WHO AM I?
Sunday, September 29, 2013
Asuhan Keperawatan Letak Sungsang
Juniartha Semara Putra
Asuhan Keperawatan Letak Sungsang
Asuhan Keperawatan Letak Sungsang
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Letak sungsang adalah letak memanjang
dengan bokong sebagai bagian yang terendah (Presentasi Bokong). Angka
kejadian : ± 3 % dari seluruh angka
kelahiran.
Adapun letak sungsang dapat dibagi menjadi
sebagai berikut :
- Letak bokong murni ; prensentasi bokong murni (Frank Breech).
Bokong saja yang menjadi bagian terdepan sedangkan kedua tungkai lurus
keatas.
- Letak bokong kaki (presentasi bokong kaki) disamping bokong
teraba kaki (Complete Breech). Disebut letak bokong kaki sempurna atau
tidak sempurna kalau disamping bokong teraba kedua kaki atau satu kaki
saja.
- Letak lutut (presentasi lutut) dan
- Letak kaki , yang keduanya disebut dengan istilah ; Incomplete
Breech.
Tergantung
pada terabanya kedua kaki atau lutut atau hanya teraba satu kaki atau lutut
disebut letak kaki atau lutut sempurna dan letak kaki atau lutut tidak
sempurna.
Dari
semua letak-letak ini yang paling sering dijumpai adalah letak bokong murni.
Punggung biasanya terdapat kiri depan. Frekuensi letak sungsang lebih tinggi
pada kehanilan muda dibandingkan dengan kehamilan a`terme dan lebih banyak pada
multigravida dibandingkan dengan primigarvida.
Salah
satu cara dalam mengatasi keadaan tersebut adalah dengan tindakan operatif
yaitu persalinan dengan cara tindakan seksio sesarea. Dimana apabila cara-cara
lain dianggap tidak berhasil atau syarat-syarat untuk dilakukanya tindakan
tidak terpenuhi atau kondisi ibu memerlukan tindakan yang segera yang apabila
tidak segera dilakukan akan berakibat fatal.
Seksio
sesarea adalah persalinan dengan suatu tindakan operasi/pembedahan untuk
mengeluarkan janin dari rongga uterus dengan cara mengiris dinding perut dan dinding uterus dengan
syarat rahim dengan keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram.
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengertian
Letak sungsang
adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian yang terendah ( Presentasi
Bokong).
B.
Etiologi
C.
Lokalisasi Mioma Uteri
D.
Komplikasi
E.
Cara Penanganan Mioma Uteri
ASUHAN
KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dalam melakukan
asuhan keperawatan secara keseluruhan. Pengkajian terdiri dari tiga tahapan
yaitu ; pengumpulan data, pengelompakan data atau analisa data dan perumusan
diagnose keperawatan (Depkes RI, 1991 ).
1. Pengumpulan Data.
Pengumpulan
data merupakan kegiatan dalam menghimpun imformasi (data-data) dari klien. Data
yang dapat dikumpulkan pada klien sesudah pembedahan Seksio Sesarea sebagai
berikut :
Usia :
2. Keluhan Utama
- Adanya kelainan letak janin yang bisa diketahui dari
pemeriksaan
3. Riwayat Reproduksi
- Haid
Dikaji tentang
riwayat menarche dan haid terakhir, sebab
- Hamil dan Persalinan
1)
Kehamilan pertama kali atau
sering.
2)
Jumlah kehamilan dan anak yang
hidup mempengaruhi psikologi klien dan keluarga .
4. Data Psikologi.
Pengetahuan klien tentang dampak yang akan
terjadi sangat perlu persiapan psikologi klien.
5. Status Respiratori
Respirasi
bisa meningkat atau menurun . Pernafasan yang ribut dapat terdengar tanpa stetoskop. Bunyi pernafasan akibat
lidah jatuh kebelakang atau akibat terdapat secret. Suara paru yang kasar merupakan gejala terdapat secret pada saluran
nafas . Usaha batuk dan bernafas dalam dilaksanakan segera pada klien yang memakai anaestesi general.
6. Tingkat
Kesadaran
Tingkat
kesadaran dibuktikan melalui pertanyaan
sederhana yang harus dijawab oleh klien atau di suruh untuk melakukan
perintah. Variasi tingkat kesadaran dimulai dari siuman sampai ngantuk , harus
di observasi dan penurunan tingkat kesadaran merupakan gejala syok.
