Juniartha Semara Putra
Ada beberapa sumber koping
individu yang harus dikaji yang dapat berpengaruh terhadap gangguan otak dan
prilaku kekuatan dalam sumber koping dapat meliputi seperti : modal intelegensi
atau kreativitas yang tinggi. Orang tua harus secara aktif mendidik
anak-anaknya, dewasa muda tentang keterampilan koping karena mereka biasanya
tidak hanya belajar dan pengamatan. Sumber keluarga dapat berupa pengetahuan
tentang penyakit, finansial yang cukup, ketersediaan waktu dan tenaga dan
kemampuan untuk memberikan dukungan secara berkesinambungan.
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
GANGGUAN ISI PIKIR : WAHAM KEBESARAN
I.
KONSEP DASAR
A.
PENGERTIAN
1.
Waham adalah keyakinan yang salah yang secara kokoh
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan
realita sosial (Stuart dan Sunden, 1990 : 90).
2.
Waham adalah suatu kepercayaan yang salah/ bertentangan
dengan kenyataan dan tidak tetap pada pemikiran seseorang dan latar belakang sosial budaya (Rowlins, 1991:
107)
3.
Waham adalah bentuk lain dari proses kemunduran pikiran
seseorang yaitu dengan mencampuri
kemampuan pikiran diuji dan dievaluasi secara nyata (Judith Heber, 1987: 722).
4.
Waham adalah keyakinan tentang suatu isi pikir yang
tidak sesuai dengan kenyataan atau tidak cocok dengan intelegensi dan latar
belakang kebudayaan biarpun dibuktikan kemustahilannya itu (W. F.Maramis 1991 :
117).
Berdasarkan
pengertian di atas maka waham adalah suatu gangguan perubahan isi pikir yang
dilandasi adanya keyakinan akan ide-ide yang salah yang tidak sesuai dengan
kenyataan, keyakinan atau ide-ide klien itu tidak dapat segera diubah atau
dibantah dengan logika atau hal-hal yang bersifat nyata.
B.
RENTANG
RESPON
Rentang respon gangguan adaptif dan
maladaptif dapat dijelaskan sebagai berikut :
Rentang
respon neurobiologis
Respon adaptif
|
|
Respon maladaptif
|
1.
Pikiran logis
2.
Persepsi
akurat
3.
Emosi konsisten dengan pengalaman
4.
Perilaku
sesuai
5.
hubungan sosial
|
1.
Pikiran
kadang menyimpang
2.
ilusi
3.
Reaksi emosional ber-lebihan atau kurang
4.
Prilaku aneh
atau taklazim
5.
Menarik
diri
|
1.
Gangguan isi pikir waham
2.
Halusinasi
3.
Kesulitan
untuk memproses emosi
4.
Ketidakteraturan
perilaku
5.
Isolasi
sosial
|
Rentang respon neurobiologis di
atas dapat dijelaskan bila individu merespon secara adaptif maka individu akan
berpikir secara logis. Apabila individu berada pada keadaan diantara adaptif
dan maladaptif kadang-kadang pikiran menyimpang atau perubahan isi pikir
terganggu. Bila individu tidak mampu berpikir secara logis dan pikiran individu
mulai menyimpang maka ia akan berespon secara maladaptif dan ia akan mengalami
gangguan isi pikir : waham
C.
FAKTOR
PREDISPOSISI
Faktor
predisposisi dari perubahan isi pikir : waham dapat dibagi menjadi 2 teori yang diuraikan sebagai berikut
:
1.
Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respons
neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami, ini ditunjukkan oleh
beberapa penelitian berikut :
a.
Penelitian
pencitraan otak sudah mulai menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas dalam
perkembangan skizofrenia. Lesi pada area frontal, temporal, dan limbik
berhubungan dengan perilaku psikoti. Pembesaran ventrikel dan penurunan massa
kortikal menunjukkan atrofi otak.
b.
