WHO AM I?

I PUTU JUNIARTHA SEMARA PUTRA POLTEKKES KEMENKES DENPASAR JURUSAN KEPERAWATAN

Sunday, December 30, 2012

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN HUBUNGAN SOSIAL

Juniartha Semara Putra
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN HUBUNGAN SOSIAL


Manusia adalah mahkluk, untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan , bina hubungan interpersonal yang positif.

I.                   Pengertian
Dibawah ini ada beberapa pengertian menurut tokoh tokoh antara lain ;
Stuart and Sudden (1998)
Hubungan interpersonal yang sehat terjadi jika individu yang terlibat saling merasakan kedekatan, sementara identitas pribadi masih tetap   dipertahankan.

Rogers
Karakteristik hubungan yang sehat : terbuka, menerima orang lain sebagaisebagai orang yang mempunyai nilai sendiridan adanya rasa empati.

Gangguan hubungan social
Pengertian:
Keadaan dimana seorang individu berpartisipasi  dalam kuantitas yang berlebihan atau tidak cukup atau ketidakefektifan kualitas pertukaran sosial (Townsend,1998)

II.                RENTANGAN RESPONDEN SOSIAL

R. Adapati                                                                   R. Maladapatif

Sosial                                      Kesepian                            Manipulasi
Otonomi                                 Menarik diri                        Impulsif
Kebersamaan                          Ketergantungan                  Narkisisme
Saling ketergantungan

                                                                   (Stuart and Sundeen,hal 441)


PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN RESPONDEN SOSIAL MALADAPTIF
                     
Perilaku
Karakteristik
Manipulasi
Orang lain diperlakukan seperti obyek hubungan terpusat pada masalah pengendalian individu, berorientasi pada diri sediri atau pada tujuan, bukan berorintasi pada orang lain.
Narkisisme
Harga diri yang rapuh, secara terus menerus berusaha
Inplusif
Mendapatkan penghargaan, pujian, sikap egosentris, pencemburu, marah jika orang lain tidak mendukung. Tak mampu  merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari pengalaman , penilaian yang buruk tidak dapat diandalkan
                                                    

               Perilaku menarik diri :
Adalah usaha menghidari  interaksi dengan orang lain dimana individu merasa bahwa kehilangan hubungan akrab, tidak mempunyai kesempatan membagi rasa, fikiran, prestasi / kegagalan, ia mempunai kesulitan berhubungan secara spontan dengan orang lain yang dimanifestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tak sanggup membagi pengalaman dengan orang lain.


III.             KARAKTERISTIK PERILAKU MENARIK DIRI
. Gangguan pola makan : tidak ada nafsu makan / minum berlebihan
.  Berat badan menurun /meningkat dratis
. Kemunduran kesehatan fisik
. Tidur berlebihan
. Tingal ditempat tidur dalam waktu yang lama
. Banyak tidur siang
. Kurang bergairah
. Tak mempedulikan lingkungan
. Aktivitas menurun
. Mondar – mandir / sikap mematung, melakukan gerakan secra berulang (jalan mondar mandir)
. Menurunnya kegiatan seksual


TUGAS PERKEMBANGAN BRHUBUNGAN DENGAN
PERTUMBUHAN INTERPERSONAL

Tahap perkembangan
Tugas
Masa bayi
Menetapkan landasan percaya
Masa bermain
Mengembangkan otonomi dan awal perilaku mandiri
Masa pra sekolah
Belajar menunjukkan  inisiatif dan rasa tanggung jawab dan hati nurani
Masa sekolah
Belajar berkompetisi, bekerja sama dan berkompromi
Masa pra remaja
Menjadi intim dengan teman sejenis kelamin
Masa remaja
Menjadi intim dengan lawan jenis kelamin dan tidak tergantung pada orsng tua
Masa dewasa muda
Menjadi saling tergantung dengan orang tua, teman, menikah dan mempunyai anak
Masa tengah baya
Belajar menerima
Masa dewasa
Berduka karena kehilangan dan mengembangkan perasaan keterikatan dengan budaya.


