Juniartha Semara Putra
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN APENDIKSITIS
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN APENDIKSITIS
DEFINISI
Apendiksitis adalah suatu peradangan yang sering terjadi pada apendiks
yang merupakan kasus gawat bedah abdomen yang paling sering terjadi.
ETIOLOGI
Apendiksitis
merupakan infeksi bakteri yang disebabkan oleh obstruksi atau penyumbatan
akibat :
1. Hiperplasia dari
folikel limfoid
2. Adanya fekalit dalam
lumen apendiks
3. Tumor apendiks
4. Adanya benda asing
seperti cacing askariasis
5. Erosi mukosa apendiks
karena parasit seperti E. Histilitica.
Menurut
penelitian, epidemiologi menunjukkan kebiasaan makan makanan rendah serat akan
mengakibatkan konstipasi yang dapat menimbulkan apendiksitis. Hal tersebut akan
meningkatkan tekanan intra sekal, sehingga timbul sumbatan fungsional apendiks
dan meningkatkan pertumbuhan kuman flora pada kolon.
PATOFISIOLOGI
Apendisitis basanya
disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks. Obstruksi tersebut menyebabkan
mukus yang diprodksi mukosa apendiks mengalami bendungan. Semakin lama mukus
tersebut semakin banyak, namun elasitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan
sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intra lumen. Tekanan tersebut akan
menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema dan ulaserasi mukosa. Pada
saat itu terjadi apendiksitis akut fokal yang ditandai dengan nyeri
epigastrium.
Bila sekresi mukus
berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan
obstruksi vena, edema bertambah dan bakteri akan menembus dinding sehingga
peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum yang dapat menimbulkan
nyeri pada abdomen kanan bawah yang disebut apendiksitis supuratif akut.
Apabila aliran arteri
terganggu maka akan terjadi infrak dinding apendiks yang diikuti ganggren.
Stadium ini disebut apendiksitis ganggrenosa. Bila dinding apendiks rapuh maka
akan terjadi prefesional disebut apendikssitis perforasi.
Bila proses berjalan
lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga
muncul infiltrat apendikkularis.
Pada anak-anak karena
omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang, dinding lebih tipis. Keadaan
tersebut ditambah dengandaya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan untuk
terjadi perforasi, sedangkan pada orang tua mudah terjadi karena ada gangguan
pembuluh darah.
TANDA DAN GEJALA
Nyeri
terasa pada abdomen kuadran bawah dan biasanya disertai oleh demam ringan,
mual, muntah dan hilangnya nafsu makan. Nyeri tekan lokal pada titik Mc. Burney
bila dilakukan tekanan. Nyeri tekan lepas mungkin akan dijumpai.
Derajat
nyeri tekan, spasme otot, dan apakah terdapat konstipasi atau diare tidak
tergantung pada beratnya infeksi dan lokasi apendiks. Bila apendiks melingkar
di belakang sekum, nyeri dan nyeri tekan dapat terasa di daerah lumbal ; bila
ujungnya ada pada pelvis, tanda-tanda ini hanya dapat diketahuipada pemeriksaan
rektal. Nyeri pada defekasi menunjukkan bahwa ujung apendiks dekat dengan
kandung kemih atau ureter. Adanya kekeakuan pada bagian bawah otot rektum kanan
dapat terjadi.
Tand
Rovsing dapat timbul dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri, yang secara
paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa pada kuadran bawah kanan. Apabila
apendiks telah ruptur, nyeri dan dapat lebih menyebar ; distensi abdomen
terjadi akibat ileus paralitikdan kondisi klien memburuk.
Apendisitis
basanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks. Obstruksi tersebut
menyebabkan mukus yang diprodksi mukosa apendiks mengalami bendungan. Semakin
lama mukus tersebut semakin banyak, namun elasitas dinding apendiks mempunyai
keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intra lumen. Tekanan tersebut
akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema dan ulaserasi mukosa.
Pada saat itu terjadi apendiksitis akut fokal yang ditandai dengan nyeri
epigastrium.