Faktor-faktor genetik yang pasti mungkin terlibat dalam
perkembangan kelainan ini adalah mereka yang memiliki anggota keluarga dengan
kelainan yang sama (orang tua, saudara kandung, sanak saudara lain).
c.
Secara relatif ada penelitian baru yang menyatakan
bahwa kelainan skizofrenia mungkin pada kenyataannya merupakan suatu kecacatan
sejak lahir terjadi pada bagian hipotalamus otak. Pengamatan memperlihatkan suatu kekacauan dari sel-sel
pramidal di dalam otak dari orang-orang yang menderita skizofrenia.
d.
Teori biokimia menyatakan adanya peningkatan dari
dopamin neurotransmiter yang berlebihan dipertukarkan menghasilkan
gejala-gejala peningkatan aktivitas yang berlebihan dari pemecahan asosiasi-asosiasi
yang umumnya diobservasi pada psikosis.
2.
Teori
Psikososial
a.
Teori sistem keluarga Bawen dalam Lowsend (1998 : 147)
menggambarkan perkembangan skizofrenia sebagai suatu perkembangan disfungsi
keluarga. Konflik diantara suami istri mempengaruhi anak. Penanaman hal ini
dalam anak akan menghasilkan keluarga yang selalu berfokus pada ansietas dan suatu kondsi yang lebih
stabil mengakibatkan timbulnya suatu hubungan yang saling mempengaruhi yang
berkembang antara orang tua dan anak-anak. Anak harus meninggalkan
ketergantungan diri kepada orang tua dan masuk ke dalam masa dewasa, dimana
dimasa ini anak tidak akan mampu memenuhi tugas perkembangan dewasanya.
b.
Teori interpersonal menyatakan bahwa orang yang
mengalami psikosis akan menghasilkan hubungan orang tua anak yang penuh akan
kecemasan. Anak menerima pesan-pesan yang membingungkan dan penuh konflik dan
orang tua tidak mampu membentuk rasa percaya terhadap orang lain.
c.
Teori psikodinamik menegaskan bahwa psikosis adalah
hasil dari suatu ego yang lemah. Perkembangan yang dihambat dan suatu hubungan
saling mempengaruhi antara orang tua, anak. Karena ego menjadi lebih lemah penggunaan mekanisme pertahanan ego pada
waktu kecemasan yang ekstrim menjadi suatu yang maladaptif dan perilakunya
sering kali merupakan penampilan dan segmen diri dalam kepribadian.
D.
FAKTOR
PRESIPITASI
Faktor presipitasi
dari perubahan isi pikir : waham, yaitu :
1.
Biologis
Stressor biologis yang berhubungan
dengan neurobiologis yang maladaptif termasuk gangguan dalam putaran umpan balik
otak yang mengatur perubahan isi informasi dan abnormalitas pada mekanisme
pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menanggapi rangsangan.
2.
Stres lingkungan
Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stres yang
berinterasksi dengan sterssor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan
prilaku.
3.
Pemicu gejala
Pemicu yang biasanya terdapat pada
respon neurobiologis yang maladaptif berhubungan dengan kesehatan lingkungan,
sikap dan prilaku individu, seperti : gizi buruk, kurang tidur, infeksi,
keletihan, rasa bermusuhan atau lingkungan yang penuh kritik, masalah
perumahan, kelainan terhadap penampilan, stres gangguan dalam berhubungan
interpersonal, kesepain, tekanan, pekerjaan, kemiskinan, keputusasaan dan
sebagainya.
4. Penilaian stresor
Tidak terdapat riset ilmiah yang menunjukkan bahwa stres menyebabkan
skizofrenia. Namun, studi mengenai relaps dan eksaserbasi gejala membuktikan
bahwa stres, penilaian individu terhadap stresor, dan masalah koping dapat mengindikasikan
kemungkinan kekambuhan gejala. Model
diatesis stres dalam Stuard (2006:249) menjelaskan bahwa gejala skizofrenia
muncul berdasarkan hubungan antara beratnya stres yang dialami individu dan
ambang toleransi terhadap stres internal.
