WHO AM I?

I PUTU JUNIARTHA SEMARA PUTRA POLTEKKES KEMENKES DENPASAR JURUSAN KEPERAWATAN

Sunday, February 24, 2013

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN HIRSPRUNG / MEGA COLON

Juniartha Semara Putra

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN HIRSPRUNG / MEGA COLON


A.    Pengertian

Ada beberapa pengertian mengenai Mega Colon, namun pada intinya sama yaitu penyakit yang disebabkan oleh obstruksi mekanis yang disebabkan oleh tidak adekuatnya motilitas pada usus sehingga tidak ada evakuasi usus spontan dan tidak mampunya spinkter rectum berelaksasi.
Hirschsprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanya sel – sel ganglion dalam rectum atau bagian rektosigmoid Colon. Dan ketidak adaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya peristaltik serta tidak adanya evakuasi usus spontan ( Betz, Cecily & Sowden : 2000 ). Penyakit Hirschsprung atau Mega Kolon adalah kelainan bawaan penyebab gangguan pasase usus tersering pada neonatus, dan kebanyakan terjadi pada bayi aterm dengan berat lahir £ 3 Kg, lebih banyak laki – laki dari pada perempuan. ( Arief Mansjoeer, 2000 ).

B.     Etiologi

Adapun yang menjadi penyebab Hirschsprung atau Mega Colon itu sendiri adalah diduga terjadi karena faktor genetik dan lingkungan sering terjadi pada anak dengan Down syndrom, kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi, kranio kaudal pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus.

C.    Patofisiologi
Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya kerusakan primer dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa kolon distal. Segmen aganglionic hampir selalu ada dalam rectum dan bagian proksimal pada usus besar. Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga pendorong ( peristaltik ) dan tidak adanya evakuasi usus spontan serta spinkter rectum tidak dapat berelaksasi sehingga mencegah keluarnya feses secara normal yang menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan distensi pada saluran cerna. Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak pada Mega Colon ( Betz, Cecily & Sowden, 2002:197).
Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk kontrol kontraksi dan relaksasi peristaltik secara normal.
Isi usus mendorong ke segmen aganglionik dan feses terkumpul didaerah tersebut, menyebabkan terdilatasinya bagian usus yang proksimal terhadap daerah itu karena terjadi obstruksi dan menyebabkan dibagian Colon tersebut melebar ( Price, S & Wilson, 1995 : 141 ).
 
D.    Manifestasi Klinis
Bayi baru lahir tidak bisa mengeluarkan Meconium dalam 24 – 28 jam pertama setelah lahir. Tampak malas mengkonsumsi cairan, muntah bercampur dengan cairan empedu dan distensi abdomen. (Nelson, 2000 : 317).
Gejala Penyakit Hirshsprung adalah obstruksi usus letak rendah, bayi dengan Penyakit Hirshsprung dapat menunjukkan gejala klinis sebagai berikut. Obstruksi total saat lahir dengan muntaah, distensi abdomen dan ketidakadaan evakuasi mekonium. Keterlambatan evakuasi meconium diikuti obstruksi konstipasi, muntah dan dehidrasi. Gejala rigan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti dengan obstruksi usus akut. Konstipasi ringan entrokolitis dengan diare, distensi abdomen dan demam. Adanya feses yang menyemprot pas pada colok dubur merupakan tanda yang khas. Bila telah timbul enterokolitis nikrotiskans terjadi distensi abdomen hebat dan diare  berbau busuk yang dapat berdarah ( Nelson, 2002 : 317 ).
1.      Anak – anak
a      Konstipasi
b      Tinja seperti pita dan berbau busuk
c      Distenssi abdomen
d     Adanya masa difecal dapat dipalpasi
e      Biasanya tampak kurang nutrisi dan anemi ( Betz cecily & sowden, 2002 : 197 ).
2.      Komplikasi
a      Obstruksi usus
b     Konstipasi
c      Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
d     Entrokolitis
e      Struktur anal dan inkontinensial ( pos operasi ) ( Betz cecily & sowden, 2002 : 197 )

