Juniartha Semara Putra
Asuhan Keperawatan Artritis
Reumatoid (AR)
I.
Pengertian
Suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi utama
poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh, terutama pada
jaringan sinovial.
II.
Etologi
Pembentukan Ig yang berupa IgM dalam jumlah besar yang spesifik
terhadap fraksi Fc molekul IgG. Kompleks Rheumatoid faktor (Rf) dan 196
ditimbun di sinovial sendi dan mengaktifkan komplemen yang melepas mediator dengan
sifat kemotaksis dan lisis jaringan setempat.
IV. Pemeriksaan Diagnostik
a)
Pemeriksaan Laboratorium
♣ Tes faktor reuma (+)
♣ Protein C – Reaktif (+)
♣ LED meningkat
♣ Leukosit normal atau meningkat sedikit
♣ Anemia normositik hipoksom akibat adanya inflamasi yang kronik
♣ Trombosit meningkat
♣ Kadar albumin dalam serum turun dan globulin naik
b)
Pemeriksaan Rontgen
Semua sendi dapat terkena, tapi yang tersering adalah
sendi metatarsofalang dan biasanya simetris. Sendi sakrolliaka juga sering
terkena. Pada awalnya terjadi pembengkakan jaringan lunak dan demineralisasi
juksta artikular, kemudian terjadi penyempitan ruang sendi dan erosi.
V.
Penatalaksanaan
c)
Pendidikan pada Px mengenai
penyakitnya dan penatalaksanaan yang akan dilakukan sehingga terjadi hubungan
yang baik dan terjamin ketaatan Px untuk tetap berobat dalam jangka waktu yang
lama.
d)
OAINS
Diberikan sejak dini untuk mengatasi nyeri sendi akibat
inflamasi, dapat diberikan :
♣ Aspirin
Pasien dibawah 65 tahun dapat dimulai dengan dosis 3 – 4
x 1gr / hari, kemudian dinaikkan 0,3 – 0,6 gr / minggu sampai terjadi perbaikan
atau gejala toksik, dosis terapi 20 – 30 mg / dl.
♣ Ibuprofen, naproksen, piroksikam, diklofenak, dll.
e)
DMARD
Obat ini untuk melindungi rawan sendi dan tulang dari
proses destroksi akibat artritis reumatoid. Mula khasiatnya terlihat setelah 3
– 12 bulan kemudian. Setelah 2 – 5 tahun, maka efektivitasnya dalam menekan
proses reumatoid akan berkurang.
♣ Klorokuin
Dosis anjuran klorokuin fosfat 250 mg / hari atau
hidroksi klorokuin 400 mg / hari. Efek samping bergantung pada dosis harian,
berupa penurunan ketajaman penglihatan, dermatitis makulopapular, nausea, diare
dan anemia hemolitik.
♣ Sulfasalazin
Berbentuk tablet bersalut enterik digunakan dalam dosis
1 x 500 mg. Setelah remisi tercapai, dosis dapat diturunkan hingga 1 gr / hari
untuk dipakai dalam jangka waktu panjang sampai tercapai remisi sempurna. Jika
dalam waktu 3 bulan tidak terlihat khasiatnya, obat ini dihentikan dan diganti
dengan yang lain, atau dikombinasi. Efek sampingnya nausea, muntah, dan dispepsia.
♣ D – Penisilamin
Digunakan dalam dosis 250 – 300 mg / hari, kemudian
dosis ditingkatkan setiap 2 – 4 minggu sebesar 250 – 300 mg / hari untuk
mencapai dosis total 4 x 250 – 300 mg / hari. Efek sampingnya ruam kulit
urtikaria atau mobiliformis, stomatitis dan pemfigus.
♣ Garam emas
Auro sodium tiomalat (AST) diberikan IM, dimulai dengan
dosis percobaan pertama sebesar 10 mg, seminggu kemudian disusul dosis kedua
sebesar 20 mg. Seminggu kemudian diberikan dosis penuh 50 mg / minggu selama 20
minggu. Dapat dilanjutkan dengan dosis tambahan sebesar 50 mg / 2 minggu – 3
bulan, jika diperlukan dapat diberikan dosis 50 mg / 3 minggu sampai keadaan
remisi tercapai. Efek sampingnya : pruritus, stomatitis, proteinuria,
trombositopenia, dan aplasia sumsum tulang. Auronofin diberikan dalam dosis 2 x
3 mg. Efek sampingnya diare yang diatasi dengan penurunan dosis.
♣ Obat imunosupressif / imunoregulator
Metotreksat mudah digunakan dan waktu mula kerjanya
relatif pendek, dosis dimulai 5 – 7,5 mg / minggu. Bila dalam 4 bulan tidak
menunjukkan perbaikan, dosis harus ditingkatkan. Dosis tidak lebih 20 mg /
minggu. Penggunaan siklosporin untuk artritis reumatoid masih dalam penelitian.
♣ Kortikosteroid
Dipakai bila ada komplikasi berat dan mengancam seperti
vaskulitis karena obat ini memiliki efek samping yang berat. Dalam dosis rendah
(seperti prednison 5 – 7,5 mg / 1x/ hari) bermanfaat sebagai bridging therapy
dalam mengatasi sinovitis sebelum DMARD mulai bekerja, yang kemudian dihentikan
secara bertahap. Dapat diberikan suntikan kortikosteroid intraartikular jika
terdapat peradangan berat. Sebelumnya infeksi harus disingkirkan terlebih
dahulu.
f)
Rehabilitasi
Dengan cara mengistirahatkan sendi yang terlibat,
latihan, pemanasan, dsb. Fisioterapi dimulai segera setelah rasa sakit pada sendi
berkurang atau minimal. Pengertian tentang rehabilitasi termasuk :
♣ Pemakaian alat bidai, tongkat penyangga, walking machine, kursi
roda.
♣ Alat ortotik protetik
♣ Terapi mekanik
♣ Pemanasan baik hidroterapi maupun elektro terapi
♣ Occupational therapy
g)
Pembedahan
Jenis pengobatan umumnya bersifat ortopedik, misalnya
sinovektomi, artrodesis, total hip replacement, memperbaiki deviasi ulnar, dsb.
V.
Pengkajian
1)
Aktivitas / istirahat
Gejala Nyeri sendi
karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stress pada sendi, kekakuan pada
pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan simetris.
Limitasi fungsional yang
berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan.
Tanda Malaise
Keterbatasan rentang gerak,
atrofi otot, kulit, kontraktur / kelainan pada sendi dan otot.
2)
Kardiovaskuler
Gejala Foramen Raynaud jari tangan / kaki
(misal, pucat intermitten, sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna
kembali normal).
3)
Integritas ego
Gejala faktor – faktor stress akut / kronis,
misal : finansial, pekerjaan, ketidakmampuan
Faktor – faktor hubungan
Keputusan dan ketidakberdayaan
(situasi ketidakmampuan)
Ancaman pada konsep diri,
citra tubuh, identitas pribadi (misal, ketergantungan pada orang lain)
4)
Makanan / cairan
Gejala ketidakmampuan untuk menghasilkan /
mengkonsumsi makanan / cairan adekuat, mual anoreksia.
Kesulitan untuk mengunyah
Tanda Penurunan berat badan
Kekeringan pada membran mukosa
5)
Hygiene
Gejala Berbagai kesulitan untuk melaksanakan
aktivitas perawatan pribadi
Ketergantungan pada orang lain
6)
Neurosensori
Gejala kebas / kesemutan pada tangan dan kaki,
hilangnya sensasi pada jari tangan
Pembengkakan sendi simetris
7)
Nyeri / kenyamanan
Gejala Fase akut dari nyeri (mungkin tidak
disertai oleh pembengkakan jaringan lunak pada sendi)
Rasa nyeri kronis dan kekakuan
(terutama pada pagi hari)
8)
Keamanan
Gejala Kulit mengkilat, tegang, nodul
subtaneus, lesi kulit, ulkus kaki.
Kesulitan dalam menangani
tugas / pemeliharan rumah tangga
Demam ringan menetap
Kekeringan pada mata dan
membran mukosa
9)
Interaksi sosial
Gejala Kerusakan interaksi dengan keluarga /
orang lain
Perubahan peran
Isolasi
10)
Penyuluhan / pembelajaran
Gejala Riwayat AR pada keluarga (pada awitan
remaja)
Penggunaan makanan kesehatan,
Vitamin, “penyembuhan” atritis tanpa pengujian.
Riwayat perikarditis, lesi
katub, fibrosis pulmonal, pleuritis.
VI.
Diagnosa Keperawatan
1.
Nyeri akut / kronis berhubungan
dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi cairan / proses
inflamasi, distensi sendi.
2.
Mobilitas fisik, kerusakan
berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri ketidaknyamanan, intoleransi terhadap
aktivitas, penurunan kekuatan otot.
3.
Gangguan citra tubuh /
perubahan penampilan peran berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk
melakukan tugas – tugas umum, peningkatan penggunaan energi, ketidak seimbangan
mobilitas.
4.
Kurang perawatan diri berhubungan
dengan kerusakan muskuloskeletal, penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada
waktu bergerak.
5.
Penatalaksanaan pemeliharaan
rumah, kerusakan resting terhadap proses penyakit degeneratif jangka panjang.
Sistem pendukung tidak adekuat.
VII.
Rencana Asuhan Keperawatan
No
|
Dx.
Keperawatan
|
Kriteria hasil dan tujuan
|
Rencana Tindakan
|
Rasional
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Nyeri akut / kronis berhubungan dengan agen pencedera, distensi
jaringan oleh akumulasi cairan / proses inflamasi, distensi sendi
Mobilitas fisik, kerusakan berhubungan dengan deformitas skeletal,
nyeri ketidaknyamanan, intoleransi terhadap aktivitas, penurunan kekuatan
otot.
Gangguan citra
tubuh / perubahan penampilan peran berhubungan dengan perubahan kemampuan
untuk melakukan tugas – tugas umum, peningkatan penggunaan energi, ketidak
seimbangan mobilitas.
Kurang
perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal, penurunan
kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak.
Penatalaksanaan
pemeliharaan rumah, kerusakan resting terhadap proses penyakit degeneratif
jangka panjang. Sistem pendukung tidak adekuat.
|
Menunjukkan nyeri hilang/
terkontrol dengan kriteria hasil :
F Terlihat rileks, dapat tidur/ beristirahat dan berpartisipasi
dalam aktivitas sesuai kemampuan.
F Mengikuti program farmakologis yang diresepkan.
F Menggabungkan ketrampilan relaksasi dan aktivitas hiburan kedalam
program kontrol nyeri.
F Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/ pembatasan
kontraktur.
F Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari
kompensasi bagian tubuh.
F Mendemonstrasikan teknik/ perilaku yang memungkinkan melakukan
aktivitas.
Setelah dilakukan tindakan
perawatan, klien menjadi lebih percaya diri menghadapi keadaan dirinya.
Dengan kriteria hasil :
F Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk
menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan keterbatasan.
F Menyusun tujuan / rencana realistis untuk masa depan.
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan, klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan
kemampuan. Dengan kriteria hasil :
F Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten
dengan kemampuan individual.
F Mendemonstrasikan perubahan teknik/ gaya hidup untuk memenuhi
kebutuhan perawatan diri.
F Mengidentifikasi sumber – sumber pribadi/ komunitas yang dapat
memenuhi kebutuhan perawatn diri.
Setelah dilakukan tindakan
perawatan, klien mendapatkan lingkungan yang aman serta terpenuhi
kebutuhannya. Dengan kriteria hasil ;
F Mempertahankan keamanan, lingkungan yang meningkatkan pertumbuhan.
F Mendemonstrasikan penggunaan sumber – sumber yang efektif dan
tepat.
|
Catat lokasi dan intensitas
(skala 0 – 10) catat faktor – faktor yang mempercepat dan tanda – tanda rasa
sakit non verbal.
Berikan matras/ kasur keras,
bantal kecil, tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan.
Biarkan Px mengambil posisi
yang nyaman pada waktu tidur/ duduk dikursi, tingkatkan istirahat ditempat
tidur sesuai indikasi.
Tempatlan/ pantau penggunaan
bantal, karung pasir, gulungan Trokhanter, bebat, brace.
Libatkan dalam aktivitas
hiburan yang sesuai untuk situasi individu.
Evaluasi/ lanjutkan
pemantauan tingkat inflamasi/ rasa sakit pada sendi.
Pertahankan istirahat tirah
baring/ duduk jika diperlukan. Jadwal aktivitas untuk memberikan periode
istirahat yang terus – menerus dan tidur malam hari yang tidak terganggu.
Bantu dengan rentang gerak
aktif/ pasif, demikian juga latihan resistif dan isometrik jika memungkinkan.
Ubah posisi dengan sering
dengan jumlah personel cukup. Demonstrasikan/ bantu teknik pemindahan dengan
penggunakan bantuan mobilitas misal trapeze.
Posisikan dengan bantal,
kantung pasir, gulungan trokhanter, bebat, brace.
Gunakan bantal kecil/ tipis
dibawah leher.
Dorong Px mempertahankan
postur tegak dan duduk tinggi, berdiri, berjalan.
Berikan lingkungan yang aman.
Dorong pengungkapan mengenai
masalah tentang proses penyakit, harapan masa depan.
Diskusikan arti dari
kehilangan/ perubahan pada pasien/ orang terdekat.
Diskusikan persepsi Px
mengenai bagaimana orang terdekat menerima keterbatasan.
Akui dan terima perasaan
berduka, bermusuhan, ketergantungan.
Perhatikan Perilaku menarik
diri, penggunaan menyangkal/ terlalu memperhatikan tubuh/ perubahan.
Susun batasan pada perilaku
maladaptif.
Ikut sertakan Px dalam
merencakan perawatan dan membuat jadwal aktivitas.
Bantu dengan kebutuhan
perawatan yang diperlukan.
Berikan bantuan positif bila
perlu.
Diskusikan tingkat fungsi (0
– 4) sebelum timbul awitan/ eksaserbasi penyakit dan potensial perubahan yang
sekarang diantisipasi.
Pertahankan mobilitas,
kontrol terhadap nyeri dan program latihan.
Kaji hambatan terhadap
partisipasi dalam perawatan diri. Identifikasi/ rencana untuk modifikasi
lingkungan.
Konsul dengan ahli terapi
okupasi.
Atur evaluasi kesehatan
dirumah sebelum pemulangan dengan evaluasi setelahnya.
Atur konsul dengan lembaga
lainnya, misal : pelayanan perawatn rumah, ahli nutrisi.
Kaji tingkat fungsi fisik.
Evaluasi lingkungan untuk
mengkaji kemampuan dalam perawatan untuk diri sendiri.
Tentukan sumber – sumber
finansial untuk memenuhi kebutuhan situasi individual. Identifikasi sistem
pendukung yang tersedia untuk pasien, misal : membagi tugas rumah tangga antara
anggota keluarga.
Identifikasi untuk peralatan
yang diperlukan, misal : lift, peninggian dudukan toilet, kursi roda.
Koordinasikan evaluasi
dirumah dengan ahli terapi okupasi.
Identifikasi/ temui sumber –
sumber komunitas, misal : pelayanan pembantu rumah tangga.
|
Membantu dalam menentukan
kebutuhan managemen nyeri dan keefektifan program.
Matras yang lembut/ empuk,
bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan tubuh yang tepat, menempatkan
matras pada sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan
tekanan pada sendi yang terinflamasi/ nyeri.
Pada penyakit berat/
eksaserbasi, tirah baring mungkin diperlukan (sampai perbaikan obyektif dan
subyektif didapat) untuk membatasi nyeri/ cedera sndi.
Mengistirahatkan sendi –
sendi yang sakit dan mempertahankan posisi netral. Catatan : penggunaan brace
dapat menurunkan nyeri dan memungkinkan dapat mengurangi kerusakan pada sendi
meskipun demikian, ketidakaktivan lama dapat mengakibatkan hilangnya
mobilitas/ fungsi sendi.
Memfokuskan kembali perhatian,
memberikan stimulasi dan meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan sehat.
Tingkat aktivitas/ latihan
tergantung dari perkembangan/ resolusi dari proses inflamasi.
Istirahat sistemik dianjurkan
selama eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit yang penting untuk mencegah
kelelahan, mempertahankan kekuatan.
Mempertahankan/ meningkatkan
fungsi sendi, kekuatan otot dan stamnina umum. Catatan : latihan tidak
adekuat menimbulkan kekuatan sendi, karenanya aktivitas yang berlebihan dapat
merusak sendi.
Menghilangkan tekanan pada
jaringan dan meningkatkan sirkulasi, mempermudah perawatan dini dan
kemandirian Px. teknik pemindahan yang tepat dapat mencegah robekan abrasi
kulit.
Meningkatkan stabilitas
jaringan (mengurangi resiko cedera) dan mempertahankan posisi sendi yang
diperlukan dan kesejajaran tubuh, mengurangi kontraktur.
Mencegah fleksi leher.
Memaksimalkan fungsi sendi,
mempertahankan mobilitas.
Menghindari cedera akibat
kecelakaan/ jatuh.
Berikan kesempatan untuk
mengidentifikasi rasa takt/ kesalahan konsep dan menghadapinya secara
langsung.
Mengidentifikasi bagaimana
penyakit mempengaruhi persepsi diri dan interaksi dengan orang lain akan
menentukan kebutuhan terhadap intervensi lebih lanjut.
Isyarat verbal/ non verbal
orang dekat dapat mempunyai pengaruh mayor pada bagaimana Px memandang
dirinya sendiri.
Nyeri kontan akan melelahkan
dan perasaan marah dan bermusuhan umum terjadi.
Dapat menunjukkan emosional/
metode koping mal adaptif, membutuhkan dukungan psikologis.
Membantu Px untuk mempertahankan
kontrol diri, yang dapat meningkatkan perasaan harga diri.
Meningkatkan perasaan
kompetensi/ harga diri, mendorong kemandirian dan partisipasi dalam terapi.
Mempertahankan penampilan
yang dapat meningkatkan citra diri.
Memungkinkan Px untuk merasa
senang terhadap dirinya sendiri. Meningkatkan perilaku positif, meningkatkan
rasa percaya diri.
Mungkin dapat melanjutkan
aktivitas umum dengan melakukan adaptasi yang diperlukan pada keterbatasan
saat ini.
Mendukung kemandirian fisik/
emosional.
Menyiapkan untuk meningkatkan
kemandirian, yang akan meningkatkan harga diri.
Berguna untuk menentukan alat
bantu untuk memenuhi kebutuhan individual.
Mengidentifikasi masalah –
masalah yang mungkin dihadapi karena tingkat ketidakmampuan aktual.
Mungkin membutuhkan berbagai
bantuan tambahan untuk persiapan situasi dirumah.
Mengidentifikasi tingkat
bantuan/ dukungan yang diperlukan.
Menentukan kemungkinan
susunan yang ada/ perubahan susunan rumah untuk memenuhi kebutuhan individu.
Menjamin bahwa kebutuhan akan
dipenuhi secara terus – menerus.
Memberikan kesempatan untuk
mendapatkan peralatan sebelum pulang.
Bermanfaat untuk
mengidentifikasi peralatan, cara – cara untuk mengubah tugas – tugas untuk
mempertahankan kemandirian.
Memberikan kemudahan
berpindah Px atau mendukung kontinuitas dalam situasi dirumah.
|
DAFTAR PUSTAKA
Doengus, Moorhouse, Geisler. 1999. Rencana
Asuhan Keperawatan (edisi 3). Jakarta : EGC.
Noer,
sjaifoellah. Prof. Dr. 1996. Ilmu Penyakit Dalam (jilid 1). Jakarta : Balai PenerbitFKUI.
No comments:
Post a Comment