Juniartha Semara Putra
MEWUJUDKAN LAYANAN PRIMA
1. Dimensi
Kualitas Layanan
Menurut Zeithaml, Parasuraman, Berry (A
Conseptual Model of Service Quality, Jurnal of Marketing, Vol: 49, Fall 1985, p
47) dimensi dari kualitas pelayanan adalah sebagai berikut:
a.
Reliability menyangkut konsistensi dari performance dan
dapat dipercaya.
b.
Responsiveness menyangkut kemauan atau kesiapan karyawan
untuk memberikan pelayanan. Hal ini juga menyangkut ketepatan waktu dari
pelayanan.
c.
Competence yang bermakna memiliki keahlian dan pengetahuan
yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan.
d.
Access menyangkut kemudahan untuk dihubungi.
e.
Courtesy menyangkut etika kesopanan, rasa hormat,
kesungguhan, kerama-tamahan dari penyedia jasa.
f.
Communication berarti menjaga agar tiap pelanggan mendapat
informasi sesuai dengan bahasa yang mereka pahami dan mendengarkan keinginan
mereka. Hal ini berarti perusahaan jasa transportasi tersebut harus
menyesuaikan bahasa mereka dengan konsumen yang berbeda--meningkatkan level
bahasa pada pelanggan yang berpendidikan baik serta berbicara secara mudah dan
sederhana kepada orang yang baru.
g.
Credibility menyangkut dapat dipercaya, kejujuran penyedia
jasa. Hal ini bermakna konsumen memiliki ketertarikan di hati.
h.
Security adalah bebas dari bahaya, resiko, ataupun keraguan.
i.
Understanding/knowing the customer menyangkut berusaha untuk
memahami apa yang konsumen butuhkan.
j.
Tangibles menyangkut lingkungan fisik dan gambaran fisik
dari suatu jasa.
Dimensi-dimensi dari kualitas pelayanan
diatas kemudian dibentuk ulang oleh Zeithmal dan Bitner (2006:116-119) dan
mengemukakan lima dimensi dalam menentukan kualitas pelayanan, yaitu:
a.
Reliability (reliabilitas), yaitu kemampuan untuk memberikan
pelayanan yang sesuai dengan janji yang ditawarkan.
b.
Responsivenes (daya tanggap), yaitu respon atau kesigapan
karyawan dalam membantu pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat dan
tanggap, yang meliputi: kesigapan karyawan dalam melayani pelanggan, kecepatan
karyawan dalam menangani tranksaksi, dan penanganan keluhan pelanggan atau
pasien.
c.
Assurance (jaminan), meliputi kemampuan karyawan atas
pengetahuan terhadap produk secara tepat, kualitas keramahtamahan, perhatian
dan kesopanan dalam memberikan pelayanan, keterampilan dalam memberikan
keamanan di dalam memanfaatkan jasa yang ditawarkan, dan kemampuan dalam
menanamkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan. Dimensi kepastian atau
jaminan ini merupakan gabungan dari dimensi: Kompetensi (Competence), artinya
keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki oleh para karyawan untuk melakukan
pelayanan. Kesopanan (Coursty), yang meliputi keramahan, perhatian dan sikap
para karyawan. Kredibilitas (Credibility), meliputi hal-hal yang berhubungan
dengan kepercayaan kepada perusahaan, seperti reputasi, prestasi dan
sebagainya.
d.
Emphaty (empati), yaitu perhatian secara individual yang
diberikan perusahaan kepada pelanggan seperti kemudahan untuk menghubungi
perusahaan, kemampuan karyawan untuk berkomunikasi dengan pelanggan, dan usaha
perusahaan untuk memahami keinginan dan kebutuhan pelanggannya.Dimensi emphaty
ini merupakan penggabungan dari dimensi: Akses (Access), meliputi kemudahan
untuk memanfaatkan jasa yang ditawarkan perusahaan. Komunikasi (Communication),
merupakan kemampuan melakukan komunikasi untuk menyampaikan informasi kepada
pelanggan atau memperoleh masukan dari pelanggan. Pemahaman pada pelanggan
(Understanding the Customer), meliputi usaha perusahaan untuk mengetahui dan
memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan.
e.