IV.             FAKTOR – FAKTOR PENCETUS GANGGUAN HUBUNGAN SOSIAL.
1.      Faktor perkembangan
.  Gangguan dalam pencapaian tingkat perkembangan
.  Sistem kelarga yang terganggu
.  Norma keluarga kurang mendukung hubungan keluarga dengan pihak lain diluar keluarga.
2.      Faktor biologik
. Genetik, neurotransmiter      masih perlu penelitian lebih lanjut.
3.      Faktor sosio cultural
.  Isolasi akibat dari norma yang tidak mendukng
.  Harapan yang tidak realistic terhadap hubungan

V.                STRESSOR PENCETUS
1.      Stressor sosio cultural
Menurunya satabilitas unit keluarga
.  Berpisah dari orang yang berarti dalam kehidupannya
2.      Stresor psikologik
·         Ansietas berat yang berkepenjangan dengan keterbatasan untuk mengatasi.

VI.                   SUMBER KOPING
·         Keterlibatan dalam hubungan yang luas dalam keluarga dan teman.
·         Hubungan dengan hewan peliharaan
·         Gunakan kreatifitas utuk mengekspresikan stress interpersonalseerti kesenian,musik,tulisan.
      
       VII.     MEKANISME KOPING
1.      Koping  yang berhubungan dengan gangguan kepribadian anti social
                        . Poyeksi
. Pemisahan
. Merendahkan orang lain
2.      Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian “border line”
. Pemisahan
. Reaksi formasi
. Proyeksi
. Isolasi
. Idealisasi orang lain
. Merendahkan orang lain                                                                                    


LANGKAH-LANGKAH PROSES KEPERAWATAN
  
 A. PENGKAJIAN
      1. Fraktor predisposisi
          a.  Faktor tumbuh kembang
     Pada masa tumbuh kembang individu mempunyai tugas perkembsangan yang
     harus dipenuhi, setiap tahap perkembangan mempunyai spesifikasi tersendiri
     Bila tugas dalam perkembangan tidak terpenuyhi akan menghambat tahap
     Perkembangan selanjutnya dan dapat terjadi  gangguan hubungan social.
b.  Faktor komunikasi dalam keluarga
     Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung terjadi
     nya gangguan hubungan sosial, termasuk komunikasi yang tidak jelas (
     double blind komunikation), ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga dan
     pola asuh keluarga yang tidak menganjurkan anggota keluarga untuk  
     berhubungan di luar lingkungan keluarga.
          c. Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan factor   
              pendukung untuk terjadinaya ada gangguan hubungan sosial. Hal ini    
              disebabkan oleh noma-norma yang dianut keluarga yang salah, dimana tiap     
              anggota keluarga yang tidak produktif diasingkan dari hubungan sosialnya
              misalnya : usia lanjut, penyakit kronis, penyandang cacat dan lain-lain. 

     2. Faktor predisposisi
         a. Struktur sosial budaya
             Stres yang ditimbulkan oleh factor sosial budaya antara lain keluarga yang
             labil, berpisah dengan orang yang terdekat/berarti, perceraian dan lain-lain.
         b. Faktor hormonal
             Gangguan dari fungsi kelenjar bawah otak (gland pituitary ) menyebabkan
             turunya hormon FSH dan LH. Kondisi ini terdapat pada pasien skizofrenia.
         c. Hipotesa virus
             Virus HIV dapat menyebabkan prilaku spikotik.
         d. Model biological lingkungan sosisal
             Tubuh akan menggambarkan ambang toleransi seseorang terhadap stress pada      
              saat terjadinya interaksi dengan interaksi sosial.
          e. Stressor psikologik
              Adanya kecemasan berat dengan terbatasnya kemampuan menyelasaikan  
              kecemasan tersebut.
    
