WHO AM I?

I PUTU JUNIARTHA SEMARA PUTRA POLTEKKES KEMENKES DENPASAR JURUSAN KEPERAWATAN

Wednesday, July 17, 2013

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KANKER VULVA

Juniartha Semara Putra
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
KANKER VULVA

I.       Pengertian
Kanker vulva adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam vulva
Vulva merupakan bagian luar dari sistem reproduksi wanita, yang meliputi labia, lubang vagina, lubang uretra dan klitoris.
3-4% kanker pada sistem reproduksi wanita merupakan kanker vulva dan biasanya terjadi setelah menopause.

II.    Etiologi
Penyebabnya tidak diketahui. Faktor resiko terjadinya kanker vulva:
  1. Infeksi HPV atau kutil kelamin (kutil genitalis)
    HPV merupakan virus penyebab kutil kelamin dan ditularkan melalui hubungan seksual.
  2. Pernah menderita kanker leher rahim atau kanker vagina
  3. Infeksi sifilis
  4. Diabetes
  5. Obesitas
  6. Tekanan darah tinggi.
  7. Usia
    Tiga perempat penderita kanker vulva berusia diatas 50 tahun dan dua pertiganya berusia diatas 70 tahun ketika kanker pertama kali terdiagnosis.
    Usia rata-rata penderita kanker invasif adalah 65-70 tahun.
  8. Hubungan seksual pada usia dini
  9. Berganti-ganti pasangan seksual
  10. Merokok
  11. Infeksi HIV
    HIV adalah virus penyebab AIDS. Virus ini menyebabkan kerusakan pada sistem kekebalan tubuh sehingga wanita lebih mudah mengalami infeksi HPV menahun.
  12. Golongan sosial-ekonimi rendah. Hal ini berhubungan dengan pelayanan kesehatan yang adekuat, termasuk pemeriksaan kandungan yang rutin.
  13. Neoplasia intraepitel vulva (NIV)
  14. Liken sklerosus. Penyakit ini menyebabkan kulit vulva menjadi tipis dan gatal.
  15. Peradangan vulva menahun
  16. Melanoma atau tahi lalat atipik pada kulit selain vulva.

III.             Gejala

Kanker vulva mudah dilihat dan teraba sebagai benjolan, penebalan ataupun luka terbuka pada atau di sekitar lubang vagina.
Kadang terbentuk bercak bersisik atau perubahan warna. Jaringan di sekitarnya mengkerut disertai gatal-gatal. Pada akhirnya akan terjadi perdarahan dan keluar cairan yang encer.

Gejala lainnya adalah:

·         nyeri ketika berkemih

·         nyeri ketika melakukan hubungan seksual.

·         Hampir 20% penderita yang tidak menunjukkan gejala.


IV. Penegakan Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik dan hasil biopsi jaringan. Staging (Menentukan stadium kanker)
Staging merupakan suatu peroses yang menggunakan hasil-hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan diagnostik tertentu untuk menentukan ukuran tumor, kedalaman tumor, penyebaran ke organ di sekitarnya dan penyebaran ke kelenjar getah bening atau organ yang jauh.
Dengan mengetahui stadium penyakitnya maka dapat ditentukan rencana pengobatan yang akan dijalani oleh penderita.
Jika hasil biopsi menunjukkan bahwa telah terjadi kanker vulva, maka dilakukan beberapa pemeriksaan untuk mengetahui penyebaran kanker ke daerah lain:
-        Sistoskopi (pemeriksaan kandung kemih)
-        Proktoskopi (pemeriksaan rektum)
-         Pemeriksaan panggula dibawah pengaruh obat bius
-         Rontgen dada
-        CT scan dan MRI.

