Juniartha Semara Putra
TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH
1.
Pendahuluan
Yang dapat di¬ikuti, yaitu model
Turabian (1973) dan model American Psychological Association [APA] (1988).
Model Turabian menggunakan catatan kaki (footnote) untuk menunjukkan referensi,
dan menggunakan istilah-istilah ibid, op cit, dan loc cit. Apabila pengetikan
masih menggunakan mesin tulis, model Turabian lebih sulit dilaksanakan karena
harus selalu menghitung jumlah baris dari bawah yang harus disediakan untuk
menulis catatan kaki. Akan tetapi, pro-gram pengolah kata (word processor)
tertentu, dapat membantu dan memudahkan tugas pengetikan.
Cara yang lebih praktis, baik
menggunakan mesin tulis biasa maupun pengolah Teknik penilisan karya ilmiah
perlu mengikuti suatu aturan yang berlaku. Terdapat dua cara kata, adalah model
yang ditetapkan oleh APA. Model ini digunakan dalam penulisan artikel untuk
jurnal-jurnal yang diterbitkan oleh lembaga ini. Jurnal-jurnal yang diterbitkan
oleh The National Association of Social Work¬ers (NASW) seperti Social Work dan
Social Work Research & Abstracts juga sudah menggunakan cara ini.
Model APA tidak menggunakan catatan kaki seperti dalam model Turabian, tetapi setiap referensi ditunjukkan oleh nama penulis dan tahun penerbit¬an. Jika kutipan merupakan kutipan langsung, artinya kata demi kata diambil dari sumbernya, ditunjukkan juga nomor halaman sumbernya. Jika nama penulis yang dikutip sudah termasuk dalam uraian, maka untuk menunjuk¬kan referensi cantumkan tahun penerbitan dalam tanda kurung langsung se¬telah nama penulis tersebut. Jika nama penulis tidak termasuk dalam uraian, maka referensi ditunjukkan oleh nama penulis dan tahun dalam tanda kurung yang dibatasi oleh koma. Pada akhir kutipan langsung, dicantumkan nomor halaman dalam tanda kurung. jika nama penulis tidak disebutkan dalam uraian, pada akhir kutipan langsung, referensinya ditunjukkan dengan me¬nyebut nama, tahun terbitan, dan nomor halaman yang semuanya di dalam tanda kurung.
Model APA tidak menggunakan catatan kaki seperti dalam model Turabian, tetapi setiap referensi ditunjukkan oleh nama penulis dan tahun penerbit¬an. Jika kutipan merupakan kutipan langsung, artinya kata demi kata diambil dari sumbernya, ditunjukkan juga nomor halaman sumbernya. Jika nama penulis yang dikutip sudah termasuk dalam uraian, maka untuk menunjuk¬kan referensi cantumkan tahun penerbitan dalam tanda kurung langsung se¬telah nama penulis tersebut. Jika nama penulis tidak termasuk dalam uraian, maka referensi ditunjukkan oleh nama penulis dan tahun dalam tanda kurung yang dibatasi oleh koma. Pada akhir kutipan langsung, dicantumkan nomor halaman dalam tanda kurung. jika nama penulis tidak disebutkan dalam uraian, pada akhir kutipan langsung, referensinya ditunjukkan dengan me¬nyebut nama, tahun terbitan, dan nomor halaman yang semuanya di dalam tanda kurung.
Dengan model APA ini, kunci
referensinya adalah pada daftar pustaka. Oleh karena itu, penunjukan referensi
dalam uraian dan daftar pustaka harus bersesuaian. Setiap nama yang merupakan
referensi dalam uraian harus muncul pada daftar pustaka, kecuali referensi
sebagai hasil komunikasi pribadi. Cara penulisan sumber referensi pada daftar
pustaka membedakan sumber yang berbeda. Suatu bab dari buku yang diedit
dicantumkan secara berbeda dari buku yang ditulis oleh seorang penulis.
Demikian juga penulisan sumber suatu artikel dari suatu jurnal terlihat jelas
berbeda dengan penulisan sumber yang lain.
2.
Tata Tulis
Penulisan ilmiah di samping harus
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, juga harus dapat menggunakan
bahasa itu sebagai sarana komunikasi ilmu. Penggunaan bahasa Indonesia secara
baik dan benar dalam tulis-menulis, harus pula ditunjang oleh penerapan
peraturan ejaan yang berlaku dalam bahasa Indonesia, yaitu Ejaan Yang
Disempurnakan.
Di samping penggunaan bahasa,
penulis dituntut untuk memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu yang
berhubungan dengan teknik penulisan ilmiah. Persyaratan itu menyangkut cara
mengutip, cara membuat catatan kaki, cara menyingkat catatan kaki, dan cara
menyusun sumber bacaan menjadi daftar bacaan.
Ø
Ejaan dan Tanda Baca
Gagasan yang disampaikan secara lisan atau tatap muka lebih
mudah atau lebih cepat dipahami daripada secara tertulis. Hal ini disebabkan,
dalam bahasa lisan faktor gerak-gerik, mimik, intonasi, irama, jeda, serta
unsur-unsur nonbahasa lainnya ikut memperlancar. Unsur-unsur nonbahasa tersebut
tidak terdapat di dalam bahasa tulis. Ketiadaan itu menyulitkan komunikasi dan
memberikan peluang untuk kesalahpahaman. Di sinilah ejaan dan pungtuasi (tanda
tanda baca) berperan sampai batas-batas tertentu, menggantikan beberapa unsur
nonbahasa yang diperlukan untuk memperjelas gagasan atau pesan. Perhatikanlah
contoh berikut! Contoh ini tidak menggunakan tanda baca dan huruf kapital. kejahatan
merupakan suatu peristiwa penyelewengan terhadap norma--norma atau perilaku
teratur yang menyebabkan terganggunya ketertiban dan ketentraman kehidupan
manusia perilaku yang dikualifikasikan sebagai kejahatan biasanya dilakukan
oleh sebagian terbesar warga masyarakat atau penguasa yang menjadi wakil-wakil
masyarakat seharusnya ada suatu keserasian pendapat antara kedua unsur tersebut
walaupun tidak mustahil terjadi perbedaan tersebut mungkin timbul karena kedua
unsur tadi tidak sepakat mengenai kepentingan-kepentingan pokok yang harus
dilindungi. Dapatkah pembaca memahami tulisan di atas?Mungkin dapat, tetapi agak
sulit.Cobalah baca kembali! Kejahatan merupakan suatu peristiwa penyelewengan
terhadap norma atau perilaku teratur yang menyebabkan terganggunya ketertiban
dan ketentraman kehidupan manusia. Perilaku yang dikualifikasikan sebagai
kejahatan, biasanya dilakukan oleh sebagian besar warga masyarakat atau
penguasa yang menjadi wakil-wakil masyarakat. Seharusnya ada suatu kese¬rasian
pendapat antara kedua unsur tersebut, walaupun tidak mustahil terjadi
perbedaan. Perbedaan-perbedaan tersebut mungkin timbul, karena ke dua unsur
tadi tidak sepakat mengenai kepentingan-kepentingan pokok yang harus dilindungi.
