WHO AM I?

I PUTU JUNIARTHA SEMARA PUTRA POLTEKKES KEMENKES DENPASAR JURUSAN KEPERAWATAN

Sunday, October 14, 2012

UNSTABEL PELVIS

Juniartha Semara Putra

UNSTABEL  PELVIS


Pengertian
Unstabel  pelvis adalah suatu keadaan yang tidak stabil dari posisi pelvis (asimetris) yang disebabkan oleh trauma

Etiologi

Secara umum, Unstabel pelvis disebabkan :
1.      Osteoporosis
2.      Trauma tumpul

Pemeriksaan Penunjang

Beberapa pemeriksaan penunjang untuk menegakan diagnosa trauma pelvis;
1.      CT Scan
2.      Angiogram untuk mengetahui letak dan sumber perdarahan
3.      Pemeriksaan Laboratorium: DL dan elektrolit

Pengelolaan

Pengelolaan pasien dengan trauma pelvis di ruang perawatan meliputi:
1.      Monitor perdarahan dan hemodinamik
2.      Pencegahan syok hemoragik
3.      Fiksasi internal dan eksternal
-          pemasangan traksi
-          Pembedahan: reduksi terbuka dengan fiksasi internal (ORIF) meliputi: prostesa panggul Austin-Moore, pemasangan pen, paku atau sekrup.
4.      Pengelolaan nyeri

Pengkajian Data Keperawatan

Pengkajian dapat difokuskan pada beberapa sistem terutama 6B:
¨      B1 (Breathing)
Kadang-kadang klien mengeluh sesak nafas. Sesak nafas timbul akibat dari menurunnya voluma darah (anemia) sebagai dampak dari perdarahan intra peritonial yang berlanjut.

¨      B2 (blood)
Gangguan hemodinamik akibat perdarahan dapat menimbulkan gejala: pusing, keringat dingin, nadi meningkat dan lemah, tekanan darah menurun.

¨      B3 (Brain)
Jarang ditemui penurunan tingkat kesadaran dan GCS dalam keadaan normal.

¨      B4 (Bladder)
Klien mengeluh sulit kencing bahkan tidak bisa kencing (anuria), kadang-kadang ditemui kencing campur darah.

¨      B5 (Bowel)
Akibat trauma mengenai saluran pencernan, klien dapat mengeluh nyeri daerah perut dan anus, perdarahan lewat anus.

¨      B6 (Bone)
Klien mengeluh nyeri daerah perut bawah (pelvis), terdapat krepitasi, dan pada pemeriksaan foto atau CT Scan, nampak gambaram tulang pelvis yang terputus.

Diagnosa Keperawatan.
Dari proses patofisiologis penyakit dan gejala, maka diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah:
1.      Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan peroduksi sekret.
2.      Ketidakefektifan pola nafas berhubungan kelemahan otot pernafasan
3.      Defisit voluma cairan  berhubungan dengan perdarahan akibat laserasi pembuluh darah peritonial.
4.      Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan trauma, akibat pembedahan, prosedur invasif.
5.      Resiko terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan curah jantung, penurunan oksigenasi akibat perdarahan.
6.      Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan aliran urine akstravasasi dan prosedur invasif.
7.      Resiko terhadap ansietas berhubungan dengan penyakit kritis, ketakutan akan kematian.




Rencanan Keperawatan:
Dx: Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.

Tujuan: Klien mempertahankan dan meningkatkan bersihan jalan nafas

Intervensi keperawatan:
1.      Lakukan auskultasi suara nafas
R/ mengevaluasi keadaan jalan nafas.
2.      Lakukan fisioterafi nafas: clauping dan fibrasi bila tidak terdapat patah tulang iga.
R/ clauping merontokan  sekret dan fibrasi dapat merangsang batuk.
3.      Lakukan pengisapan lendir (section) dengan teknik aseptik.
R/ mengeluarkan sekret dan mencegah aspirasi.
4.      Berikan oksigen 100% sebelum pengisapan.
R/ mencegah hipoksia dan memberikan oksigen cadangan.
5.Lakukan pengisapan dan fisioterapi nafas berulang tiap 3 jam.

Dx: Devisit voluma cairan berhubungan dengan perdarahan akibat laserasi pembuluh darah.

Tujuan: Klien mempertahankan keseimbangan cairan yang optimal.

