Juniartha Semara Putra
Ditemukan kadar asam
urat tinggi (500 mg % / liter per 24 jam)
ASUHAN KEPERAWATAN ARTRITIS GOUT (PIRAI)
A.
DEFINISI
1.
Gout adalah gangguan yang
menyebabkan kesalahan metabolisme purin yang menimbulkan hipersemia (kadar asam
urat serum > 7,0 mg /100ml). Ini dapat mempengaruhi sendi (kaki). Secara
khas, sendi metatarsafalangeal pertama dari ibu jari kaki besar adalah sisi
primer yang terlibat. Sendi lain yang terlibat dapat meliputi lutut dan
pergelangan kaki. (Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, volume 2)
2.
Artritis Gout adalah
suatu sindrom klinis yang mempunyai gambaran khusus yaitu artritis akut.
Artritis gout lebih banyak terdapat pada pria daripada wanita. Pada pria sering
mengenai usia pertengahan, sedangkan pada wanita biasanya mendekati masa
menopause. (Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3 jilid 1).
3.
Artritis Gout adalah
suatu sindrom klinis yang mempunyai gambaran khusus, yaitu artritis akut.
Merupakan jenis penyakit reumatik yang penatalaksanaannya mudah dan efektif.
Sebaliknya pada pengobatan yang tidak memadai, gout dapat menyebabkan destruksi
sendi. Kelainan ini berhubungan dengan gangguan kinetik asam urat yaitu
hiperurisemia. (Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1, edisi 3).
B. ETIOLOGI
1.
Gejala Artritis akut disebabkan
oleh reaksi inflamasi jaringan terhadap pembentukan kristal monosodium urat
monohidrat. Karena itu dilihat dari penyebabnya penyakit ini termasuk dalam
golongan kelainan metabolit.
2.
Faktor-faktor yang berperan
dalam perkembangan gout adalah :
-
Pembedahan
-
Trauma
-
Obat-obatan
-
Alkohol
-
Stress emosional
-
Diet tinggi purin
3.
a) Pembentukan Asam urat yang
berlebihan
-
Gout primer metabolik
disebabkan sintesis langsung yang bertambah.
-
Gout sekunder metabolik
disebabkan pembentukan asam urat berlebihan karena penyakit.
-
Gout sekunder metabolik
disebabkan pembentukan asam urat berlebihan karena penyakit.
b) Kurangnya pengeluaran asam urat
-
Gout primer renal terjadi karena gangguan
ekskresi asam urat ditubuli distal
ginjal
-
Gout sekunder renal disebabkan
oleh kerusakan ginjal.
C. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a.
Pemeriksaan Laboratorium
Ditemukan kadar asam urat meningkat dalam darah (> 6 mg %)
b.
Pemeriksaan kadar asam urat
yang enzimatik.
c.
Didapatkan leukositosis ringan
d.
LED meninggi sedikit
e.
Pemeriksaan urin

f.
Pemeriksaan cairan tofi
g.
Melihat respon dari
gejala-gejala pada sendi terhadap
pemberian Cholasin. Cholasin adalah obat yang menghambat aktifitas fagositik
dari leukosit sehingga memberikan perubahan sehingga memberikan perubahan yang
dramatis dan cepat meredakan gejala-gejala.
D. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Data dasar pengkajian antara lain :
a.
Aktifitas / istirahat
Gejala :
-
Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk
dengan stres pada sendi, kekakuan pada pagi hari, biasanya secara bilateral dan
simetris.
-
Limitasi fungsional yang
berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang.
-
Keletihan.
Tanda :
-
Malaise
-
Keterbatasan rentang gerak :
atrofi otot, kulit, kontraktur / kelainan pada sendi otot
b.
Kardiovaskuler
Gejala :
-
fenomena Reynout jari tangan /
kaki (mis: pucat intermitem, sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum
warna kembali normal)
- Integritas ego
Gejala :
-
Faktor stres akut / kronis,
mis: finansial, pekerjaan, ketidakmampuan, faktor hubungan.