Kita dapat melihat, tulisan yang sudah diberi pungtuasi dan diperbaiki
ejaannya, lebih mudah dan lebih cepat dipahami. Itulah sebabnya, kemam¬puan
dalam menerapkan ejaan dan pungtuasi sangat dituntut dalam tulis¬ menulis.
Ø
Pemakaian dan Penulisan Huruf,
Penulisan Kata, Tanda Baca, serta Penulisan Unsur Serapan (lihat lampiran:
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum
Pembentukan Istilah)
3.
Teknik Penulisan Ilmiah
Teknik Penulisan ilmiah mempunyai
dua aspek yaitu gaya penulisan dalam membuat pernyataan ilmiah, serta teknik
notasi dalam menyebutkan sumber dari ilmu pengetahuan yang digunakan dalam
penulisan. Dalam tulisan ini akan dibahas tentang teknik notasi ilmiah. Di
samping itu juga akan dijelaskan cara menyusun sumber pustaka dengan
mentabulasikan semua sumber bahan yang dibaca, baik yang sudah dipublikasikan
maupun yang belum dipublikasikan.
v
Kutipan dan Catatan Kaki
Ø
Kutipan
Menyisipkan kutipan-kutipan dalam sebuah tulisan ilmiah
bukanlah merupakan suatu keaiban. Tidak jarang pendapat, konsep, dan hasil
pene-litian dikutip kembali untuk dibahas, ditelaah, dikritik, dipertentangkan,
atau diperkuat. Dengan kutipan sebuah tulisan akan terkait dengan
pene-muan-penemuan atau teori-teori yang telah ada. Namun demikian, kita hanya
mengutip kalau memang perlu. Janganlah tulisan kita itu penuh dengan kutipan.
Di samping itu kita harus bertanggung jawab penuh ter-hadap ketepatan dan
ketelitian kutipan, terutama kutipan tidak langsung.
Dalam uraian sebelumnya sudah dipelajari bagaimana mencatat bahan-bahan dari buku dalam kartu informasi. Bahan-bahan tersebut mungkin di-cantumkan dalam tulisan sebagai kutipan. Kutipan ini dapat berfungsi se-bagai: a. Landasan teori, b. Sebagai penjelasan, c. Penguat pendapat yang dikemukakan penulis. Kutipan terdiri atas kutipan langsung dan kutipan tidak langsung. Yang masing-masing dibagi lagi atas kutipan panjang dan kutipan pendek
Dalam uraian sebelumnya sudah dipelajari bagaimana mencatat bahan-bahan dari buku dalam kartu informasi. Bahan-bahan tersebut mungkin di-cantumkan dalam tulisan sebagai kutipan. Kutipan ini dapat berfungsi se-bagai: a. Landasan teori, b. Sebagai penjelasan, c. Penguat pendapat yang dikemukakan penulis. Kutipan terdiri atas kutipan langsung dan kutipan tidak langsung. Yang masing-masing dibagi lagi atas kutipan panjang dan kutipan pendek
ü
Kutipan Langsung
§
Kutipan Langsung Panjang
Kutipan langsung yang lebih dari tiga baris ketikan disebut kutipan
langsung panjang. Kutipan semacam ini tidak dijalin dalam teks, tetapi diberi
tempat tersendiri. Kutipan langsung panjang diketik dengan jarak baris satu
spasi tunggal pada garis tepi baru yang jaraknya empat ketukan huruf dari garis
margin. Indensi dari kalimat pertama tujuh ketukan dari garis tepi (margin)
atau tiga ketukan dari garis tepi yang baru. Ingat, kutipan langsung panjang
tidak diapit dengan tanda kutip.
Contoh:
Banyak batasan yang telah dikemukakan mengenai pengertian
definisi. Keraf, misalnya mengemukakan:
Definisi pada prinsipnya adalah suatu proses menempatkan suatu objek yang akan dibatasi ke dalam kelas yang dimasukinya (berarti klasifikasi lagi), dengan menyebutkan ciri-ciri yang membedakan objek tadi dari anggota-anggota kelas lainnya.
Definisi pada prinsipnya adalah suatu proses menempatkan suatu objek yang akan dibatasi ke dalam kelas yang dimasukinya (berarti klasifikasi lagi), dengan menyebutkan ciri-ciri yang membedakan objek tadi dari anggota-anggota kelas lainnya.
§
Kutipan Langsung Pendek
Kutipan langsung dapat digolongkan ke dalam kutipan langsung
pendek kala,u tidak melebihi tiga baris ketikan. Kutipan ini cukup di¬jalin ke
dalam teks dengan meletakkannya di antara dua tanda petik.Contoh: Mengenai
kalimat efektif Anton M. Moeliono mengemukakan, "Kalimat yang efektif
dapat dikenal karena ciri-cirinya yang ber¬ikut: keutuhan, perpautan, pemusatan
perhatian, dan keringkasan."Mengutip Sanjak
Untuk kutipan langsung pendek, baris-baris dari sanjak d,ijalin ke dalam teks dan diletakkan di antara dua tanda kutip. Apabila kutipan lebih dari dua baris, tiap-tiap baris dipisahkan dengan garis miring
Contoh:
Putu Arya Tirtawirya dengan tanya yang sahaja menyiratkan juga sikap religius, menyerah kepada-Nya. "Apa yang kau cari hatiku, si anak penakut/Resah jemari menguak Kitab/yang memantulkan Spektra hati yang paling dalam/Memancar dari Dia yang paling Kudus." Kutipan langsung yang panjang untuk sanjak dengan sendirinya ti¬dak dapat dijalin ke dalam teks. Sanjak dikutip seperti bentuk aslinya dan diletakkan di tengah-tengah, tanpa tanda petik.