Tangibles (bukti fisik), meliputi penampilan fasilitas fisik
seperti gedung dan ruangan front office, tersedianya tempat parkir, kebersihan,
kerapihan dan kenyamanan ruangan, kelengkapan peralatan komunikasi dan
penampilan karyawan.
Service
Quality (Servqual)
secara luas dikenal dengan nama Model Analisis Gap. Model ini dikembangkan oleh
Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (2000) sebagai suatu alat survei penelitian
yang disebut servqual. Hal ini berdasar pada pikiran bahwa konsumen dapat mengevaluasi kualitas layanan perusahaan dengan
membandingkan persepsi dan ekspektasi mereka mengenai servis. Servqual
dipandang sebagai alat pengukuran umum yang dapat dipergunakan untuk
menganalisa penyebab dari permasalahan servis, dan mengerti bagaimana kualitas
layanan dapat diperbaiki dan diperhalus (Han,1997).
Berdasarkan Gaps Model of
Service Quality, ketidaksesuaian muncul dari lima macam kesenjangan yang dapat
dibagi menjadi dua kelompok (Rangkuti,2003), yaitu :
a. Satu kesenjangan, yaitu
kesenjangan kelima yang bersumber dari sisi pelayanan (pelanggan);
dan
b.
Empat
macam kesenjangan, yaitu kesenjangan pertama sampai dengan keempat, bersumber
dari sisi penyedia jasa (manajemen)
Penyebab Utama dari buruknya
Servqual
Kesenjangan ini diakibatkan oleh
ketidaktahuan manajemen atas pelayanan yang diharapkan oleh pelanggan
(Parasuraman et.,al,1990). Hal ini disebabkan oleh:
a. Kesenjangan 1 (Gap 1)
Kesenjangan
antara ekspektasi konsumen dan persepsi manajemen mengenai ekspektasi konsumen.
Kesenjangan ini terjadi karena ketidakpahaman manajemen terhadap keinginan
pelanggan secara tepat, sehingga tidak diketahui bentuk jasa yang diinginkan
konsumen.
Faktor-faktor
penyebab terjadinya Gap
1:
·
Tidak
cukupnya analisa pasar
Analisa pasar merupakan kunci utama untuk dapat memahami
keinginan customer. Kesalahan dalam menggunakan atau tidak menggunakan hasil
riset pemasaran dapat mengakibatkan kesenjangan semakin besar.
·
Hubungan
yang kurang baik antara manajemen dengan konsumen
Para manajer kurang berinteraksi langsung dengan pelanggan.
·
Jenjang
antara kontak personal dan manajemen
Jenjang yang terlalu banyak dapat mengakibatkan semakin
banyak informasi yang hilang atau bahkan salah tafsir antara keinginan
pelanggan dan manajemen.
b. Kesenjangan 2 (Gap 2)
Kesenjangan
antara persepsi manajemen mengenai ekspektasi konsumen dengan spesifikasi
kualitas jasa. Pihak manajemen mungkin mampu memahami keinginan pelanggan,
namun tidak menetapkan standar kinerja tertentu.
Faktor-faktor
penyebab terjadinya Gap
2:
·
Kurangnya
komitmen manajemen pada kualitas pelayanan Tidak adanya kepemimpinan dan
komitmen pelayanan yang berkualitas menyebabkan karyawan yang berhubungan
langsung dengan pelanggan kehilangan arah.
·
Persepsi
ketidakmampuan/ketidakmungkinan
Manajemen mungkin menganggap tingkat kepentingan dan
kebutuhan pelanggan tersebut belum layak dipenuhi berkaitan dengan kemampuan perusahaan.
·
Kurangnya
penetapan standar
Standarisasi tugas sulit dilakukan karena tidak dilakukan
secara rutin.