Intervensi keperawatan:
1.      Resusitasi cairan kristaloid atao koloid
R/ mengganti voluma cairan yang hiang.
2.      Pertahankan patensi aliran IV.
R/ cairan intra vena lebih adekuat dalam menentukan jumlah kebutuhan.
3.      Pantau tekanan darah dan nadi setiap 1 jam
R/ mengetahui perkembangan atau kegaglan dari intervensi yang telah dilakaukan.
4.      Pantau haluran urine setiap jam.
R/ mengetahui aut put (fungsi ginjal), dan memudahkan dalam menrencanakan kebutuhan selanjutnya.
5.      Pantau elektrolit: kalium dan natrium
R/ mengidentifikasi keseimbangan elektrolit.

DX: Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan curah jantung dan penurunan oksigenasi.

Tujuan : mempertahankan fungsi organ yang adekuat.

Intervensi keperawatan:
1.      Kaji fungsi organ: tanda-tanda vital, haluaran urine, sensoris, curah jantung.
R/ mengidentifikasi tingkat perubahan fungsi organ.
2.      Lakukan pemeriksaan analisa gas darah
R/ mengetahui keadaan oksigen dalam darah.
3.      Pantau BUN, kreatinin, bilirubin, dan fungsi hepar.
4.      Kaji adanya perubahan warna kulit (ikterus, pucat, sianosis)
R/ mengetahui tingkat perfusi jaringan perifer.
5.      Kaji keadaan akral 

DX: Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan trauma dan prosedur tindakan.

Tujuan: Luka yang ada akan sembuh dan tidak terjadi kerusakan jaringan.

Intervensi keperawatan:
1.      Kaji keadaan luka (bersih, luas dan dalamnya)
R/memudahkan dalam perawatan.
2.      Lakukan perubahan posisi setiap 2 jam
R/ meningkatkan aliran darah pada organ atau daerah tertentu.
3.      Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik dan anti septik.
R/ mencegah infeksi dan mempercepat proses penyembuhan.
4.      Lindungi kulit dari drainage yang mengiritasi.
5.      Kolaborasi dalam pemberian antibiotik.


Daftar Rujukan
Tabrani Rab. (1998). Agenda Gawat Darurat, Alumni, Bandung.
Hudak and Gallo. (1994). Critical care nursing, Lippincort, Phliadhelpia.
Barbara Engram. (1993). Medical Surgical Nursing Care Plans, Delmar.
Doenges M.E. at all. (1989), Nursing Care Plans, Guidelines for Planning Patien Care edition 2, F.A. Davis, Phliladhelpia.

LAPORAN KASUS
1.      Pengkajian
Pengakjian dilakukan pada tanggal: 19 Nopember pukul 10.00 wib.
1.1  Identitas
N a m a            : Nn. Sl.
U m u r            : 17 tahun
Jenis kelamin   : Wanita
Pekerjaan         : Mahasiswa
Agama             : Islam
Alamat                        : Celep Selatan gg IV/ 73A Sidoarjo.
MRS: 5 Nopember 2001 dengan DX: internal bleeding

Alasan dirawat: klien mengalami gagal nafas/distres pernafasan setelah mengalami kecelakaan lalulintas tanggal 4 Nopember 2001.

Keluhan utama: klien belum bisa bernafas secara spontan.

Riwayat penyakit sekarang:
Tanggal 4 Nopember 2001, klien mengalami kecelakaan lalulintas naik sepeda motor kemudian ditabrak mobil. Klien sempat dirawat di RS Siti khotijah Sidoarjo, selanjutnya dirujuk ke RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Selama dirawat sampai tanggal 19 Nopember 2001, klien sempat dioperasi: laparatomi, diketahui mengalami Anstable Pelvis dan Multiple Trauma.

2.      Pengkajin Sistem
2.1. Breathing
Klien terpasang ventilator dengan program: mode SIMV 8 dan ASB 20. Pola nafas tidak teratur, frekuensi 24 x/menit, pada monitor: saturasi oksigen 98%. Pada pemeriksaan fisik didapatkan: suara nafas ronkhi +, sianosis -,


2.2. Kardiovaskuler
Klien nampak lemah, kulit  dan kunjungtiva pucat dan akral hangat. Pada monitor terekam: tekanan darah 125/70 mmhg, nadi 120x/menit, kapiler refill 2 detik. Pemeriksaan laboratorium: HB= 9,9 gr%,  HCT= 32 dan PLT = 235.

2.3. Brain
Klien dalam keadaan sadar, GCS: 4-5-6 (total = 15), klien nampak lemah, refleks dalam batas normal.

2.4. Blader
Klien terpasang doewer chateter urine tertampung 700 cc/ 7 jam,  warna kuning kecoklatan. Laporan operasi terdapat: hematoma luas pada buli-buli dan kedua renal.

2.5. Bowel

No comments: