Juniartha Semara Putra
UNSTABEL PELVIS
Pengertian
Unstabel pelvis adalah
suatu keadaan yang tidak stabil dari posisi pelvis (asimetris) yang disebabkan
oleh trauma
Etiologi
Secara umum, Unstabel pelvis disebabkan :
1. Osteoporosis
2. Trauma tumpul
Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang untuk
menegakan diagnosa trauma pelvis;
1. CT Scan
2. Angiogram untuk mengetahui letak dan
sumber perdarahan
3. Pemeriksaan Laboratorium: DL dan
elektrolit
Pengelolaan
Pengelolaan pasien dengan trauma
pelvis di ruang perawatan meliputi:
1. Monitor perdarahan dan hemodinamik
2. Pencegahan syok hemoragik
3. Fiksasi internal dan eksternal
-
pemasangan
traksi
-
Pembedahan:
reduksi terbuka dengan fiksasi internal (ORIF) meliputi: prostesa panggul
Austin-Moore, pemasangan pen, paku atau sekrup.
4. Pengelolaan nyeri
Pengkajian Data Keperawatan
Pengkajian dapat difokuskan pada
beberapa sistem terutama 6B:
¨ B1 (Breathing)
Kadang-kadang klien
mengeluh sesak nafas. Sesak nafas timbul akibat dari menurunnya voluma darah
(anemia) sebagai dampak dari perdarahan intra peritonial yang berlanjut.
¨ B2 (blood)
Gangguan hemodinamik
akibat perdarahan dapat menimbulkan gejala: pusing, keringat dingin, nadi
meningkat dan lemah, tekanan darah menurun.
¨ B3 (Brain)
Jarang ditemui penurunan
tingkat kesadaran dan GCS dalam keadaan normal.
¨ B4 (Bladder)
Klien mengeluh sulit
kencing bahkan tidak bisa kencing (anuria), kadang-kadang ditemui kencing
campur darah.
¨ B5 (Bowel)
Akibat trauma mengenai
saluran pencernan, klien dapat mengeluh nyeri daerah perut dan anus, perdarahan
lewat anus.
¨ B6 (Bone)
Klien mengeluh nyeri
daerah perut bawah (pelvis), terdapat krepitasi, dan pada pemeriksaan foto atau
CT Scan, nampak gambaram tulang pelvis yang terputus.
Diagnosa Keperawatan.
Dari proses patofisiologis penyakit
dan gejala, maka diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah:
1.
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan
dengan peningkatan peroduksi sekret.
2. Ketidakefektifan pola nafas
berhubungan kelemahan otot pernafasan
3. Defisit voluma cairan berhubungan dengan perdarahan akibat laserasi
pembuluh darah peritonial.
4. Kerusakan integritas jaringan
berhubungan dengan trauma, akibat pembedahan, prosedur invasif.
5. Resiko terhadap perubahan perfusi
jaringan berhubungan dengan penurunan curah jantung, penurunan oksigenasi
akibat perdarahan.
6. Resiko tinggi infeksi berhubungan
dengan aliran urine akstravasasi dan prosedur invasif.
7. Resiko terhadap ansietas berhubungan
dengan penyakit kritis, ketakutan akan kematian.
Rencanan Keperawatan:
Dx:
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi
sekret.
Tujuan:
Klien mempertahankan dan meningkatkan bersihan jalan nafas
Intervensi
keperawatan:
1. Lakukan auskultasi suara nafas
R/ mengevaluasi keadaan
jalan nafas.
2. Lakukan fisioterafi nafas: clauping
dan fibrasi bila tidak terdapat patah tulang iga.
R/ clauping
merontokan sekret dan fibrasi dapat
merangsang batuk.
3. Lakukan pengisapan lendir (section)
dengan teknik aseptik.
R/ mengeluarkan sekret
dan mencegah aspirasi.
4. Berikan oksigen 100% sebelum
pengisapan.
R/ mencegah hipoksia dan
memberikan oksigen cadangan.
5.Lakukan pengisapan dan fisioterapi
nafas berulang tiap 3 jam.
Dx: Devisit voluma cairan berhubungan
dengan perdarahan akibat laserasi pembuluh darah.
Tujuan: Klien mempertahankan
keseimbangan cairan yang optimal.
Intervensi keperawatan:
1. Resusitasi cairan kristaloid atao
koloid
R/ mengganti voluma
cairan yang hiang.
2. Pertahankan patensi aliran IV.
R/ cairan intra vena
lebih adekuat dalam menentukan jumlah kebutuhan.
3. Pantau tekanan darah dan nadi setiap
1 jam
R/ mengetahui
perkembangan atau kegaglan dari intervensi yang telah dilakaukan.
