Juniartha Semara Putra
ü Pemeriksaan
glucose darah terhadap hipoglikemia ü Pemantauan gas
darah sesuai kebutuhan ü Titer Torch
sesuai indikasi ü Pemeriksaan
kromosom sesuai indikasi ü Pemantauan
elektrolit ü Pemeriksaan
sinar X sesuai kebutuhan ( misal : foto thorax )
A.
KONSEP
DASAR
1. PENGERTIAN
Bayi
berat badan lahir rendah ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir
kurang dari 2500 gram ( WHO, 1961 ). Berat
badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada
waktu lahir. (Huda dan Hardhi, NANDA NIC-NOC, 2013).
Menurut
Ribek dkk. (2011). Berat badan lahir rendah yaitu bayi yang lahir dengan berat
badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (dihitung satu jam
setelah melahirkan).
Bayi
berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram
pada waktu lahir. (Amru Sofian, 2012). Dikutip dalam buku Nanda, (2013).
2. ETIOLOGI
Menurut
Huda dan Hardhi dalam NANDA NIC-NOC (2013). Penyebab kelahiran bayi berat badan
lahir rendah, yaitu:
a. Factor
genetik atau kromosom
b. Infeksi
c. Bahan
toksik
d. Insufisiensi
atau disfungsi plasenta
e. Radiasi
f. Faktor
nutrisi
g. Factor
lain seperti merokok, peminum alkohol, bekerja berat pada masa kehamilan,
plasenta previa, kehamilan ganda, obat-obatan, dan sebagainya.
Selain
penyebab diatas ada beberapa penyebab kelahiran berat badan lahir rendah yang
berhubungan, yaitu :
1. Faktor
ibu
a. Paritas
b. Abortus
spontan sebelumnya
c. Infertilitas
d. Gizi
saat hamil yang kurang, umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun
e. Jarak
hamil dan persalinan terlalu dekat, pekerjaan yang terlalu berat
f. Penyakit
menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah, perokok
2. Faktor
kehamilan
a.
Hamil dengan hidramnion, hamil ganda,
perdarahan antepartum
b.
Komplikasi kehamilan :
preeklamsia/eklamsia, ketuban pecah dini
3. Faktor
janin
a.
Cacat bawaan, infeksi dalam rahim.
b.
Infeksi
congenital (missal : rubella)
4. Faktor
yang masih belum diketahui
3. PATOFISIOLOGI
Bayi berat badan
lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu
lahir. Secara umum penyebab dari bayi berat badan lahir rendah dipengaruhi oleh
beberapa factor antara lain gizi saat hamil yang kurang dengan umur kurang dari
20 tahun atau diatas 35 tahun, jarak hamil dan persalinan terlalu dekat,
pekerjaan yang terlalu berat, penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung,
gangguan pembuluh darah, perokok.
BBLR biasanya
disebabkan juga oleh hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan, cacat
bawaan, infeksi dalam rahim. Hal ini akan menyebabkan bayi lahir dengan berat
2500 gram dengan panjang kurang dari 45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm kepala
lebih besar, kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang, otot
hipotonik lemah, pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea biasanya terjadi
pada umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
Kemungkinan yang
terjadi pada bayi dengan BBLR adalah Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia
neonatorum, sindrom distres respirasi, penyakit membran hialin, dismatur
preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu, hiperbilirubinemia,
patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak, hipotermia, hipoglikemia, hipokalsemia,
anemi, gangguan pembekuan darah, infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing
enterocolitis (NEC), bronchopulmonary dysplasia, dan malformasi konginetal
4. TANDA
GEJALA
Menurut
Huda dan Hardhi. (2013), tanda dan gejala dari bayi berat badan lahir rendah
adalah:
1. Sebelum
bayi lahir
a. Pada
anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus, dan lahir
mati.
b. Pembesaran
uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.
c. Pergerakan
janin pertama terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih lambat walaupun
kehamilannya sudah agak lanjut
d. Pertambahan
berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut seharusnya. Sering dijumpai
kehamilan dengan oligradramnion gravidarum atau perdarahan anterpartum.
2. Setelah
bayi lahir
a. Bayi
dengan retadasi pertumbuhan intra uterin
b. Bayi
premature yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu
c. Bayi
small for date sama dengan bayi retardasi pertumbuhan intrauterine.
d. Bayi
premature kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya.