7. Status Urinari
Retensi
urine paling umum terjadi setelah
pembedahan ginekologi, klien yang hidrasinya baik biasanya baik
biasanya kencing setelah 6 sampai 8 jam
setelah pembedahan. Jumlah autput urine yang sedikit akibat kehilangan cairan
tubuh saat operasi, muntah akibat anestesi.
8. Status Gastrointestinal
Fungsi
gastrointestinal biasanya pulih pada
24-74 jam setelah pembedahan, tergantung pada kekuatan efek narkose pada
penekanan intestinal. Ambulatori dan kompres hangat perlu diberikan untuk
menghilangkan gas dalam usus.
B. Pengelompokan Data
Analisa
data adalah mengkaitkan, menghubungkan data yang telah diperoleh dengan teori,
prinsip yang relevan guna mengetahui masalah keperawatan klien (Depkes RI 1991
; 14 )
B.
Diagnose Keperawatan
1)
Gangguan Rasa nyaman (nyeri )
berhubungan dengan kerusakan jaringan otot dan system saraf yang di tandai
dengan keluhan nyeri, ekpresi wajah menyeringai.
2)
Gangguan eleminasi miksi (retensi urine ) berhubungan dengantrauma
mekanik , manipulasi pembedahan adanya edema pada jaringan sekitar dan hematom,
kelemahan pada saraf sensorik dan motorik.
3)
Kurang pengetahuan tentang efek
pembedahan dan perawatan selanjutnya berhubungan dengansalah dalam menafsirkan
imformasi dan sumber imformasi yang kurang benar.
C.
Perencanaan
Perencanaan
adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan akan dilaksanakan untuk
menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah di tentukan
dengan tujuan, criteria hasil, rencana tindakan atau intervensi dan rasional
tindakan (Depkes RI 1991 ; 20 ).
Intervensi keperawatan pada diagnose
Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kerusakan jaringan otot dan
system saraf. :
1)
Kaji tingkat rasa tidak nyaman
sesuai dengan tingkatan nyeri.
2)
Beri posisi fowler atau posisi
datar atau miring kesalah satu sisi.
3)
Ajarkan teknik releksasi
seperti menarik nafas dalam, bimbing untuk membayangkan sesuatu.Kaji tanda
vital : tachicardi,hipertensi, pernafasan cepat.
4)
Motivasi klien untuk mobilisasi
didni setelah pembedahan bila sudah diperbolehkan.
5)
Laksanakan pengobatan sesuai
indikasi seperti analgesik intravena.
6)
Observasi efek analgetik
(narkotik )
7)
Obervasi tanda vital : nadi
,tensi,pernafasan.
Intervensi keperawatan pada diagnose
keperawatan gangguan eleminasi miksi (retensi urine ) berhubungan dengantrauma
mekanis, manipulasipembedahan, oedema jaringan setempat, hemaloma, kelemahan
sensori dan kelumpuhan saraf.
1)
Catat poal miksi dan minitor
pengeluaran urine
2)
Lakukan palpasi pada kandung
kemih , observasi adanya ketidaknyamanan dan rasa nyeri.
3)
Lakukan tindakan agar klien
dapat miksi dengan pemberian air hangat, mengatur posisi, mengalirkan air
keran.
4)
Jika memakai kateter,
perhatikan apakah posisi selang kateter dalam keadaan baik, monitor intake
autput, bersihkan daerah pemasangan kateter satu kali dalamsehari, periksa
keadaan selang kateter (kekakuan,tertekuk )
5)
Perhatikan kateter urine : warna, kejernihan dan bau.
6)
Kolaborasi dalam pemberian
dalam pemberian cairan perperental dan obat obat untuk melancarkan urine.
7)
Ukur dan catat urine yang
keluar dan volume residual urine 750 cc perlu pemasangan kateter tetap sampai
tonus otot kandung kemih kuat kembali.
Intervensi keperawatan pada diagnose
keperawatan Kurangnya pengetahuan tentang perawatan luka operasi, tanda-tanda
komplikasi, batasan aktivitas, dan perawatan selanjutnya berhubungan dengan
terbatasnya imformasi.
1)
Jelaskan bahwa tindakan seksio
sesarea mempunyi kontraindikasi yang sedikit tapi membutuhkan waktu yang lama
untuk pulih, mengguanakan anatesi yang banyak dan memberikan rasa nyeri yang
sangat setelah operasi.
2)
Jelaskan dan ajarkan cara
perawatan luka bekas operasi yang tepat
3)
Motivasi klien melakukan
aktivitas sesuai kemampuan.
4)
Jelaskan aktivitas yang tidak
boleh dilakukan.
D.
Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah perwujudan ari
rencana tindakan yang telah ditentukan dengan maksud agar kebutuhan klien
terpenuhi secara optimal. Tindakan keperawatanini dapat dilaksanakan oleh klien
sendiri, oleh perawat secara mandiri maupun bekerjasama engan tim kesehatan lainnya. (Depkes RI 1991
; 28 )
E.
Evaluasi.
Evaluasi adalah
proses penilaian pencapaian tujuan, sedang tujuan evaluasi itu sendiri adalah menentukan kemampuan klien dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan
dan menilai keberhasilan dari rencana keperawatan atau asuhan
keperawatan ( Depkes RI 1991 ; 31 )
Adapun evaluasi yang di harapkan pada klien
dengan Post Seksio Sesarea adalah sebagai berikut :
1.
Rasa nyaman klien terpenuhi
2.
Pola eliminasi miksi dan
defekasi kembali normal
3.
Klien menunjukkan respon
adaptif
4.
Pengetahuan klien mengenai
keadaan dirinya bertambah
5.
Pola nafas klien kembali
efektif
6.
Tidak terjadi komplikasi ;
perdarahan atau infeksi..
Label: Juniartha Semara Putra
I PUTU JUNIARTHA SEMARA PUTRA POLTEKKES DENPASAR JURUSAN KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN LEPTOSPIROSIS
Juniartha Semara Putra
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN LEPTOSPIROSIS
I.
LANDASAN TEORI
A. Pengertian
Leptospirosis adalah suatu
zoonosis yang disebabkan suatu mikroorganisme yaitu leptospira tanpa memandang
bentuk spesifik serotipenya. Penyakit ini juga dikenal dengan nama seperti mud
fever, slim fever, swamp fever, autumnal fever, infectoius jaundice, field
fever, cane cutler fever.
B. Etiologi
Penyakit yang
terdapat di negara yang beriklim tropis. Berbagai subgroup yang masing- masing
terbagi dalam atas :
1. L icterohaemorhagiae dengan
reservoire tikus (syndroma weil)
2. L. canicola dengan
reservoire anjing
3. L pamona dengan reservoire
sapi dan babi
Insiden :
Penyakit ini
dapat berjangkit pada laki-laki dan perempuan pada semua umur.
C. Manifestasi klinis
Masa tunas
berkisar antara 2-26 hari(kebanyakan 7-13 hari) rata-rata 10 hari.
Pada leptospira
ini ditemukan perjalanan klini sbifasik :
1.
Leptopiremia (berlangsung 4-9 hari)
Timbul demam
mendadak, diserta sakit kepala (frontal, oksipital atau bitemporal). Pada otot
akan timbul keluhan mialgia dan nyeri tekan (otot gastronemius, paha pinggang,)
dandiikuti heperestesia kulit. Gejala menggigil dan demam tinggi, mual, muntah,
diare, batuk, sakit dada, hemoptisis, penurunan kesadaran, dan injeksi
konjunctiva. Injeksi faringeal, kulit dengan ruam berbentuk
makular/makolupapular/urtikaria yang tersebar pada badan, splenomegali, dan
hepatomegali.
2.
Fase imun (1-3 hari)
Fase imun yang
berkaitan dengan munculnya antibodi IgM sementara konsentrasi C3,
tetap normal. Meningismus, demam jarang melebihi 39oC. Gejala lain
yang muncul adalah iridosiklitis, neuritis optik, mielitis, ensefalitis, serta
neuripati perifer.
3.
Fase penyembuhan (minggu ke-2 sampai minggu ke-4)
Dapat ditemukan
adanya demam atau nyeri otot yang kemudian berangsur-angsur hilang.
D. Patofisiologi
Manusia bisa
terinfeksi jika terjadi kontak pada kulit atau selaput lendir yang luka/erosi
dengan air, lumpur dan sebagainya yang telah tercemar oleh air kemih binatang
yang terinfeksi leptospira. Leptospira yang masuk melalui kulit maupun selaput
lendir yang luka/erosi akan menyebar ke organ-organ dan jaringan tubuh melalui
darah. Sistem imun tubuh akan berespon sehingga jumlah laptospira akan
berkurang, kecuali pada ginjal yaitu tubulus dimana kan terbentuk koloni-koloni pada dinding
lumen yang mengeluarkan endotoksin dan kemudian dapat masuk ke dalam kemih.