4. Pantau haluran urine setiap jam.
R/ mengetahui aut put
(fungsi ginjal), dan memudahkan dalam menrencanakan kebutuhan selanjutnya.
5. Pantau elektrolit: kalium dan natrium
R/ mengidentifikasi
keseimbangan elektrolit.
DX:
Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan
curah jantung dan penurunan oksigenasi.
Tujuan
: mempertahankan fungsi organ yang adekuat.
Intervensi
keperawatan:
1. Kaji fungsi organ: tanda-tanda vital,
haluaran urine, sensoris, curah jantung.
R/ mengidentifikasi
tingkat perubahan fungsi organ.
2. Lakukan pemeriksaan analisa gas darah
R/ mengetahui keadaan
oksigen dalam darah.
3. Pantau BUN, kreatinin, bilirubin, dan
fungsi hepar.
4. Kaji adanya perubahan warna kulit
(ikterus, pucat, sianosis)
R/ mengetahui tingkat
perfusi jaringan perifer.
5. Kaji keadaan akral
DX: Kerusakan integritas jaringan
berhubungan dengan trauma dan prosedur tindakan.
Tujuan: Luka yang ada akan sembuh dan
tidak terjadi kerusakan jaringan.
Intervensi keperawatan:
1. Kaji keadaan luka (bersih, luas dan
dalamnya)
R/memudahkan dalam
perawatan.
2. Lakukan perubahan posisi setiap 2 jam
R/ meningkatkan aliran
darah pada organ atau daerah tertentu.
3. Lakukan perawatan luka dengan teknik
aseptik dan anti septik.
R/ mencegah infeksi dan
mempercepat proses penyembuhan.
4. Lindungi kulit dari drainage yang
mengiritasi.
5. Kolaborasi dalam pemberian
antibiotik.
Daftar Rujukan
Tabrani Rab. (1998). Agenda Gawat
Darurat, Alumni, Bandung.
Hudak and Gallo. (1994). Critical
care nursing, Lippincort, Phliadhelpia.
Barbara Engram. (1993). Medical
Surgical Nursing Care Plans, Delmar.
Doenges
M.E. at all. (1989), Nursing Care Plans, Guidelines for Planning Patien
Care edition 2, F.A. Davis, Phliladhelpia.
LAPORAN KASUS
1. Pengkajian
Pengakjian dilakukan pada tanggal: 19
Nopember pukul 10.00 wib.
1.1 Identitas
N a m a : Nn. Sl.
U m u r : 17 tahun
Jenis kelamin : Wanita
Pekerjaan : Mahasiswa
Agama :
Islam
Alamat : Celep Selatan gg IV/ 73A Sidoarjo.
MRS: 5 Nopember 2001 dengan DX: internal
bleeding
Alasan dirawat: klien mengalami gagal
nafas/distres pernafasan setelah mengalami kecelakaan lalulintas tanggal 4
Nopember 2001.
Keluhan utama: klien belum bisa
bernafas secara spontan.
Riwayat penyakit sekarang:
Tanggal 4 Nopember 2001, klien
mengalami kecelakaan lalulintas naik sepeda motor kemudian ditabrak mobil.
Klien sempat dirawat di RS Siti khotijah Sidoarjo, selanjutnya dirujuk ke RSUD
Dr. Soetomo Surabaya. Selama dirawat sampai tanggal 19 Nopember 2001, klien
sempat dioperasi: laparatomi, diketahui mengalami Anstable Pelvis dan Multiple
Trauma.
2. Pengkajin Sistem
2.1. Breathing
Klien terpasang ventilator dengan
program: mode SIMV 8 dan ASB 20. Pola nafas tidak teratur, frekuensi 24
x/menit, pada monitor: saturasi oksigen 98%. Pada pemeriksaan fisik didapatkan:
suara nafas ronkhi +, sianosis -,
2.2. Kardiovaskuler
Klien nampak lemah, kulit dan kunjungtiva pucat dan akral hangat. Pada
monitor terekam: tekanan darah 125/70 mmhg, nadi 120x/menit, kapiler refill 2
detik. Pemeriksaan laboratorium: HB= 9,9 gr%,
HCT= 32 dan PLT = 235.
2.3. Brain
Klien dalam keadaan sadar, GCS: 4-5-6
(total = 15), klien nampak lemah, refleks dalam batas normal.
2.4. Blader
Klien terpasang doewer chateter urine
tertampung 700 cc/ 7 jam, warna kuning
kecoklatan. Laporan operasi terdapat: hematoma luas pada buli-buli dan kedua
renal.
2.5. Bowel
No comments:
Post a Comment