Selain itu ada gambaran klinis BBLR secara umum
adalah :
1. Berat
kurang dari 2500 gram.
2. Panjang
kurang dari 45 cm.
3. Lingkar
dada kurang dari 30 cm.
4. Lingkar
kepala kurang dari 33 cm.
5. Umur
kehamilan kurang dari 37 minggu.
6. Kepala
lebih besar.
7. Kulit
tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang.
8. Otot
hipotonik lemah.
9. Pernapasan
tak teratur dapat terjadi apnea.
10. Eksremitas
: paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus.
11. Kepala
tidak mampu tegak.
12. Pernapasan
40 – 50 kali / menit.
13. Nadi
100 – 140 kali / menit.
5. KLASIFIKASI
BBLR
Menurut Ribek dkk.
(2011), ada 3 klasifikasi dari berat badan lahir rendah, yakni:
a.
Berat badan lahir rendah sedang yaitu
bayi lahir dengan berat badan 1501 sampai 2500 gram.
b.
Berat badan lahir sangat rendah yaitu
bayi lahir dengan berat badan kurang dari 1500 gram.
c.
Berat badan lahir sangat rendah sekali
yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari 1000 gram.
6. PENATALAKSANAAN
a. Medis
ü Resusitasi
yang adekuat, pengaturan suhu, terapi oksigen
ü Pengawasan terhadap PDA (Patent Ductus Arteriosus)
ü Keseimbangan cairan dan elektrolit, pemberian
nutrisi yang cukup
ü Pengelolaan hiperbilirubinemia, penanganan infeksi
dengan antibiotik yang tepat
b. Penanganan
secara umum :
ü Penanganan
bayi
Semakin kecil bayi dan
semakin premature bayi, maka semakin besar perawatan yang diperlukan, karena
kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi harus
dilakukan didalam incubator
ü Pelestarian
suhu tubuh
Bayi dengan berat lahir
rendah, mempunyai kesulitan dalam mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan
berkembang secara memuaskan, asal suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C
s/d 370 C.Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan
dimana suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal.
Bayi berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga
memerlukan pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus diatas
25 0 C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 300
C untuk bayi dengan berat kurang dari 2000 gram
ü Inkubator
Bayi dengan berat badan
lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur perawatan dapat dilakukan
melalui “jendela“ atau “lengan baju“. Sebelum memasukkan bayi kedalam
incubator, incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C,
untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih
kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan pernafasan
yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap
pernafasan lebih mudah.
ü Pemberin
oksigen
Ekspansi paru yang
buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR, akibat tidak adanya
alveolo dan surfaktan. Konsentrasi O2yang diberikan sekitar 30- 35 %
dengan menggunakan head box, konsentrasi o2 yang tinggi dalam masa
yang panjangakan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat
menimbulkan kebutaan
ü Pencegahan
infeksi
Bayi preterm dengan
berat rendah, mempunyai system imunologi yang kurang berkembang, ia mempunyai
sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi,
perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat
bayi.
ü Pemberian
makanan
Pemberian makanan
secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah terjadinya hipoglikemia dan
hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan pertama, dapat diberikan melalui kateter
( sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi
berat lahir rendah secara relative memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan
dengan bayi preterm.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
8.
KOMPLIKASI
ü Sindrom
aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres respirasi, penyakit
membran hialin
ü Dismatur
preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu
ü Hiperbilirubinemia,
patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak
ü Hipotermia,
Hipoglikemia, Hipokalsemia, Anemi, gangguan pembekuan darah
ü Infeksi,
retrolental fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC)
ü Bronchopulmonary
dysplasia, malformasi konginetal
B.
ASUHAN
KEPERAWATAN BBLR
1. PENGKAJIAN
1.
Data Subyektif
Data subyektif adalah persepsi dan sensasi klien tentang masalah kesehatan.
Data subyektif terdiri dari:
ü Biodata atau
identitas pasien: meliputi nama tempat tanggal lahir jenis kelamin
ü Orangtua meliputi : nama (ayah dan ibu, umur,
agama, suku atau kebangsaan, pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat
ü Riwayat
kesehatan
a. Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari
riwayat antenatal pada kasus BBLR yaitu:
a.
Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk, merokok
ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit seperti diabetes mellitus,
kardiovaskuler dan paru.
b.
Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran multiple,
kelainan kongenital, riwayat persalinan preterm.
c.
Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi tidak
teratur dan periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan.
d.
Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan (kehamilan
postdate atau preterm).
e.
Riwayat natal
komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat erat dengan
permasalahan pada bayi baru lahir. Yang perlu dikaji :
f.
Kala I : perdarahan antepartum baik solusio plasenta maupun plasenta
previa.
g.
Kala II : Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena pemakaian obat
penenang (narkose) yang dapat menekan sistem pusat pernafasan.
b.
Riwayat post natal
Yang perlu dikaji antara lain :
a.
Agar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS (0-3)
asfiksia berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia ringan.
b.
Berat badan lahir : Preterm/BBLR < 2500 gram, untu aterm ³ 2500 gram lingkar kepala kurang atau lebih
dari normal (34-36 cm).
c.
Adanya kelainan kongenital : Anencephal, hirocephalus anetrecial aesofagal.
ü Pola nutrisi
Yang perlu dikaji pada bayi
dengan BBLR gangguan absorbsi gastrointentinal, muntah aspirasi, kelemahan
menghisap sehingga perlu diberikan cairan parentral atau personde sesuai dengan
kondisi bayi untuk mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan juga
untuk mengkoreksi dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi disamping untuk
pemberian obat intravena.
ü Pola eliminasi
Yang perlu dikaji pada
neonatus adalah BAB : frekwensi, jumlah, konsistensi. BAK
: frekwensi, jumlah
ü Latar belakang sosial budaya
Kebudayaan yang berpengaruh
terhadap BBLR kebiasaan ibu merokok, ketergantungan obat-obatan tertentu
terutama jenis psikotropikaKebiasaan ibu mengkonsumsi minuman beralkohol,
kebiasaan ibu melakukan diet ketat atau pantang makanan tertentu.
ü Hubungan psikologis
Sebaiknya segera setelah bayi
baru lahir dilakukan rawat gabung dengan ibu jika kondisi bayi memungkinkan.
Hal ini berguna sekali dimana bayi akan mendapatkan kasih sayang dan perhatian
serta dapat mempererat hubungan psikologis antara ibu dan bayi. Lain halnya
dengan BBLR karena memerlukan perawatan yang intensif
2.
Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang diperoleh
melalui suatu pengukuran dan pemeriksaan dengan menggunakan standart yang
diakui atau berlaku.
a.
Keadaan umum
Pada neonatus dengan BBLR, keadaannya lemah
dan hanya merintih. Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif
dan menangis keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap
rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya tidak
ada pembesaran lingkar kepala dapat menunjukkan kondisi neonatus yang baik.
b.
Tanda-tanda Vital
Neonatus post asfiksia berat kondisi akan
baik apabila penanganan asfiksia benar, tepat dan cepat. Untuk bayi preterm
beresiko terjadinya hipothermi bila suhu tubuh < 36 °C dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu
tubuh < 37 °C.
Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5°C – 37,5°C, nadi normal antara 120-140 kali per menit
respirasi normal antara 40-60 kali permenit, sering pada bayi post asfiksia
berat pernafasan belum teratur .
c.
Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan
ekstrimitas berwarna biru, pada bayi preterm terdapat lanugo dan verniks.
d.
Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau
cephal haematom, ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya
peningkatan tekanan intrakranial.
e.
Mata
Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis,
tidak ada bleeding conjunctiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan
refleksi terhadap cahaya.
f.
Hidung
Terdapat
pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir.
g.
Mulut
Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada
lendir atau tidak.
h.
Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan
i.
Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher
nenoatus pendek
j.
Thorax
Bentuk simetris, terdapat tarikan
intercostal, perhatikan suara wheezing dan ronchi, frekwensi bunyi jantung
lebih dari 100 kali per menit.
k.
AbdomenBentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2
cm dibawah arcus costaae pada garis papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit
berarti adanya asites atau tumor, perut cekung adanya hernia diafragma, bising
usus timbul 1 sampai 2 jam setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi
karena GI Tract belum sempurna.
l.
Umbilikus
Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan
atau tidak, adanya tanda – tanda infeksi pada tali pusat.
m.
Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat
adakah kelainan letak muara uretra pada neonatus laki – laki, neonatus
perempuan lihat labia mayor dan labia minor, adanya sekresi mucus keputihan,
kadang perdarahan.
n.