Gambaran
patofisilogi
Organisme
Kontak pada kulit. Selaput lendir,
Luka erosi dengan air, tanah, lumpur)
air kemih binatang yang terinfeksi leptospira
endoktoksin
Masuk darah dan alirannya
Leukositosis, nuetro-filia (proses fagosi-tosis)
Demam sampai meng-gigil
Miokar-ditis
Peningkatan suhu tubuh *)
Kurang pengetahuan *)
|
Vaskulitits
difus di kapiler
Trombositopenia
Pertaharan
Epitaksis
Hemoptisis
Hemetem-isis
melena
Perdarahan adrenal, gagal
ginjal, perdarahan paru
Risiko defisit cairan dan
eletrolit *)
Cemas
/takut *)
|
Gastro-intestinal
Hepatomegali,
spleno-megali
Mual
Muntah
Risiko nutrisi kurang
dari kebutuhan *)
|
Leukosit
CSS
Meningismus
ensepalitis
Panas
nyeri kepala (frontal,
oksipital)
fotofobia,
Nyeri
*)
|
Pretibial
fever
Eritema-tosa
ruam, makular,
makulopapula
Kerusakan kulit *)
|
Rekasi
kimia kinin, bradikin, prostag-landing
Mialgia,
Nyeri*)
|
E. Komplikasi
Pada leptospira,
komplikasi yang sering terjadi adalah iridosiklitis, gagal ginjal, miokarditis,
meningitis aseptik dan hepatitis. Perdarahan masif jarang ditemui dan bila
terjadi selalu menyebabkan kematian.
F. Penatalaksanaan
Obat antibiotika
yang biasa diberikan adalah penisillin, strptomisin, tetrasiklin,
kloramfenikol, eritromisin dan siproflokasasin. Obat pilihan utama adalah
penicillin G 1,5 juta unit setiap 6 jam selama 5-7 hari. Dalam 4-6 jam setelah
pemeberian penicilin G terlihat reaksi Jarisch Hecheimmer yang menunjukkan
adanya aktivitas antileptospira> obat ini efektif pada pemberian 1-3 hari
namun kurnag bermanfaat bila diberikan setelah fase imun dan tidak efektif jika
terdapat ikterus, gagal ginjal dan meningitis. Tindakan suporatif diberikan sesuai
denan keparahan penyakit dan komplikasi yang timbul.
G. prognosis
Tergantung
keadaan umum klien, umur, virulensi leptospira, dan ada tidaknya kekebalan yang
didapat. Kematian juga biasanya terjadi akibat sekunder dari faktor pemberat
seperti gagal ginjal atau perdarahan dan terlambatnya klien mendapat
pengobatan.
II.
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitis
Keadaan umum
klien seperti umur dan imunisasi., laki dan perempuan tingkat kejadiannya sama.
2. Keluhan utama
Demam yang
mendadak
Timbul gejala
demam yang disertai sakit kepala, mialgia dan nyeri tekan (frontal) mata merah,
fotofobia, keluahan gastrointestinal. Demam disertai mual, muntah, diare,
batuk, sakit dada, hemoptosis, penurunan kesadaran dan injeksi konjunctiva.
Demam ini berlangsung 1-3 hari.
3. Riwayat keperawatan
a.
Imunisasi, riwayat imunisasi
perlu untuk peningkatan daya tahan tubuh
b.
Riwayat penyakit, influenza,
hapatitis, bruselosis, pneuma atipik, DBD, penyakit susunan saraf akut, fever
of unknown origin.
c.
Riwayat pekerjaan klien apakah
termasuk kelompok orang resiko tinggi seperti bepergian di hutan belantara,
rawa, sungai atau petani.
4. Pemeriksaan dan observasi
a.
Fisik
Keadaan umum,
penurunan kesadaran, lemah, aktvivitas menurun
Review of sistem
:
Ø Sistem pernafasan
Epitaksis,
penumonitis hemoragik di paru, batuk, sakit dada
Ø Sistem cardiovaskuler
Perdarahan,
anemia, demam, bradikardia.
Ø Sistem persyrafan
Penuruanan
kesadaran, sakit kepala terutama dibagian frontal, mata merah.fotofobia,
injeksi konjunctiva,iridosiklitis
Ø Sistem perkemihan
Oligoria, azometmia,perdarahan
adernal
Ø Sistem pencernaan
Hepatomegali,
splenomegali, hemoptosis, melenana
Ø Sistem muskoloskletal
Kulit dengan
ruam berbentuk makular/makulopapular/urtikaria yang teresebar pada badan.
Pretibial.
b.