·
Tidak
adanya penetapan tujuan
Penentuan sasaran sangat diperlukan sebagai pengarah
sehingga pegawai menyampaikan pelayanan berkualitas tinggi secara konsisten.
c. Kesenjangan
3 (Gap 3)
Kesenjangan antara spesifikasi
standar kualitas jasa dan pelaksanaan penyampaian jasa. Penyebab kesenjangan
ini karena para pelaksana jasa belum memahami tugas, kurang trampil dan tidak
memenuhi standar kinerja. Karyawan perusahaan mungkin kurang mendapatkan
pelatihan atau mereka bekerja melampaui batas kemampuan mereka serta mereka
kurang mau untuk memenuhi standar yang ada.
Faktor-faktor penyebab
terjadinya Gap 3:
·
Kebimbangan para karyawan
Kebimbangan peran karyawan merupakan
situasi dimana karyawan merasa bimbang dalam melaksanakan tuntutan perannya.
·
Terjadinya konflik dalam melaksanakan peran
Konflik peran dapat terjadi
apabila karyawan menganggap bahwa mereka tidak dapat menyenangkan permintaan
atasan dan pelanggan.
·
Ketidakcocokan antara karyawan dan pekerjaannya
Jabatan karyawan dalam
melaksanakan kewajibannya dianggap remeh oleh manajemen.
· Ketidaksesuaian
teknologi dengan pekerjaan
Kualitas pelayanan yang tinggi
memerlukan dukungan peralatan/teknologi yang tepat.
·
Pengawasan sistem kontrol yang tidak sesuai
Mengadakan pengukuran kinerja
karyawan berdasarkan proses penyampaian jasa dan output pelayanan.
·
Kurangnya nilai atau semangat kerja tim
Tim kerja merupakan inti dari
kualitas layanan dalam memberikan pelayanan secara optimal pada pelanggan.
d. Kesenjangan
4 (Gap 4)
Kesenjangan antara pelaksanaan
penyampaian jasa dan komunikasi eksternal (janji perusahaan). Hal ini bisa
terjadi karena pelanggan sering dipengaruhi oleh pernyataan janji perusahaan
dan iklan perusahaan, sehingga menimbulkan adanya ketidaksesuaian antara
pelayanan yang dijanjikan dan pelayanan yang disampaikan.
Faktor-faktor penyebab
terjadinya Gap 4:
·
Komunikasi horisontal yang tidak memadai
Kurang lancarnya komunikasi di
dalam atau antardepartemen sehingga mengakibatkan konflik antarbagian atau
fungsi, sehingga menimbulkan salah pengertian dan rasa saling tidak percaya.
·
Perbedaan kebijakan dan prosedur antarcabang atau departemen
Apabila perusahaan menerapkan
kebijakan bahwa setiap cabang dapat membuat kebijakan dan prosedur
sendiri-sendiri, maka kualitas pelayanan masing-masing cabang akan berbeda.
Sedangkan pelanggan berharap memperoleh kualitas pelayanan yang sama di setiap
cabang.
·
Kecenderungan untuk memberi janji secara berlebihan
Tingginya intensitas persaingan
yang semakin tinggi menyebabkan perusahaan mengalami tekanan yang lebih kuat.
Kondisi inilah yang menyebabkan perusahaan terpaksa membuat janji yang
berlebihan.
e.
Kesenjangan 5 (Gap 5)
Kesenjangan ini merupakan
kesenjangan antara persepsi konsumen dengan ekspektasi konsumen. Kesenjangan
ini terjadi karena pihak perusahaan tidak dapat memberikan apa yang diinginkan
konsumen. Kesenjangan ini dapat pula terjadi karena konsumen mengukur kinerja
atau prestasi perusahaan dengan cara yang berbeda serta salah dalam
mempersepsikan kualitas jasa tersebut. Supaya dapat memberikan servis kualitas
yang terbaik pada konsumen maka tiap perusahaan harus mau dan mampu untuk
memperbaiki servis kualitas mereka masing-masing.
3.
Strategi
Mewujudkan Layanan Prima
Kajian
mengenai pentingnya pelayanan yang baik terhadap pelanggan di
perusahaan-perusahaan dikembangkan Total Quality Service (TQS), yaitu sistem
manajemen strategi dan integratif yang melibatkan semua manajer dan pegawai
serta menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif untuk memperbaiki secara
berkesinambungan proses-proses organisasi agar dapat memenuhi dan melebihi
kebutuhan, keinginan dan harapan pelanggan (stamatis, 1996).
Stategi : Cara
atau pendekatan yang efektif diterapkan guna mencapai sasaran organisasi
melalui pelayanan yang baik kepada pelanggan.
Sistem : Program
dan prosedur yang baik dirancang guna mendorong penyampaian pelayanan yang
nyaman dan berkualitas terhadap pelanggan.
SDM : Pegawai
di semua posisi yang memiliki kapasita yang bersifat responsif terhadap keinginan pelanggan.
Tujuan TQS adalah mewujudkan tercapainya
pelanggan, memberikan tanggung jawab kepada setiap orang dan melakukan
perbaikan pelayanan secara berkesinambungan. Sistem TQS berfokus kepada empat
bidang sebagai berikut :
a.
Berfokus
kepada pelanggan
Prioritas
utama adalah identifikasi pelanggan (interna-eksternal). Setelah pelanggan
diidentifikasi, kemudian mengidentifikasi keinginan, kebutuhan, dan harapan
pelanggan. Selanjutnya dirancang sistem yang dapat memberikan jasa tertentu
yang memenuhi keinginan pelanggan tersebut. Dengan demikian, perhatian
diarahkan kepada pelanggan.
b.
Keterlibatan
pegawai secara menyeluruh
Semua pihak
yang terkait dengan upaya peningkatan pelayanan harus dilibatkan secara
menyeluruh. Karena itu, manajemen harus dapat memberikan peluang perbaikan
kualitas terhadap semua pegawai. Selain itu, kepemimpinan harus pula memberikan
kesempatan berpartisipasi kepada semua pegawai yang ada dalam organisasi, serta
memberdayakan pegawai atau karyawan dalam merncang dan memperbaiki barang,
jasa, sistem , dan organisasi.
c.
Sistem
pengukuran
Komponen
dalam sistem pengukuran terdiri :
Ø Menyusun
standar proses dan produk (barang dan jasa)
Ø Mengidentifikasi
ketidaksesuaian dan mengukur kesesuaiannya dengan keinginan pelanggan.
Ø Mengoreksi
pennyimpangan dan peningkatan kerja.
d.
Perbaikan
berkesinambungan
Ø
Memandang bahwa semua pekerjaan sebagai suatu proses
Ø
Mengantisipasikan perubahan keinginan, kebutuhan dan
harapan para pelanggan.
Ø
Mengurangi waktu siklus suatu proses produksi dan
distribusi
Ø
Dengan senang hati menerima umpan balik dari pelanggan
Dalam
upaya meningkatkan kualitas pelayanan TQS menawarkan model yang disebut Siklus
Deming, yang terdiri dari empat komponen utama, disingkat PDCA (Plan, Do, Check
and Act).
a.
Plan (Perencanaan)
1)
Langkah pertama,
4.
Mengukur
Kualitas
Layanan
Berikut ini adalah
langkah-langkah yang dilakukan
di dalam mengukur
tingkat kepuasan pelanggan terhadap pelayanan peternakan di lokasi proyek.
1
Data yang dikumpulkan
ü
Jenis
Pelayanan. Tanyakan kepada Pemberi pelayanan (baca: Petugas Dinas), yang akan
diukur tingkat kepuasan pemberian pelayanannya, tentang jenis-jenis pelayanan
yang biasa diberikan, siapa yang memberikan pelayanan dan kepada siapa
pelayanan tersebut diberikan.