Bila
sekresi mukus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan
menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah dan bakteri akan menembus dinding
sehingga peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum yang dapat
menimbulkan nyeri pada abdomen kanan bawah yang disebut apendiksitis supuratif
akut.
Apabila
aliran arteri terganggu maka akan terjadi infrak dinding apendiks yang diikuti
ganggren. Stadium ini disebut apendiksitis ganggrenosa. Bila dinding apendiks
rapuh maka akan terjadi prefesional disebut apendikssitis perforasi.
Bila
proses berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke arah
apendiks hingga muncul infiltrat apendikkularis.
Pada
anak-anak karena omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang, dinding lebih
tipis. Keadaan tersebut ditambah dengandaya tahan tubuh yang masih kurang
memudahkan untuk terjadi perforasi, sedangkan pada orang tua mudah terjadi
karena ada gangguan pembuluh darah.
KOMPLIKASI
Komplikasi utama apendiksitis adalah perforasi apendiks, yang dapat
berkembang menjadi peritonitis atau abses. Insiden perforasi adalah 105 sampai
32%. Insiden lebih tinggi pada anak kecil dan lansia. Perforasi secara umum
terjadi 24 jam setelah awitan nyeri. Gejala mencakup demam dengan suhu 37,7o C
atau lebih tinggi, nyeri tekan abdomen yang kontinue.
PENATALAKSANAAN
Pada apendiksitis akut,
pengobatan yang paling baik adalah operasi apendiks. Dalam waktu 48 jam harus
dilakukan. Penderita di obsevarsi, istirahat dalam posisi fowler, diberikan
antibiotik dan diberikan makanan yang tidak merangsang persitaltik, jika
terjadi perforasi diberikan drain diperut kanan bawah.
a. Tindakan pre operatif, meliputi penderita di
rawat, diberikan antibiotik dan kompres untuk menurunkan suhu penderita, pasien
diminta untuk tirabaring dan dipuasakan
b. Tindakan operatif ; apendiktomi
c.
Tindakan post operatif, satu hari pasca bedah klien
dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur selama 2 x 30 menit, hari
berikutnya makanan lunak dan berdiri tegak di luar kamar, hari ketujuh luka
jahitan diangkat, klien pulang.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
1.
Pengkajian
a. Identitas klien
b. Riwayat Keperawatan
1.
riwayat kesehatan saat ini ; keluhan nyeri pada luka post
operasi apendektomi, mual muntah, peningkatan suhu tubuh, peningkatan leukosit.
2.
Riwayat kesehatan masa lalu
3.
pemeriksaan fisik
a.
Sistem kardiovaskuler : Untuk mengetahui tanda-tanda vital,
ada tidaknya distensi vena jugularis, pucat, edema, dan kelainan bunyi jantung.
b.
Sistem hematologi : Untuk mengetahui ada tidaknya
peningkatan leukosit yang merupakan tanda adanya infeksi dan pendarahan,
mimisan splenomegali.
c.
Sistem urogenital : Ada tidaknya ketegangan kandung kemih
dan keluhan sakit pinggang.
d.
Sistem muskuloskeletal : Untuk mengetahui ada tidaknya
kesulitan dalam pergerakkan, sakit pada tulang, sendi dan terdapat fraktur atau
tidak.
e.
Sistem kekebalan tubuh : Untuk mengetahui ada tidaknya
pembesaran kelenjar getah bening.
c.
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan darah rutin
: untuk mengetahui adanya peningkatan leukosit yang merupakan tanda adanya
infeksi.
2. Pemeriksaan foto
abdomen : untuk mengetahui adanya komplikasi pasca pembedahan.
2.
Diagnosa keperawatan
a. Pre operasi
1.
Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah pre operasi.
2.
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi
jaringan usus oleh inflamasi.
3.
Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
b. Post operasi
1.
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya luka
post operasi apendektomi.
2.
gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berkurang
baehubungan denga anorexia, mual.
3.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan insisi bedah.
Kurang pengetahuan tentang perawatan dan penyakit berhubungan dengan kurang informasi.
3.
Perencanaan
1. Persiapan umum operasi
Hal
yang bisa dilakukan oleh perawat ketika klien masuk ruang perawat sebelum
operasi :
a.