Laboratorium
ü Leukositosis normal, sedikit menurun,
ü Neurtrofilia dan laju endap darah (LED) yang meninggiu
ü Proteinuria, leukositoria
ü Sedimen sel torak
ü BUN , ureum dan kreatinin meningkat
ü SGOT meninggi tetapi tidak melebihi 5 x normal
ü Bilirubin meninggi samapai 40 %
ü Trombositopenia
ü Hiporptrombinemia
ü Leukosit dalam cairan serebrospinal 10-100/mm3
ü Glukosa dalam CSS Normal atau menurun
5. penatalaksanaan
Lihat pada
landasan teori.
6. Diagnosa keperawatan
a.
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan proses infeksi dari
perjalanan penyakitnya.
b. Cemas / takut berhubungan
dengan perubahan kesehatan (penyakit leptospirosisi) ditandai dengan
peningkatan tegangan, kelelahan, mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan
tergantung, tidak adekuat kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik.
c. Nyeri (akut) berhubungan dengan proses
penyakit (penekanan/kerusakan jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplay
syaraf, syaraf, inflamasi), ditandai
dengan klien mngatakan nyeri, klien sulit tidur, tidak mampu memusatkan
perhatian, ekspresi nyeri, kelemahan.
d. Kurangnya pengetahuan tentang
penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi,
misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan sering bertanya,
menyatakan masalahnya, pernyataan miskonsepsi, tidak akurat dalam mengikiuti
intruksi/pencegahan komplikasi.
e. Pemenuhan nutrisi (kurang
dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan intake kurang ditandai dengan klien
mengatakan intake tidak adekuat, hilangnya rasa kecap, kehilangan selera,
nausea dan vomitng, berat badan turun sampai 20% atau lebih dibawah ideal, penurunan
massa otot dan lemak subkutan,
f.
Resiko tinggi kurangnya volume cairan berhubungan dengan output yang
tidak normal (vomiting, diare), hipermetabolik, kurangnya intake
g. Resiko tinggi kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan efek kerja penyakitnya deficit imunologik,
penurunan intake nutrisi dan anemia.
B. Perencanaan
1. Peningkatan suhu tubuh
sehubungan dengan proses infeksi dari perjalanan penyakitnya.
Tujuan : suhu tubuh turun sampai batas normal
Kriteria hasil :
-
Suhu tubuh dalam batas normal 36
– 37 0 C
-
Klien bebas demam
-
Mukosa mulut basah, mata tidak
cekung, istirahat cukup
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
a.
Bina
hubungan baik dengan klien dan keluarga
b.
Berikan
kompres dingin dan ajarkan cara untuk memakai es atau handuk pada tubu,
khususnya pada aksila atau lipatan paha.
c.
Peningkatan
kalori dan beri banyak minuman (cairan)
d.
Anjurkan
memakai baju tipis yang menyerap
keringat.
e.
Observasi
tanda-tanda vital terutama suhu dan denyut nadi
f.
Kolaborasi
dengan tim medis dalam pemberian obat-obatan terutama anti piretik.,
antibiotika (Pinicillin G )
|
a.
Dengan
hubungan yang baik dapat meningkatkan kerjasama dengan klien sehingga pengobatan dan perawatan
mudah dilaksanakan.
b.
Pemberian
kompres dingin merangsang penurunan suhu tubuh.
c.
Air
merupakan pangatur suhu tubuh. Setiap
ada kenaikan suhu melebihi normal, kebutuhan metabolisme air juga meningkat
dari kebutuhan setiap ada kenaikan suhu tubuh.
d.
Baju
yang tipis akan mudah untuk menyerap keringat yang keluar.
e.
Observasi
tanda-tanda vital merupakan deteksi
dini untuk mengetahui komplikasi yang
terjadi sehingga cepat mengambil tindakan
f.
Pemberian
obat-obatan terutama antibiotik akan membunuh kuman Salmonella typhi sehingga
mempercepat proses penyembuhan
sedangkan antipiretik untuk menurunkan suhu tubuh. Antibotika spektrrum luas.
|
2. Cemas / takut
berhubungan dengan perubahan kesehatan (penyakit leptospirosisi) ditandai
dengan peningkatan tegangan, kelelahan, mengekspresikan kecanggungan peran,
perasaan tergantung, tidak adekuat kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik.
Tujuan :
-
Klien dapat mengurangi rasa
cemasnya
-
Rileks dan dapat melihat
dirinya secara obyektif.
-
Menunjukkan koping yang efektif
serta mampu berpartisipasi dalam pengobatan.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
a.
Tentukan
pengalaman klien sebelumnya terhadap penyakit yang dideritanya.
b.
Berikan
informasi tentang prognosis secara akurat.
c.
Beri
kesempatan pada klien untuk mengekspresikan rasa marah, takut, konfrontasi.