Anus
Perhatiakan adanya darah dalam tinja,
frekuensi buang air besar serta warna dari faeses.
o.
Ekstremitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin,
perhatikan adanya patah tulang atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan
jari-jari tangan serta jumlahnya.
p.
Refleks
Pada neonatus preterm post asfiksia berat
reflek moro dan sucking lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai
keadaan susunan syaraf pusat atau adanya patah tulang
3.
Data Penunjang
Data
penunjang pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakkan diagnosa
atau kausal yang tepat sehingga kita dapat memberikan obat yang tepat pula.
Pemeriksaan yang diperlukan adalah :
ü Darah : GDA > 20 mg/dl
ü Test
kematangan paru
ü CRP
ü Hb dan Bilirubin : > 10 mg/dl
2. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
a.
Ketidakefektifan pola nafas b/d tidak adekuatnya ekspansi paru
b. Gangguan pertukaran gas b/d kurangnya
ventilasi alveolar sekunder terhadap defisiensi surfaktan
c. Resiko tinggi gangguan keseimbangan
keseimbangan cairan dan elektrolit b/d ketidakmampuan ginjal mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit.
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya persediaan zat besi, kalsium,
metabolisme yang tinggi dan intake yang kurang adekuat
e.
Resiko tinggi hipotermi atau hipertermi
b/d imaturitas fungsi termoregulasi atau perubahan suhu lingkungan
f.
Resiko tinggi terjadi gangguan perfusi
jaringan b/d imaturitas fungsi kardiovaskuler
g.
Resiko tinggi injuri susunan saraf pusat
b/d hipoksia
h.
Resiko tinggi infeksi b/d imaturitas
fungsi imunologik
i.
Resiko tinggi gangguan integritas kulit
b/d imaturitas struktur kulit
j. Gangguan persepsi-sensori : penglihatan,
pendengaran, penciuman, taktil b/d stimulus yang kurang atau berlebihan dari
lingkungan perawatan intensif
3. INTERVENSI
KEPERAWATAN
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan/Kriteria
|
Rencana Tindakan
|
Rasional
|
1.
|
Ketidakefektifan pola nafas b/d tidak adekuatnya ekspansi paru
|
Pola nafas yang efektif
Kriteria :
§ Kebutuhan
oksigen
menurun
§ Nafas
spontan, adekuat
§ Tidak
sesak.
§ Tidak
ada retraksi
|
§ Berikan
posisi kepala sedikit ekstensi
§ Berikan
oksigen dengan metode yang sesuai.
§ Observasi
irama, kedalaman dan frekuensi pernafasan.
|
§ Melancarkan
jalan nafas
§ Memenuhi
kecukupan oksigen dalam tubuh
§ Mengetahui
irama, kedalaman dan frekuensi pernafasan.
|
2
|
Gangguan pertukaran gas b/d kurangnya
ventilasi alveolar sekunder terhadap defisiensi surfaktan
|
Pertukaran gas adekuat
Kriteria :
§ Tidak
sianosis.
§ Analisa
gas darah normal
§ Saturasi
oksigen normal.
|
§ Lakukan
isap lendir kalau perlu
§ Berikan
oksigen dengan metode yang sesuai.
§ Observasi
warna kulit.
§ Ukur
saturasi oksigen
§ Observasi
tanda-tanda perburukan pernafasan
§ Lapor
dokter apabila terdapat tanda-tanda
perburukan pernafasan.
Mendapatkan
tindakan yang tepat.
§ Kolaborasi
dalam pemeriksaan analisa gas darah.
|
§ Melancarkan
jalan nafas.
§ Memenuhi
kebutuhan oksigen dalam tubuh
§ Mengetahui
adanya sianosis.
§ Memantau
kebutuhan saturasi oksigen
§ Mengetahui
adanya tanda-tanda perburukan pernafasan.
§ Mendapatkan
tindakan yang tepat.
§ Memantau
hasil laboratorium.
|
3
|
Risiko tinggi gangguan keseimbangan
keseimbangan cairan dan elektrolit b/d ketidakmampuan ginjal mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit
|
Hidrasi baik
Kriteria:
§ Turgor
kulit elastik
§ Tidak
ada edema
§ Produksi
urin 1-2 cc/kgbb/jam
§ Elektrolit
darah dalam batas normal
|
§ Observasi
turgor kulit.