Memperkenalkan klien dan kerabat dekatnya tentang fasilitas
rumah sakit untuk mengurangi rasa cemas klien dan kerabatnya (orientasi
lingkungan).
b.
Mengukur tanda-tanda vital.
c.
Mengukur berat badan dan tinggi badan.
d.
Kolaborasi pemeriksaan laboratorium yang penting (Ht, Serum
Glukosa, Urinalisa).
e.
Wawancara.
2. Persiapan klien malam sebelum operasi
Empat
hal yang perlu diperhatikan pada malam hari sebelum operasi :
a. Persiapan kulit
kulit
merupakan pertahanan pertama terhadap masuknya bibit penyakit. Karena operasi
merusak integritas kulit maka akan menyebabkan resiko terjadinya ifeksi.
Beberapa
ahli bedah lebih menyukai mencukur rambut karena bisa mengganggu prosedur
operasi.
b. Persiapan saluran cerna
persiapan
kasus yang dilakukan pada saluran cerna berguna untuk :
1.
Mengurangi kemungkinan bentuk dan aspirasi selama anestasi.
2.
Mengurangi kemungkinan obbstruksi usus.
3.
Mencegah infeksi fasessaat operasi.
Untuk
mencegah tiga hal tersebut dilakukan :
1. Puasa dan pembatasan
makan dan minum.
2. Pemberian enema jika
perlu.
3. Memasang tube intestine
atau gaster jika perlu.
4. Jika klien
menerimaanastesi umum tidak boleh makan dan minum selama 8 – 10 jam sebelum
operasi : mencegah aspirasi gaster. Selang gastro intestinal diberikan malam
sebelum atau pagi sebelum operasi untuk mengeluarkan cairan intestinal atau
gester.
c. Persiapan untuk anastesi
Ahli
anastesi selalu berkunjunng pada pasien pada malam sebelum operasi untuk
melekukan pemeriksaan lengkap kardiovaskuler dan neurologis. Hal ini akan
menunjukkan tipe anastesi yang akan digunakan selama operasi.
d. Meningkatkan istirahat dan tidur
Klien
pre operasi akan istirahat cukup sebelum operasi bila tidak ada gangguan fisik,
tenaga mentalnya dan diberi sedasi yang cukup.
3. Persiapan
pagi hari sebelum operasi klien dibangunkan 1 (satu) jam sebelum obat-obatan
pre operasi :
1.
Mencatat tanda-tanda vital
2.
Cek gelang identitas klien
3.
Cek persiapan kulit dilaksanakan dengan baik
4.
Cek kembali instruksi khusus seperti pemasangan infus
5.
Yakinkan bahwa klien tidak makan dalam 8 jam terakhir
6.
Anjurkan klien untuk buang air kecil
7.
Perawatan mulut jika perlu
8.
Bantu klien menggunakan baju RS dan penutup kepala
9.
Hilangkan cat kuku agar mudah dalam mengecek tanda-tanda
hipoksia lebih mudah.
4.
Interpesi pre operasi
1.
Obsevasi tanda-tanda vital
2.
Kaji intake dan output cairan
3.
Auskultasi bising usus
4.
Kaji status nyeri : skala, lokasi, karakteristik
5.
Ajarkan tehnik relaksasi
6.
Beri cairan intervena
7.
kaji tingkat ansietas
8.
Beri informasi tentang proses penyakit dan tindakan
5.
Intervensi post operasi
1.
Observasi tanda-tanda vital
2.
Kaji skala nyeri : Karakteristik, skala, lokasi
3.
Kaji keadaan luka
4.
Anjurkan untuk mengubah posisi seperti miring ke kanan, ke
kiri dan duduk.
5.
Kaji status nutrisi
6.
Auskultasi bising usus
7.
Beri informasi perawatan luka dan penyakitnya.
4.
Evaluasi
a. Gangguan rasa nyaman
teratasi
b. Tidak terjadi infeksi
c. Gangguan nutrisi
teratasi
d. Klien memahami tentang
perawatan dan penyakitnya
e. Tidak terjadi penurunan
berat badan
f. Tanda-tanda vital dalam
batas normal
No comments:
Post a Comment