Untuk kutipan langsung pendek, baris-baris dari sanjak d,ijalin ke dalam teks dan diletakkan di antara dua tanda kutip. Apabila kutipan lebih dari dua baris, tiap-tiap baris dipisahkan dengan garis miring
Contoh:
Putu Arya Tirtawirya dengan tanya yang sahaja menyiratkan juga sikap religius, menyerah kepada-Nya. "Apa yang kau cari hatiku, si anak penakut/Resah jemari menguak Kitab/yang memantulkan Spektra hati yang paling dalam/Memancar dari Dia yang paling Kudus." Kutipan langsung yang panjang untuk sanjak dengan sendirinya ti¬dak dapat dijalin ke dalam teks. Sanjak dikutip seperti bentuk aslinya dan diletakkan di tengah-tengah, tanpa tanda petik.
ü
Kutipan Tidak Langsung
Seorang ilmuwan dituntut untuk mampu menyatakan pendapat
orang lain dalam bahasa ilmuwan itu sendiri yang mencerminkan ke¬pribadiannya.
Kutipan tidak langsung merupakan pengungkapan kembali maksud penulis dengan
kata-katanya sendiri. Jadi, yang dikutip hanyalah pokok-pokok pikiran, atau
ringkasan dan kesimpulan dari se¬buah tulisan, kemudian dinyatakan dengan
bahasa sendiri. Walaupun yang dikutip dari bahasa asing, tetapi tetap dinyatakan
dengan bahasa Indonesia.
§
Kutipan Tidak Langsung Panjang
Kutipan tidak langsung (parafrase) sebaiknya dilakukan
sependek mungkin, diperas sedemikian rupa sehingga tidak lebih dari satu
pa¬ragraf. Namun, karena sesuatu hal kutipan tidak langsung dapat melebihi satu
paragraf. Kutipan tidak langsung yang lebih dari satu paragraf inilah yang
disebut kutipan tidak langsung yang panjang.
Untuk parafrase yang lebih dari satu paragraf ini menimbulkan kesulitan bagaimana mengidentifikasi bahwa paragraf-paragraf itu me¬rupakan kutipan, karena gaya penulisannya sama dengan gaya.penulis. Untuk mengatasi kesulitan ini, yaitu dengan menyebutkan nama penu¬lis yang dikutip pada permulaan parafrase dan memberikan angka ca¬tatan kaki pada akhir kalimat parafrase.
Contoh:
Bagaimana ujud penalaran ilmiah itu di dalam pelaksanaannya? Berikut ini dikemukakan penjelasan Shurter dan Pierce. Penalaran induktif merupakan proses penalaran untuk menarik suatu prinsip/sikap yang berlaku umum atau suatu kesimpulan yang bersifat khusus berdasarkan atas fakta-fakta khusus. Penalaran induk tif mungkin merupakan generalisasi, analogi atau hubungan kausal. Generalisasi adalah proses penalaran berdasarkan pengamatan atas sejum¬lah gejala dengan sifat-sifat tertentu untuk menarik kesimpulan menge¬nai semua atau sebagian dari gejala serupa itu. Di dalam analogi, infe¬rensi tentang kebenaran suatu gejala khusus ditarik berdasarkan kebe¬naran gejala khusus yang bersamaan. Hubungan kausal adalah hubungan ketergantungan antara gejalagejala yang mengikuti pola sebab-akibat. Penalaran deduktif adalah penalaran untuk menarik kesimpulan yang bersifat individual/khusus dari suatu prinsip atau sikap yang ber¬laku umum. Penalaran itu mencakup bentuk silogisme, yaitu bentuk penalaran deduktif formal untuk menarik kesimpulan dari premis ma¬yor dan premis minor. Kesimpulan di dalam silogisme selalu harus le¬bih khusus dari premis-premisnya. Bentuk penalaran deduktif lainnva ialah entimem, yaitu bentuk silogisme yang dihilangkan salah satu pre¬misnya. Di dalam kehidupan sehari-hari bentuk inilah vang lebih ba¬nyak dipergunakan.
Untuk parafrase yang lebih dari satu paragraf ini menimbulkan kesulitan bagaimana mengidentifikasi bahwa paragraf-paragraf itu me¬rupakan kutipan, karena gaya penulisannya sama dengan gaya.penulis. Untuk mengatasi kesulitan ini, yaitu dengan menyebutkan nama penu¬lis yang dikutip pada permulaan parafrase dan memberikan angka ca¬tatan kaki pada akhir kalimat parafrase.
Contoh:
Bagaimana ujud penalaran ilmiah itu di dalam pelaksanaannya? Berikut ini dikemukakan penjelasan Shurter dan Pierce. Penalaran induktif merupakan proses penalaran untuk menarik suatu prinsip/sikap yang berlaku umum atau suatu kesimpulan yang bersifat khusus berdasarkan atas fakta-fakta khusus. Penalaran induk tif mungkin merupakan generalisasi, analogi atau hubungan kausal. Generalisasi adalah proses penalaran berdasarkan pengamatan atas sejum¬lah gejala dengan sifat-sifat tertentu untuk menarik kesimpulan menge¬nai semua atau sebagian dari gejala serupa itu. Di dalam analogi, infe¬rensi tentang kebenaran suatu gejala khusus ditarik berdasarkan kebe¬naran gejala khusus yang bersamaan. Hubungan kausal adalah hubungan ketergantungan antara gejalagejala yang mengikuti pola sebab-akibat. Penalaran deduktif adalah penalaran untuk menarik kesimpulan yang bersifat individual/khusus dari suatu prinsip atau sikap yang ber¬laku umum. Penalaran itu mencakup bentuk silogisme, yaitu bentuk penalaran deduktif formal untuk menarik kesimpulan dari premis ma¬yor dan premis minor. Kesimpulan di dalam silogisme selalu harus le¬bih khusus dari premis-premisnya. Bentuk penalaran deduktif lainnva ialah entimem, yaitu bentuk silogisme yang dihilangkan salah satu pre¬misnya. Di dalam kehidupan sehari-hari bentuk inilah vang lebih ba¬nyak dipergunakan.
§
Kutipan Tidak Langsung Pendek
Parafrase yang terdiri dari satu paragraf disebut pendek.
Sebaiknya parafrase pendek ini disediakan tempat tersendiri, tidak dibaur
dengar teks. Akan lebih balk lagi parafrase itu diambil dari satu sumber. Akan
tetapi jika ide, pendapat, atau kesimpulan yang dikutip itu berasal dari
bermacam-macam sumber dan sangat mirip satu sama lain, lebih balk
diparafrasekan dalam satu paragraf dengan menvebutkan semua sum¬bernya dalam
satu paragraf.
Contoh:
Muass(1975) mengadakan penelitian untuk menjawab masalah apakah perkembangan pemikiran operasional formal tidak dapat dipercepat melalui pengajaran seperti yang mula-mula dikemukakan Piaget. Dari penelitiannya Ia menyimpulkan bahwa pemberian pengalaman-pengalaman belajar yang terarah mempengaruhi struk¬tur pemikiran anak.
Di Indonesia perielitian perkembangan kognitif dengan menggunakan perangkat tugas dari teori Piaget dan perangkat tugas dari Bruner, pernah dilakukan oleh tim penelitian dari Universitas Kris-ten Satya Wacana dengan menggunakan 144 orang sampel dari Sa-latiga.
Contoh:
Muass(1975) mengadakan penelitian untuk menjawab masalah apakah perkembangan pemikiran operasional formal tidak dapat dipercepat melalui pengajaran seperti yang mula-mula dikemukakan Piaget. Dari penelitiannya Ia menyimpulkan bahwa pemberian pengalaman-pengalaman belajar yang terarah mempengaruhi struk¬tur pemikiran anak.
Di Indonesia perielitian perkembangan kognitif dengan menggunakan perangkat tugas dari teori Piaget dan perangkat tugas dari Bruner, pernah dilakukan oleh tim penelitian dari Universitas Kris-ten Satya Wacana dengan menggunakan 144 orang sampel dari Sa-latiga.
§
Mengutip dari Kutipan
Mengutip dari kutipan harus dihindari. Tetapi dalam keadaan
ter¬paksa, misalnya sulitnva menemukan sumber aslinya, mengutip dari kutipan
bukanlah merupakan suatu pelanggaran. Apabila seorang penulis terpaksa mengutip
dari kutipan, Ia harus bertanggung jawab terhadap ketidaktepatan dan
ketidaktelitian kutip¬an yang dikutip. Selain itu pengutip wajib mencantumkan
dalam catatan kaki bahwa Ia mengutip sumber itu dari sumber lain. Kedua sumber
itu dituliskan dalam catatan kaki dengan dibubuhi keterangan "dikutip
dari".
v
Catatan Kaki
Pernvataan ilmiah yang kita pergunakan dalam tulisan kita
harus mencakup beberapa hal. Pertama kita harus dapat mengidentifikasikan orang
yang membuat pernyataan tersebut. Kedua, kita harus pula da¬pat
mengidentifikasikan media komunikasi ilmiah tempat pernyataan itu dimuat atau
disampaikan, misalnya buku, makalah, seminar, lokakarya, majalah, dan
sebagainya. Ketiga, harus pula dapat kita identifi¬kasikan lembaga yang
menerbitkan publikasi ilmiah tersebut serta tem¬pat dan itu tidak diterbitkan,
tetapi disampaikan dalam bentuk maka¬lah dalam seminar atau loka karya, maka harus
disebutkan tempat, waktu, dan lembaga yang melakukan kegiatan tersebut. Cara
kita mencantumkan ketiga hal tersebut dalam tulisan ilmiah kita, disebut teknik
notasi ilmiah. Sebetulnya terdapat bermacam-¬macam teknik notasi ilmiah yang
pada dasarnya mencerminkan hakikat dan unsur yang sama, meskipun dinyatakan
dalam format dan simbol yang berbeda. Seorang ilmuwan dapat memilih notasi
ilmiah yang telah diakui, asalkan dipergunakan secara konsisten. Jangan
men-campuradukkan beberapa teknik notasi ilmiah sekaligus, karena hal ini akan
membingungkan pembaca. Demikian pula halnya dengan daftar pustaka. Di bawah ini
dapat dipelajari teknik notasi ilmiah yang mempergunakan catatan kaki
(footnote). Fungsi catatan kaki ini ialah menun¬jukkan sumber informasi bagi
pernyataan ilmiah yang terdapat dalam tulisan kita. Fungsi lain dari catatan
kaki ini sebagai tempat bagi catat¬an-catatan kecil yang kalau disatukan dengan
uraian akan mengganggu kelancaran penulisan. Jadi, catatan kaki juga berfungsi
untuk memberi keterangan tambahan. Tetapi kalau keterangan tambahan ini panjang
sekali, sebaiknya dipindahkan ke belakang (lampiran). Seperti yang sudah
dijelaskan dalam uraian sebelumnya, semua kutipan, langsung maupun tidak
langsung, harus dijelaskan dari mana sumbernya. Untuk makalah biasanya langsung
dicantumkan sumbernya di belakang kutipan dan dituliskan dalam tanda kurung,
penga¬rang, tahun, halaman. Sumber yang lengkap tercantum dalam daftar pustaka.
Contoh:
... Sahono Soebroto mengatakan bahwa tugas administrasi negara mencakup semua aspek kehidupan nasional bangsa. (Sahono Soebroto, 1982: 7).
Contoh:
... Sahono Soebroto mengatakan bahwa tugas administrasi negara mencakup semua aspek kehidupan nasional bangsa. (Sahono Soebroto, 1982: 7).
Untuk skripsi, disertasi, atau proyek paper dan buku, sumber
di-nyatakan dalam bentuk catatan kaki (footnote).
o
Fungsi Catatan kaki dicantumkan
sebagai pemenuhan kode etik yang berlaku, sebagai penghargaan terhadap karya
orang lain.
o
Pemakaian Catatan kaki dipergunakan
sebagai:
·
pendukung keabsahan penemuan atau
pernyataan penulis yang tercantum di dalam teks atau sebagai petunjuk sumber;
·
tempat memperluas pembahasan yang
diperlukan tetapi tidak relevan jika dimasukkan dalam teks, penjelasan ini
dapat berupa kutipan pula.