     3. Prilaku
         a. Tingkah laku yang berhubungan dengan curiga
1.      Tidak mampu mempercayai orang lain.
2.      Bermusuhan.
3.      Mengisolasi diri dalam hubungan sosial
4.      Paranoia
b. Tingkah laku yang berhubungan dengan dependen
1.      Ekpresi perasaan tidak langsung dengan tujuan.
2.      Kurang asertif
3.      mengisolasi diri dalam hubungan sosial
4.      Harga diri rendah
5.      Sangat tergantung dengan orang lain.
c. Tingkah laku yang berhubungan dengan kepribadian anti sosial.
1.      Hubungan interpersonal yang dangkal
2.      Rendahnya motifasi untuk berubah
3.      Berusaha untuk tampil menarik.
d. Tingkah laku yang berhubungan dengan borderline.
1.      Hubungan dengan orang lain sangat stabil
2.      Percobaan bunuhdiri yang manipulatif
3.      Susunan hati yang negatif (depresif)
4.      Prestasi yang rendah
5.      Abivalensi dalam hubungan dengan orang lain
6.      Tidak tahan dengan sendirian
e. Tingkah laku yang berhubungan dengan menarik diri
1.      Kurang spontan
2.      Apatis, ekpresi wajah kurang berseri
3.      Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan dirinya
4.      Tidak mau komonikasi verbal
5.      Mengisolasi diri
6.      Kurang sadar dengan lingkungan sekitar
7.      Kebutuhan fisiologis terganggu
8.      Aktivitas menurun
9.      Kurang energi, harga diri rendah, postur tubuh berubah.

 B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
       Masalah keperawatan yang berubungan dengan hubungan  sosial. Diagnosa menurut NANDA :
1.      Resiko terjadi perubahan persepsi sensori berhubungan dengan menarik diri
2.      Koping keluarga inefektif
3.      Koping indifidu inefektif
4.      Kesepian berhubungan dengan menarik diri
5.      Perubahan proses berfikir
6.      Isolasi sosial berhubungan dengan kemampuan hubungan sosial inadekuat
7.      Ganggiuan persepsi (harga diri rendah) berhubungan dengan persepsi keluarga nonrealistik dalam berhubungan.
8.      Menarik diri berhubungan dengan waham curiga.
9.      Kebersihan diri kurang berhubungan dengan kurang energi
10.  Gangguan hubungan sosial berhubungan dengan kurangnya perhatian terhadap lingkungan.
11.  Menurunya     aktivitas motorik berhubungan kurangnya perhatian terhadap lingkungan.
12.  Potensial defisit cairan berhubungan dengan tidak mau merawat diri.
13.  Gangguan komonikasi verbal
14.  Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan menarik diri

C. PERENCANAAN
     Ada beberapa prinsip rencana asuhan keperawatan dengan klien gangguan hubungan sosial, antara lain :
1.      Bina hubungan saling percaya
2.      Bantu klien menguraikan kelebihan dan kekurangan interpersonal.
3.      Bantu klien membina kembali hubungan interpersonal yang positf / adaptif dan memberikan kepuasan timbal balik :
·         Beri penguatan dan kritikan yang positif
·         Jangan perhatikan klien saat manipulatif/ekploratif,konfrontasi
·         Bertindak sebagai model peran, latih prilaku
·         Dengarkan semua kata-kata klien dan jangan menyela saat klien bertanya.
·         Berikan penghargaan saat klien dapat berprilaku yang positif
·         Hindari ketergantungan klien
·         Kembangkan hubungan terapeutik dengan klien “bukan anda”, tetapi perilaku anda yang tidak dapat diterima.
4.      Perhatikan kebutuhan ADL klien
5.      Libatkan dalam kegiatan ruangan.
6.      Ciptakan lingkungan terapeutik
7.      Terapi somatic
8.      Libatkan keluarga/system pendukung untuk membantu mengatasi masalah klien.

 D. PELAKSANAAN
      Pelaksanaan sesuai dengan rencana keperawatan yang ada dan dilakukan di lapangan

 E. EVALUASI
      Klien mengadakan hubungan interpersonal yang efektif, dapat bekerjasama dengan perawat dan keluarga, klien dapat menggunakan sumber koping yang adekuat.

