Juniartha Semara Putra
MANAJEMEN SUPERVISI DALAM
KEPERAWATAN
1.
Pengertian
Supervisi
Supervisi berasal dari bahasa latin, super = atas,
dan videre = melihat. Supervisi yaitu melakukan pengamatan secara langsung dan
berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan, dan jika
ditemukan masalah segera diberi petunjuk atau bantuan langsung untuk mengatasi
masalah tersebut.
Muninjaya (1999)
menyatakan bahwa supervisi adalah salah satu bagian proses atau kegiatan dari
fungsi pengawasan dan pengendalian (controlling). Swanburg (1990)
melihat dimensi supervisi sebagai suatu proses kemudahan sumber-sumber yang
diperlukan untuk penyelesaian suatu tugas ataupun sekumpulan kegiatan
pengambilan keputusan yang berkaitan erat dengan perencanaan dan
pengorganisasian kegiatan dan informasi dari kepemimpinan dan pengevaluasian
setiap kinerja karyawan. Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa kegiatan supervisi adalah kegiatan-kegiatan yang terencana seorang
manajer melalui aktifitas bimbingan, pengarahan, observasi, motivasi dan
evaluasi pada stafnya dalam melaksanakan kegiatan atau tugas sehari-hari
(Arwani, 2006).
2.
Waktu
Supervisi
Tugas-tugas rutin yang harus
dilakukan oleh supervisor setiap harinya (bittel,a987) adalah sebagai berikut:
1. Sebelum Pertukaran Shift (15-30
menit)
·
Mengecek
kecukupan fasilitas/peralatan/sarana untuk hari itu
·
Mengecek
jadwal kerja
2. Pada Waktu Mulai Shift (15-30 menit)
·
Mengecek
personil yang ada
·
Menganalisa
keseimbangan personil dan pekerjaan
·
Mengatur
pekerjaan
·
Mengidentifikasi
kendala yang muncul
·
Mencari
jalan supaya pekerjaan dapat diselesaikan.
3. Sepanjang Hari Dinas (6-7 jam)
·
Mengecek
pekerjaan setiap personil, dapat mengarahkan, instruksi, mengoreksi atau
memberikan latihan sesuai kebutuhannya.
·
Mengecek
kemajuan pekerjaan dari personil sehingga dapat segera membantu apabila
diperlukan
·
Mengecek
pekerjaan rumah tangga
·
Mengecek
kembali pekerjaan personil dan kenyamanan kerja, terutama untuk personil baru.
·
Berjaga-jaga
di tempat apabila ada pertanyaan, permintaan bantuan atau hal-hal yang terkait.
·
Mengatur
jam istirahat personil
·
Mendeteksi
dan mencatat problem yang muncul pada saat itu dan mencari cara memudahkannya.
·
Mengecek
kembali kecukupan alat/fasilitas/sarana sesuai kondisi operasional
·
Mencatat
fasilitas/sarana yang rusak kemudian melaporkannya
·
Mengecek
adanya kejadian kecelakaan kerja
·
Menyiapkan
dan melaporkan secara rutin mengenai pekerjaan.
4. Sekali dalam sehari (15-30 menit)
·
Mengobservasi
satu personil atau area kerja secara kontinu untuk 15 menit.
·
Melihat
dengan seksama hal-hal yang mungkin terjadi seperti : Keterlambatan pekerjaan,
lamanya mengambil barang, kesulitan pekerjaan dan lain sebagainya.
5. Sebelum Pulang
·
Membuat
daftar masalah yang belum terselesaikan dan berusaha untuk memecahkan persoalan
tersebut keesokan harinya.
·
Pikirkan
pekerjaan yang telah dilakukan sepanjang hari dengan mengecek hasilnya,
kecukupan material dan peralatannya.
·
Lengkapi
laporan harian sebelum pulang
·
Membuat
daftar pekerjaan untuk harinya, membawa pulang memperlajari di rumah sebelum
pergi bekerja kembali.
3.
Supervisi
dalam Keperawatan
-
Pemberian segala bantuan dari pimpinan
keperawatan yang tertuju untuk perkembangan perawat atau staf lain dalam
mencapai tujuan asuhan keperawatan.
-
Kegiatan supervise adalah memberikan
dorongan, bimbingan, dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan
perawat.
-
Suatu aktivitas pembinaan yang
direncanakan untuk membantu para tenaga keperawatan dan staf lainnya dalam
melakukan pekerjaan mereka secara efektif.