5. Sumber koping
Sumber koping individual harus dikaji dengan pemahaman tentang pengaruh
gangguan otak pada perilaku. Kekuatan dapat meliputi modal, seperti intelegensi
atau kreativitas yang tinggi.
6. Mekanisme koping
Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi pasien dari pengalaman yang
menakutkan berhubungan dengan respons neurobiologis maladaptif meliputi :
a. Regresi,
berhubungan dengan
masalah proses informasi dan upaya untuk mengatasi ansietas, yang menyisakan
sedikit energi untuk aktivitas hidup sehari-hari
b. Proyeksi,
sebagai upaya untuk
menjelaskan kerancuan persepsi
c. Menarik
diri
E.
POHON
MASALAH
Risiko Perilaku Kekerasan Terhadap
Diri Sendiri, Orang Lain, Dan Lingkungan
Akibat
F.
JENIS-JENIS
WAHAM
F. JENIS-JENIS WAHAM
Waham terbagi atas beberapa jenis, yaitu :
1.
Waham Kejar
Individu merasa dirinya
dikejar-kejar oleh orang lain atau sekelompok orang yang bermaksud berbuat
jahat kepada dirinya, sering ditemukan pada klien dengan stres anektif tipe
depresi dan gangguan organik.
2.
Waham Kebesaran
Penderita merasa dirinya paling
besar, mempunyai kekuatan, kepandaian atau kekayaan yang luar biasa, misalnya
adalah ratu adil dapat membaca pikiran orang lain, mempunyai puluhan rumah,
dll.
3.
Waham Somatik
Perasaan mengenai berbagai
penyakit yang berada pada tubuhnya sering didapatkan pada tubuhnya.
4.
Waham Agama
Waham dengan tema agama, dalam hal
ini klien selalu meningkatkan tingkah lakunya yang telah ia perbuat dengan
keagamaan.
5. Waham dosa
Keyakinan bahwa ia telah
berbuat dosa atau kesalahan yang besar, yang tidak dapat diampuni atau bahwa ia
bertanggungjawab atas suatu kejadian yang tidak baik, misalnya kecelakaan
keluarga.
6. Waham pengaruh
Yakin bahwa pikirannya, emosi atau
perbuatannnya diawasi atau dipengaruhi oleh orang lain atau kekuasaan yang aneh
7.
Waham Curiga
Individu merasa dirinya selalu
disindir oleh orang-orang sekitarnya sehingga ia merasa curiga terhadap
sekitarnya.
8.
Waham Intulistik
Bahwa sesuatu yang diyakini sudah
hancur atau bahwa dirinya atau orang lain sudah mati, sering ditemukan pada
klien depresi.
G.
KATEGORI WAHAM
1. Waham sistematis : konsisten, berdasarkan pemikiran mungkin
terjadi walaupun hanya secara teoritis.
2. Waham nonsistematis : tidak konsisten, yang secara logis dan
teoritis tidak mungkin
H.
TANDA DAN
GEJALA
Tanda dan
gejala dari perubahan isi pikir waham yaitu : klien menyatakan dirinya sebagai
seorang besar mempunyai kekuatan, pendidikan atau kekayaan luar biasa, klien
menyatakan perasaan dikejar-kejar oleh orang lain atau sekelompok orang, klien
menyatakan perasaan mengenai penyakit yang ada dalam tubuhnya, menarik diri dan
isolasi, sulit menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain, rasa curiga
yang berlebihan, kecemasan yang meningkat, sulit tidur, tampak apatis, suara
memelan, ekspresi wajah datar, kadang tertawa atau menangis sendiri, rasa tidak
percaya kepada orang lain, gelisah.
I.
SUMBER
KOPING
II. TEORI ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
GANGGUAN ISI PIKIR : WAHAM
A.