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GANGGUAN BICARA

Juniartha Semara Putra
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GANGGUAN BICARA
Perkembangan ucapan serta bahasa yang didapat diperlihatkan oleh seorang anak. Perkembangan bicara dan berbahasa merupakan petunjuk dini yang lazim untuk mengetahui ada atau tidak adanya disfungsi serebral atau gangguan neurologik ringan, yang kelak dapat mengakibatkan kesulitan-kesulitan tingkah laku dan kemampuan belajar. Bahasa dapat di rumuskan sebagai pengetahuan tentang  sistim lambang yang dipergunakan dalam komunikaasi yang dilakukan secaara lisan (Nelson, 1994). Ucapan atau bicara adalah memperlihatkan pengetahuan tersebut dalam suatu tingkah kalu yang dapat didengar (Nellson, 1994).
Bahasa dapat dipandang secara dasar diatas mana kemudian di bangun kemampuan bicara tersebuut, yang mana keduanya akan berkembang dalam progresi yang beraturan. Bahasa berhubungan errat dengan kemampuan kognitif. Kemempuan bahasa dapat diperlihatkan dengan berbagai cara :
Dengan cara bagaimana anak terrsebut memberikan respon atas petunjuk-petunjuk lisan yang diberikan kepadanya, dengan gerrakan-gerakan yang diperlihatkan oleh anak yang bersangkutan untuk mengkomunikasikan kebuutuhan-kebutuhan, keinginan-keinginan serta pengetahuan tentang lingkungan yang berrada di sekelilingnya  serta memulai permainan kreatif dan imajinatif yang di perlihatkan oleh anak itu (Nelson, 1994).
Kemampuan berbahasa merupakan indfikator seluruh perkembangan anak, emosi dan linkungannya.
Menurut NCHS berdasar atas laporan orang tua atas diperkirakan gangguan cicara dan bahasa pada anak sekitar 4-5% (diluar gangguan pendengaran serta celah pelatum). Deteksi dini perlu ditegakkan, agar penyebabnya dapat segera dicari, sehingga pengobatan serta pengobatannya dapat dilakukan seawal mungkin.
                                                                                   
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK “D” DENGAN
GANGGUAN BICARA.

Pengkajian : tgl 25-7-2001                                          Jam : 09.00 WIB.
I.              IDENTITAS.                                                  Register           : 10065001
     Nama               : An. D                                                Kunjungan      : I
     Jenis kelamin   : Laki-laki.
     Tanggal lahir   : 17-7-1998.
Umur               : 3 Tahun.
Anak ke           : Tiga.

Identitas orang tua :
Nama                    : Ny. Suryani.                          Tn. Rahmad.
Umur                    : 31 Tahun.                              35 Tahun.
Pendidikan           : SLTA.                                   SLTA.
Pekerjaan              : Ibu rumah tangga.                 Wiraswasta.
Agama                  : Islam.                                                Isalam.

Suku                     : Jawa / Indonesia.
Alamat                 : Ds. Sugio / Kec. Sugio, Lamongan
Dx medis              : Developmental delay.
Sumber informasi : Orang tua.

II.      ALASAN DATANG KE RS.
Anak umur 3 tahun belum bisa bicara.

III.   RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG.
Anak terlambat perkembangannya, bicaara tidak sempurna dan tidak lengakap. Hanya bisa mengatakan “moh, mam, mi” bila ingin sesuatu lebih senang menunjuk benda dari pada menyebutkan nama benda tersebut. Sampai saat ini anak belum bisa berjalan, hanya lima langkah cepat lalu jatuh.

IV.   RIWAYAT PENYAKIT TERDAHULU.
Pada usia satu bulan pernah kejang deman dan dibawa ke S. sempat dirawat selama 2 minggu, dan selama 1 minggu dalam keadaan tidak sadar (namun tidak menggunakan sonde atau oksigen menurut orang tua). Setelah berusia dua tahun, anak dibawa ke dokter spesialis anak di daerah di beri obat-obatan untuk merangsang pertumbuhannya,. Sejak usia 6 bulan sampai saat sekarang kien belum bisa bicara, lebih senang diam dan hanya bersuara saat menangis atau ketawa saat kesenangan. Anak dapat mengerti dan menolehak bila namanya di panggil.
Riwayat Imunisasi.
Lengkap, pada usia 1 tahun (DPT, BCG, Polio, Hepatitis).