-
Keputusasaan dan ketidakberdayaan
(situasi ketidakmampuan)
-
Ancaman pada konsep diri, citra
tubuh, identitas pribadi (mis: ketergantungan pada orang lain)
- Makanan / cairan
Gejala :
-
Ketidakmampuan untuk
menghasilkan / menkonsumsi makanan / cairan adekuat; mual.
-
Anoreksia
-
Kesulitan mengunyah
Tanda :
-
Penurunan berat badan
-
Kekeringan pada membran mukosa
- Hygiene
Gejala :
-
Berbagai kesulitan untuk
melaksanakan aktivitas perawatan pribadi, ketergantungan pada orang lain.
- Neurosensori
Gejala :
-
Kesemutan pada tangan dan kaki,
hilannya sensasi pada jari tangan.
-
Pembengkakan sendi simetris
- Nyeri / kenyamanan
Gejala :
-
Fase akut dan nyeri (mungkin /
tidak disertai oleh pembengkakan jaringan lunak pada sendi)
-
Rasa nyeri kronis dan kekuatan
(terutama pada pagi hari)
- Keamanan
Gejala :
-
Kulit mengkilap, tegang, modul
subkutanus, lesi kulit, ulkus kulit.
-
Kesulitan dalam menangani tugas
/ pemeliharaan rumah tangga.
-
Demam ringan menetap.
-
Kekeringan mata dan membran
mukosa.
- Interaksi sosial
Gejala :
-
Kerusakan interaksi dengan
keluarga / orang lain, perubahan peran, isolasi.
- Penyuluhan / pembelajaran
Gejala :
-
Riwayat awitan remaja pada
keluarga
-
Penggunaan makanan kesehatan,
vitamin, “penyembuhan” atritis tanpa pengujian.
-
Riwayat perikarditis, lesi
katup, fibrosis pulmonal
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Nyeri b.d adanya proses
inflamasi
2.
Gangguan citra tubuh b.d adanya
tofi
3.
Gangguan mobolitas fisik b.d
disfungsi persendian
4.
Kurangnya pengetahuan mengenal
penyakit b.d tidak terpaparnya informasi
F. RENCANA TINDAKAN
No.
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Tujuan
dan Kriteria
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
2.
3.
4.
|
Nyeri b.d
adanya proses inflamasi
Gangguan
citra tubuh b.d adanya tofi.
Gangguan
mobilitas fisik b.d disfungsi persendian.
Kurangnya
pengetahuan mengenai penyakit b.d tidak terpaparnya informasi
|
Setelah
diberikan tindakan keperawatan, diharapkan pertahanan tubuh klien menjadi
lebih kuat
Setelah
dilakukan asuhan keperawatan, klien diharapkan dapat melakukan mobilitas
seperti semula.
Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan klien
dapat mengerti informasi tentang penyakitnya
|
**MANDIRI**
·
Berikan matras / kasur keras,
bantal kecil. Tinggikan linen tempat tidur sesuai dengan kebutuhan.
·
Biarkan pasien mengambil posisi
nyaman saat tidur / duduk di kursi.
·
Tempatkan / pantau penggunaan bantal,
karung pasir, gulungan trokhanter, bebat, brace.
·
Dorong pasien untuk sering
merubah posisi.
·
Anjurkan pasien untuk mandi air
hangat atau mandi pancuran pada waktu bangun dan atau tidur.
·
Berikan masase yang lembut.
·
Dorong penggunaan teknik
manajemen stress
·
Libatkan dalam aktivitas hiburan
yang sesuai untuk situasi individu.
·
Beri obat sebelum aktivitas yang
direncanakan sesuai petunjuk.
·
Pertahankan istirahat tirah
baring / duduk untuk memberikan periode istirahat dan tidur malam hari yang
tidak terganggu.
·
Ubah posisi dengan sering dengan
jumlah personel cukup.
·
Bantu dengan rentang gerak aktif
/ pasif.
·
Gunakan bantal kecil di bawah
leher.
·
Berikan lingkungan yang aman, mis
: menaikkan kursi / kloset menggunakan pegangan tangga pada bak / pancuran
dan toilet.
