Juniartha Semara Putra
BAB II : Tinjauan teoritis terdiri dari
Konsep
dasar teori: pengertian, anatomi dan
fisiologi, etiologi, tanda dan gejala, patofisiologi, manajemen medik dan
evaluasi diagnostik.

Ekstrimitas kanan dan kiri simetris,
tidak terdapat edema, ROM tangan kanan maksimal, pergerakan tangan kiri terkontrol
tetapi tidak bebas karena terpasang infus Dextros 5 % 15 gtt/ menit, tidak
terdapat nyeri tekan, klien dapat merasakan sensasi tajam, tumpul, panas dan
dingin, refleks bisep +/+, reflek trisep +/+, reflek brachiaradialis +/+,
kekuatan otot 5 5

5 5
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
ASKEP PERITONITIS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap bagian dari saluran gastrointestinal bawah rentan terhadap
inflamasi akut yang disebabkan oleh infeksi akibat bekteri, virus, atau jamur.
Salah satu gambaran dari situasi ini adalah Typhus Abdominalis yang dapat
menimbulkan peritonitis akibat terjadinya perporasi.
Peritonitis merupakan komplikasi berbahaya yang sering terjadi akibat
penyebaran infeksi dari organ-organ abdomen, ruptura saluran cerna atau dari
luka tembus abdomen. Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah
keluarnya eksudat fibrinosa. Gejala berbeda-beda tergantung luas peritonitis,
beratnya peritonitis dan jenis organisme yang bertanggung jawab. Gejala-gajala
utama adalah sakit perut, muntah, abdomen tegang, kaku, nyeri, dan tanpa bunyi,
demam dan leukositosis yang sering terjadi.
Kejadian Peritonitis Difuse
tersebut dapat memberikan dampak yang sangat kompleks bagi tubuh, Adanya
penyakit peritonitis menjadikan kasus ini menjadi prognosis yang buruk.
Atas dasar karakteristik itulah penulis tertarik untuk melakukan
asuhan keperawatan pada klien Peritonitis Difuse yang laporannya dibuat dalam
bentuk makalah dengan judul “ Asuhan Keperwatan Pada Tn. C dengan Post
Anastomosis end to end Ileochecal a/i Post Laparatomi Eksplorasi + Ileostomy
Mucosfistel e.c Peritonitis Difuse e.c. Perforasi Ileus e.c. Thypoid Perporasi di Ruang II Bedah Umum Perjan Rumah Sakit
Dr. Hasan Sadikin Bandung”.
B. Tujuan Penulisan
1.
Tujuan Umum
Penulisan makalah ini bertujuan agar mahasiswa mampu melaksanakan
asuhan keperawatan secara komprehensif pada klien Tn. C dengan
Post Anastomosis end to end Ileochecal a/i Post Laparatomi Eksplorasi +
Ileostomy Mucosfistel e.c Peritonitis Difuse e.c. Perforasi Ileus e.c. Thypoid
Perporasi dan mendokumentasikannya dengan pendekatan ilmiah.
2.
Tujuan Khusus
Penulisan makalah ini bertujuan agar mahasiswa
dapat melakukan asuhan keperawatan pada Tn.
C dengan post Post Anastomosis end to end Ileochecal a/i Post Laparatomi
Eksplorasi + Ileostomy Mucosfistel e.c Peritonitis Difuse e.c. Perforasi Ileus
e.c. Thypoid Perporasi sesuai dengan pendekatan proses keperawatan, yaitu dapat :
a.
Melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn. C yang meliputi :
1)
Pengkajian
2)
Perencanaan
3)
Implementasi
4)
Evaluasi
b.
Mampu
mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien Tn. C
C. Metode Penulisan
Metode yang digunakan Dalam penyusunan karya tulis ini penulis
menggunakan metode deskriptif, dengan bentuk studi kasus, dimana disusun berupa
laporan penerapan asuhan keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan.
Sedangkan teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah :
1.
Wawancara,
yaitu pengumpulan data dengan menanyakan secara langsung dan terarah kepada klien, keluarga dan tim kesehatan.
2.
Observasi, yaitu pengumpulan data dengan melihat
secara langsung melalui pengamatan perilaku, keadaan klien, masalah keperawatan
pada klien.
3.
Partisipasi aktif, yaitu data dengan melakukan
pemeriksaan fisik untuk menemukan data dari masalah kesehatan klien, meliputi inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi.
4.
Studi
Dokumenter, yaitu pengumpulan data dengan melihat status, catatan keperawatan
serta catatan kesehatan lainnya untuk dijadikan salah satu dasar dalam
melakukan asuhan keperawatan.
5.
Studi kepustakaan, yaitu metoda pengumpulan data
dengan cara mengumpulkan materi yang berhubungan guna dijadikan sebagai
landasan teori dalam setiap melakukan tindakan.
D. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan karya tulis ini penulis
membaginya kedalam 4 bab yaitu :
BAB I :
Pendahuluan, memuat latar belakang masalah , tujuan penulisan, metoda penulisan
dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan teoritis terdiri dari
Konsep
dasar teori: pengertian, anatomi dan
fisiologi, etiologi, tanda dan gejala, patofisiologi, manajemen medik dan
evaluasi diagnostik.
Konsep dasar asuhan
keperawatan: pengkajian, perencanaaan, implementasi, dan evaluasi.