Pengkajian
1.
Pengumpulan
Data
Hal-hal yang
perlu dikaji pada klien dengan gangguan isi pikir : waham kebesaran yaitu :
a.
Data Subjektif
Klien merasa dirinya sebagai orang
besar, mempunyai kekuatan, kepandaian yang luar biasa, misalnya dapat membaca
atau membawa pikiran orang lain, dialah ratu adil.
b.
Data Objektif
Klien kadang-kadang tampak panik,
tidak mampu untuk berkonsentrasi, waham atau ide-ide yang salah, ekspresi muka
kadang sedih kadang gembira, tidak mampu membedakan khayalan dengan kenyataan,
sering tidak memperlihatkan kebersihan diri, gelisah, tidak bisa diam
(melangkah bolak-balik), mendominasi pembicaraan, mudah tersinggung, menolak
makan dan minum obat, menjalankan kegiatan agama secara berlebihan atau tidak
sama sekali melakukannya, merusak diri-sendiri dan orang lain serta
lingkungannya, jarang mengikuti atau tidak mau mengikuti kegiatan-kegiatan
sosial, sering terbangun pada dini hari, penampilan kurang bersih.
2.
Daftar
Masalah
Masalah yang
lazim muncul pada klien dengan perubahan isi pikir : waham kebesaran, yaitu :
a.
Kerusakan komunikasi verbal.
b.
Perubahan isi pikir : waham kebesaran
c.
Kerusakan interaksi sosial : menarik diri
d.
Gangguan
konsep diri : harga diri rendah
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang
sering muncul, yaitu :
1.
Kerusakan komunikasi verbal
2.
Perubahan isi pikir : waham.
3.
Kerusakan interaksi sosial : menarik diri.
4.
Gangguan konsep diri harga diri rendah.
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN GANGGUAN ISI PIKIR: WAHAM
Nama Klien : ................................................
Diagnosa
Medis : ........................................
No RM : ................................................ Ruangan : ................................................
Tgl
|
No
Diagnosa
|
Diagnosa Keperawatan
|
Perencanaan
|
||
Tujuan
|
Kriteria hasil
|
Intervensi
|
|||
|
|
Gangguan isi
pikir : waham
|
TUM :
Klien dapat
mengontrol wahamnya
TUK 1 :
Klien dapat
membina hubungan saling percaya dengan perawat
|
1.
Setelah 2 x interaksi klien:
a. Mau menerima kehadiran perawat di
sampingnya
b. Mengatakan
mau menerima bantuan perawat
c. Tidak
menunjukkan tanda-tanda curiga
d. Mengijinkan
duduk disamping
|
1.1 Bina
hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik:
a.
Beri salam
b.
Perkenalkan diri, tanyakan nama serta nama panggilan yang disukai
c.
Jelaskan tujuan interaksi
d.
Yakinkan klien dalam keadaan aman dan perawat siap
menolong dan mendampinginya
e. Yakinkan bahwa kerahasiaan klien akan tetap terjaga
f.
tunjukkan sikap terbuka dan jujuran
g.
Perhatikan kebutuhan dasar dan beri bantuan untuk
memenuhinya
1.2
Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya
1.3
Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
|
|
|
|
TUK 2:
Klien dapat mengidentifikasi perasaan yang muncul secara
berulang dalam pikiran klien
|
2. Setelah 2 x interaksi klien:
a.
