria hasil
:
-
TD dan nadi stabil
-
HB dalam batas normal (> 10 g / 100 ml)
-
Trobosit dalam batas normal (>50.000 / mm)
|
1.
Kaji keadaan kulit / membran mukosa
2.
Pantau td dan nadi
3.
Hindari tindakan yang dapat membuat cidera jaringan /
perdarahan
4.
Anjurkan klien untuk diet halus
5.
Awasi pemeriksaan lab, mis: trombosit, HB/ HT
6.
Berikan SDM, trombosit
|
1.
Untuk mengetahui adanya resiko perdarahan dengan
menemukan adanya ptekie, perdarahan gusi
2.
Perubahan dapat menunjukkan efek hipovolemia
(perdarahan)
3.
Jaringan rapuh dan trombositopenia meningkatkan
resiko perdarahan meskipun trauma minor
4.
Dapat mengurangi iritasi gusi
5.
Penurunan jumlah trombosit dan HB/HT mengindikasikan
adanya perdarahan
6.
Memperbaiki / menormalkan jumlah sdm dan kapasitas
pembawa oksigen untuk memperbaiki anemia, berguna untuk mencegah / mengobati
perdarahan
|
no
|
Dx
keperawatan
|
Tujuan/kriteria
hasil
|
intervensi
|
rasional
|
3
|
Kelelahan /
kelemahan umu b/d anemia
|
Tujuan :
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, kondisi klien membaik
(kelemahan / kelelahan barkurang)
kriteria hasil
:
-
k/u membaik
-
mampu beraktifitas
|
1.
Kaji tingkat kelemahan klien
2.
Berikan lingkungan tenang dan periode istirahat tanpa
gangguan
3.
Jadwalkan makan sekitar kemoterapi
4.
Kolaborasi dengan dokter dengan memberikan
-
Obat antiemetik
-
Obat penambah darah
|
1.
Efek leukimia, anemia dan kemoterapi
2.
Menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi
seluler
3.
Dapat meningkatkan pemasukan dengan menurunkan mual
-
Untuk menurunkan mual setelah dilakukan kemoterapi
-
Untuk meningkatkan HB sehingga dapat mengurangi
kelelahan / kelemahan
|
DAFTAR
PUSTAKA
Fakultas Kedokteran UI, 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:
Media Aesculapius.
Doenges Marilynn, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3.
Jakarta: EGC

No comments:
Post a Comment