-
Kegiatan supervise didasarkan pada
perencanaan yang matang.
-
Bukan hanya mengawasi apakah seluruh
staf keperawatan telah menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya sesuai dengan
yang ditetapkan, akan tetapi juga mencakup penentuan kondisi-kondisi atau
syarat-syarat personal maupun material yang diperlukan untuk mencapai tujuan
asuhan keperawatan secara efektif dan efisien.
Materi supervisi atau pengawasan
disesuaikan dengan uraian tugas masing-masing staf perawat yang disupervisi.
Untuk kepala ruangan materi supervisi adalah kemampuan manejerial dan kemampuan
dalam asuhan keperawatan. Ketua Tim disupervisi terkait dengan kemampuan
pengelolaan di timnya dan kemampuan asuhan keperawatan. Sedangkan perawat
pelaksana disupervisi terkait dengan kemampuan asuhan kepeawatan yang dilaksanakan.
Agar supervisi dapat menjadi alat
pembinaan dan tidak menjadi momok bagi staf maka perlu disusun standar
penampilan yang diharapkan dari masing-masing staf yang sudah dipahami oleh
staf dan jadwal pasti dalam supervisi.
4.
Macam-macam
Supervisi
1.
Proses supervisi keperawatan terdiri dari 3 elemen kelompok, yaitu :
- Mengacu pada standar asuhan
keperawatan.
- Fakta pelaksanaan praktek
keperawatan sebagai pembanding untuk menetapkan pencapaian.
- Tindak lanjut dalam upaya
memperbaiki dan mempertahankan kualitas asuhan.
2.
Area Supervisi :
- Pengetahuan dan pengertian
tentang klien.
- Ketrampilan yang dilakukan
disesuaikan dengan standar.
- Sikap penghargaan terhadap
pekerjaan misalnya kejujuran, empati
Adapun model-model dari supervise,
yaitu :
1.
Model developmental
Model ini diperkenalkan oleh Dixon
pada rumah sakit mental dan southern cost addiction technology transfer center
tahun 1998. Model ini dikembangkan dalam rumah sakit mental yang bertujuan agar
pasien yang dirawat mengalami proses developmental yang lebih baik. Maka semua
ini menjadi tugas utama perawat. Supervisor diberikan kewenangan untuk
membimbing perawat dengan tiga cara, yaitu change agent, counselor, dan
teacher.
Kegiatan change agent bertujuan agar
supervisor membimbing perawat menjadi agen perubahan; kegiatan tersebut
nantinya ditransfer kepada pasien sehingga pasien memahami masalah kesehatan.
Kegiatan counselor dilakukan
supervisor dengan tujuan membina, membimbing, mengajarkan kepada perawat
tentang hal-hal yang berkaitan dengan tugas (task) rutin perawat (contoh:
supervisor membimbing perawat melakukan pengkajian fisik).
Kegiatan teaching bertujuan
mengenalkan dan mempraktikkan ‘nursing practice’ yang sesuai dengan tugas
perawat (contoh: supervisor di ICU mengajarkan teknik pengambilan darah arteri,
analisa gas darah dsb).
2.
Model academic
Model ini diperkenalkan oleh
Farington di Royal College of Nursing UK tahun 1995. Farington menyebutkan
bahwa supervisi klinik dilakukan untuk membagi pengalaman supervisor kepada
para perawat sehingga ada proses pengembangan kemampuan professional yang
berkelanjutan (CPD; continuing professional development).
Dilihat dari prosesnya, supervise
klinik merupakan proses formal dari perawat professional (RN’s) untuk support
dan learning sehingga pengetahuan dan kompetensi perawat dapat
dipertanggungjawabkan sehingga pasien mendapatkan perlindungan dan merasa aman
selama menjalani perawatan.
Dalam
model academic proses supervise klinik meliputi tiga kegiatan, yaitu
a) educative,
b) supportive,
c) managerial.
Kegiatan educative dilakukan dengan:
1) mengajarkan
ketrampilan dan kemampuan (contoh: perawat diajarkan cara membaca hasil EKG);
2) membangun pemahaman
tentang reaksi dan refleksi dari setiap intervensi keperawatan (contoh:
supervisor mengajarkan perawat dan melibatkan pasien DM dalam demontrasi injeksi
SC);
3) supervisor melatih
perawat untuk mengexplore strategi, teknik-teknik lain dalam bekerja (contoh:
supervisor mengajarkan merawat luka dekubitus dengan obat-obat jenis baru yang
lebih baik).