**KOLABORASI**
·
Berikan obat-obatan sesuai dengan
petunjuk, mis : Asetilsalisilat (Aspirin)
.
·
Bantu dengan terapi fisik.
·
Berikan es / kompres dingin jika
diperlukan.
·
Pertahankan unit TENS jika
digunakan.
·
Konsul dengan ahli terapi fisik /
okupasi dan spesialis vokasional.
**MANDIRI**
·
Dorong pengungkapan mengenai
masalah tentang proses penyakit, harapan masa depan.
·
Diskusikan persepsi pasien
mengenai bagaimana orang terdekat menerima keterbatasan.
·
Perhatikan perilaku menarik diri,
penggunaan menyangkal atau terlalu memperhatikan tubuh.
·
Ikutsertakan pasien dalam
merencanakan perawatan dan membuat jadwal aktivitas.
**KOLABORASI**
·
Rujuk pada konseling psikiater.
·
Berikan obat-obatan sesuai
petunjuk.
**MANDIRI**
·
Pertahankan mobilitas.
·
Kaji hambatan terhadap
partisipasi dalam perawatan diri.
**KOLABORASI**
·
Konsul dengan ahli terapi
okupasi.
·
Atur evaluasi kesehatan di rumah
sebelum pemulangan dengan evaluasi setelahnya.
**MANDIRI**
·
Kaji tingkat fungsi fisik.
·
Evaluasi lingkukngan untuk
mengkaji kemampuan perawatan diri sendiri.
·
Identifikasi peralatan yang
diperlukan.
·
Rekomendasikan penggunaan aspirin
bersalut / dibufer enterik atau saliasilat nonasetik.
·
Anjurkan mencerna obat dengan
makanan, susu, antasida waktu tidur.
·
Identifikasi efek samping obat-obatan
yang merugikan, mis : tinitus, lambung tidak toleran, pendarahan
gastrointestinal dan ruam purpurik.
·
Tinjau pentingnya diet seimbang
dengan makanan banyak mengandung vitamin, protein dan zat besi.
·
Dorong pasien obesitas untuk
menurunkan BB dan berikan informasi penurunan BB sesui kebutuhan.
·
Diskusikan teknik menghemat
energi, mis : duduk daripada berdiri, untuk mempersiapkan makanan dan mandi.
·
Dorong pertahankan posisi tubuh
yang benar , baik pada saat istirahat / waktu beraktivitas.
·
Tinjau perlunya inspeksi sering
pada kulit dan perawatan kulit lainnya di bawah bebat, gips, alat penyokong.
·
Diskusikan pentingnya obat-obatan
lanjutan / pemeriksaan lab, mis : LED, kadar salisilat, PT.
·
Berikan konseling seksual.
·
Identifikasi sumber-sumber
komunitas, mis : yayasan artritis (bila ada).
**KOLABORASI**
·
Koordinasikan evaluasi di rumah
dengan ahli terapi okupasi.
|
·
Matras yang lembut / empuk,
bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh, yang tepat
menempatkan stress pada sendi yang sakit.
·
Pada penyakit berat /
eksaserbasi, tirah baring mungkin diperlukan untuk membatasi nyeri / cidera
sendi.
·
Mengistirahatkan seni-sendi yang
sakit dan mempertahankan posisi netral.
·
Mencegah terjadinya kelelahan
umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan / rasa sakit
pada sendi.
·
Panas meningkatkan relaksasi otot
dan mobilitas menurunkan rasa sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari.
·
Meningkatkan relaksasi /
mengurangi tegangan otot.
·
Meningkatkan relaksasi,
memberikan rasa kontrol dan mungkin meningkatkan kemampuan koping.
·
Memfokuskan kembali perhatian,
memberikan stimulasi, dan meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan hebat.
·
Meningkatkan relaksasi,
mengurangi teganganotot / spasme, memudahkan ikut serta dalam terapi
·
Istirahat sistemik dianjurkan
selama eksaserbasi akut seluruh fase penyakit yang penting untuk mencegah
kelelahan, mempertahankan kekuatan.
·
Menghilangkan tekanan jaringan,
meningkatkan sirkulasi. Mempermudah perawatan diri dan kemandirian pasien.