E.     Pemeriksaan Penunjang
1.      Pemeriksaan dengan barium enema, dengan pemeriksaan ini akan bisa ditemukan :
a      Daerah transisi
b     Gambaran kontraksi usus yang tidak teratur di bagian usus yang menyempit
c      Entrokolitis padasegmen yang melebar
d     Terdapat retensi barium setelah 24 – 48 jam ( Darmawan K, 2004 : 17 )
2.      Biopsi isap
Yaitu mengambil mukosa dan sub mukosa dengan alat penghisap dan mencari sel ganglion pada daerah sub mukosa ( Darmawan K, 2004 :17 )
3.      Biopsi otot rektum
Yaitu pengambilan lapisan otot rektum
4.      Periksaan aktivitas enzim asetil kolin esterase dari hasil biobsi isap pada penyakit ini khas terdapat peningkatan, aktifitas enzimasetil kolin esterase ( Darmawan K, 2004 : 17 )
5.      Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsi usus
( Betz, cecily & Sowden, 2002 : 197 )
6.      Pemeriksaan colok anus
Pada pemeriksaan ini jari akan merasakan jepitan dan pada waktu tinja yang menyemprot. Pemeriksaan ini untuk mengetahu bahu dari tinja, kotoran yang menumpuk dan menyumbat pada usus di bagian bawah dan akan terjadi pembusukan.
F.     Penatalaksanaan
1.      Medis
Penatalaksaan operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik di usus besar untuk membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan motilitas usus besar sehingga normal dan juga fungsi spinkter ani internal.
Ada dua tahapan dalam penatalaksanaan medis yaitu :
a      Temporari ostomy dibuat proksimal terhadap segmen aganglionik untuk melepaskan obstruksi dan secara normal melemah dan terdilatasinya usus besar untuk mengembalikan ukuran normalnya.
b     Pembedahan koreksi diselesaikan atau dilakukan lagi biasanya saat berat anak mencapai sekitar 9 Kg ( 20 pounds ) atau sekitar 3 bulan setelah operasi pertama (  Betz Cecily & Sowden 2002 : 98 )
Ada beberapa prosedur pembedahan yang dilakukan seperti Swenson, Duhamel, Boley & Soave. Prosedur Soave adalah salah satu prosedur yang paling sering dilakukan terdiri dari penarikan usus besar yang normal bagian akhir dimana mukosa aganglionik telah diubah ( Darmawan K 2004 : 37 )
2.      Perawatan
Perhatikan perawatan tergantung pada umur anak dan tipe pelaksanaanya bila ketidakmampuan terdiagnosa selama periode neonatal, perhatikan utama antara lain :
a             Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital pada anak secara dini
b             Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak
c             Mempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis ( pembedahan )
d            Mendampingi orang tua pada perawatan colostomy setelah rencana pulang ( FKUI, 2000 : 1135 )
Pada perawatan preoperasi harus diperhatikan juga kondisi klinis anak – anak dengan mal nutrisi tidak dapat bertahan dalam pembedahan sampai status fisiknya meningkat. Hal ini sering kali melibatkan pengobatan simptomatik seperti enema. Diperlukan juga adanya diet rendah serat, tinggi kalori dan tinggi protein serta situasi dapat digunakan nutrisi parenteral total ( NPT )
Konsep Tumbuh Kembang Anak
Konsep tumbuh kembang anak difokuskan pada usia todler yakni 1 – 3 tahun bisa juga dimasukkan dalam tahapan pre operasional yakni umur 2 – 7 tahun. Menurut Yupi. S ( 2004 ) berdasarkan teori peaget bahwa masa ini merupakan gambaran kongnitif internal anak tentang dunia luar dengan berbagai kompleksitasnya yang tumbuh secara bertahap merupakan suatu masa dimana pikiran agak terbatas. Anak mampu menggunakan simbul melalui kata – kata, mengingat sekarang dan akan datang. Anak mampu membedakan dirinya sendiri dengan objek dalam dunia sekelilingnya baik bahasa maupun pikiranya bercirikan egesenterisme, ia tidak mahu menguasai ide persamaan terutama berkaitan dengan masalah–masalah secara logis, tetapi dalam situasi bermain bebas ia cenderung untuk memperlihatkan perilaku logis dan berakal sehat pada tahap ini akan mulai mengenal tubuhnya
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang dapat diukur dengan ukuran berat ( gram, pounnd, kilogram ). Ukuran panjang ( cm, meter ). Umur tulang dan keseimbangan metabolik ( retensi kalium dan nitrogen tubuh ). Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi yang lebih komplek dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan ( Soetjiningsih, 1998: 1 ).
Pada pertumbuhan fisik dapat dinilai pertambahan berat badan sebanyak 2,2 Kg/ tahun dan tinggi badan akan bertambah kira – kira 7,5 cm/ tahun. Proporsi tumbuh berubah yaitu lengan dan kaki tumbuh lebih cepat dari pada kepala dan badan lorosis lumbal pada medulla spinalis kurang terlihat dan tungkai mempunyai tampilan yang bengkok. Lingkar kepala meningkat 2,5 cm/ tahun dan fontanella anterior menutup pada usia 15 bulan. Gigi molar pertama dan molar kedua serta gigi taring mulai muncul ( Betz & Sowden, 2002: 546 ).   

1.    Strategi Pengurangan Dampak Hospitalisasi Pada Usia Todler

Pada usia todler anak cenderung egosentris maka dalam menjelaskan prosedur dalam hubungan dengan cara apa yang akan anak lihat, dengar, bau, raba dan rasakan. Katakan pada anak tidak apa- apa menangis atau gunakan ekspresi verbal untuk mengatakan tidak nyaman.
Pada usia ini juga mengalami keterbatasan kemampuan berkomunikasi lebih sering menggunakan perilaku atau sikap. Sedikit pendekatan yang sederhana menggunkan contoh peralatan yang kecil ( ijinkan anak untuk memegang peralatan ) menggunakan permainan.
Pada usia ini menjadikan hubungan yang sulit antara anak dengan perawat diperlukan orang tua pada keadaan ini, apapun cara yang dilakukan anaka harus merupakan pertimbangan pertama. Ibu harus didorong untuk tinggal atau paling sedikit mengunjungi anaknya sesering mungkin ( Yupi, S 2004)
2.        Fokus Intervensi
a.    Konstipasi berhubungan dengan obstruksi ketidakmampuan Kolon mengevakuasi feces ( Wong, Donna, 2004 : 508 )
Tujuan :
1. anak dapat melakukan eliminasi dengan beberapa adaptasi sampai fungsi eliminasi secara normal dan bisa dilakukan
Kriteria Hasil
1.      Pasien dapat melakukan eliminasi dengan beberapa adapatasi
2.      Ada peningkatan pola eliminasi yang lebih baik
Intervensi :
1.      Berikan bantuan enema dengan cairan Fisiologis NaCl 0,9 %
2.      Observasi tanda vital dan bising usus setiap 2 jam sekali
3.      Observasi pengeluaran feces per rektal – bentuk, konsistensi, jumlah
4.      Observasi intake yang mempengaruhi pola dan konsistensi feses
5.      Anjurkan untuk menjalankan diet yang telah dianjurkan
b.    Perubahan nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh berhubungan dengan saluran pencernaan mual dan muntah
Tujuan :
1. Pasien menerima asupan nutrisi yang cukup sesuai dengan diet yang dianjurkan
Kriteria Hasil
1.    Berat badan pasien sesuai dengan umurnya
2.    Turgor kulit pasien lembab
3.    Orang tua bisa memilih makanan yang di anjurkan
Intervensi
1.      Berikan asupan nutrisi yang cukup sesuai dengan diet yang dianjurkan
2.      Ukur berat badan anak tiap hari
3.      Gunakan rute alternatif pemberian nutrisi ( seperti NGT dan parenteral ) untuk mengantisipasi pasien yang sudah mulai merasa mual dan muntah
c.    Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan intake yang kurang (Betz, Cecily & Sowden 2002:197)
Tujuan :
1. Status hidrasi pasien dapat mencukupi kebutuhan tubuh
Kriteria Hasil
1.    Turgor kulit lembab.
2.    Keseimbangan cairan.
Intervensi
1.    Berikan asupan cairan yang adekuat pada pasien
2.    Pantau tanda – tanda cairan tubuh yang tercukupi turgor, intake – output
3.    Observasi adanay peningkatan mual dan muntah antisipasi devisit cairan tubuh dengan segera
d.   Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit dan pengobatanya. ( Whaley & Wong, 2004 ).
Tujuan : pengetahuan pasien tentang penyakitnyaa menjadi lebih adekuat
Kriteria hasil :
1.      Pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakitnyaa, perawatan dan obat – obatan. Bagi penderita Mega Colon meningkat daan pasien atau keluarga mampu menceritakanya kembali
Intervensi
1.         Beri kesempatan pada keluarga untuk menanyakan hal – hal yang ingn diketahui sehubunagndengan penyaakit yang dialami pasien
2.         Kaji pengetahuan keluarga tentang Mega Colon
3.         Kaji latar belakang keluarga
4.         Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan serta obat – obatan pada keluarga pasien
5.         Jelaskan semua prosedur yang akan dilaksanakan dan manfaatnya bagi pasien
Menggunakan liflet aatau agmbar dalam menjelaskan ( Suriadi & Yuliani, 2001: 60 ).