Klien menceritakan ide-ide dan perasaan yang muncul
secara berulang dalam pikirannya
|
2. Bantu klien untuk mengungkapkan perasaan
dan pikirannya
a. Diskusikan
dengan klien pengalaman yang dialami selama ini termasuk hubungan dengan
orang yang berarti, lingkungannya kerja, sekolah,dsb.
b. Dengarkan
pernyataan klien dengan empati tanpa dukungan atau menentang pernyataan
wahamnya.
c. Katakana
perawat dapat memahami apa yang diceritakn klien.
|
|
|
|
TUK 3:
Klien dapat mengidentifikasi stressor atau pencetus
wahamnya(triggers factor)
|
3. Setelah 2 x interaksi klien:
a. Dapat
menyebutkan kejadian-kejadian sesuai dengan urutan waktu serta harapan/
kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi seperti : harga diri, rasa aman, dsb.
|
3. Bantu
klien untuk mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi serta kejadian
yang menjadi factor pencetus wahamnya
3.1
diskusikan dengan klien tentang kejadian-kejadian traumatic yang menimbulkan
rasa takut, ansietas, maupun perasaan tidak dihargai
3.2
Diskusikan kebutuhan/harapan yang belum terpenuhi
3.3
Diskusikan dengan klien cara-cara mengatasi kebutuhan yang tidak terpenuhi
dan kejadian yang traumatic.
3.4
Diskusikan dengan klien apakah ada halusinasi yang meningkatkan pikiran/
perasaan yang terkait wahamnya.
3.5 Diskusikan dengan klien antara
kejadian-kejadian tersebut dengan wahamnya.
|
|
|
|
TUK 4:
Klien dapat
mengidentifikasi wahamnya
|
4.
Setelah 2 x interaksi klien: menyebutkan perbedaan pengalaman nyata dengan
pengalaman wahamnya.
|
4. Bantu
klien mengidentifikasi keyakinanya yang salah tentang situasi yang nyata
(bila klien sudah siap)
a. Diskusikan dengan klien pengalaman
wahamnya tanpa berargumentasi
b. Katakan kepada klien akan keraguan
perawat terhadap pernyataan klien
c. Diskusikan dengan klien respon perasaan
terhadap wahamnya
d. Diskusikan
frekuensi, intensitas, dan durasi terjadinya waham
e. Bantu
klien membedakan situasi nyata dengan situasi yang dipersepsikan salah oleh
klien
|
|
|
|
TUK 5:
Klien dapat mengidentifikasi konsekuensi dari wahamnya
|
5.
Setelah 2 x interaksi: klien menjelaskan gangguan fungsi hidup sehari-hari
yang diakibatkan ide-ide/fikirannya yang tidak sesuai dengan kenyataan
seperti:
a.
Hubungan dengan keluarga
b.
Hubungan dengan orang lain
c.
Aktivitas sehari-hari
d.
Pekerjaan
e.
Sekolah
f.
Prestasi,dsb
|
5.1 Diskusikan
dengan klien pengalaman-pengalaman yang tidak menguntungkan sebagai akibat
dari wahamnya seperti :
a.
Hambatan dalam berinteraksi dengan keluarga
b. Hambatan dalam berinteraksi dengan orang
lain
c. Hambatan dalam melakukan aktivitas
sehari- hari
d.
Perubahan dalam prestasi kerja/ sekolah
5.2 Ajak
klien melihat bahwa waham tersebut adalah masalah yang membutuhkan bantuan
dari orang lain
5.3
Diskusikan dengan klien orang/ tempat ia minta bantuan apabila wahamnya
timbul/ sulit dikendaliakn
|
|
|
|
TUK 6 :
Klien dapat melakukan tekhnik distraksi sebagai cara
menghentikan pikiran yang terpusat pada wahamnya
|
6.