·
referensi silang, yaitru petunjuk
yang menyatakan pada bagian mana/halaman berapa, hal yang sama dibahas dalam
tulisan;
·
tempat menyatakan penghargaan atas
karya atau data yang diterima dari orang lain.
o
Penomoran
Penomoran catatan kaki dilakukan dengan menggunakan ang-ka
Arab (l, 2, dan seterusnya) di belakang bagian yang diberi ca-tatan kaki, agak
ke atas sedikit tanpa memberikan tanda baca apapun. Nomor itu dapat berurut
untuk setiap halaman, setiap bab, atau seluruh tulisan. Namun sebaiknya untuk
lebih efektif berurut untuk seluruh tulisan.
o Penempatan
Catatan kaki dapat ditempatkan langsung di belakang bagian yang diberi keterangan (catatan kaki langsung) dan diteruskan de¬ngan teks,
Catatan kaki dapat ditempatkan langsung di belakang bagian yang diberi keterangan (catatan kaki langsung) dan diteruskan de¬ngan teks,
Contoh:
Peranan dan tugas kaum pria berbeda dengan peranan tugas kaum wanita. Sehubungan dengan hal itu, Margaret Mead (1935) berdasarkan penelitiannya di beberapa masyarakat di Papua Nugini, menyatakan bahwa perbedaan itu tidak semata¬mata berdasarkan perbedaan jenis kelamin saja, melainkan ber¬hubungan erat dengan kondisi sosial budaya lingkungannya. Antara catatan kaki dengan teks dipisahkan dengan garis se-panjang baris. Cara yang lebih banyak dilakukan ialah dengan meletakkannya pada bagian bawah (kaki) halaman atau pada akhir setiap bab.
Peranan dan tugas kaum pria berbeda dengan peranan tugas kaum wanita. Sehubungan dengan hal itu, Margaret Mead (1935) berdasarkan penelitiannya di beberapa masyarakat di Papua Nugini, menyatakan bahwa perbedaan itu tidak semata¬mata berdasarkan perbedaan jenis kelamin saja, melainkan ber¬hubungan erat dengan kondisi sosial budaya lingkungannya. Antara catatan kaki dengan teks dipisahkan dengan garis se-panjang baris. Cara yang lebih banyak dilakukan ialah dengan meletakkannya pada bagian bawah (kaki) halaman atau pada akhir setiap bab.
o Unsur-Unsur Catatan Kaki
Untuk Buku: Nama pengarang (editor, penerjemah), ditulis dalam
urutan diikuti koma (,).
ü Judul buku, ditulis dengan huruf kapital (kecuali kata-kata
tugas) dan digarisbawahi.
ü Nama atau nomor seri, kalau ada.
ü Data: publikasi: Jumlah jilid, kalau ada. Nomor cetakan,
kalau ada. Kota penerbit, diikuti titik dua (:). Nama penerbit, diikuti koma
(,). Tahun penerbitan c, d, e diletakkan diantara tanda ku¬rung (... )
ü Nomor jilid kalau perlu
ü Nomor halaman, diikuti titik (.)
Untuk Artikel dalam Majalah Berkala
ü Nama pengarang
ü Judul artikel, di antara tanda kutip(")
ü Nama majalah, digarisbawahi.
ü Nomor majalah jika ada.
ü Tanggal penerbitan.
ü Nomor halaman.
o Catatan Kaki Singkat
ü
Ibid. (Singkatan dari Ibidum,
artinya sama dengan di atas), untuk catatan kaki yang sumbernya sama dengan
catatan kaki yang tepat di atasnya. Ditulis dengan huruf besar, digarisba¬wahi,
diikuti titik ( . ) dan koma ( , ) lalu nomor halaman.
ü
op. cit. (Singkatan dari opere
citati, artinya dalam karya yang telah dikutip), dipergunakan untuk catatan
kaki dari sumber yang pernah dikutip, tetapi telah disisipi catatan kaki lain
dari sumber lain. Urutannya: nama pengarang, op. cit, nomor hala¬man.
ü
loc, cit. (Singkatan dari loco
citati, artinya tempat yang telah dikutip), seperti di atas tetapi dari halaman
yang sama: nama pengarang loc. cit. (tanpa nomor halaman). ,
o
Contoh-contoh
Ø Dari Buku
Ø
John Dewey, How We Think (Chicago:
Henry Regnery Com¬pany, 1974), p. 75.
Ø
BP3K, Strategi Pengembangan Kekuatan
Penalaran (Jakarta Departemen P dan K, 1979), p. 81-95.
Ø
Ibid., p. 15.
Ø
John Dewey, op. cit., p. 18.
Ø
John Dewey, loc.cit.
Ø Dari Majalah
Ø 7 Linus Simanjuntak, "Andaikan Kolam itu Bumi
Kita", Suara Alam No. 9 (1980), pp. 17-18.
Ø Dari Surat Kabar
Ø 8 Tajuk Rencana dalam Kompas (Jakarta), 7 Mei 1981.
Ø 9 Artikel dalam Sinar Harapan (Jakarta), 29 April 1981.
Ø Dari Ensiklopedia
Ø 10 John E. Bardach, "Fish”, "Encyclopedia
Americana (New York: Americana Corporation, 1973), 11, pp. 289-309.