DAFTAR PUSTAKA
A. Price, S. (1995). Patofisiologi. Jakarta: EGC
Arief Mansjoer( 2000 ), Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, Jakarta : Media Aesculapius FKUI
Betz, Cecily & Sowden. ( 2002 ). Buku Saku Keperawatan Pediatrik, Alih bahasa Jan Tambayong. Jakarta : EGC
Carpenito. LJ ( 2001 ). Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Alih bahasa Monica Ester. Jakarta : EGC
Darmawan K ( 2004 ). Penyakit Hirschsprung. Jakarta : sagung Seto.
Hambleton, G ( 1995 ). Manual Ilmu Kesehatan Anak di RS. Alih bahasa Hartono dkk. Jakarta : Bina Rupa Aksara
Nelson, W. ( 2000 ). Ilmu Kesehatan Anak. Alih Bahasa A Samik Wahab. Jakarta : EGC
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI ( 2000 ). Ilmu Kesehatan Anak I. Jakarta : Infomedika Jakaarta.
Suherman. ( 2000 ). Buku Saku Perkembanagn Anak. Jakarta : EGC
Suryadi dan Yuliani, R ( 2001 ) Asuhan Keperwatan Pada Anak. Jakarta : CV. Sagung Seto
Wong, Donna ( 2004 ). Keperawatan Pediatrik. Alih Bahasa Monica Ester. Jakarta : EGC
Yupi, S. (2004). Konsep dasar keperawatan anak. Jakarta: EGC

ASKEP. NEONATUS DENGAN HYPOGLIKEMI SIMPTOMATIS

Juniartha Semara Putra

ASKEP. NEONATUS
 DENGAN  HYPOGLIKEMI SIMPTOMATIS

A.   Pengertian
Hipoglikemi adalah suatu keadaan, dimana kadar gula darah plasma  puasa kurang dari 50 mg/%.
Populasi yang memiliki resiko tinggi mengalami hipoglikemi adalah:
-          Diabetes melitus
-          Parenteral nutrition
-          Sepsis
-          Enteral feeding
-          Corticosteroid therapi
-          Bayi dengan ibu dengan diabetik
-          Bayi dengan  kecil masa kehamilan
-          Bayi dengan ibu yang ketergantungan narkotika
-          Luka bakar
-          Kanker pankreas
-          Penyakit Addison’s
-          Hiperfungsi kelenjar adrenal
-          Penyakit hati

Type hipoglikemi digolongkan menjadi beberapa jenis yakni:
-          Transisi dini neonatus ( early transitional neonatal ) : ukuran bayi yang besar ataupun normal yang mengalami kerusakan  sistem produksi pankreas sehingga terjadi hiperinsulin.

-           Hipoglikemi klasik sementara (Classic transient neonatal) : tarjadi jika bayi mengalami malnutrisi sehingga mengalami kekurangan cadangan lemak dan glikogen.

-          Sekunder (Scondary) : sebagai suatu respon stress dari neonatus  sehingga terjadi peningkatan metabolisme  yang memerlukan banyak cadangan glikogen.

-          Berulang  ( Recurrent) : disebabkan oleh adanya kerusakan enzimatis, atau metabolisme insulin terganggu.







B.    Patofiologi
Hipermetabolisme
 
HIPOGL
IKEMI
 
Sepsis
Intra uterin malnutrisi
 


Diabetes melitus pada orang tua/ keluarga

Kadar glukaosa darah kurang
 
Pemakaian parenteral nutrition
 

Enteral feeding


Disfungsi pankreas
 
Pemakaian Corticosteroid therapi

Ibu yang memakai atau ketergantungan narkotika

Kanker  pada keluarga



Text Box: Potensial terjadi hipotermi
 
















C.    Fokus Pengkajian
Data dasar yang perlu dikaji adalah :
1.     Keluhan utama : sering tidak jelas tetapi bisanya simptomatis, dan lebih sering hipoglikemi merupakan diagnose sekunder yang menyertai keluhan lain sebelumnya seperti asfiksia, kejang, sepsis.

2.    Riwayat :
-          ANC
-          Perinatal
-          Post natal
-          Imunisasi
-          Diabetes melitus pada orang tua/ keluarga
-          Pemakaian parenteral nutrition
-          Sepsis
-          Enteral feeding
-          Pemakaian Corticosteroid therapi
-          Ibu yang memakai atau ketergantungan narkotika
-          Kanker

3.    Data fokus
   Data Subyektif:
-          Sering masuk dengan keluhan yang tidak jelas
-          Keluarga mengeluh bayinya keluar banyaj keringat dingin
-          Rasa lapar (bayi sering nangis)
-          Nyeri kepala
-          Sering menguap
-          Irritabel

Data obyektif:
-          Parestisia pada bibir dan jari, gelisah, gugup, tremor, kejang, kaku,
-          Hight—pitched cry, lemas, apatis, bingung, cyanosis, apnea, nafas cepat irreguler, keringat dingin, mata berputar-putar, menolak makan dan koma
-          Plasma glukosa < 50 gr/%

D.   Diagnose dan Rencana Keperawatan

1.     Potensial komplikasi s.e kadar glukosa plasma yang rendah seperti, gangguan mental, gangguan perkembangan otak, gangguan fungsi saraf otonom, koma hipoglikemi

Rencana tindakan:
-          Cek serum glukosa sebelum dan setelah makan
-          Monitor : kadar glukosa, pucat, keringat dingin, kulit yang lembab
-          Monitor vital sign
-          Monitor kesadaran
-          Monitor  tanda gugup, irritabilitas
-          Lakukan pemberian susu manis  peroral 20 cc X 12
-          Analisis kondisi lingkungan yang berpotensi menimbulkan hipoglikemi.
-          Cek BB setiap hari
-          Cek tanda-tanda infeksi
-          Hindari terjadinya hipotermi
-          Lakukan kolaborasi pemberian Dex 15 %  IV
-          Lakukan kolaborasi pemberian O2 1 lt – 2 lt /menit

2.    Potensial terjadi infeksi s.e penurunan daya tahan tubuh
Rencana tindakan:
-          Lakukan prosedur perawatan tangan sebelum dan setelah tindakan
-          Pastikan setiap benda yang dipakai kontak dengan bayi dalam keadaan bersih atau steril
-          Cegah kontak dengan petugas atau pihak lain yang menderita infeksi saluran nafas.
-          Perhatikan kondisi feces bayi
-          Anjurkan keluarga agar mengikuti prosedur septik aseptik.
-          Berikan antibiotik sebagai profolaksis sesuai dengan order.
-          Lakukan pemeriksaan DL, UL, FL secara teratur.