Beri informasi dengan emosi wajar dan ekspresi yang sesuai.
d.
Jelaskan
pengobatan, tujuan dan efek samping. Bantu klien mempersiapkan diri dalam
pengobatan.
e.
Catat
koping yang tidak efektif seperti kurang interaksi sosial, ketidak berdayaan
dll.
f.
Anjurkan
untuk mengembangkan interaksi dengan support system.
g.
Berikan
lingkungan yang tenang dan nyaman.
h.
Pertahankan
kontak dengan klien, bicara dan sentuhlah dengan wajar.
|
a.
Data-data
mengenai pengalaman klien sebelumnya akan memberikan dasar untuk penyuluhan
dan menghindari adanya duplikasi.
b.
Pemberian
informasi dapat membantu klien dalam memahami proses penyakitnya.
c.
Dapat
menurunkan kecemasan klien.
d.
Membantu
klien dalam memahami kebutuhan untuk pengobatan dan efek sampingnya.
e.
Mengetahui
dan menggali pola koping klien serta mengatasinya/memberikan solusi dalam
upaya meningkatkan kekuatan dalam mengatasi kecemasan.
f.
Agar
klien memperoleh dukungan dari orang yang terdekat/keluarga.
g.
Memberikan
kesempatan pada klien untuk berpikir/merenung/istirahat.
h.
Klien
mendapatkan kepercayaan diri dan keyakinan bahwa dia benar-benar ditolong.
|
3. Nyeri (akut) berhubungan
dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan syaraf, infiltrasi sistem
suplay syaraf, syaraf, inflamasi),
ditandai dengan klien mngatakan nyeri, klien sulit tidur, tidak mampu
memusatkan perhatian, ekspresi nyeri, kelemahan.
Tujuan :
- Klien
mampu mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas
-
Melaporkan nyeri yang dialaminya
- Mengikuti
program pengobatan
- Mendemontrasikan tehnik relaksasi dan
pengalihan rasa nyeri melalui aktivitas yang
mungkin
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
a.
Tentukan
riwayat nyeri, lokasi, durasi dan intensitas
b.
Evaluasi
therapi: pembedahan, radiasi, khemotherapi, biotherapi, ajarkan klien dan
keluarga tentang cara menghadapinya
c.
Berikan
pengalihan seperti reposisi dan aktivitas menyenangkan seperti mendengarkan
musik atau nonton TV (distraksi)
d.
Menganjurkan
tehnik penanganan stress (tehnik relaksasi, visualisasi, bimbingan), gembira,
dan berikan sentuhan therapeutik.
e.
Evaluasi
nyeri, berikan pengobatan bila perlu.
f.
Diskusikan penanganan nyeri dengan dokter dan juga dengan klien
g. Berikan
analgetik sesuai indikasi seperti morfin, methadone, narkotik dll
|
a.
Memberikan
informasi yang diperlukan untuk merencanakan asuhan.
b.
Untuk
mengetahui terapi yang dilakukan sesuai atau tidak, atau malah menyebabkan
komplikasi.
c.
Untuk
meningkatkan kenyamanan dengan mengalihkan perhatian klien dari rasa nyeri.
d.
Meningkatkan
kontrol diri atas efek samping dengan menurunkan stress dan ansietas.
e.
Untuk
mengetahui efektifitas penanganan nyeri, tingkat nyeri dan sampai sejauhmana
klien mampu menahannya serta untuk mengetahui kebutuhan klien akan
obat-obatan anti nyeri.
f.
Agar
terapi yang diberikan tepat sasaran.
g.
Untuk
mengatasi nyeri.
|
4. Pemenuhan nutrisi
(kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan intake kurang ditandai dengan
klien mengatakan intake tidak adekuat, hilangnya rasa kecap, kehilangan selera,
nausea dan vomitng, berat badan turun sampai 20% atau lebih dibawah ideal,
penurunan massa otot dan lemak subkutan,
Tujuan :
- Klien menunjukkan berat badan yang stabil,
hasil lab normal dan tidak ada tanda malnutrisi
- Menyatakan pengertiannya terhadap perlunya
intake yang adekuat
-
Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diet yang berhubungan dengan
penyakitnya
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
a.
Monitor
intake makanan setiap hari, apakah klien makan sesuai dengan kebutuhannya.
b.
Timbang
dan ukur berat badan, ukuran triceps serta amati penurunan berat badan.
c.
Kaji
pucat, penyembuhan luka yang lambat dan pembesaran kelenjar parotis.
d.