Ø Dari Internet
Ø 11 Kompas Cyber Media.htm, Jum’at 11 Agustus 2000, 13:32 wib
Tips Memilih Nama Domain http://www.kompas.com/kcm/news/0008/11/0038.htm
Ø Dari Sumber Yang Belum Dipublikasikan Seperti: Tesis,
Skripsi, Disertasi
12Sabarti Akhadiah, "Pengaruh Materi Pengajaran Bahasa
Indonesia, Lokasi Sekolah, dan Jenis Kelamin Terhadap Ke¬mampuan Penalaran
Ilmiah Siswa SMP" (Disertasi yang tidak diterbitkan, Fakultas Pasca
Sarjana Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jakarta, 1983, p.36.) Perlu
diketahui bahwa banyak cara yang telah diterapkan sehubungan de-ngan pemakaian
dan penulisan kutipan, catatan kaki, dan daftar kepustakaan. Setiap perguruan
tinggi menetapkan aturan tertentu mengenai teknik penulisan ini. Meskipun
aturan itu mungkin berbeda-beda, namun semua bersepakat untuk menghargai penemuan
atau karya orang lain.
v
Daftar Pustaka
Ø Tujuan Daftar Pustaka
Daftar pustaka bermaksud mentabulasi atau mendaftarlcan
semua sumber bacaan baik yang sudah dipublikasikan seperti buku, majalah, surat
kabar, maupun yang belum dipublikasikan seperti paper, skripsi, tesis, dan
disertasi. Melalui daftar pustaka ini pembaca dapat mengetahui sumber-sumber
apa saja yang dipergunakan dalam penulisan karya ilmiah itu tanpa membaca
seluruh tulisan terlebih dahulu. Berdasarkan daftar pustaka itu pembaca yang
berpengalaman akan dapat mengira mutu pembahasan tulisan tersebut, karena
tujuan utama dari daftar pustaka adalah untuk mengidentifikasikan karya ilmiah
itu sendiri.
Ø Mengklasifikasi Daftar Pustaka
Suatu karya ilmiah atau skripsi, atau tesis merupakan hasil
karya yang mengarah pada satu bidang terteritu. Dengan demikian sumber bahan
yang dipakai adalah yang ada hubungan dengan bidang yang dikupas. Sumber
semacam ini disebut sumber primer. Dalam karya ilmiah yang menjurus pada satu
bidang ini, hampir tidak ada sumber sekundernya. Jadi daftar pustaka secara
keseluruhan merupakan sumber primer. Penggolong¬an terhadap daftar kepustakaan
seperti ini disebut penggolongan berdasar¬kan bidang, yaitu bidang masalah yang
ditelaah. Selain pembagian/klasifikasi berdasarkan bidang, daftar pustaka dapat
diklasifikasikan menurut jenis sumber ini didasarkan pada kelompok: buku,
majalah, surat kabar, jurnal, skripsi, tesis, disertasi. Tetapi pengelom pokan
menurut jenis sumber ini akan diperlukan bila daftar pustaka me¬muat lebih dari
dua puluh sumber referensi. Daftar pustaka yang kurang dari dua puluh sumber
referensi termasuk daftar pustaka yang pendek. Untuk daftar pustaka yang pendek
penggolongan sumber referensi menu¬rut jenisnya tidak diperlukan,
Ø Penyeleksian Sumber Referensi
Untuk mempersiapkan bahan dari satu topik tulisan ilmiah
biasanya banyak sekali sumber bacaan yang kita baca, terutama yang berhubungan
dengan masalah yang kita bahas. Dari semua buku yang kita baca tadi ti dak
harus semuanya kita masukkan ke dalam daftar pustaka. Hal ini dise¬babkan
karena: (1) Sumber-sumber bacaan ini belum tentu semuanya ter¬masuk sumber
bacaan yang baik. Sumber bacaan yang kurang baik tidak akan membantu mutu
tulisan ilmiah tadi. (2) Kadang-kadang sumber ba¬caan mengemukakan pendapat
atau ide serta kesimpulan yang sama. Dari beberapa sumber bacaan yang sama ini
dipilih salah satu saja sebagai sum¬ber referensi dalam daftar pustaka.
Yang perlu diperhatikan dalam menyusun daftar pustaka ialah bahwa semua referensi dari sumber bacaan yang telah dimuat ke dalam catatan kaki harus dimasukkan ke dalam daftar pustaka. Hal ini berarti bahwa da lam menyeleksi kutipan atau catatan kaki harusla.h yang betul-betul rele¬van dengan masala.h yang akan dibahas. Dengan demikian daftar pustaka yang disusun adala.h daftar pustaka pilihan karena kutipan atau catatan kakinya merupakan hasil pilihan juga.
Yang perlu diperhatikan dalam menyusun daftar pustaka ialah bahwa semua referensi dari sumber bacaan yang telah dimuat ke dalam catatan kaki harus dimasukkan ke dalam daftar pustaka. Hal ini berarti bahwa da lam menyeleksi kutipan atau catatan kaki harusla.h yang betul-betul rele¬van dengan masala.h yang akan dibahas. Dengan demikian daftar pustaka yang disusun adala.h daftar pustaka pilihan karena kutipan atau catatan kakinya merupakan hasil pilihan juga.
Ø Cara Menyusun Daftar Pustaka
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun
pustaka:
ü
Daftar pustaka tidak diberi nomor
urut.
ü
Nama penulis diurut menurut abjad.
ü
Gelar penulis tidak dicantumkan
walaupun dalam buku yang penulis mencantumkan gelar.
ü
Daftar pustaka diletakkan pada
bagian terakhir tulisan
ü
Masing-masing sumber bacaan diketik
dengan jarak baris satu spasi.
ü
Jarak masing-masing sumber bacaan
dua spasi.
ü
Baris pertama diketik dari garis
tepi (margin) tanpa indensi dan untuk baris-baris berikutnya digunakan indensi
empat ketukan.
Di samping hal-hal tersebut
perhatikan pula:
Ø Nama Penulis
Untuk penulis-penulis asing nama keluarga diletakkan paling
de-pan. Hal ini menentukan urutan huruf dalam daftar pustaka. Untuk penulis
Indonesia yang menentukan urutan alfabetisnya ialah huruf pertama nama sendiri.
Jika penulis terdiri dari dua atau tiga orang, semua nama
dican-tumkan. Jika penulis lebih dari tiga orang ditulis singkatan et. al. (dan
kawan-kawan).
Jika dalam sumber bacaan terdapat beberapa tulisan yang ditulis oleh penulis yang sama maka sumber bacaan itu disusun berurutan. Nama penulis hanya ditulis pada karya urutan pertama. Karya urutan kedua dan seterusnya tidak dituliskan nama, tetapi diganti dengan garis sepanjang tujuh ketukan. Nama penulis maupun garis, diakhiri dengan titik.