3.    Potensial Ggn Keseimbangan cairan dan elektrolit s.e peningkatan pengeluaran keringat
-          Cek intake dan output
-          Berikan cairan  sesuai dengan  kebutuhan bayi /kg BB/24 jam
-          Cek turgor kulit bayi
-          Kaji intoleransi minum bayi
-          Jika mengisap sudah baik anjurkan pemberian ASI

4.  Keterbatasan gerak dan aktivitas s.e hipoglikemi pada otot
-          Bantu pemenihan kebutuhan sehari-hari
-          Lakukan fisiotherapi
-          Ganti pakaian bayi secara teratur dan atau jika kotor dan basah.














TINJAUAN KASUS


I. PENGKAJIAN

A.  Identitas


Klien

Nama Klien           : By It                                                                        Reg. 10035078
Jenis kelamin       : Laki-laki

Penanggungjawab:
Identitas                                      Ayah                      Ibu
Nama        :                                  Sd.                                          It
Umur         :                                   30 th                                      25 th
Agama      :                                   Islam                                      Islam
Suku          :                                   Jawa                                       Jawa
Pendidikan            :                                   SLTA                                      SLTP
Pekerjaan :                                   Swasta                                    Tidak bekerja
Alamat      :                                   Kalibutuh RW 4/RT 2 Surabaya

  1. Keluhan utama:
Bayi lemah .

C.  Riwayat Penyakit:
By St anak pertama pasangan  S.D dan IT yang lahir pada umur kehamilan 42 minggu, yakni  tanggal 17/4 2001 lewat operasi SC, setelah sebelumnya gagal dilakukan Oxitocin Drip dan Forcep.  BB lahir 3700 gr, PB : 51 cm, LK: 33 cm LD : 34 cm. Selama kehamilan ibu kontrol teratur ke bidan sesuai anjuran. Tinggi badan Ibu 147 cm. Status imunisasi TT pada ibu lengkap. Ibu tidak pernah sakit selama hamil. Ibu tidak pernah meminum jamu atau obat bebas lainnya selama hamil.  Sebelum persalinan, ibu mengeluh keluar ketuban sejak seminggu yang lalu dan pada saat persalinan ketuban tampak keruh kehijauan tetapi tidak bau. Kondisi  bayi  sesaat setelah persalinan sebagai berikut:
-          Keadaan umum          : gerak tangis cukup
-          Kulit                            : Pink pale pada seluruh bagian tubuh
-          Pada kepala               : ditemukan caput sucsedanium tetapi tidak ditemukan chepal hematum.
-          THT                            : normal
-          Dada                           : Normal
-          Paru                            : Wh -/-             Ronchi           : -/- RR = 48 X/mnt
-          Jantung                      : S1 dan S2  Normal,  HR : 140 X/mnt, Denyut femoralis +/+
-          Jitteres                      : -
-          Kejang                                    : -
-          Cyanosis                     : -
-          Keringat dingin          : -
-          Bab                              : + lembek warna kuning kehitaman
-          Bak                              : + jernih
Apgar skor                       : 5 – 7
Bayi didiagnose   : Asfiksia  sedang dan selanjutnya dirawat di ruang Neonatus

Riwayat pemeriksaan lab :
Pada tanggal 18/4 2001            :
-          Kadar GDA     :  48 dl/% ( 70 – 130 mg/%)
-          CPR                  :  -  ( cut off < 0,6 )

Pada tanggal : 19 April 2001:
DL :
      - HB                : 11,9 dl/% (13-17
      - Leuko           : 17900 dl/%
      - GDA             : 47  mg/% (70-130 mg %)

UL :
      - Leuko           : +   ( Normal -)
      - Segmen        : + 3 (Normal -)
      - Silinder        : + 2 (Normal -)
      - Kristal          : -    (Normal -)

Pada tanggal 22 April 2001
GDA                      : 20 gr/%
Glukostik              : 20 gr/%

Karena terjadi hipoglikemi simptomatis, maka selanjutnya dilakukan penelusuran terhadap berbagai faktor kemungkinan yang menyebabkan  timbulnya hipoglikemi baik pada keluarga maupun bayi.
Dari penelusuran terhadap faktor-faktor yang kemungkinan menimbulkan kondisi hipoglikemi ditemukan sebagai berikut:
-          Riwayat orang tua maupun keluarga dari kedua orang tua yang menderita DM disangkal.
-          Riwayat penggunaan Narkotika oleh ibu  disangkal.
-          Riwayat penggunaan alkohol oleh ibu disangkal.
-          Riwayat minum jamu selama masa kehamilan disangkal.
-          Riwayat menderita penyakit pada saat hamil oleh ibu disangkal.
-          Riwayat menggunakan obat kortikosteroid selama kehamilan disangkal.
-          Riwayat keluarga yang menderita kanker disangkal.
-          Riwayat penyakit ginjal pada keluarga disangkal.
-          Riwayat menderita infeksi berat setelah persalinan disangkal.
-          Anak hingga saat ini belum diimunisasi

Therapi yang telah didapatkan dari tanggal 18 s.d  22 April 2001
sebagai berikut:
-          Dex 15 % 287 cc/24 jam IV
-          ASI     12 X 20 cc/speen
-          Solucortef     : 3 X 5 mg IV
-          Pembritin       : 2 X 15 mg Im
-          O2                   : 1-2 lt / mnt
-          Termoregulasi


D.Data Biopsikososialspiritual:

1.   Keadaan Umum :
     Kesadaran baik, bayi tampak lemah,  kulit pucat,  tangis lemah, tanda-tanda infeksi tidak ada. BB : 3750 gr.
2.   Sistem respirasi:
      Hidung normal, gerakan dada simetris,   hidung terpasang kanul 02 2 1 liter/menit, respirasi 72 X/menit reguler, Whezing -/-, Rochi -/-, sekret pada jalan nafas (-).
4.    Sistem Sirkulasi:
Akral hangat, kulit pink pale, kapillari refill normal,  Ukuran dan posisi anatomi jantung normal, S1 dan S2 normal reguler, Frekwensi nadi 136 X/menit reguler, denyut nadi arteri femoralis +, bendungan vena jugularis (-), suhu 36,8 o C.
5.    Neurologis:
Tidak tampak adanya paralise baik pada ektremitas maupun wajah. Ovula simetris, lidah simetris. Tremor (-), Jeterry (-), kejang (-). Reflek moro (+), reflek menggenggam (+), reflek menghisap (+). Babinski (-), kaku kuduk (-), keringat dingin (-).
6.    Gastrointestinal:
Rongga mulut tidak tampak kelainan anatomi, moniliasis (+), reflek menghisap (+), kemampuan menelan baik,  Peristaltik (+), minum kuat, muntah (-),  hepar (N),  bab 10 X/hari warna kehijauan dan berlendir, anus tampak kemerahan dan terlihat kandida.
7.    Perkemihan:
Tanda hernia (-), paricocel (-),  bak normal warna kuning jernih, frekwensi 12 X/24 jam.  Tanda-tanda  ISK (-).

8.    Reproduksi:
Bayi laki-laki, ginekomasti (+),penis normal, skrotum agak padat dan kemerahan.
9.    Muskulo skeletal
Pada kepala terpasang wing nidle Dex 15 % 10 tetes/menit. Lingkar kepala 33 cm, hidrocephalus tidak ada, tulang-tulang kepala intak, tidak ditemukan bulging pada ubun-ubun. Tulang ektremitas normal, tulang belakang normal, spina bifida (-), kekuatan ektremitas normal.
10.  Endokrine:
Suhu tubuh  36,8 o C, Gula darah acak hasil lab 48 mg/% dan hasil glukostik 20 mg/%, keringat dingin (-).
11.  Integumen
Kulit pink pale, cyanosis (-), ikterus (-), turgor baik,  erytema (-), petechie (-) kulit pada ektremitas bawah tampak kering dan terkelupas, tampak lecet dan kemerahan pada kulit sekitas anus dan skrotum, tampak nodul kemerahan didaerah  sakrum dan femur. Leher bersih dan tidak ditemukan kelainan.  Kulit tangan dan kaki normal. Bentuk dan ukuran serta posisi telinga tidak tampak kelainan. Kebersihan kulit cukup.
12.  Sosial
Kedua orang tua sering menanyakan keadaan anaknya dan meminta agar segera bisa diajak pulang. Ibu ingin menyusui anaknya. Keluarga sangat mengharapkan bayinya. Keluarga bertanya bagimana kemungkinan anaknya. Orang tua takut karena anaknya banyak memakai selang.

  1. Data penunjang:
Laboratorium :
- GDA       : 48 mg/%
- CRP         : (-)
- HB          : 11,9 g/%
- Leuko     : 17.900
- Pada pemeriksaan  UL ditemukan:
-    Silinder (+)
-    Segmen (+)
-    Leuko (+)
-    Kristal (-)
- Pada pemeriksaan USG kepala : tidak tampak ada kelainan

Therapi:
-          Dex 15 % 287 cc/24 jam IV          - ASI  12 X 27 cc/speen
-          Solucortef     : 3 X 5 mg IV                        - Pembritin     : 2 X 15 mg Im
-          O2                   : 1-2 lt / mnt             -Termoregulasi
-           
II. ANALISA DATA
NO
DATA
PENYEBAB

MASALAH


Subyektif:
-         Bayi lahir tanggal 17/4 2001 dengan SC dan mengalami asfeksia sedang.

Data obyektif
Bayi tampak lemah, terpasang infus pada kepala, Leuko : 17.900 CRP (-), menyusu kuat, S : 36,8 o C, N :  136 X/mnt, R : 74 X/mnt. UL : segmen (+), silinder (+),  leuko (+), ada lesi pada sakrum dan femur
-           

Daya tahan dan fungsi imun masih lemah

Sudah terjadi infeksi

Banyaknya port the
entry kuman eksogen

Hipoglikemi

Penerapan teknik sepsis dan
Asepsis tidak baik

Perhatian terhadap personal
Higiene kurang

DAPAT TERJADI INFEKSI SEKUNDER


Potensial terjadi infeksi sekunder
2.
Data subyektif:
-          Kejang (-)
-          Gemetar (-)

 Data obyektif
-          GDA :  48 mg/%
-          Jetere : (-)
-          Kejang (-)
-          Keringat dingin (-)
-          Gemetar (-)
-          Infus Dex 15 % 10 tts/mnt, ASI/susu : 12 X 27 cc.
-          Minum kuat
-          Bayi tampak lemah
-          BB : 3750 gr.
-          Silocotef 3 X 12 iu

Faktor genetik  (hiperinsulinisme)
 

  Pemakaian gkulosa darah
Meningkat.

Adanya proses infeksi

  Metabilisme naik

  Kebutuhan glukosa naik

Mekanisme termoregulasi
Belum optimal

Kecendrungan hipotermi

Kebutuhan glukosa naik

Silokortef(kortikosteroid)
 


Fungsi meningkatkan uptake glukosa tetapi dipihak lain meningkatkan kadar kortisol. Kortisol yang tinggi dapat meningkatkan produksi insulin serta  menghambat penyerapan glukosa di GI tract
 

Hipoglikemi



Potensial  terjadi komplikas
3
Data subyektif:
-
Data obyektif:
-         Moniliasis
-         Kandidiasis pada bokong dan punggung
-         Bak  12 X/24 jam
-         Bab 10 X/24 jam

Sisa/Endapan susu yang tidak dibersihkan di mulut

Oral higiene buruk
 

Media pertumbuhan jamur pd mulut bayi (Moniliasis)

Rendaman dari air kencing dan sisa feces (zat iritan bagi kulit dan media pertumbuhan jamur)
 


Personal higiene kurang
 

Kandidiasis/lesi pada kulit


Personal higiene kurang
4.
Subyektif:
-    Orang tua sering bertanya kapan anaknya akan pulang.
-    Orang tua sering bertanya  bagaimana nantinya anaknya. Orang tua merasa takut anaknya memakai banyak selang.

