Juniartha Semara Putra
A. PENGERTIAN
D. MANIFESTASI KLINIS DIARE
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
F. KOMPLIKASI
G. DERAJAT DEHIDRASI
H. PENTALAKSANAAN
3. Obat-obatan
DAFTAR PUSTAKA
LAPORAN PENDAHULUAN DIARE
A. PENGERTIAN
Menurut Haroen
N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998), diare adalah defekasi encer lebih dari 3
kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja.\
Sedangkan
menurut C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu keadaan
terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus.
Menurut Suradi
& Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya
kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena
frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.
Jadi diare dapat
diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3
kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa
disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada
lambung atau usus.
B. PENYEBAB
Menurut Haroen
N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (1998), ditinjau dari sudut patofisiologinya,
penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:
1. Diare sekresi
(secretory diarrhoe), disebabkan oleh:
a.
Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen seperti shigella, salmonela, E.
Coli, golongan vibrio, B. Cereus, clostridium perfarings, stapylococus aureus,
comperastaltik usus halus yang disebabkan bahan-bahan kimia makanan (misalnya
keracunan makanan, makanan yang pedas, terlalau asam), gangguan psikis
(ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin, alergi dan sebagainya.
b.
Defisiensi imum terutama SIGA (secretory imonol bulin A) yang mengakibatkan
terjadinya berlipat gandanya bakteri/flata usus dan jamur terutama canalida.
2. Diare
osmotik (osmotik diarrhoea) disebabkan oleh:
a)
malabsorpsi makanan: karbohidrat, lemak (LCT), protein, vitamin dan mineral.
b)
Kurang kalori protein.
c)
Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.
Sedangkan
menurut Ngastiyah (1997), penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor
yaitu:
1)
Faktor infeksi
a)
Infeksi enteral Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi:
infeksi bakteri, infeksi virus (enteovirus, polimyelitis, virus echo
coxsackie). Adeno virus, rota virus, astrovirus, dll) dan infeksi parasit :
cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongxloides) protozoa (entamoeba
histolytica, giardia lamblia, trichomonas homunis) jamur (canida albicous).
b)
Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis
media akut (OMA) tonsilitis/tonsilofaringits, bronkopeneumonia, ensefalitis dan
sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah
dua (2) tahun.
2) Faktor
malaborsi, Malaborsi karbohidrat, lemak dan protein.
3) Faktor
makanan
4) Faktor
psikologis
C. PATOFISIOLOGI
Mekanisme dasar
yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan osmotik, akibat terdapatnya
makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam
rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam
rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Kedua akibat
rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya
diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Ketiga gangguan
motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya
kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang
selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
Selain itu diare
juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah
berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang
biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi
hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Sedangkan akibat
dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:
1.
Kehilangan
air (dehidrasi) Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak
dari pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
2.
Gangguan
keseimbangan asam basa (metabik asidosis) Hal ini terjadi karena kehilangan
Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda
kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya
anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak
dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya
pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.H
3.
Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada
anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya
gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan
absorbsi glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah
menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak.
4.
Gangguan
gizio Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini
disebabkan oleh:
·
Makanan
sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah yang bertambah
hebat.
·
Walaupun
susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu yang encer ini
diberikan terlalu lama.
·
Makanan
yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya
hiperperistaltik.
5.
Gangguan
sirkulasi
Sebagai akibat
diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan
berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan
perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan
meninggal.
D. MANIFESTASI KLINIS DIARE
1.
Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan
berkurang.
2.
Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang
disertai wial dan wiata.
3.
Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
4.
Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih
asam akibat banyaknya asam laktat.
5.
Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai
penurunan berat badan.
6.
Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut
jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora
komatus) sebagai akibat hipovokanik.
7. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
8.
Bila terjadi asidosis metabolik klien
akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan dalam. (Kusmaul).
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan tinja
a)
Makroskopis dan mikroskopis
b)
PH dan kadar gula dalam tinja
c)
Bila perlu diadakan uji bakteri
2.
Pemeriksaan gangguan keseimbangan
asam basa dalam darah, dengan menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas
darah.
3. Pemeriksaan
kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4. Pemeriksaan
elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.
F. KOMPLIKASI
1.
Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
2.
Renjatan hipovolemik.
3.
Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi, perubahan
pada elektro kardiagram).
4.
Hipoglikemia.
5.
Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena
kerusakan vili mukosa, usus halus.
6.
Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
7.
Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan.
G. DERAJAT DEHIDRASI
Menurut
banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan:
a)
Kehilangan berat badan
1)
Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5%.
2)
Dehidrasi ringan bila terjadi penurunan berat badan 2,5-5%.
3)
Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 5-10%
b)
Skor Mavrice King
Bagian tubuh
yang diperiksa nilai untuk gejala yang ditemukan 0 1 2
H. PENTALAKSANAAN
1.
Medis
a)
Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya.
1)
Cairan per oral
Pada
klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa cairan yang
bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak
diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan
dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut
oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut formula yang tidak
lengkap karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa.
2)
Cairan parentral
Diberikan
pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian sebagai berikut:
- Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg
- Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg
·
1
jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus set berukuran 1 ml=15 tts
atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
·
7
jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset berukuran 1 ml=15
tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
·
16
jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit
- Untuk
anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
·
jam
pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 10 tts/kgBB/menit
(1 ml=20 tetes)
- Untuk
anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
·
1
jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 7 tts/kgBB/menit
(1 ml=20 tetes).
·
7
jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 3 tts/kgBB/menit
(1 ml=20 tetes).
·
16
jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.
- Untuk
bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg
·
Kebutuhan
cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4
bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1½ %. Kecepatan : 4 jam pertama : 25
ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).
·
Untuk
bayi berat badan lahir rendah
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1½ %).
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1½ %).
2.
Pengobatan dietetic
a)
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang
dari 7 kg, jenis makanan:
b)
Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak jenuh
c)
Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim)
d)
Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu yang
tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang atau tak jenuh
3. Obat-obatan
Prinsip
pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang mengandung
elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.
DAFTAR PUSTAKA
Betz Cecily L,
Sowden Linda A. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatik, Jakarta, EGC
Sachasin
Rosa M. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatik. Alih bahasa : Manulang R.F.
Jakarta, EGC
No comments:
Post a Comment