Setelah 2 xinteraksi klien: klien melakukan aktivitas yang konstruktif sesuai
dengan minatnya yang dapat mengalihkan focus klien dari wahamnya
|
6.1
Diskusikan hobi/ aktivitas yang disukainya
6.2
Anjurkan klien memilih dan melakukan aktivitas yang membutuhkan perhatian dan
keterampilan fisik
6.3
Ikutsertakan klien dalam aktivitas fisik yang membutuhkan perhatian sebagai pengisi waktu luang
6.4
Libatkan klien dalam TAK orientasi realita
6.5 Bicara
dengan klien topic-topik yang nyata
6.6
Anjurkan klien untuk bertanggung jawab secara personal dalam mempertahankan/
meningkatkan kesehatan dan pemulihannya
6.7 Beri
penghargaan bagi setiap upaya klien yang positif
|
|
|
|
TUK 7 :
Klien mendapat
dukungan keluarga
|
7.1
Setelah 1 x interaksi
keluarga dapat menjelaskan tentang :
a. Pengertian
waham
7.2
Setelah 1 x interaksi
keluarga dapat mempraktekan cara merawat klien waham
|
7.1 Diskusikan pentingnya
peran serta keluarga sebagai pendukung untuk mengatasi waham
7.2 Diskusikan potensi keluarga untuk
membantu klien mengatsi waham
7.3 Jelaskan
pada keluarga tentang :
a.
Pengertian waham
b.
Tanda dan gejala waham
c.
Penyebab dan akibat waham
d.
Cara merawat klien waham
7.4 Latih keluarga cara merawat
klien waham
7.5 Tanyakan perasaan keluarga setelah
mencoba cara yang telah dilatihkan
7.6 Beri
pujian kepada keluarga atas keterlibatannya merawat klien di Rumah Sakit
|
|
|
|
TUK 8 :
Klien dapat
memanfaatkan obat dengan baik
|
8.1
Setelah 2 x interaksi klien menyebutkan,
a. Manfaat
minum obat
8.2 Setelah 1x iteraksi klien
mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar
8.3 Setelah 1 x interaksi klien
menyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dokter
|
8.1 Diskusikan dengan klien tentang
manfaat dan kerugian tidak minum obat, nama, warna, dosis, cara, efek terapi
dan efek samping penggunaan obat
8.2 Pantau
klien saat penggunaan obat
a. Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan
benar
8.3 Diskusikan akibat berhenti minum
obat tanpa konsultasi dengan dokter
a. Anjurkan klien untuk konsultasi kepada
dokter/ perawat jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
|
D. Pelaksanaan
Merupakan tahap pelaksanaan
rencana tindakan yang telah ditentukan dengan maksud agar kebutuhan klien
terpenuhi secara optimal. dalam pelaksanaan disesuaikan dengan rencana
keperawatan dan kondisi klien.
E. Evaluasi
Hasil yang diharapkan setelah
melakukan intervensi pada klien dengan perubahan isi pikir : waham kebesaran yaitu :
a. Klien
dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
b.
Klien dapat mengidentifikasi perasaan yang muncul
secara berulang dalam pikiran klien
c.
Klien dapat mengidentifikasi stressor atau pencetus
wahamnya (triggers factor)
d.
Klien dapat
mengidentifikasi wahamnya
e.
Klien dapat mengidentifikasi konsekuensi dari wahamnya
f.
Klien dapat melakukan tekhnik distraksi sebagai cara
menghentikan pikiran yang terpusat pada wahamnya
g.
Klien
mendapat dukungan keluarga
h.
Klien dapat
memanfaatkan obat dengan baik
DAFTAR PUSTAKA
1.
Aziz R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa.
Semarang: RSJD Dr. Amino Gondoutomo. 2003
2.
Keliat, Budi Anna dan Akemat. 2009. Model
Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC
3.
Nurarif, Amin Huda. 2013. Aplikasi
Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta
: Mediaction
4.
Stuart, G.W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Edisi 5). Jakarta : EGC
5.
Tim Direktorat Keswa. Standart asuhan keperawatan
kesehatan jiwa. Edisi 1. Bandung: RSJP.2000
6.
Townsend M.C. Diagnosa keperawatan pada keperawatan
psikiatri; pedoman untuk pembuatan rencana keperawatan. Jakarta: EGC. 1998
7.
…………..Pelatihan asuhan keperawatan pada klien
gangguan jiwa. Semarang. 20 – 22 Novembr 2004. unpublished