Anjurkan
klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori dengan intake cairan yang
adekuat. Anjurkan pula makanan kecil untuk klien.
e.
Kontrol
faktor lingkungan seperti bau busuk atau bising. Hindarkan makanan yang
terlalu manis, berlemak dan pedas.
f.
Ciptakan
suasana makan yang menyenangkan misalnya makan bersama teman atau keluarga.
g.
Anjurkan
tehnik relaksasi, visualisasi, latihan moderate sebelum makan.
h.
Anjurkan
komunikasi terbuka tentang problem anoreksia yang dialami klien.
Kolaboratif
i.
Amati
studi laboraturium seperti total limposit, serum transferin dan albumin
j.
Berikan
pengobatan sesuai indikasi
Phenotiazine, antidopaminergic, corticosteroids,
vitamins khususnya A,D,E dan B6, antacida
k.
Pasang
pipa nasogastrik untuk memberikan makanan secara enteral, imbangi dengan
infus.
|
a.
Memberikan
informasi tentang status gizi klien.
b.
Memberikan
informasi tentang penambahan dan penurunan berat badan klien.
c.
Menunjukkan
keadaan gizi klien sangat buruk.
d.
Kalori
merupakan sumber energi.
e.
Mencegah
mual muntah, distensi berlebihan, dispepsia yang menyebabkan penurunan nafsu
makan serta mengurangi stimulus berbahaya yang dapat meningkatkan ansietas.
f.
Agar
klien merasa seperti berada dirumah sendiri.
g.
Untuk
menimbulkan perasaan ingin makan/membangkitkan selera makan.
h.
Agar
dapat diatasi secara bersama-sama (dengan ahli gizi, perawat dan klien).
i.
Untuk
mengetahui/menegakkan terjadinya gangguan nutrisi sebagi akibat perjalanan
penyakit, pengobatan dan perawatan terhadap klien.
j.
Membantu
menghilangkan gejala penyakit, efek samping dan meningkatkan status kesehatan
klien.
k.
Mempermudah
intake makanan dan minuman dengan hasil yang maksimal dan tepat sesuai
kebutuhan.
|
5. Kurangnya pengetahuan
tentang penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya
informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan sering
bertanya, menyatakan masalahnya, pernyataan miskonsepsi, tidak akurat dalam
mengikiuti intruksi/pencegahan komplikasi.
Tujuan :
- Klien dapat
mengatakan secara akurat tentang diagnosis dan pengobatan pada ting-katan siap.
-
Mengikuti prosedur dengan baik dan menjelaskan tentang alasan mengikuti
prosedur tersebut.
-
Mempunyai inisiatif dalam perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam
pengo- batan.
- Bekerjasama dengan pemberi informasi.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
a.
Review
pengertian klien dan keluarga tentang diagnosa, pengobatan dan akibatnya.
b.
Tentukan
persepsi klien tentang kanker dan pengobatannya, ceritakan pada klien tentang
pengalaman klien lain yang menderita kanker.
c.
Beri
informasi yang akurat dan faktual. Jawab pertanyaan secara spesifik,
hindarkan informasi yang tidak diperlukan.
d.
Berikan
bimbingan kepada klien/keluarga sebelum mengikuti prosedur pengobatan,
therapy yang lama, komplikasi. Jujurlah pada klien.
e.
Anjurkan
klien untuk memberikan umpan balik verbal dan mengkoreksi miskonsepsi tentang
penyakitnya.
f.
Review
klien /keluarga tentang pentingnya status nutrisi yang optimal.
g.
Anjurkan
klien untuk mengkaji membran mukosa mulutnya secara rutin, perhatikan adanya
eritema, ulcerasi.
h.
Anjurkan
klien memelihara kebersihan kulit dan rambut.
|
a.
Menghindari
adanya duplikasi dan pengulangan terhadap pengetahuan klien.
b.
Memungkinkan
dilakukan pembenaran terhadap kesalahan persepsi dan konsepsi serta kesalahan
pengertian.
c.
Membantu
klien dalam memahami proses penyakit.
d.
Membantu
klien dan keluarga dalam membuat keputusan pengobatan.
e.
Mengetahui
sampai sejauhmana pemahaman klien dan keluarga mengenai penyakit klien.
f.
Meningkatkan
pengetahuan klien dan keluarga mengenai nutrisi yang adekuat.
g.
Mengkaji
perkembangan proses-proses penyembuhan dan tanda-tanda infeksi serta masalah
dengan kesehatan mulut yang dapat mempengaruhi intake makanan dan minuman.
h.