·
Mempertahankan / meningkatkan
fungsi sendi, kekuatan otot, dan stamina otot.
·
Menegah fleksi leher.
·
Menghindari cidera akibat
kecelakaan / jatuh.
·
ASA bekerja sebagai anti
inflamasi dan efek analgeik ringan dalam mengurangi kekakuan dan meningkatkan
mobilitas.
·
Memberikan dukungan panas sendi
yang sakit.
·
Rasa dingin dapat menghilangkan
nyeri dan bengkak pada periode akut.
·
Rangsang elektrik tingkat rendah
yang konstan dapat menghambat transmisi sensasi nyeri.
·
Berguna dalam memformulasikan
program latihan / ktivitas yang berdasarkan pada kebutuhan individual dan
dalam mengidentifikasikan alat / bantuan mobilitas.
·
Berikan kesempatan untuk
mengidentifikasikan rasa takut / kesalahan konsep dan menghadapinya secara
langsung.
·
Isyarat verbal / non verbal orang
terdekat dapat berpengaruh mayor pada bagaimana pasien memandang dirinya
sediri.
·
Dapat menunjukkan emosional
ataupun metode koping maldaptif, membutuhkan intervensi lebih lanjut/dukungan
psikologis.
·
Meningkatkan persaan kompetisi /
harga diri, mendorong kemandirian dan mendorong partisipasi dalam terapi
·
Pasien / orang terdekat, mungkin
membutuhkan dukungan selama berhadapan dengan proses jangka panjang /
ketidakmampuan.
·
Mungkin dibutuhkan pada saat
munculnya depresi hebat sampai pasien mengembangkan kemampuan koping yang
lebih efektif.
·
Mendukung kemandirian fisik
emosional.
·
Menyiapkan untuk meningkatkan
kemandirian yang akan meningkatkan harga diri.
·
Berguna untuk menentukan alat
bantu untuk memenuhi kebutuhan individual.
·
Mengidentifikasikan
masalh-masalah yang mungkin dihadapi karena tingkat kemampuan aktual.
·
Mengidentifikasi tingkat bantuan
/ dukungan yang diperlukan
·
Menetukan kemungkinan sususnan
yang ada / perubahan sususnan rumah untuk memenuhi kebutuhan individu.
·
Memberikan kesempatan untuk
mendapatkan peralatan sebelum pulang.
·
Preparat bersalut / dibufer
dicerna dengan makanan, meminimalkan iritasi gaster, mengurangi resiko
pendarahan.
·
Membatasi iritasi gaster.
·
Memperpanjang dan memaksimalkan
dosisi aspirin dapat mengakibatkan takar lajak.
·
Meningkatkan perasaan sehat umum
dan perbaikan / regerasi jaringan.
·
Penurunan BB akan mengurangi
tekanan pada sendi.
·
Mencegah kepenatan, memberikan
kemudahan perawatan diri dan kemandirian.
·
Mekanika tubuh yang baik harus
menjadi bagian dari gaya hidup pasien untuk mengurangi nyeri dan tekanan
sendi.
·
Mengurangi resiko iritasi /
kerusakan kulit.
·
Terapi obat-obatan membutuhkan
pengkajian / perbaikan terus menerus untuk menjamin efek optimal dan mencegah
takar lajak.
·
Informasi mengenai posisi-posisi
yang berbeda dan teknik dan atau pilihan lain untuk pemeniuahn seksual
mungkin dapat meningkatkan hubungan pribadi dan perasaan harga diri.
·
Bantuan / dukungan dari orang
lain untuk meningkatkan pemulihan maksimal.
·
Bermanfaat untuk mengidentifikasi
peralatan, cara-cara untuk mengubah tugas-tugas untuk mepertahankan
kemandirian.
|
DAFTAR PUSTAKA
Sylvia a price & Lorraine M Wilson. 1994. Patofisiologi
Edisi 4. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Persatuan Ahli Penyakit dalam Indonesia.1996.Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid I edisi III. Jakarta: Balai Penerbit.
Doengoes, Marilynn E , dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi
3. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
No comments:
Post a Comment