Pada dasarnya cara menyingkat nama penulis pada daftar pustaka tidak berbeda dengan cara menyingkat pada catatan kaki. Akan tetapi bila penulisannya lebih dari satu orang, maka untuk penulis pertama cara menyingkatnya agak berbeda yaitu: nama keluarga ditulis terlebih dahulu dengan lengkap, diberi tanda koma, kemudian nama sendiri di¬singkat atau tidak disingkat dan akhirnya (jika ada) disingkat.
Jika dalam sumber bacaan terdapat beberapa tulisan yang ditulis oleh penulis yang sama maka sumber bacaan itu disusun berurutan. Nama penulis hanya ditulis pada karya urutan pertama. Karya urutan kedua dan seterusnya tidak dituliskan nama, tetapi diganti dengan garis sepanjang tujuh ketukan. Nama penulis maupun garis, diakhiri dengan titik.
Pada dasarnya cara menyingkat nama penulis pada daftar pustaka tidak berbeda dengan cara menyingkat pada catatan kaki. Akan tetapi bila penulisannya lebih dari satu orang, maka untuk penulis pertama cara menyingkatnya agak berbeda yaitu: nama keluarga ditulis terlebih dahulu dengan lengkap, diberi tanda koma, kemudian nama sendiri di¬singkat atau tidak disingkat dan akhirnya (jika ada) disingkat.
Ø Judul Tulisan/Artikel
Cara menuliskan judul tulisan pada catatan kaki sama dengan
cara menuliskan pada daftar pustaka. Judul tulisan ketik dengan huruf ka¬pital
untuk setiap awal kata kecuali kata tugas. Judul tulisan diletakkan di antara
tanda kutip dan diakhiri dengan tanda koma. Judul tulisan diketik dengan jarak
dua ketukan dari tanda titik di belakang nama penulis.
Ø Nama Buku/Majalah
Dalam daftar pustaka nama buku atau nama majalah diketik
de¬ngan cara yang sama dengan judul tulisan yaitu dengan huruf kapital untuk
setiap awal kata dan diberi garis bawah. Nama buku diakhiri dengan tanda titik,
tetapi untuk nama majalah diakhiri dengan tanda koma.
Ø Data Publikasi
Data publikasi dimulai dengan tempat penerbitan dan diakhiri
de¬ngan titik dua, kemudian dengan jarak satu sela ketukan dilanjutkan dengan
nama badan penerbit, ditutup dengan koma, sela satu ketukan kemudian diikuti
tahun penerbitan yang ditulis dengan angka Arab dan diakhiri dengan titik.
Jarak data publikasi dengan judul dua sela ketukan.
Agar lebih jelas marilah kita perhatikan penjelasan yang disertai contoh-contoh berikut ini.
Agar lebih jelas marilah kita perhatikan penjelasan yang disertai contoh-contoh berikut ini.
a.
Buku
1
Contoh penulis buku 1 orang:
Robins, Adriane. 1980. The Writer's Practical Rhetoric. New York: John Wiley & Sons.
Robins, Adriane. 1980. The Writer's Practical Rhetoric. New York: John Wiley & Sons.
2
Contoh penulisan buku lebih dari 1
orang.
Alexander, F., and RM. French. 1946. Psychoanalytic Therapy, New York: Ronald Press Co.
Alexander, F., and RM. French. 1946. Psychoanalytic Therapy, New York: Ronald Press Co.
3
Contoh penulisan buku terdiri dari 3
orang.
Charnes, A.W., W.W. Cooper, and A. Henderson. 1953. An Introduction to Linear Programming. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Charnes, A.W., W.W. Cooper, and A. Henderson. 1953. An Introduction to Linear Programming. New York: John Wiley & Sons, Inc.
4
Contoh penulis buku lebih dari 3
orang.
Johnston, C.H., et al. 1914. The Modern High School. New York: Charles Scribner & Sons,
Johnston, C.H., et al. 1914. The Modern High School. New York: Charles Scribner & Sons,
5
Contoh dua buku yang ditulis oleh
seorang penulis.
De Vito, A, Joseph, 1994. Human Communication, The Basic Course. New York: Harper Collin Cellege, Publisher.
_______, 1997. Komunikasi Antar Manusia, Kuliah Dasar, Edisi kelima, diterjemahkan oleh Maulana Agus. Jakarta: Profesional Book.
De Vito, A, Joseph, 1994. Human Communication, The Basic Course. New York: Harper Collin Cellege, Publisher.
_______, 1997. Komunikasi Antar Manusia, Kuliah Dasar, Edisi kelima, diterjemahkan oleh Maulana Agus. Jakarta: Profesional Book.
b.
Majalah, Buletin
Untuk artikel yang dimuat dalam majalah atau pun buletin
cara menyusun daftar pustakanya seperti berikut: Untuk artikel yang dimuat dalam majalah atau
pun buletin cara menyusun daftar pustakanya
1)
nama penulis/pengarang
2)
judul artikel di antara tanda kutip
("........ ")
3)
nama majalah, digarisbawahi
4)
nomor majalah jika ada
5)
tanggal dan tahun penerbitan
Contoh:
Parera, J.D. "Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah Dilihat Dari Se¬gi Sosiopolitikolinguistik" Analisis Kebudayaan Depdikbud tahun IV-No. 3. 1983/1984.
Parera, J.D. "Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah Dilihat Dari Se¬gi Sosiopolitikolinguistik" Analisis Kebudayaan Depdikbud tahun IV-No. 3. 1983/1984.
c.
Surat Kabar
Tulisan seperti editorial, pojok, dan berita, nomor halaman
yang dicantumkan dalam catatan kaki tidak dicantumkan pada daftar pustaka.
Contoh:
Komputek, edisi 187, Minggu ke-III Oktober 2000: 05). Tema: “Kunci sukses berjualan di internet”
Komputek, edisi 187, Minggu ke-III Oktober 2000: 05). Tema: “Kunci sukses berjualan di internet”
d.
Karya yang Tidak Diterbitkan
Unsur-unsur pokok dari karya yang tidak diterbitkan untuk daftar pustaka ialah:
Unsur-unsur pokok dari karya yang tidak diterbitkan untuk daftar pustaka ialah:
1)
nama penulis
2)
judul tulisan
3)
untuk apa tulisan itu
ditujukan
4)
lembaga yang menerima tulisan
5)
tahun diajukannya karya.