ü
Tuliskan
setiap jenis pelayanan tersebut karena pelayanan inilah yang akan diukur
kinerjanya di dalam memberikan kepuasan terhadap pelanggan
ü
Kinerja
Pelayan dan Tingkat Kepentingan Pelayanan. Diskusikan dengan pelanggan tentang:
Ø
faktor-faktor
yang akan dipergunakan di dalam mengukur kinerja pelayanan, misalnya: tingkat
keahlian, ketepatan waktu, kemudahan dihubungi, kemampuan menyelesaikan masalah
dan fasilitas yang dimiliki di dalam memberikan pelayanan.
Ø
tingkat
kepentingan pelayanan.
ü
Minta
Pelanggan agar memberikan nilai terhadap kinerja dan tingkat kepentingan pelayanan
2
Bagaimana mengumpulkan data
a. Responden
ü
Respondent
dipilih secara acak.
ü
Identifikasi
pelanggan yang akan menjadi responden
ü
Lakukan
wawancara perorangan menggunakan kuesioner untuk mengukur tingkat kepentingan
pelayanan dan kinerja pemberi pelayanan.
b. Waktu
ü
Pilih
waktu yang tepat bagi pelanggan. Ketahui saat saat sibuk kegiatan usaha tani
(saat tanam atau saat panen), sibuk adat dan agama.
ü
Jangan
menentukan waktu sendiri, tetapi rundingkan dengan pelanggan kapan waktu luang
mereka, sehingga ada kesepakatan. Apakah siang atau malam hari?
ü
Jawaban
yang akurat hanya dapat diperoleh bila pelanggan dengan senang hati memberikan
informasi.
c. Lokasi
ü
Penentuan
lokasi pengukuran kepuasan pelanggan sangat tergantung dari cakupan kajian.
Bisa di tingkat kelompok tani, atau desa atau kabupaten.
ü
Untuk
cakupan lokasi yang luas lakukan sampling pemilihan lokasi. Pilih lokasi yang
representatif. Banyak cara untuk melakukan sampling ini, tetapi itu bukan
maksud dari penyusunan manual ini.
3. Metoda
analisis
ü
Kompilasikan
angka-angka penilaian kepuasan pelanggan terhadap:
v
tingkat
kepentingan pelayanan menurut petani,
v
kinerja
Pelayan di dalam memberikan pelayanan, menurut faktor-faktor yang disepakati
untuk diukur, ke dalam sel-sel di dalam Matriks Kepuasan Pelanggan
4. Survey
Baseline dan Survey Lanjutan
v
Apabila
dibutuhkan untuk membandingkan data sebelum dan sesudah proyek – untuk mengukur
perubahan di dalam tingkat kepuasan p[elanggan – lakukan beberapa kali survey
yang sama. Biasanya, lakukan survey dasar dan survey lanjutan.
v
Selang
waktu antara dua survey tergantung dari tujuan survey dan juga masa proyek. Ini
dapat dilakukan terus menerus, secara periodik, atau pada awai dan akhir
proyek.
5. Interpretasi
Tingkat
kepuasan pelangan didefinisikan dengan parameter-parameter sebagai berikut:
v
Kepuasan
pelanggan tinggi: persentase responden yang melaporkan tingkat kepentingan
pelayanan lebih besar dari 3 (4 atau 5) dan menilai tingkat kinerja pelayanan
lebih besar dari 3 (4 atau 5). Pada kondisi ini pelanggan menemukan bahwa
kinerja pemberi pelayanan adalah baik didalam memberikan pelayanan yang penting
bagi keputusan mereka didalam menentukan produksi.
v
Kepuasan
pelanggan sedang: persentase responden yang menilai kepentingan pelayanan
adalah sedang sampai tinggi (3, 4 atau 5) tetapi menilai kinerja pemberi
pelayanan hanya sedang (3); atau sebaliknya menilai kinerja pelayanan sedang
sampai tinggi (3,4 atau 5) tetapi menilai kepentingan hanya sedang (3).