Bayi merupakan anak yang sangat diharapkan

Keluarga belum dapat informasi tentang penyakit, tindakan dan prognose penyakit anaknya

Kecemasan

Kecemasan
III. DIAGNOSE KEPERAWATAN
  1. Potensial terjadi infeksi sekunder s.e rendahnya imunitas tubuh bayi
  2. Potensial terjadi komplikasi s.e penurunan kadar gula darah
  3. Kandidiasis  s.d kurangnya  personal higiene pada mulut dan anus ditandai dengan adanya moniliasis dan kandidiasis.
  4. Kecemasan keluarga s.d kurangnya informasi tentang perawatan anaknya.

IV. RENCANA KEPERAWATAN
DX
Tujuan
Rencana Tindakan
Rasional
Potensial terjadi infeksi sekunder s.e rendahnya imunitas tubuh bayi
Setelah dirawat selama 3 hari tidak terjadi infeksi skunder dengan kriteria:
-          Suhu 36,5-37,5
-          CRP (-)
-          Minum kuat
-          Bengkak(-)
-          Kemerahan(-)

-    Lakukan prosedur perawatan tangan sebelum dan setelah tindakan
-    Pastikan setiap benda yang dipakai kontak dengan bayi dalam keadaan bersih atau steril
-    Cegah kontak dengan petugas atau pihak lain yang menderita infeksi saluran nafas.

-    Perhatikan kondisi feces bayi







-    Anjurkan keluarga agar mengikuti prosedur septik aseptik.
-    Berikan antibiotik sebagai profolaksis sesuai dengan order.
Pembritin 3 X 15 mg.





-    Lakukan pemeriksaan DL, UL, FL , CRP, serta kultur
-    Untuk mencegah cross infeksi dari dan ke tubuh klien.
-    Menghindari invasi dan cross infeksi dari linen yang dipakai
-    Infeksi saluran nafas dapat menular dengan cepat kepada neonatus karena imunitas bayi belum matur.
-    Perubahan feces baik warna yang menjadi kehijauan, konsistensi yang cair dan berlendir merupakan pertanda infeksi GI tract yang harus diwaspadai, terutama akibat kuman Salmonela.
-    Menghindari infeksi dari keluarga ke bayi
-    Pembritin merupakan antibiotik spektrum luas yang mengandung Ampisislin Trihidrat sebagai propilaksis utama. Efek samping yang diperhatikan adalah: dapat timbul  diare, reaksi anafilaksis, serta resistensi.
-    Sebagai indikator utama jika terjadi infeksi, terutama adanya peningkatan kadar CRP dan leuko pada pemeriksaan darah

Potensial terjadi komplikasi s.e penurunan kadar gula darah

Setelah dirawat selama 3 hari tidak terjadi komplikasi akibat hipoglikemi:
-  GDA : 70-130
-  Tremor (-)
-  K. Dingin (-)
-  Kejang (-)
-  Koma (-)
-           
-    Cek GDA setiap 24 jam.



-    Monitor : glukosa sesaat,  pucat, keringat dingin, kulit yang lembab
-    Monitor vital sign
-    Monitor kesadaran











-    Lakukan pemberian susu manis  peroral 27 cc X 12

-    Analisis kondisi lingkungan yang berpotensi menimbulkan hipoglikemi.


-    Cek BB setiap hari



-    Hindari terjadinya hipotermi



-    Lakukan kolaborasi pemberian Dex 15 %  IV 10 tts/menit

-  Mengetahui kadar glukosa sebagai bahan pertimbangan pemberian tindakan selanjutnya.
-  Hipoglikemi merangsang saraf otonom bekerja lebih aktif sehingga merangsang pembentukan efinefrin yang dimanifestasikan dengan gugup, keringat dingin, kejang, nadi meningkat, suhu turun, tachipnoe dan penurunan kesadaran. Dengan demikian monitoring tanda-tanda tersebut dapat mencegah kondisi komplikasi yang lebih dalam berupa kerusakan otak yang irreversibel.
-  Untuk memenuhi asupan glukosa dan gizi untuk perkembagan tubuh bayi.
-  Hipotermi, stress, infeksi dapat meningkatkan kebutuhan glukosa sehingga makin memperparah kondisi hipoglikemi.
-  Untuk mengetahui jika terjadi kekurangan intake yang berpotensi menimbulkan kondisi kurang gizi.
-  Hipotermi, meningkatkan kebutuhan glukosa sehingga makin memperparah kondisi hipoglikemi.
-  Untuk memenuhi suplai glukosa.

Kandidiasis  s.d kurangnya  personal higiene pada mulut dan anus ditandai dengan adanya moniliasis dan kandidiasis.
Setelah dirawat selama 3 hari :
Personal higiene bayi baik dengan kriteria:
-       Moniliasis (-)
-       Kandidiasis –
-       Kulit bersih
-       Pakaian kering

-  Bersihkan mulut dengan defers basah setelah minum susu/asi.

-  Berikan mycostatin pada oral


-  Ganti pakaian bayi setiap Bak/Bab


-  Berikan Zink Zalf pada kulit yang iritasi.




-  Berikan Mico-Z pada bagian tubuh yang mengalami kandidiasis

-  Mandikan bayi 1 kali sehari



-    Bersihnya endapan susu/asi akan mencegah timbulnya moniliasis.
-    Mycostatin akan  membunuh jamur dan spora pada mulut bayi.
-    Kulit yang kering akan terhindar dari iritasi dan pertumbuhan jamur/kandida.
-    Zink zalf sebagai baktericide yang dapat membunuh dan menghambat perkembangan bakteri patogen sehingga infeksi sekunder bisa dicegah.
-    Mico-Z sebagai antifungi dapat membunuh jamur serta spora.
-    Mengurangi perkembangan kuman indogen maupun eksogen di kulit yang  bersifat patogen.

Kecemasan keluarga s.d kurangnya informasi tentang perawatan anaknya.


Setelah dirawat selama 3 X 15 menit keluarga tenang
-                          tidak gelisah
-                          kooperatif
-    Ikut merawat bayi.
-           
-  Berikan penjelasan tentang penyakit, penanganan dan prognose dari penyakit anak.
-  Ikutsertakan keluarga dalam perawatan bayi.