§ Catat
intake dan output.
§ Kolaborasi
dalam pemberian cairan intra vena dan elektrolit.
§ Kolaborasi
dalam pemeriksaan elektrolit darah
|
§ Mengetahui
keadaan turgor kulit.
§ Memantau
cairan masuk dan cairan keluar.
§ Memenuhi
kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh.
§ Memantau
hasil pemeriksaan elektrolit darah.
|
4
|
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya persediaan zat besi,
kalsium, metabolisme yang tinggi dan intake yang kurang adekuat
|
Nutrisi adekuat
Kriteria :
§ Berat
badan naik 10-30 gram / hari
§ Tidak
ada edema
§ Protein
dan albumin darah dalam batas normal
|
§ Berikan
ASI/PASI dengan metode yang tepat.
§ Timbang
berat badan setiap hari
§ Catat
intake dan output
§ Kolaborasi
dalam pemberiantotal parenteral nutrition kalau perlu.
|
§ Memenuhi
kebutuhan nutrisi tubuh.
§ Mengetahui
peningkatan / penurunan berat badan.
§ Memantau
jumlah cairan masuk dan keluar.
§ Memenuhi
kebutuhan cairan dan nutrisi.
|
5
|
Risiko tinggi hipotermi atau
hipertermi b/d imaturitas fungsi termoregulasi atau perubahan suhu lingkungan
|
Suhu bayi stabil
Kreteria:
§ Suhu
36,5 0C -37,5 0C
§ Akral
hangat
|
§ Rawat
bayi dengan suhu lingkungan sesuai.
§ Hindarkan
bayi kontak langsung dengan benda sebagai sumber dingin/panas.
§ Ukur
suhu bayi setiap 3 jam atau kalau perlu.
§ Ganti
popok bila basah.
|
§ Menurunkan
risiko hipotermi / hipertermi.
§ Menurunkan
risiko hipotermi / hipertermi.
§ Memantau
terjadinya peningkatan / penurunan suhu tubuh.
§ Menghindarkan
kontak langsung dengan kelembaban.
|
6
|
Risiko tinggi terjadi gangguan perfusi
jaringan b/d imaturitas fungsi kardiovaskuler
|
Perfusi jaringan baik
kreteria:
§ Tekanan
darah normal
§ Pengisian
kembali kapiler <2 detik
§ Akral
hangat dan tidak sianosis
§ Produksi
urin 1-2 cc/kgbb/jam
§ Kesadaran
composmentis
|
§ Ukur
tekanan darah kalau perlu.
§ Observasi
warna kulit.
§ Observasi
pengisian kembali kapiler.
§ Observasi
adanya edema perifer
§ Kolaborasi
dalam pemeriksaan laboratorium.
§ Kolaborasi
dalam pemberian obat-obatan.
|
§ Mengetahui
tekanan darah.
§ Memantau
adanya sianosis.
§ Memantau
keadaan sirkulasi.
§ Memantau
adanya penumpukan cairan.
§ Mengetahui
hasil laboratorium.
§ Obat-obatan
sangat penting dalam proses penyembuhan.
|
7
|
Risiko tinggi injuri susunan saraf
pusat b/d hipoksia
|
Tidak ada injuri
Kriteria :
§ Kesadaran
composmentis
§ Gerakan
aktif dan terkoordinasi
§ Tidak
ada kejang ataupun twitching
§ Tidak
ada tangisan melengking
§ Hasil
USG kepala dalam batas normal
|
§ Cegah
terjadinya hipoksia.
§ Ukur
saturasi oksigen.
§ Observasi
kesadaran dan aktifitas bayi.
§ Observasi
tangisan bayi.
§ Observasi
adanya kejang.
§ Lapor
dokter apabila ditemukan kelainan pada saat observasi.
§ Kolaborasi
dalam pemeriksaan USG kepala.
|
§ Menurunkan
risiko terjadinya hipoksia.
§ Memberikan
saturasi yang tepat.
§ Memantau
adanya tanda-tanda injuri.
§ Memantau
adanya gangguan saraf pusat.
§ Memantau
adanya gangguan saraf pusat.
§ Berkolaborasi
dalam memberikan tindakan.