Meningkatkan
integritas kulit dan kepala.
|
6. Resiko tinggi kurangnya
volume cairan berhubungan dengan output yang tidak normal (vomiting, diare),
hipermetabolik, kurangnya intake
Tujuan :
Klien menunjukkan
keseimbangan cairan dengan tanda vital normal, membran mukosa normal, turgor
kulit bagus, capilarry ferill normal, urine output normal.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
a.
Monitor
intake dan output termasuk keluaran yang tidak normal seperti emesis, diare, drainase
luka. Hitung keseimbangan selama 24 jam.
b.
Timbang
berat badan jika diperlukan.
c.
Monitor
vital signs. Evaluasi pulse peripheral, capilarry refil.
d.
Kaji
turgor kulit dan keadaan membran mukosa. Catat keadaan kehausan pada klien.
e.
Anjurkan
intake cairan samapi 3000 ml per hari sesuai kebutuhan individu.
f.
Observasi
kemungkinan perdarahan seperti perlukaan pada membran mukosa, luka bedah,
adanya ekimosis dan pethekie.
g.
Hindarkan
trauma dan tekanan yang berlebihan pada luka bedah.
h.
Kolaboratif
-
Berikan
cairan IV bila diperlukan.
-
Berikan
therapy antiemetik.
-
Monitor
hasil laboratorium : Hb, elektrolit, albumin
|
a.
Pemasukan
oral yang tidak adekuat dapat menyebabkan hipovolemia.
b.
Dengan
memonitor berat badan dapat diketahui bila ada ketidakseimbangan cairan.
c.
Tanda-tanda
hipovolemia segera diketahui dengan adanya takikardi, hipotensi dan suhu
tubuh yang meningkat berhubungan dengan dehidrasi.
d.
Dengan
mengetahui tanda-tanda dehidrasi dapat mencegah terjadinya hipovolemia.
e.
Memenuhi
kebutuhan cairan yang kurang.
f.
Segera
diketahui adanya perubahan keseimbangan volume cairan.
g.
Mencegah
terjadinya perdarahan.
h.
Kolaborasi
:
-
Memenuhi
kebutuhan cairan yang kurang.
-
Mencegah/menghilangkan
mual muntah.
-
Mengetahui
perubahan yang terjadi.
|
7. Resiko tinggi kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan efek kerja penyakitnya deficit imunologik,
penurunan intake nutrisi dan anemia.
Tujuan :
- Klien dapat mengidentifikasi intervensi yang
berhubungan dengan kondisi spesifik
- Berpartisipasi
dalam pencegahan komplikasi dan percepatan penyembuhan
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
a.
Monitor
perkembangan kerusakan integritas
kulit untuk melihat adanya efek kerusakan kulit,
b.
Anjurkan
klien untuk tidak menggaruk bagian yang gatal.
c.
Ubah
posisi klien secara teratur.
d.
Berikan
advise pada klien untuk menghindari pemakaian cream kulit, minyak, bedak
tanpa rekomendasi dokter.
|
a.
Memberikan
informasi untuk perencanaan asuhan dan mengembangkan identifikasi awal
terhadap perubahan integritas kulit.
b.
Menghindari
perlukaan yang dapat menimbulkan infeksi.
c.
Menghindari
penekanan yang terus menerus pada suatu daerah tertentu.
d.
Mencegah
trauma berlanjut pada kulit dan produk yang kontra indikatif
|
C. Pelaksanaan
Pelaksanaan
keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratif.
Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan
klien
D. Evaluasi
Tahap
evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subyektif dan
obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah
dicapai atau belum. Bila perlu langkah evaluasi ini merupakan langkah awal dari
identifikasi dan analisa masalah
DAFTAR PUSTAKA
Donna,
D.I. Et al. 1995. Medical Surgical Nursing ; A Nursing Process Approach
2 nd Edition : WB Sauders.
Carpenito
LJ. 2000. Dokumentasi dan Asuhan
Keperawatan. EGC. Jakarta
FKUA,
1984. Pedoman Diagnosis dan Ilmu
Penyakit Dalam. FKUA, Surabaya
Rothrock, C. J. 2000. Perencanaan
Asuhan Keperawatan Perioperatif. EGC : Jakarta .
Sjamsuhidajat & Wim De Jong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC : Jakarta .
Sylviana. 1996. Kapita
Selekta Kedokteran Buku 1. EGC. JAkarta
Label: Juniartha Semara Putra
I PUTU JUNIARTHA SEMARA PUTRA POLTEKKES DENPASAR JURUSAN KEPERAWATAN
Subscribe to:
Posts (Atom)