v
Kepuasan
pelanggan rendah: persentase responden yang menilai kepentingan pelayanan
sedang sampai tinggi (3, 4 or 5) tetapi kinerja pelayanan rendah dan sangat
rendah (2 or 1).
v
Pelayanan
tidak efisien: area kunci dari matriks kepuasan pelanggan dari responden yang
menilai pelayanan tidak penting (2 atau 1) tetapi kinerja pemberi pelayanannya
dinilai sedang sampai sangat baik (3, 4 atau 5). Kategori ini menunjukkan dua
kemungkinan skenario yaitu sumberdaya pemerintah dibuang-buang (karena
pelayanan yang tidak penting diberikan secara baik) atau program dimana terjadi
eksternaliti positif yang tidak dikenal petani.
v
Pelayanan
‘tidak berguna’: persentase responden yang melaporkan tingkat kepentingan
pelayanan rendah atau sangat rendah (2 atau 1) dan kinerja pemberi pelayanannya
juga rendah dan sangat rendah (2 atau 1). Pada kondisi seperti ini, lupakan dan
tinggalkan saja pelayanan tersebut
6. Analisa
Perbandingan
v
Data
kepuasan pelanggan dapat dianalisa berdasarkan setiap pelayanan atau lokasi
geografis (kabupaten atau propinsi) atau tingkat kesejahteraan, tergantung dari
tingkat kepentingan dan keinginan tim evaluasi.
v
Matriks
dapat diaplikasikan untuk data dari pelayanan khusus, misalnya pelayanan khusus
lintas area geografis atau antar tingkat kesejahteraan. Juga data dapat
diagregasi untuk mengindikasikan keseluruhan kepuasan dari kelompok yang
diberikan pelayanan.
v Dengan demikian analisis dapat
dilakukan untuk membandingkan tingkat kepuasan pelanggan berdasarkan:
a. Pelayanan ke pelayanan;
b. Baseline dan kajian lanjutan;
c. Sebelum dan sesudah proyek;
d. Kabupaten dengan kabupaten lain;
e. Tahun pertama agregasi dengan
tahun berikutnya agregasi
Mengukur
kualitas sebuah jasa merupakan sesuatu yang cukup sulit, karena sifa jasa itu
sendiri yang abstrak dan tidak berwujud. Untuk menampilkan dimensi-dimensi
pengukuran dalam service quality dapat digunakan metode Servqual, dimana
dimensi yang diukur adalah reliability, tangibles, responsiveness, assurance,
dan emphaty. Servqual merupakan salah satu instrument yang diperkenalkan oleh Zeithaml, Parasuraman dan Berry (1990) yang digunakan untuk
mengukur kepuasan pelanggan.
Metode Servqual menggunakan user based–approach, yang mengukur
kualitas jasa secara kuantitatif dalam bentuk kuisioner dan mngandung
dimensi-dimensi kualitas jasa seperti reliability,
tangibles, responsiveness, assurance, dan emphaty. Definisi ke 5
dimensi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Reliability
Kemampuan perusahaan atau service provider untuk memenuhi janjinya kepada pelanggan. Kehandalan atau performansi terhadap service yang diberikan sangatlah penting dalam reliability ini. Hal ini menunjukkan bahwa service dapat diselesaikan tepat waktu, dengan cara yang sama, dan tanpa kesalahan tiap waktu. Contohnya, menerima surat kira-kira pada saat yang sama setiap hari adalah hal penting untuk kebanyakan orang. Reliabilitas juga cenderung terjadi di kantor, dimana keakuratan pembayaran dan penyimpanan salinan data sangat diharapkan
Kemampuan perusahaan atau service provider untuk memenuhi janjinya kepada pelanggan. Kehandalan atau performansi terhadap service yang diberikan sangatlah penting dalam reliability ini. Hal ini menunjukkan bahwa service dapat diselesaikan tepat waktu, dengan cara yang sama, dan tanpa kesalahan tiap waktu. Contohnya, menerima surat kira-kira pada saat yang sama setiap hari adalah hal penting untuk kebanyakan orang. Reliabilitas juga cenderung terjadi di kantor, dimana keakuratan pembayaran dan penyimpanan salinan data sangat diharapkan
2. Responsiveness
Keinginan provider untuk membantu customer dengan penyediaan layanan secara tepat. Jika kegagalan sebuah service terjadi, kemampuan untuk memperbaikinya secara cepat dan dengan keprofesionalisan dapat menciptakan persepsi positif tentang kualitas. Contohnya, yaitu service berupa minuman dari penerbangan yang tertunda dapat menhilangkan pengalaman pelanggan yang tidak menyenangkan menjadi momen yang sangat mengasyikan.
Keinginan provider untuk membantu customer dengan penyediaan layanan secara tepat. Jika kegagalan sebuah service terjadi, kemampuan untuk memperbaikinya secara cepat dan dengan keprofesionalisan dapat menciptakan persepsi positif tentang kualitas. Contohnya, yaitu service berupa minuman dari penerbangan yang tertunda dapat menhilangkan pengalaman pelanggan yang tidak menyenangkan menjadi momen yang sangat mengasyikan.
3. Assurance
Pengetahuan dan keramahan dari para karyawan haruslah sebaik kemampuan mereka untuk menanamkan kepercayaan kepada pelanggan. Dimensi asuransi meliputi : Kompetensi atau jaminan untuk memberikan service terbaik, kesopanan dan respek kepada pelanggan, komunikasi yang efektif degnan pelanggan, dan anggapan dari operator bahwa pelanggan adalah segalanya bagi mereka.
Pengetahuan dan keramahan dari para karyawan haruslah sebaik kemampuan mereka untuk menanamkan kepercayaan kepada pelanggan. Dimensi asuransi meliputi : Kompetensi atau jaminan untuk memberikan service terbaik, kesopanan dan respek kepada pelanggan, komunikasi yang efektif degnan pelanggan, dan anggapan dari operator bahwa pelanggan adalah segalanya bagi mereka.
4. Empati.
Perhatian individu terhadap pelanggan. Empati meliputi: approachbilitas, sensitivitas, dan usaha untuk memahami keinginan pelanggan. Salah satu contoh empati adalah kasus pelayanan perusahaan pesawat terbang yang mana customernya mengalami miskomunikasi dan perusahaan berusaha membantu untuk bisa memecahkan masalahnya.
Perhatian individu terhadap pelanggan. Empati meliputi: approachbilitas, sensitivitas, dan usaha untuk memahami keinginan pelanggan. Salah satu contoh empati adalah kasus pelayanan perusahaan pesawat terbang yang mana customernya mengalami miskomunikasi dan perusahaan berusaha membantu untuk bisa memecahkan masalahnya.
5. Tangibles.
Tampilan atau fasilitas fisik yang dimiliki oleh service provider. Bisa berupa perlengkapan, personel, dan material komunikasi. Kondisi tampilan fisik yang mendukung bisa berupa fakta-fakta yang dapat dilihat. Perkiraan dimensi ini juga dapat di hubungkan dengan service terhadap pelanggan. Contoh dari tangibles ini bisa berupa fasilitas kebersihan yang ada di suatu bank.
Tampilan atau fasilitas fisik yang dimiliki oleh service provider. Bisa berupa perlengkapan, personel, dan material komunikasi. Kondisi tampilan fisik yang mendukung bisa berupa fakta-fakta yang dapat dilihat. Perkiraan dimensi ini juga dapat di hubungkan dengan service terhadap pelanggan. Contoh dari tangibles ini bisa berupa fasilitas kebersihan yang ada di suatu bank.
Sumber:
-
http://triatmojo.wordpress.com/2006/09/24/mengukur-kepuasan-pelanggan/
No comments:
Post a Comment