-  Berikan penjelasan tentang teknik menyusui dan perawatan payudara.
-           
-  Penjelasan yang benar akan menyebabkan tingkat kecemasan keluarga kurang.
-  Keluarga akan dapat ikut merasakan dan mengetahui perkembangan bayi, sehingga  kecemasan orang tua bisa berkurang
-  Untuk dapat memenuhi kebutuhan nutrisi dan kebutuhan kasih sayang pada bayi.  Asi mengandung imunoglobulin untuk menambah daya tahan bayi.


V. TINDAKAN KEPERAWATAN
DX
HARI/TANGGAL/JAM
TINDAKAN KEPERAWATAN
EVALUASI
Potensial terjadi infeksi sekunder s.e rendahnya imunitas tubuh bayi

Selasa 24 April 2001

07.00



07.30


10.00


12.00



12.15

12.30


Rabu, 25/4 2001

07.00





07.30


12.00



12.15


13.30



14.00




07.00



Kamis, 26/4 2001

07.30

10.00



12.00







13.30


14.00







-    Observasi kebersihan dan pakaian bayi tetap kering.
-    Perhatikan kondisi feces bayi

-    HE agar ibu memeprhatikan kebersihan tangan dan pakaian sebelum kontak dengan bayi.
-    Observasi kebersihan dan pakaian bayi tetap kering.

-    Berikan antibiotik sebagai profolaksis sesuai dengan order.
Pembritin 3 X 15 mg.

Lakukan pemeriksaan DL,

-    Observasi kebersihan dan pakaian bayi tetap kering.




-    Observasi kebersihan dan pakaian bayi tetap kering.
-    Perhatikan kondisi feces bayi



-    Observasi kebersihan dan pakaian bayi tetap kering.

-    Berikan antibiotik sebagai profolaksis sesuai dengan order.
Pembritin 3 X 15 mg.

-    Ganti pakaian bayi


-    Observasi KU Bayi
-     


-    Kompres dingin
Kolaborasi pemberian Chloramfenicol 3 X 15 mg


-    Observasi kebersihan dan pakaian bayi tetap kering.
-    Perhatikan kondisi feces bayi




-    Observasi kebersihan dan pakaian bayi tetap kering.
-    Observasi KU



Kolaborasi pemberian antibiotik untuk mengatasi selulitis: berupa Meronem 3 X 38 mg IV
-    Berikan antibiotik sebagai profolaksis sesuai dengan order.
Pembritin 3 X 15 mg.
Cloramfenikol 3 X 15 mg

-    Ganti pakaian bayi


-    Observasi KU Bayi








-    Kompres dingin





-  Popok dan alas kering.
-  Feces warna hijau konsistensi lembek
-  Ibu mengerti


-  Popok dan alas kering.

- Reaksi alergi (-)



-    Bahan lab sudah diambil
-  Popok dan alas kering.




-  Popok dan alas kering.
-  Feces warna hijau konsistensi encer berlendir.

-  Popok dan alas kering.

- Reaksi alergi (-)



Popok dan alas kering.


S : 38,9 o C, Nadi 148 X/mnt, Bab encer dan berlendir, bayi rewel, minum kuat.
-                          Kompres terpasang
Pemberian Chloramfenicol 15 mg oral.

-  Popok dan alas kering.
-  Feces warna hijau konsistensi encer berlendir.
-   

-  Popok dan alas kering.
-  Bab berlendir, S : 38 o C, tampak selulitis  pada lipatan paha

- Reaksi alergi (-)







Popok dan alas kering.


S : 38,9 o C, Nadi 148 X/mnt, Bab encer dan berlendir, bayi rewel, , selulitis (+) minum kuat, dilakukan pemasangan NGT . Segera pindahkan ke Ruang Isolasi I

-                          Kompres terpasang


Potensial terjadi komplikasi s.e penurunan kadar gula darah

Selasa 24 April 2001

07.00
07.30









08.00

10.00

12.00




Rabu, 25/4 2001

07.00






07.30

10.00

12.00

14.00


Kamis 26/4/2001

07.00
07.30








10.00



12.00

14.00





- Menimbang BB
-    Mengambil bahan GDA
-    Memonitor : glukosa sesaat,  pucat, keringat dingin, kulit yang lembab
-    Memonitor vital sign
-    Memonitor kesadaran
-    Memonitor tetesan infus Dex 15 %




-    Pemberian ASI/Formula manis  peroral 27 cc
-    Pemberian ASI/Formula manis  peroral 27 cc
-    Pemberian ASI/Formula manis  peroral 27 cc



Menimbang BB
-    Mengambil bahan GDA
-    Memonitor : glukosa sesaat,  pucat, keringat dingin, kulit yang lembab
-    Memonitor vital sign
-    Memonitor kesadaran
-    Memonitor tetesan infus Dex 15 %



-    Pemberian ASI/Formula manis  pesonde 27 cc
-    Pemberian ASI/Formula manis  personde 27 cc
-    Pemberian ASI/Formula manis  personde 27 cc
-    Pemberian ASI/Formula manis  personde 27 cc




Menimbang BB
-    Mengambil hasil lab GDA
-    Memonitor : glukosa sesaat,  pucat, keringat dingin, kulit yang lembab
-    Memonitor vital sign
-    Memonitor kesadaran
-    Memonitor tetesan infus Dex 5 %



-    Pemberian ASI/Formula manis  peroral 27 cc
-    Pemberian ASI/Formula manis  peroral 27 cc
-    Pemberian ASI/Formula manis  peroral 27 cc
-    Pemberian ASI/Formula manis  peroral 27 cc




-   BB 3800 gr.
-       Bahan terambil
-       Glukostik 20 gr/% tanda-tanda fisik  hipoglikemi (-)
-       RR : 60 X/mnt
-       Kesadaran kompos mentis.
-       Infus lancar.

-                           Minum kuat

- Minum kuat

- Minum kuat




-   BB 3800 gr.
-       Bahan terambil
-       Glukostik 20 gr/% tanda-tanda fisik  hipoglikemi (-)
-       RR : 78 X/mnt
-       Kesadaran kompos mentis.
-       Infus lancar.
-                           Retensi 6 cc

- Retensi 5 cc

-                          Retensi  3 cc

-                          Retensi (-)





-   BB 3800 gr.
- GDA 70-110 gr/% tanda-tanda fisik  hipoglikemi (-)
-       RR : 70 X/mnt
-       Kesadaran kompos mentis.
-       Infus lancar.