V.  Stadium kanker Vulva
      Stadium kanker vulva dari sistem FIGO:
  1. Stadium 0 (karsinoma in situ, penyakit Bowen) : kanker hanya ditemukan  permukaan kulit vulva
  2. Stadium I : kanker ditemukan di vulva dan/atau perineum (daerah antara rektum dan vagina). Ukuran tumor sebesar 2 cm atau kurang dan belum menyebar ke kelenjar getah bening
  3. Stadium IA : kanker stadium I yang telah menyusup sampai kedalaman kurang dari 1 mm
  4. Stadium IB: kanker stadium I yang telah menyusup lebih dalam dari 1 mm
  5.  Stadium II : kanker ditemukan di vulva dan/atau perineu, dengan ukuran lebih besar dari 2 cm tetapi belum menyebar ke kelenjar getah bening
  6.  Stadium III : kanker ditemukan di vulva dan/atau perineum serta telah menyebar ke jaringan terdekat (misalnya uretra, vagina, anus) dan/atau telah menyebar ke kelenjar getah bening selangkangan terdekat.
  7. Stadium IVA : kanker telah menyebar keluar jaringan terdekat, yaitu ke uretra bagian atas, kandung kemih, rektum atau tulang panggul, atau telah menyebar ke kelenjar getah bening kiri dan kanan
  8. Stadium IVB : kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di dalam panggul dan/atau ke organ tubuh yang jauh.

VI. THERAPI
Terdapat 3 jenis pengobatan untuk penderita kanker vulva:
  1. Pembedahan
-        Eksisi lokal luas : dilakukan pengangkatan kanker dan sejumlah jaringan normal di sekitar kanker Eksisi lokal radikal : dilakukan pengangkatan kanker dan sejumlah besar jaringan normal di sekitar kanker, mungkin juga disertai dengan pengangkatan kelenjar getah bening
-        Bedah laser : menggunakan sinar laser untuk mengangkat sel-sel kanker
-        Vulvektomi skinning : dilakukan pengangkatan kulit vulva yang mengandung kanker
-        Vulvektomi simplek : dilakukan pengangkatan seluruh vulva
- Vulvektomi parsial : dilakukan pengangkatan sebagian vulva
- Vulvektomi radikal : dilakukan pengangkatan seluruh vulva dan kelenjar getah bening di sekitarnya.
-        Eksenterasi panggul : jika kanker telah menyebar keluar vulva dan organ wanita lainnya, maka dilakukan pengangkatan organ yang terkena (misalnya kolon, rektum atau kandung kemih) bersamaan dengan pengangkatan leher rahim, rahim dan vagina.
Untuk membuat vulva atau vagina buatan setelah pembedahan, dilakukan pencangkokan kulit dari bagian tubuh lainnya dan bedah plastik.
  1. Terapi penyinaran
Pada terapi penyinaran digunakan sinar X atau sinar berenergi tinggi lainnya utnuk membunuh sel-sel kanker dan memperkecil ukuran tumor.
Pada radiasi eksternal digunakan suatu mesin sebagai sumber penyinaran; sedangkan pada radiasi internal, ke dalam tubuh penderita dimasukkan suatu kapsul atau tabung plastik yang mengandung bahan radioaktif.
  1. Kemoterapi
    Pada kemoterapi digunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker. Obat tersedia dalam bentuk tablet/kapsul atau suntikan (melalui pembuluh darah atau otot). Kemoterapi merupakan pengobatan sistemik karena obat masuk ke dalam aliran darah sehingga sampai ke seluruh tubuh dan bisa membunuh sel-sel kanker di seluruh tubuh.
VII. Pathways