Kegiatan supportive dilakukan dengan
cara: melatih perawat ‘menggali’ emosi ketika bekerja (contoh: meredam konflik
antar perawat, job enrichment agar mengurangi burn out selama bertugas).
Kegiatan managerial dilakukan
dengan: melibatkan perawat dalam peningkatkan ‘standar’ (contoh: SOP yang sudah
ada dikaji bersama kemudian diperbaiki hal-hal yang perlu).
3. Model eksperiental
Model ini diperkenalkan oleh Milne
dan James di Newcastle University UK dan Department of Health US tahun 2005
yang merupakan adopsi penelitian Milne, Aylott dan Fitzpatrick. Dalam model ini
disebutkan bahwa kegiatan supervisi klinik keperawatan meliputi training dan
mentoring.
Dalam kegiatan training, supervisor
mengajarkan teknik-teknik keperawatan tertentu yang belum dipahami perawat
pelaksana (contoh: pemasangan infus pada bayi, melakukan vena sectie, teknik
advance life support dsb). Training biasanya dilakukan secara berjenjang kepada
setiap perawat, misalnya training pada perawat pemula (beginner), perawat
pemula-lanjut (advance).
Dalam kegiatan mentoring, supervisor
lebih mirip seorang penasihat dimana ia bertugas memberikan nasihat berkaitan
dengan masalah-masalah rutin sehari-hari (contoh: bagaimana mengurus ASKES
pasien, mencari perawat pengganti yang tidak masuk, menengahi konflik,
mengambil keputusan secara cepat, tepat dan etis dsb). Kegiatan ini lebih mirip
kegiatan supportive dalam model academic.
4.
Model 4S
Model ini diperkenalkan oleh Page
dan Wosket dari hasil penelitian di Greater Manchester UK dan New York tahun
1995. Model supervisor ini dikembangkan dengan empat (4) strategi, yaitu
Structure, Skills, Support dan Sustainability.
Dalam model ini, kegiatan structure
dilakukan oleh perawat RN’s dalam melakukan pengkajian dan asuhan pasien dimana
perawat yang dibina sekitar 6-8 orang. Tujuan kegiatan ini adalah untuk
mengembangkan pengalaman perawat dalam hal konsultasi, fasilitasi dan
assisting.
Kegiatan skills dilakukan supervisor
untuk meningkatkan ketrampilan praktis (contoh: menjahit luka, interpretasi
EKG, pasang CAPD dsb).
Kegiatan support dilakukan dengan
tujuan untuk will keep practice fresh, sharing, kebutuhan-kebutuhan training
tertentu yang bernilai kebaruan (contoh: pelatihan emergency pada keadaan
bencana).
Kegiatan sustainability bertujuan
untuk tetap mempertahankan pengalaman, ketrampilan, nilai-nilai yang telah
dianut perawat. Kegiatan ini dilakukan secara kontinyu dengan cara mentransfer
pengalaman supervisor kepada perawat pelaksana (contoh: supervisor membuat
modul tentang berbagai ketrampilan teknik yang dibagikan kepada semua perawat
pelaksana).
5.
Teknik
Supervisi
Tehnik pokok supervisi pada dasarnya identik dengan
tehnik penyelesaian masalah. Bedanya pada supervisi tehnik pengumpulan data
untuk menyelesaikan masalah dan penyebab masalah menggunakan tehnik pengamatan
langsung oleh pelaksana supervisi terhadap sasaran supervisi, serta pelaksanaan
jalan keluar. Dalam mengatasi masalah tindakan dapat dilakukan oleh pelaksana
supervisi, bersama-sama dengan sasaran supervisi secara langsung di tempat .
Dengan perbedaan seperti ini, jelaslah bahwa untuk dapat melaksanakan supervisi
yang baik ada dua hal yang perlu diperhatikan (Bachtiar dan Suarli, 2009):
1. Pengamatan langsung
Pengamatan langsung harus dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya. Untuk itu ada beberapa hal lain yang harus diperhatikan.
a. Sasaran
pengamatan. Pengamatan langsung yang tidak jelas sasarannya dapat menimbulkan
kebingungan, karena pelaksana supervisi dapat terperangkap pada sesuatu yang
bersifat detail. Untuk mencegah keadaan yang seperti ini, maka pada pengamatan
langsung perlu ditetapkan sasaran pengamatan, yakni hanya ditujukan pada
sesuatu yang bersifat pokok dan strategis saja (selective supervision).