V.      RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA.
Nenek dari ibu penderita Diabetes Mellitus dan hipertensi adik dari ayah memilki riwayat gangguan perkembangan pada masa kecilnya namun menurut orang tua sudah sembuh setelah setelah berusia dewasa.

VI.   RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN.
Kehamilan :
Pada usia kehamilan 8 bulan. Ibu pernah minum obat Mixagrip 1x kemudian di stop setelah tahu obat tersebut tidak baik untuk kehamilan.
Riwayat PEB saat kehamilan tidak ada
Persalinan :
Klien lahir di RS dengan  bantuan bidan, lahir spontan letak kepala,   langsung    menangis keras, Cyanosis (-), BB lahir 30 gr, panjang (? : lupa).

Post natal : 
Pertumbuhan   klien  menurut  orang  tua  sama  dengan  anak  normal sampai    pada usia 4 bulan saat klien kembali demam kejang (“namun tidak sempat ngamar di RS”- menurut orang tua).

VII.PEMENUHAN KEBUTUHAN SEHARI-HARI.
·         Nutrisi :
Pada saat bayi sampai usia 2 tahun minim Asi + Pasi, pada saat usia 4 bulan mulai diberi makanan tambahan makanan SUN sampai usia 8 bulan diganti TIM yang dicampur wortel, bayam, ati ayam. Umur 1 tahun makann bubur kasar sampai sekarang. Kebiasaan 3x / hari. BB saat in 10 Kg, TB : 47 cm.
·         Eliminasi :
Bab : 1-2x/ hari, tidak ada masalah.
Bak : 5-6x / hari, tidak ada masalah.
·         Istirahat dan tidur.
Kebiasaan bangun pagi jam 11.00 – 12.30, malam 21.00 – 15.30 WIB. Rata-rata jam tidur per hari 10 – 12 jam.
·         Aktivitas :
Hanya bisa melangkah 5 langkah cepat lalu jatuh. Tangan kiri bengkok keluar (tonus otak ka / ki : 5/4) sehingga jarang dipakai untuk mengambil atau memegang. Bila ingin memegang sesuatu lebih senang berbahasa isyarat  dengan menunjuk benda  dan diminta mengambilkan. Namun menurut orang tua anak tampak mengerti bila disuruh melakukan sesuatu.

VIII.       PERKEMBANGAN.
Tersenyum : usia 1 bulan
Menggerakkan kepala : usia 1 bulan
Mengambil  mainan : usia 5 bulan
Tengkurap : tidak bisa
Merangkak: tidak bisa
Duduk : usia 6 bulan (dengan bantuan)
Berdiri : usia 9 bulan (dengan bantuan)
Berjalan : Mulai usia 3 tahun ( dengan bantuan )
Perkembangan bicara : mengoceh mulai usia 4 bulan
Perkembangan gigi : usia 6 bulan

IX.   KEADAAN LINGKUNGAN.
Klien tinggal bersama orang tuanya dan seorang pembantu. Bila orang tua bekekerja atau sibuk klien diasuh oleh pembantu, atau neneknya bila ada. Menurut pengakuan orang tua merka tinggal di perumahan yang jarang anak kecilnya, pembantu juga tidak aktif melatih anak berbicara. Namun orang tua selalu berusaha secara aktif melatih anak.

X.      PEMERIKSAAN FISIK.
1.      Ukuran Pertumbuhan.
TB                               : 47 cm.
BB                               : 10 Kg.
Lingkar kepala            : 50 cm.
Lingkar dada               : 53 cm.
Lingkar lengan            : 17 cm (kiri).
2.      TTV    :           S          : 37 oC.
N         : 96 x / m, kuat, teratur.
RR       : 24 x / m.
3.      Turgor kulit elastis, perfusi jarungan < 3 detik, intak, keadaan bersih.
4.      Kepala.
-          Bak simetris, rambut lurus dan bersih, agak tipis, tanda-tanda perlukaan tidak ditemukan
-          Mata         :           konjungtiva anemis, kornea bening, pupil isolor,   sclera normal
-          Hidung     :           Polip (-), deviasi (-), simetris ki-ka.
-          Mulut       :           Stomatis (-), gigi lengkap, caries(-), mukosa lembab.
-          Telinga     :           bentuk ki-ka simetris, peradangan (-), tinnitus (-).
-          Leher        :           pergerakan ada gangguan, pembesaran (-), pembesaran V.jugularis (-),    pembesaran kelenjar (-).

5.      Dada :
-          Bentuk simetris, nyeri tekan (-), perkusi sonor, suara abnormal (-), suara nafas vesikuler.

6.      Cardiovaskuler
-          Suara S1 S2 tunggal, murmur(-), irama reguler, pembesaran jantung (-).

7.      Abdomen :
-          Bentuk datar, kenyal, nyeri tekan (-), hepatosplenomegali (-), ginjal teraba, bising usus 10x / m, meteonismus (-).

8.      Eksternal :
-          Tonus otot  5/5/4/4
-          Tangan kiri bengkok ke luar (lengan bawah ekstensi 90o ), tiddak dapat di pakai untuk mengambil sesuatu. Pergerakan tangan kiri bebas.

9.      Urogenital : Ukuran, bentuk, fungsi : normal.

10.  Anus : tidak terdapat kelainan.


XI.   TES TUMBUH KEMBANG BERDASAR DDST MENURUT UMUR.
Hubungan Sosial : menatap muka, bermain dengan anak lain. belum dapat mengenakan baju, menggunakan sendok ( dengan tangan kanan), belum dapat membuka baju, dapat minum dengan gelas

Motorik halus : corat-coret di kertas, memindahkan mainan kubus di cangkir

Bahasa : Mengatakan “moh, mam, mi”, berteriak, menangis

Motorik kasar : berjalan 5 langkah lalu jatuh, tidak dapat berdiri sendiri, dapat               bangkit untuk berdiri, dapat duduk tanpa pegangan

·         Rencana pemeriksaan :
-          CT- Scan.
-          EEG.
-          EMG.

·         Terapi : Roborantia

ANALISA DATA

DATA
ETIOLOGI
MASALAH
S   :   Ibu mengatakan anak            usia 3 tahun belum          bisa bicara.
O : Anak tidak pernah menjawab bila ditanya, hanya memalingkan wajah dan diam.











S :
-. Ibu menanyakan  apakah    penyebab         turunan bisa sembuh.
- Ibu menanyakan apakah ada      kemungkinan anak- nya bisa sembuh.

O :
- Ibu selalu berulang-ulang menanyakan hal yang sama .-Pertanyaan dijawab dengan ragu-ragu.
Stimulus lingkungan
Cedera / gangguan pada otak

Kerusakan bagian anterior 2 posterior

Gangguan bahasa
·         Ekspresif.
·         Reseptik.

Gangguan bicara

Hubungan sosial
    

  


      Hubungan keluarga
Komunikasi verbal


















Cemas.

Koping keluarga  tak efektif.

Kurang pengetahuan.





RENCANA KEPERAWATAN

NO
Dx.Keperawatan
TUJUAN
INTER VENSI
RASIONAL
1.





