Pengobatan berdasarkan stadium
Pengobatan kanker vulva tergantung kepada stadium dan jenis penyakit serta usia dan keadaan umum penderita.
- Kanker vulva stadium 0
  1. Eksisi lokal luas atau bedah laser, atau kombinasi keduanya
  2. Vulvektomi skinning
  3. Salep yang mengandung obat kemoterapi
- Kanker vulva stadium I
  1. Eksisi lokal luas
  2. Eksisi lokal radikal ditambah pengangkatan seluruh kelenjar getah bening selangkangan dan paha bagian atas terdekat pada sisi yang sama dengan kanker
  3. Vulvektomi radikal dan pengangkatan kelenjar getah bening selangkangan pada salah satu atau kedua sisi tubuh
  4. Terapi penyinaran saja.
- Kanker vulva stadium II
  1. Vulvektomi radikal dan pengangkatan kelenjar getah bening selangkangan kiri dan kanan. Jika sel kanker ditemukan di dalam kelenjar getah bening, maka dilakukan setelah pembedahan dilakukan penyinaran yang diarahkan ke panggul
  2. Terapi penyinaran saja (pada penderita tertentu).
- Kanker vulva stadium III
  1. Vulvektomi radikal dan pengangkatan kelenjar getah bening selangkangan dan kelenjar getah bening paha bagian atas kiri dan kanan.
    Jika di dalam kelenjar getah bening ditemukan sel-sel kanker atau jika sel-sel kanker hanya ditemukan di dalam vulva dan tumornya besar tetapi belum menyebar, setelah pembedahan dilakukan terapi penyinaran pada panggul dan selangkangan
  2. Terapi radiasi dan kemoterapi diikuti oleh vulvektomi radikal dan pengangkatan kelenjar getah bening kiri dan kanan
  3. Terapi penyinaran (pada penderita tertentu) dengan atau tanpa kemoterapi.
- Kanker vulva stadium IV
  1. Vulvektomi radikal dan pengangkatan kolon bagian bawah, rektum atau kandung kemih ( tergantung kepada lokasi penyebaran kanker) disertai pengangkatan rahim, leher rahim dan vagina (eksenterasi panggul)
  2. Vulvektomi radikal diikuti dengan terapi penyinaran
  3. Terapi penyinaran diikuti dengan vulvektomi radikal
  4. Terapi penyinaran (pada penderita tertentu) dengan atau tanpa kemoterapi dan mungkin juga diikuti oleh pembedahan.
- Kanker vulva yang berulang (kambuh kembali)
  1. Eksisi lokal luas dengan atau tanpa terapi penyinaran
  2. Vulvektomi radikal dan pengangkatan kolon, rektum atau kandung kemih (tergantung kepada lokasi penyebaran kanker) disertai dengan pengangkatan rahim, leher rahim dan vagina (eksenterasi panggul)
  3. Terapi penyinaran ditambah dengan kemoterapi dengan atau tanpa pembedahn
  4. Terapi penyinaran untuk kekambuhan lokal atau untuk mengurangi gejala nyeri, mual atau kelainan fungsi tubuh.

VII. PENCEGAHAN
Ada 2 cara untuk mencegah kanker vulva:
  1. Menghindari faktor resiko yang bisa dikendalikan
  2. Mengobati keadaan prekanker sebelum terjadinya kanker invasif.











ASUHAN KEPERAWATAN ANSIETAS

Juniartha Semara Putra

ASUHANKEPERAWATAN ANSIETAS

 I.      PENGERTIAN

A.    Ketegangan atau kecemasan dalam diri tanpa tujuan / obyek kecemasan tidak disadari dan berkaitan dengan kehilangan self image (freud).
B.     Kecemasan timbul karena adanya ancaman terhadap self esteem oleh orang terdekat. pada orang dewasa kecemasan dialami bila prestige dan dignity diri terancam oleh orang lain (sullivan).
C.     Kecemasan mempengaruhi hubungan interpersonal, suatu respon terhadap bahaya yang tidak diketahui yang muncul bila ada hambatan pemanuhan kebutuhan (pepleu).
D.    Kekuatiran (uneasiness), keprihatinan, (apprehension), ketakutan (dread) terhadap sesuatu yang akan terjadi yang dihubungkan dengan sumber yang tidak dikenali dari bahaya yang diantisipasi (friedman, kaplan, sadock)
E.     Respon emosional / manifestasi afek yang tidak pasti dan tidak berdaya