b. Objektivitas
pengamatan. Pengamatan langsung yang tidak terstandardisasi dapat menggangu
objektivitas. Untuk mencegah keadaan yang seperti ini, maka pengamatan langsung
perlu dibantu dengan dengan suatu daftar isi yang telah dipersiapkan. Daftar
tersebut dipersiapkan untuk setiap pengamatan secara lengkap dan apa adanya.
c. Pendekatan
pengamatan. Pengamatan langsung sering menimbulkan berbagai dampak dan kesan
negatif, misalnya rasa takut dan tidak senang, atau kesan menggangagu
kelancaran pekerjaan. Untuk mengecek keadaan ini pengamatan langsung harus
dilakukan sedemikian rupa sehingga berbagai dampak atau kesan negatif tersebut
tidak sampai muncul. Sangat dianjurkan pengamatan tersebut dapat dilakukan
secara edukatif dan suportif, bukan menunjukkan kekuasaan atau otoritas.
2. Kerja sama
Agar komunikasi yang baik dan rasa memiliki ini dapat
muncul, pelaksana supervisi dan yang disupervisi perlu bekerja sama dalam
penyelesaian masalah, sehingga prinsip-prinsip kerja sama kelompok dapat
diterapkan. Masalah, penyebab masalah serta upaya alternatif penyelesaian
masalah harus dibahas secara bersama-sama. Kemudian upaya penyelesaian masalah
tersebut dilaksanakan secara bersama-sama pula.
MANAJEMEN
PELAYANAN KESEHATAN
Rumah sakit dan Puskesmas pada umumnya melaksanakan
dua jenis pelayanan yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan administrasi.
Pelayanan kesehatan yang diberikan adalah pelayanan medic, pelayanan penunjang
medic, rehabilitasi medic dan pelayanan keperawatan. Pelayanan yang dilakukan
di Rumah sakit meliputi: gawat darurat, rawat jalan, dan rawat inap. Sedangkan di
Puskesmas hanya pelayanan : gawat darurat (kearah pertolongan pertama) dan
rawat jalan.
Ø Manajemen Pelayanan Kesehatan di
Rumah Sakit
Fungsi
manajemen yang dilakukan di rumah sakit secara garis besar meliputi ;
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan pelaksanaan, pengawasan dan
pengendalian.
1. Perencanaan
merupakan salah satu fungsi manajemen yang penting, karena perencanaan memegang
peranan yang sangat strategis dalam keberhasilan upaya pelayanan kesehatan di
RS. Terdapat beberapa jenis perencanaan spesifik yang dilaksanakan di RS yaitu
:
a. Perencanaan
pengadaan obat dan logistic yang disusun berdasarkan pola konsumsi dan pola
epidemiologi
b. Perencanaan
tenaga professional kesehatan, dalam menentukan kebutuhan tenaga tersebut.
Misalnya tenaga perawat dan bidan, menggunakan beberapa pendekatan antara lain
: ketergantunagn pasien, beban kerja, dll.
2. Pengorganisasian
merupakan upaya untuk menghimpun semua sumber daya yang dimiliki RS dan
memanfaatkannya secara efisien untuk mencapai tujuannya. Pengorganisasian dalam
manajemen pelayanan kesehatan di rumah sakit, sama hal dengan di organisasi
lainnya.
3. Penggerakan
pelaksanaan, manajemen rumah sakit hamper sama dengan hotel atau penginapan,
hanya pengunjungnya adalah rumah sakit (pasien) dan keluarganya, serta pada
umunya mempunyai beban social-psikologis akibat penyakit yang di derita oleh
anggota keluarganya yang sedang dirawat.
4. Pengawasan
dan pengendalian merupakan proses untuk mengamati secara terus menerus
(berkesinambungan) pelaksanaan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan
koreksi terhadap penyimpangan yang terjadi. Untuk menjalankan fungsi ini
diperlukan adanya standar kinerja yang jelas. Penilaian kinerja pegawai di RS
meliputi tenaga yang memberikan pelayanan langsung kepada pasien, sperti :
perawat, bidan, dan dokter maupun tenaga administrative.
Kecenderungan
RS ke Depan
Terdapat
dua hal yang perlu diantisipasi oleh rumah sakit yaitu adanya perubahan pola
pemerintahan yang bersifat desentralisasi, dimana setiap daerah mempunyai
otonomi untuk mengembangkan daerahnya termasuk dalam mengelola pelayanan
kesehatan dan akan memasuki era globalisasi.