2


















3




















4
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan : komunikasi verbal b.d kerusakan pada otak hemisfer kiri
DS:
-Ibu mengatakan anak pada usia 1 bulan pernah kejang demam dan dirawat 2 minggu di RS (1 mg dlm keadaan tidak sadar)
-Ibu mengatakan anak hanya bisa mengatakan “mam,moh,mi”
DO:
-Anak tidak pernah menjawab bila ditanya, hanya memalingkan wajah dan diam


















Gangguan pertumbuhan dan perkembangan: komunikasi verbal  b.d stimulus lingkungan yang kurang











Resiko terhadap cedera b.d keterbatasan pergerakan lengan kiri dan kaki kiri sekunder terhadap kegagalan perkembangan gerak motorik
DS:
_Ibu mengatakan anak hanya bisa melangkah 5X  dengan cepat lalu jatuh
DO:
-Lengan kiri ekstensi keluar
-Tonus otot 5/4/5/4

Kecemasan orangtua b.d perubahan status kesehatan (developmental delay)
DS:
-Ibu menanyakan apakah penyakit turunan bisa sembuh
- Ibu bertanya apakah ada ke- mungkinan anaknya bisa sembuh
DO:
-Ibu berulang-ulang menanyakan hal yang sama
-Pertanyaan yang diajukan dijawab dengan ragu-ragu
Tujuan :
Dalam waktu 1 bulan tidak terdapat gangguan komunikasi lebih lanjut seiring dengan perkembangan anak
Kriteria :
Amak dapat mengungkapkan kata-kata yang bermanfaat dan memiliki arti































Tujuan :
Anak akan mampu  mengko-munikasikan kebutuhan dan pikirannya.

Kriteria :
Anak akan memperlihatkan kemampuannya mengeks-peresikan diri.










Tujuan :
Dalam waktu 1x24 jam anak akan terhindar dari cedera

Kriteria :
-Tidak terdapat tanda-tanda luka / memar
-Orangtua mengungkapkan pentingnya pengamanan untuk mencegah anak cedera






Tujuan :
Dalam waktu 30 menit, orangtua dapat menerima keadaan putranya


Kriteria:
Ibu tidak nampak gelisah

Ibu dapat menguraikan hal-hal positif yang dapat dikembangkan yang berkaitan dengan keadaan anaknya
Kaji tanda-tanda vital


Kaji tingkat pertumbuhan dan perkembangan dengan perangkat DDST



Ukur TB,BB dan lingkar lengan kiri


Ukur lingkar kepala dan lingkar dada anak




Ajarkan dan dukung penggunaan ketrampilan berkomunikasi secara asertif, berikan dorongan untuk memulai suatu percakapan

Kolaborasi untuk pemeriksaan CT scan, EEG, EMG


Lakukan latihan komunikasikan (satu dua suku kata yang sederhana) secara bertahap.


Anjurkan ibu / keluarga untuk selalu mengajak anak berkomunikasi di rumah.

Lakukan komunikasi -secara menyeluruh baik verbal maupun non verbal sesuai tingkat perkembangan anak .

Identifikasi faktor resiko dari lingkungan anak yang mungkin dapat menyebabkan terjadinya cedera

Ajarkan orangtua untuk menjauhkan benda-benda yang dpat mencederai anak trutama saat anak dilatih untuk berjalan











Gali kebiasaan komunikasi dan stimulus yang diberikan orangtua kepada anaknya dalam berkomunikasi


Terangkan bahwa anak mengalami keterlambatan perkembangan dan dapat diperbaiki secara maksimal dalam batas tertentu denganusaha yang keras dan waktu yang sangat panjang secara kontinyu




Peningkatan tanda-tanda vital dari normal menunjukkan indikasi proses peradangan
Mengetahui kesesuaian tugas perkembangan yang dicapai anak dengan tugas-tugas yang seharusnya sudah tercapai sesuai perkembangan usianya.
Gambaran dari status gizi anak yang berpengaruh terhadap proses tumbuh kembang anak
Perkembangan sel-sel otak dapat diketahui secara refleksi dari ukuran kepala anak. Anak usia>2 tahun lingkar kepala sedikit lebih kecil dari lingkar dada.
Pengggunaan teknik komunikasi yang efektif akam menghasilkam penyampaian pesan yang mudah dimengerti
Mendeteksi kemungkinan adanya kelainan penyebab gangguan bicara di otak dan untuk memudahkan intervensi selanjutnya
Latihan bicara yang sesuai dengan perkem-bangan anak akan menghindari ekplorasi yang berakibat penekanan fungsi mental anak.
Berikut sertaan keluraga terhadap perawatan anak secara langsung akan banyak membantu perbaikan.
Komunikasi yang kom-preherensif akan meningkatkan stimulus yang di terima anak sehingga memperkuat memori anak terhadap suatu kata.
Membantu menetapkan perencanaan terhadap upaya stimulasi untuk mengembangkan kemampuan motorik
Permainan tertentu yang mudah bergerak atau bahan yang mudah pecah sangat mudah menyebabkan anak cedera