II.      FAKTOR PREDISPOSISI

A.    Teori psikoanalitik (freud) adanya konflik emosional antara id dan Super Ego untuk mengingatkan Ego tentang sesuatu bahaya yang perlu diatasi
B.     Teori interpersonal, adanya kekuatiran akan penolakan interpersonal, akibat trauma masa pertumbuhan dan perkembangan (perpisahan, kehilangan) sehingga tidak berdaya, harga diri rendah.
C.     Teori perilaku, hasil frustrasi dari segala sesuatu yang menggangu kemampuan untuk mencapai tujuan
D.    Kajian biologis
1.      Otak mengandung reseptor benzodiazepines             mengatur ansietas.
2.      Penghambat asam amino butirik- gama nerureguler (GABA)        berperan dalam mekanisme biologis ansietas.


III.      FAKTOR PRESIPITASI

A.    Ancaman integritas diri, ketidakmampuan fisiologis atau gangguan terhadap kebutuhan dasar (maslow).
B.     Ancaman sistem diri / keselamatan diri (security of the self) integritas diri, harga diri, prestige, hubungan interpersonal, kehilangan dan perubahan peran / status, fungsi sosial yang terintegrasi

 

IV.      MEKANISME ANSIETAS

STRESSOR

 
 




































V.      RENTANG RESPON KECEMASAN

RESPON ADAPTIF MALADAPTIF
 
RESPON
 
 




Antisipasi                 Ringan                   Sedang                               Berat                     Panik

A.    ANSIETAS RINGAN
1.      Respon Fisiologis
v  Sesekali nafas pendek
v  Nadi dan tekanan darah naik
v  Gejala ringan pada lambung
v  Muka berkerut dan bibir bergetar.
2.      Respon Koginitif
v  Lapang persepsi meluas
v  Mampu menerima rangsang yang komplek
v  Konsentrasi pada masalah kecemasannya
v  Menyelesaikan masalah secara efektif
3.      Respon Perilaku dan Emosi
v  Tidak dapat duduk tenang
v  Tremor halus pada tangan
v  Suara kadang-kadang meninggi
B.     ANSIETAS SEDANG
1.      Respon Fisiologis
v  Sering nafas pendek
v  Nadi (extra sistole) dan tekanan darah naik
v  Mulut kering
v  Anorexia
v  Diare / konstipasi
v  Gelisah


2.      Respon Koqnitif
v  Lapang persepsi menyempit
v  Rangsang luar tidak mampu diterima
v  Berfokus pada aa saja yang menjadi perhatiannya
3.      Respon Perilaku dan emosi.
v  Gerakan tersentak-sentak
v  Bicara banyak dan lebih cepat
v  Susah tidur
v  Perasaan tidak aman
C.     ANSIETAS BERAT
1.      Respon Fisiologis
v  Nafas pendek
v  Nadi dan tekanan darah naik
v  Berkeringat dan sakif kepala
v  Penglihatan kabur
v  Ketegangan.
2.      Respon Koginitif
v  Lapang persepsi sangat sempit
v  Tidak mau menyelesaikan masalah
3.      Respon Perilaku dan Emosi
v  Perasaan ancaman meningkat
v  Verbalisasi cepat
v  Blocking
D.    ANSIETAS PANIK.
1.      Respon Fisiologis
v  Nafas pendek
v  Rasa tercekik dan palpitasi
v  Sakit dada
v  Pucat
v  Hipotensi
v  Koordinasi motorik rendah.
2.      Respon Kognitif
v  Lapang persepsi sangat sempit
v  Tidak dapat berfikir logis
3.      Respon Emosi
v  Agitasi, menmgamuk, marah
v  Ketakutan, berteriak – teriak, blocking
v  Kehilangan kendali / kontrol diri
v  Persepsi kacau