Untuk itu RS
perlu melakukan pembenahan secara internal, antara lain :
a. Mengembangkan
struktur organisasi sesuai dengan tuntutan perubahan dan kebutuhan yang
spesifik
b. Menerapkan
nmanajemen strategis secara konkrit
c. Mendayagunakan
dan mengembangkan pengetahuan dan kemampuan tenaganya, termasuk tenaga
keperawatan (perawat dan bidan)
d. Memanfaatkan
pendapatan sendiri untuk memperoleh kemandirian dan kesinambungan
Manajemen
Pelayanan Kesehatan di Puskesmas
Puskesmas
merupakan unit organisasi pelayanan kesehatan terdepan dengan misi sebagai
pusat pengembangan pelayanan kesehatan, yang tugasnya melaksanakan pembinaan,
pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di suatu
wilayah tertentu. Pelayanan kesehatan yang dilakukan secara menyeluruh,
meliputi aspek-aspek : promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative. Upaya
yang dilakukan untuk menjalankan misi Puskesmas, antara lain :
-
Meluaskan jangkauan pelayanan sampai ke
desa-desa
-
Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, dengan
dua cara :
1. Quality
of care yaitu peningkatan kemampuan professional tenaga kesehatan dalam
menjalankan profesinya (dokter, perawat, bidan, dll) yang dilakukan oleh
organisasi profesi.
2. Quality
of service yaitu peningkatan kualitas yang terkait dengan pengadaan sarana, dan
menjadi tanggung jawab institusi sarana kesehatan (puskesmas)
-
Pengadaan peralatan dan obat-obatan
sesuai dengan kebutuhan masyarakat
-
System rujukan di tingkat pelayanan
dasar
-
Peran serta masyarakat, melaui
pembangunan kesehatan masayarakat desa (PKMD).
PENERAPAN
FUNGSI MANAJEMEN DI PUSKESMAS
Fungsi Manajemen
|
Kegiatan
|
Perencanaan
|
Micro planning (perencanaan tingkat Puskesmas yang
dilakukan setahun sekali, unsur yang direncanakan meliputi; kebutuhan tenaga,
alat dan sarana, serta penunjang lainnya). Sedangkan perencanaan obat dan
alat kesehatan dilakukan setiap bulan, dengan cara mengajukan usulan ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota
|
Pengorganisasian
|
Struktur organisasi Puskesmas, dengan jabatan struktural Kepala
Puskesmas, sedangkan lainnya bersifat fungsional
Pembagian tugas, yang berdasarkan program pokok
Puskesmas, terdiri dari 12 s/d 18 program pokok, yang melibatkan tenaga
perawat dan bidan.
Pembagian wilayah kerja, setiap petugas Puskesmas
melakukan pembinaan ke desa-desa
|
Penggerakan Pelaksanaan
|
Lokakarya mini Puskesmas, dilakukan tiap bulan dalam rangka koordinasi
lintas program dan sektor
Adanya proses kepemimpinan
Dilakukan koordinasi secara lintas program & sektor
Pelaksanaan program pokok puskesmas yang
melibatkan seluruh staf
|
Pengawasan dan Evaluasi
|
Melalui pemantauan laporan kegiatan
Pemantauan wilayah setempat (PWS)
Supervisi
Rapat rutin (staff meeting)
|
Setiap program yang ada di Puskesmas (sekitar 18
program pokok) dikelola atau manajemennya meliputi : perencanaan, manajemen
personalia, pelatihan, supervise, manajemen keuangan, manajemen logistic,
monitoring program, kerjasama/koordinasi dan pencatatan/pelaporan.
DAFTAR
PUSTAKA
Githa, I
Wayan. 2010. Manajemen Keperawatan. Denpasar: Poltekkes Depkes Denpasar Jurusan
Keperawatan
http://oechayontheblog.blogspot.com/2011/02/manajemen-keperawatan-supervisi.html
(diakses tanggal 28 September 2012)
http://yayannerz.blogspot.com/2012/05/supervisi-dalam-keperawatan.html
(diakses tanggal 28 September 2012)
http://nswahyunc.blogspot.com/2012/06/makalah-supervisi-manajemen-keperawatan.html
(diakses tanggal 28 September 2012)
http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com/2011/02/manajemen-pelayanan-kesehatan.html
(diakses tanggal 28 September 2012)
No comments:
Post a Comment