Mengetahui efektifitas dan kemampuan serta usaha yang telah dilakukan orangtua


Peningkatkan pemahaman dan kesadaran orangtua untuk bisa menerima keadaan anakmya dan menggali koping yang positif terhadap kemampuan yang ada pada anak.


Tgl/jam
NO. DX Keperawatan
IMPLEMENTASI
EVALUASI
25/7/2001
09.00















09.30


09.30











10.00









10.15

1



















2











3









4
Mengukur TTV:
-          S: 37 C
-          N : 96 x/mnt
-          P : 24 x/mnt
Menguku r:
            -     TB : 47 cm
-          BB : 10 kg
-          Lingkar kepala  : 50 cm
-          Lingkar lengan kiri : 17 cm
-          Lingkar dada : 53 cm
Mengisi lembar DDST
Mengisi  kurva TB/BB
Mengisi kurva lingkar kepala
Memberikan penjelasan tentang perkembangan yang harus sudah dilalui untuk anak usia 3 tahun
Memberikan penjelasan tentang perkembangan anaknya dan program pengobatan selanjutnya
Melatih anak untuk mengucapkan kata sederhana (Mi-mi, pa-pa, dll)  

Melatih anak untuk mengucapkan kata yang sederhana
Menganjurkan ibu untuk selalu melatih anak bicara dan memanging anak untuk menyebut benda yang diinginkan
Mengajarkan anak untuk menyebut mainan secara sederhana





Mendiskusikan tentang cara orangtua melatih anak berjalan di rumah: anak diajar berjalan sendiri tanpa bantuan

Menjelaskan pentingnya menghindari mainan/bahan yang dapat mencederai anak:
. ayunan tanpa pengaman
. mobil-mobilan (tanpa pengawasan orangtua)
. mainan dari plastik yang mudah pecah

Mendiskusikan upaya orangtua melatih anak berkomunikasi : ibu selalu mengajarkan anak menyebut benda di rumah
Menganjurkan keluarga agar tidak mengisolasi anak, membiarkan anak bergaul dengan sebaya sehingga ada upaya untuk berlatih bicara
Menyarankan ibu untuk sabar dan rajin mengikuti pengobatan dan melakukan latihan di rumah
25 Julli 2001
S: -
O: Anak lebih senzng diam sambil memperhatikan mainan
A: Masalah belum teratasi
P:
. Dorong orangtua untuk melatih anaknya bicara
. Berikan feetback positif terhadap usaha yang telah dilakukan orangtua










25 Juli 2001
S: Orangtua mengungkapkan akan berusaha melatih anakmya bicara
O:
Anak lebih senang diam sambil memperhatikan  mainan
Anak menuruti perintah mengambil mainan dan memindahkan ke wadah
A: Masalah belum teratasi
P: Berikan contoh pada orangtua pengucapan kata sederhana dan berarti

25    Juli 2001
S: Orangtua mengungkapkan akan menjaga anaknya saat belajar berjalan dan menjauhkan mainan yang berbahaya
O:Tanda-tanda perlukaan (-)
A: Masalah teratasi
P: -



25 Juli  2001
S:
. Ibu mengungkapkan mengerti keadaan anaknya
. Ibu mengungkapkan akan selalu melatih anaknya baik bicara maupun pergerakan motorik dengan sabar
O:
. Ibu nampak tenang
.Ibu nampak antusias untuk mengetahuio program terapi yang akan dilaksanakan
A: Masalah teratasi
P:-