-                           Minum kuat

- Minum kuat[

-                           Minum  kuat

-                          Minum kuat






DX
HARI/TANGGAL
JAM

TINDAKAN PERAWATAN

EVALUASI
Kandidiasis  s.d kurangnya  personal higiene pada mulut dan anus ditandai dengan adanya moniliasis dan kandidiasis.
Selasa 24/4/2001
08.00






10.00
12.00
14.00




Rabu,25/4/
2001
08.00






10.00
12.00
14.00




Kamis, 26/4/2001
08.00






10.00
12.00
14.00





-  Merawat mulut dengan defers basah setelah minum susu/asi.
-  Memberikan Zink Zalf pada pantat
-  Memberikan mycostatin pada oral
-  Memberikan  Mico-Z pada bokong dan pantat.
-  Mengganti pakaian bayi
Mengganti pakaian bayi
Mengganti pakaian bayi
Merawat mulut dengan defers
Mengganti pakaian bayi.





-  Merawat mulut dengan defers basah setelah minum susu/asi.
-  Memberikan Zink Zalf pada pantat
-  Memberikan mycostatin pada oral
-  Memberikan  Mico-Z pada bokong dan pantat.
-  Mengganti pakaian bayi
Mengganti pakaian bayi
Mengganti pakaian bayi
Merawat mulut dengan defers
Mengganti pakaian bayi.
-  Mandikan bayi 1 kali sehari




-  Merawat mulut dengan defers basah setelah minum susu/asi.
-  Memberikan Zink Zalf pada pantat
-  Memberikan mycostatin pada oral
-  Memberikan  Mico-Z pada bokong dan pantat.
-  Mengganti pakaian bayi
Mengganti pakaian bayi
Mengganti pakaian bayi
Merawat mulut dengan defers
Mengganti pakaian bayi.
-  Mandikan bayi 1 kali sehari




-       Mulut bersih

-       Reaksi alergi (-)
-       Reaksi alergi (-)
-       Reaksi alergi (-)

-       Pakaian kering
-       Pakaian kering
-       Pakaian kering.
-       Mulut bersih
-       Pakaian bersih





-       Mulut bersih

-       Reaksi alergi (-)
-       Reaksi alergi (-)
-       Reaksi alergi (-)

-       Pakaian kering
-       Pakaian kering
-       Pakaian kering.
-       Mulut bersih
-       Pakaian bersih





-       Mulut bersih

-       Reaksi alergi (-)
-       Reaksi alergi (-)
-       Reaksi alergi (-)

-       Pakaian kering
-       Pakaian kering
-       Pakaian kering.
-       Mulut bersih
-       Pakaian bersih


DX
HARI/TGL/
JAM
TINDAKAN PERAWATAN
EVALUASI
Kecemasan keluarga s.d kurangnya informasi tentang perawatan anaknya.

Selasa, 24/4/2001

11.00






Rabu, 25/4 2001
11.00



-  Memberikan penjelasan tentang penyakit, penanganan dan prognose dari penyakit anak kepeda ibu dan bapak dari bayi.
-  Ikutsertakan keluarga dalam perawatan bayi.




-  Memberikan penjelasan tentang teknik menyusui dan perawatan payudara.



-Orang tua mengerti






- Ibu mengerti dan mulai merawat payudara







VI. CATATAN PERKEMBANGAN

DX
HARI/TGL
JAM
SOAP
1.   Potensial terjadi infeksi sekunder s.e rendahnya imunitas tubuh bayi

Jumat, 27 April 2001
 Pk. 08.00
S : -
O : Tampak tanda radang pada lipatan paha (selulitis), S : 37,5 o C, Nadi :  88 X mnt, RR : 30 X/mnt, tampak lesi pada punggung dan anus, CRP : 17,9
A  : Terjadi infeksi skunder
P   : - Pindahkan  bayi ke ruang Isolasi I
       - Lanjutkan rencana seperti renpra ditambah kolaborasi:
         - Meronem Injeksi : 3 X 38 mg IV
  -  Observasi tanda – tanda  perluasan selulitis
      - Kolaborasi pemeriksaan Kultur Feces, Urine dan darah serta pemeriksaan DL dan CRP.


2.  Potensial terjadi komplikasi s.e penurunan kadar gula darah


Jumat, 27 April 2001
 Pk. 08.00
S : -
O : GDA 73 mg/%
      Glukostik : 70- 110 ( 80 – 130 mg/%)
      Tremor (-), Keringat dingin (-), Penurunan keasadaran (-), Kadar insulin 36 ( N : 10-20)
     Kortisol : 171,6 (  N :  90 – 120  iu)
A : Masalah teratasi sebagian
P :  Observasi tanda-tanda hipoglikemi
-          Lakukan pemeriksaan GDA
-          Hentikan pemberian salukortef
-          Berikan minum Asi/ susu 28 cc/2jam

Kandidiasis  s.d kurangnya  personal higiene pada mulut dan anus ditandai dengan adanya moniliasis dan kandidiasis.
Jumat, 27 April 2001
 Pk. 08.00
S : -
O : Rewel (-), kulit bersih,  kandida (+), pakaian kering, moniliasis (-).
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan rencana
4.Kecemasan keluarga s.d kurangnya informasi tentang perawatan anaknya.
Jumat, 27 April 2001
 Pk. 08.00
S : Keluarga dapat mengerti sepenuhnya keadaan bayi, Keluarga senantiasa akan membantu dalam perawatan bayi, Ibu bersedia memberikan bayinya ASI, Ibu sudah bisa merawat payudaranya, terutama putingnya sehingga mudah diisap oleh bayi

O : Bayi disusui langsung oleh ibu, Keluarga bersedia agar anaknya terus dirawat hingga benar-benar sembuh. Bapak memberi dukungan ibu.
A : Masalah teratasi
P : -




DAFTAR PUSTAKA

Carpenito (1997), L.J Nursing Diagnosis,  Lippincott , New York
Marino (1991), ICU Book, Lea & Febiger, London
Nelson (1993), Ilmu Kesehatan Anak,  EGC, Jakarta
Suparman (1988), Ilmu Penyakit Dalam , Universitas Indonesia, Jakarta.
Wong and Whaley (1996) Peiatric Nursing ; Clinical Manual, Morsby, Philadelpia