Antara unsur pertama dan kedua
diberi sela dua ketukan. Antara unsur kedua dan ketiga juga diberi jarak dua ketukan.
Tetapi antara unsur-unsur selanjutnya hanya diberi jarak satu ketuk¬kan sela.
Contoh:
Sabarti Akhadiah, 1983. "Pengaruh Materi Pengajaran Bahasa Indonesia, Lokasi Sekolah, dan Jenis Kelamin terhadap Kemampuan Pe¬nalaran Ilmiah Siswa SMP." Disertasi, Fakultas Pasca Sarjana, Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jakarta.
Sabarti Akhadiah, 1983. "Pengaruh Materi Pengajaran Bahasa Indonesia, Lokasi Sekolah, dan Jenis Kelamin terhadap Kemampuan Pe¬nalaran Ilmiah Siswa SMP." Disertasi, Fakultas Pasca Sarjana, Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jakarta.
Sakura Hatamarrasjid, 1967.
"Perbandingan Fonologi Bahasa Bangka dengan Bahasa Indonesia." Tesis
Sarjana, Fakultas Ilmu Pendi¬dikan, Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Bandung.
v
Format Penulisan
ü
Kertas yang digunakan A4, berat 80
gram.
ü
Ketikan Menggunakan mesin ketik
huruf Times New Roman dengan ketikan spasi (rangkap). Batas pengetikan 4 cm
dari pinggir kiri, 3 cm dari pinggir kanan, dan 3 cm dari atas dan bawah
kertas.
ü
Paragraf
Paragraf dimulai pada ketukan kelima dari garis margin.
ü
Karbon
Kertas karbon harus hitam.
ü
Nomor halaman
Nomor halaman diletakkan di sebelah kanan atas, kecuali
nomor ha¬laman bagi bab baru, yang ditempatkan di tengah bawah. Nomor halaman
dengan angka Arab dimulai dengan tubuh utama penulisan (Bab 1) sedangkan bagi
hal-hal yang bersifat mengantar dipergunakan angka latin dari alfabet dengan
huruf kecil (seperti i, iv, v, dan x) yang diletakkan di te¬ngah bagian bawah.
ü
Margin
Luas margin pada sebelah kiri dan atas 4 cm dan pada sebelah
kanan dan bawah 2-3 cm. Margin sebelah kiri harus agak lebar karena karangan
ilmiah ini harus dijilid.
ü
Halaman Baru
Halaman baru dipergunakan untuk kata pengantar, daftar isi,
daftar pustaka, dan lamp iran-lampiran. Kepala bagian-bagian yang disebutkan
tadi diketik seluruhnya dengan huruf besar tanpa titik penutup.
ü
Kutipan
Kutipan lebih dari empat baris diketik berspasi satu,
letaknya empat ketukan dari garis margin. Tetapi pada umumnya baris pertama
biasanya dimulai tujuh ketukan ketik atau lima ketukan ketik dari garis margin
seperti memulai paragraf baru. Demikian juga dengan nomor catatan kaki di¬mulai
pada jarak yang sama dari garis margin seperti memulai paragraf baru, yakni
tujuh ketukan.
ü
Catatan Kaki
Mengetik catatan kaki harus pada halaman yang sama dengan
kutipan-nya. Pengetikan catatan kaki harus dipisahkan dari teks oleh garis
sepanjang 14 ketukan dari garis margin, dan berjarak dua spasi dari teks dan
dari catatan kaki sendiri.
Contoh Daftar Pustaka berdasarkan Abjad.
Arnold, David. 1996. Pedoman Manajemen Merek (Judul asli:
The Handbook of Brand Management). Alih bahasa Marina Katherin. Surabaya:
Kentindo Soho.
Baran, Stanly J., & Dennis K. Davis, 2000. Mass
Communication Theory, Foundation, Ferment, and Future, (Second Edition) Canada:
Wadsworth
Cutlip, Scott & Allen H. Center, 1986. Effektive Public
Relations, 6-th Edition. USA: Prentice Hall, Inc.
De Vito, A, Joseph, 1994. Human Communication, The Basic
Course. New York: Harper Collin Cellege, Publisher.
___________, 1997. Komunikasi Antar Manusia, Kuliah Dasar,
Edisi kelima, diterjemahkan oleh Maulana Agus. Jakarta: Profesional Book.
Gates, Bill, 2000. Business @ The Speed of Thought. Alihbahasa:
Alex Tri Kancoro W. Jakarta: Gramedia
Holtz, shel. 1999. Public Relations on the Net. Winning
Strategies to inform and influence the Media, the investement community, the
government, the public, and more. New York: Amacom.
Khoe Yao Tung, 1996. Pemasaran dan Bisnis di Internet,
Strategi Memenangkan Persaingan. Jakarta: Gramedia.
Littlejohn, Stephen W., 1996. Theories of Human
Communications, Fifth Edition. New York: Wordsworth Publishing Company.
McQuail, Denis. 1994. Mass Communication Theory, An
Intoduction. London: Sage Publications.
Naisbitt, John, 1994. Megatrend 2000, Global Paradoks, Alih
bahasa Budijanto. Jakarta: Binarupa Aksara.
Pace, R. Wayne & Don F. Faules, 2000. Komunikasi
Organisasi. (Editor: Deddy Mulyana). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Rogers, M. Everret, Kincaid, Lawrence, D. 1980.
Communication Networks Toward a New Paradigm For Research. New York: The Free
Press A. Division of Macmillan Publishing.
Straubhaar, Josheph & Robert LaRose, 2000. Media Now:
Communications Media in the Information Age. (Edisi Kedua). USA: Wadsworth
Soehartono, Irawan, 1998. Metode Penelitian Sosial. Suatu
Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung:
Remaja Rosda Karya.
Wilcox, Denis L., et all. 1992. Public Relations :
Strategies and Tactics. (Third Edition). New York: HarperCollins Publisher Inc.
Majalah & Koran:
Komputek, Edisi 171, Minggu ke-IV Juni 2000 (halaman 04),
Tema: “Internet Gusur Media Cetak?”
Komputek, Edisi 183, Minggu ke-III, September 2000, (halaman
05) Tema: “Masyarakat Mulai Update IT”