VI.      RESPON FISIOLOGIS SECARA UMUM PADA SISTEM TUBUH

A.    Kardiovaskuler
Palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah, nadi menurun, rasa mau pingsan, pingsan
B.     Saluran pernafasan
Nafas cepat, dangkal, rasa tertekan pada dada, rasa tercekik, terengah-engah.
C.     Neuromuskuler
Peningkatan reflek, reaksi kejutan, mata berkedip kedip, insomnia, wajah tegang, kelelahan secara umum, gerakan lambat
D.    Gastro intestinal
Kehilangan nafsu makan, menolak makan, rasa tidak nyaman pada abdominal, rasa terbakar daerah epigastrium, nausea, diare.
E.     Saluran kemih
Tidak dapat menahan buang air kecil, sering buang air kecil/anyang-anyangen.
F.      Sistem kulit
Rasa terbakar pada muka, berkeringat setempat (telapak tangan), gatal-gatal, perasaan panas atau dingin pada kulit, muka pucat, berkeringat seluruh tubuh.
G.    Perilaku
Gelisah, ketegangan fisik, tremor, gugup, menarik diri, hiperventilasi, inhibis (terlambat)


H.    Kognitif
Gangguan perhatian, konsentrasi hilang, pelupa, salah tafsir, blocking, menurunnya lahan persepsi, kreatifitas dan produktifitas menurun, bingung, kesadaran diri dan kuatir berlebihan, hilang obyektifitas.
I.       Afektif
Tidak sabar, tegang berlebihan, teror, gugup luar biasa dan sangat gelisah

VII.      MEKANISME KOPING

Pada ansietas sedang dan berat menggunakan 2 mekanisme koping yaitu:
A.    Reaksi orientasi tugas (task oriented)
1.      Menyerang (Attack Behavior)
v  Pola destruktif : marah-marah, memusuhi – agresif
v  Pola konstruktif : pemecahan masalah, asertive
2.      Menarik diri : merokok, menghindar dari sumber stres
3.      Kompromi : merubah kebiasaan, mengganti tujuan, mengorbankan salah satu kebutuhan
B.     Mekanisme pembelaan ego /mpe (ego defence mecanism)
Sublimasi, proyeksi, rasionalisasi, displacement, reaksi konversi, acting out, regresi dsb

VIII.      MASALAH KEPERAWATAN

1.      Resiko tinggi kekerasan, menciderai diri sendiri dan orang lain
2.      Ganguan pola tidur
3.      Gangguan nutrisi
4.      Koping individu tidak efektif
5.      Kecemasan sedang / berat / panik berhubungan dengan ……





IX.      RENCANA TINDAKAN (KECEMASAN SEDANG / BERAT / PANIK TERLAMPIR)

A.    Tujuan tindakan keperawatan klien ansietas adalah menurunkan tingkat ansietas
B.     Prinsip tindakan keperawatan ansietas berat dan panik adalah melindungi klien dari bahaya fisik, dan memberi rasa aman
C.     Bila tingkat ansietas menurun sampai tingkat sedang atau ringan prinsip tindakannya adalah : reedukatif, bertujuan pada kognitif dalam menggunakan mekanisme koping yang konstruktif
D.    Tindakan pertama bagi perawat untuk merawat pasien ansietas adalah : menyadari, mengenali perasaannya sendiri dan harus mengendalikannya karena ansietas pada diri perawat mempengarui tingkat ansietas pasien dan perasaan negatif perawat akan menghambat hubungan terapeutik.

X.      EVALUASI

A.    Ancaman integritas fisik atau sistern diri klien berkurang dalam sifat, jumlah, asal dan waktunya.
B.     Perilaku klien mencerminkan penurunan tingkat ansietas.
C.     Klien mengenal ansietasnya mempunyai pandangan terhadap perasaan ansietasnya.
D.    Sumber koping dimanfaatkan setara adekuat dan konstruktif.
E.     Klien mampu menggunakan strategi penyelesaian masalah yang adaptif untuk mengurangi ansietas.
F.      Menggunakan ansietas ringan untuk meningkatkan pertumbuhan atau perubahan personal.