§ Memantau
adanya kelainan kepala.
|
8
|
Risiko tinggi infeksi b/d imaturitas
fungsi imunologik
|
Bayi tidak terinfeksi
Kriteria :
§ Suhu
36,5 0C -37,5 0C
§ Darah
rutin normal
§ Tidak
ada tanda-tanda infeksi
|
§ Hindari
bayi dari orang-orang yang terinfeksi kalau perlu rawat dalam incubator.
§ Cuci
tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi.
§ Lakukan
tehnik aseptik dan antiseptik bila melakukan prosedur invasive.
|
§ Menghindari
penularan infeksi.
§ Menghindari
penularan infeksi.
§ Menghindari
penularan infeksi.
|
9
|
Risiko tinggi gangguan integritas
kulit b/d imaturitas struktur kulit
|
Integritas kulit baik
Kriteria :
§ Tidak
ada rash
§ Tidak
ada iritasi
§ Tidak
plebitis
|
§ Lakukan
perawatan tali pusat.
§ Observasi
tanda-tanda vital.
§ Kolaborasi
pemeriksaan darah rutin.
§ Kolaborasi
pemberian antibiotika.
§ Kaji
kulit bayi dari tanda-tanda kemerahan, iritasi, rash, lesi dan lecet pada
daerah yang tertekan.
§ Gunakan
plester non alergi dan seminimal mungkin
§ Ubah
posisi bayi dan pemasangan elektrode atau sensor.
|
§ Menjaga
tali pusat dalam keadaan baik.
§ Mengetahui
kondisi pasien.
§ Memantau
hasil pemeriksaan laboratorium.
§ Obat-obatan
sangat penting dalam proses penyembuhan.
§ Memantau
adanya kemerahan, iritasi, rash, lesi dan lecet.
§ Menurunkan
terjadinya gangguan integritas kulit.
§ Menurukan
terjadinya hipoksia jaringan.
|
10
|
Gangguan persepsi-sensori :
penglihatan, pendengaran, penciuman, taktil b/d stimulus yang kurang atau
berlebihan dari lingkungan perawatan intensif
|
Persepsi dan sensori baik
Kriteria :
§ Bayi
berespon terhadap stimulus
|
§ Membelai
bayi sebelum malakukan tindakan.
§ Mengajak
bayi berbicara atau merangsang pendengaran bayi dengan memutarkan lagu-lagu
yang lembut.
§ Memberikan
rangsang cahaya pada mata.
§ Lakukan
stimulas untuk refleks menghisap dan menelan dengan memasang dot.
|
§ Memantau
adanya respon rangsangan sentuhan.
§ Memantau
adanya respon rangsangan suara.
§ Memantau
adanya respon rangsangan cahaya.
§ Meningkatkan
reflex hisap dan menelan.
|
4. IMPLEMENTASI
Implementasi disesuaikan dengan
intervensi yang telah dibuat.
5. EVALUASI
Evaluasi disesuaikan dengan tujuan
dan kriteria hasil yang ingin dicapai.
DAFTAR
PUSTAKA
Fishman, Marvin A. 2007. Buku Ajar Pediatri, Volume 3 Edisi 20.
Jakarta:EGC.
Herdman, T. Heather. 2012.
Diagnosis Keperawatan: Difinisi Dan
Klasifikasi 2012-2014/Editor,T. Heather Herdman; Alih Bahasa, Made Suwarwati
Dan Nike Budhi Subekti. Jakarta: EGC.
Huda, Nuratif dan Hardhi
Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa NANDA NIC-NOC. Jakarta: Media Action.
Ribek, Nyoman dkk. 2011. Aplikasi Perawatan Bayi Resiko Tinggi
Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi Program Keperawatan: Digunakan
Sebagai Bahan Pembelajaran Praktek Klinik dan Alat Uji Kompetensi.
Denpasar: Poltekkes Denpasar Jurusan Keperawatan.
Sofian, Amru. 2012. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri: Obstetri
Operatif Obstetri Sosial Edisi 3 Jilid 1 & 2. Jakarta: EGC
______1961. WHO
Wong, D.L,dkk. 2008. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik.
Jakarta. Buku Kedokteran
Tabanan,
12 Juni 2013
Pembimbing Praktek, Mahasiswa,
I Putu Juniartha Semara
Putra
NIP. NIM.PO7120011014
Mengetahui
Pembimbing Akademik,
NIP.