Lampiran : Tindakan Keperawatan Asietas Berat / Panik

Tujuan Khusus / Rencana Tindakan

1.      Klien dapat membina hubungan saling percaya dan terhindar dari bahaya
Ø  Kenalkan diri dan temani pasien
Ø  Dorong dan dengarkan klien mengungkapkan perasaannya
Ø  Bersikap terbuka, siap menerima klien apa adanya
Ø  Gali penyebab ansietasnya, diskusikan dan terima perasaan positif dan negatif termasuk perkembangan ansietasnya langsung jawab pertanyaan klien
2.      Klien dapat meningkatkan kesehatan fisik dan psikologis
Ø  Kolaborasi obat, menurunkan ansietas (dia-zepam, laroxyl)
Ø  Amati efek samping obat
3.      Klien dapat mengidentifikasi dan berusaha menurunkan penyebab ansietas
Ø  Ciptakan situasi dan lingkungan tenang
Ø  Batasi interaksi klien dengan lingkungan untuk mengurangi rangsangan ansietas
Ø  Berikan terapi fisik, mandi air hangat, pijat, relaksasi, jalan – jalan, joging dsb
4.      Klien dapat menggunakan mekanisme koping yang konstruktif
Ø  Menerima klien apa adanya dengan tanpa menentang keyakinannya
Ø  Berikan feed back, perilaku, stressor
Ø  Penilaian stressor dan sumber koping
Ø  Kuatkan ide – ide bahwa kesehatan fisik berhubungan dengan mental
Ø  Pada saat yang tepat, perilaku yang mal adaptif beri batasan perilaku dengan cara yang konstruktif
5.      Klien dapat melakukan kegiatan yang menarik dan aktifitas terjadwal
Ø  Berikan aktifitas bersifat mendukung dan menguatkan perilaku sosial yang konstruktif
Ø  Bersama klien, buat jadwal sehari – hari
Ø  Libatkan anggota keluarga dan sistem pendukung lainnya

Lampiran : Tindakan Keperawatan Ansietas Sedang

Tujuan Khusus / Rencana Tindakan

1.      Klien dapat menjalin hubungan dan mempertahankan hubungan saling percaya
Ø  Dengarkan klien, responsif
Ø  Beri dorongan untuk mengekspresikan perasaannya
Ø  Identifikasi pola perilaku destruktif dan konstruktif
2.      Klien dapat mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya
Ø  Validasi kesimpulan dan asumsi terhadap klien
Ø  Gunakan konfrontasi positif
3.      Klien dapat memperluas kesadarannya terhadap perkembangan ansietas:
Ø  Bantu identifikasi situai dan interaksi yang menimbulkan ansietas
Ø  Bersama klien tinjau kembali penilaian klien terhadap stressor yang dirasakan mengancam dan menimbulkan konflik
Ø  Hubungkan pengalaman lalu dan sekarang
4.      Klien dapat menggunakan mekanisme koping yang adaptif
Ø  Gali cara klien mengurangi ansietas dimasa lalu
Ø  Tunjukkan akibat perilaku mal adaptif dan destruktif
Ø  Dorong untuk menggunakan respon koping yang konstruktif
Ø  Bantu untuk menyusun, memodifikasi tujuan dengan mengunakan sumber dan mencoba koping yang baru
Ø  Latih klien menghadapi ansietas ringan
Ø  Beri latihan fisik
Ø  Libatkan sistem pendukung untuk menggunakan koping adaptif yang baru
5.      Klien mampu menggunakan teknik relaksasi
Ø  Ajarkan klien teknik relaksasi, jalan – jalan, joging, pernafasan dalam dsb

Ø  Dorong menggunakan teknik relaksasi, untuk menurunkan tingkat ansietasnya