BAB III :
Tinjauan kasus yang terdiri dari empat langkah yaitu pengkajian, perencanaan,
implementasi dan evaluasi
BAB
IV :
Penutup, berisi simpulan dan saran
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Penyakit
- Pengertian
Peritonitis adalah
inflamasi peritoneum-lapisan membran serosa rongga abdomen dan meliputi visera
( Brunner & Suddart. 2002 : 1103 )
Peritonitis adalah inflamasi rongga peritoneal yang dapat
berupa primer atau sekunder, akut atau kronis dan diakibatkan oleh kontaminasi
kapasitas peritoneal oleh bakteri atau kimia (Doengoes,Moorhouse, Geissler.
2000 : 513)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa peritonitis
adalah radang selaput perut atau inflamasi peritoneum baik bersifat primer atau
sekunder, akut atau kronis yang disebabkan oleh kontaminasi isi usus, bakteri
atau kimia.
Anastomosis adalah hubungan antara pembuluh-pembuluh yang
berbeda pangkalnya (Ramali, Ahmad, disempurnakan oleh Hendra T. Laksman,
1997:14).
Anastomosis adalah terjadinya hubungan antara dua rongga atau
alat yang biasanya terpisah, dengan pembedahan atau karena keadaan sakit
(Ramali, Ahmad, disempurnakan oleh Hendra T. Laksman, 1997:14).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa anastomosis
and to end adalah penyambungan dua rongga dalam hal ini usus yang awalnya
terpisah kemudian disambung kembali melalui proses pembedahan.
- Anatomi
Susunan saluran pencernaan :
A.
Mulut
Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang terbagi
menjadi dua bagian yaitu :
1.
Bagian luar atau vestibula, yaitu ruang antara gusi,
bibir dan pipi
a)
Bibir
Terdiri atas dua lipatan daging yang membentuk gerbang mulut. Disebelah
luar ditutupi oleh kulit dan di sebelah dalam ditutupi oleh selaput lendir
(mukosa).
b)
Pipi
Dilapisi dari dalam oleh mukosa yang mengandung papilla.
2.
Bagian dalam atau rongga mulut yang dibatasi oleh
tulang maksilaris, palatum, mandibulla dan faring
a)
Gigi
(1) Gigi sulung
(2) Gigi tetap
b)
Lidah
Lidah terdiri
dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir :
(1)
Radiks lingua
(2)
Dorsum lingua
(3)
Apeks lingua
B.
Faring
Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
esophagus, didalam lengkung faring terdapat tonsil yaitu kumpulan kelenjar
limpa yang banyak mengandung limposit dan merupakan pertahanan terhadap
infeksi.
C.
Esophagus
Merupakan struktur berbentuk tubular yang
menghubungkan faring dengan lambung. Esophagus terletak di belakang trakea dan
di depan tuang punggung.
D.
Rongga Abdomen
Abdomen adalah rongga terbesar dalam tubuh. Bentuknya
lonjong dan meluas dari atas diafragma sampai pelvis dibawah. Rongga abdomen
dilukiskan menjadi 2 bagian – abdomen yang sebenarnya, yaitu rongga sebelah
atas dan lebih besar, dan pelvis yaitu rongga sebelah bawah dan lebih kecil.
Batas-batas abdomen :
-
Atas : diafragma
-
Bawah : pintu masuk panggul dari panggul besar
-
Depan dan kedua sisi : otot-otot abdominal,
tulang-tulang illiaka dan iga-iga sebelah bawah
-
Belakang : tulang punggung dan otot polos dan quadratus
lumborum
Isi abdomen :
Sebagian besar dari saluran pencernaan, yaitu lambung,
usus halus dan usus besar.
1.
Lambung
Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang.
Lambung terletak di oblik kiri ke kanan menyilang di abdomen atas tepat di
bawah diafragma. Kapasitas normal lambung 1 – 2 liter. Secara anatomis lambung
terbagi atas fundus, korpus dan antrum pylorus
2.
Usus halus
Usus halus merupakan tabung kompleks berlipat-lipat
yang membentang dari pylorus sampai katup ilosekal, merupakan saluran paling
panjang tempat proses pencernaan dan absorpsi hasil pencernaan
a)
Duodenum
Disebut juga usus 12 jari, mulai dari pylorus sampai
yeyenum. Duodenum terletak pada daerah epigastrium dan umbilikalis. Pada bagian
kanan duodenum ini terdapat selaput lendir yang disebut papilla vateri. Pada
papilla vateri ini bermuara saluran empedu (duktus kaledokus) dan saluran
pancreas (duktus pankreatitis).
Empedu dibuat dari hati untuk dikeluarkan ke duodenum
melalui duktus kaledokus yang fungsinya mengemulsikan lemak dengan bantuan
lipase.
Pankreas juga menghasilkan amylase yang berfungsi
mencerna hidrat arang menjadi disakarida dan tripsin yang berfungsi mencerna
protein menjadi asam amino atau albumin dan polipeptida.
b)
Yeyenum dan Ileum
Yeyenum dan ileum mempunyai panjang ± 6
meter. Sambungan yeyenum dan ileum tidak mempunyai batas yang tegas.
Lekukan-lekukan yeyenum menduduki bagian kiri atas rongga abdomen, sedangkan
ileum cenderung menduduki bagian bawah kanan rongga abdomen dan rongga pelvis.
Ujung bawah ileum berhubungan dengan seikum dengan perantaraan lubang orifisium
ileosekal.
3.
Usus Besar
Usus besar merupakan tabung muscular berongga dengan
panjang sekitar 1,5 meter yang terbentang dari sekum sampai canalis ani.
a)
Sekum
Pada sekum terdapat katup ileosekal dan appendiks yang melekat pada ujung
sekum. Katup ileosekal mengontrol aliran kimus dari ileum ke sekum. Appendiks
sebagai organ pertahanan terhadap infeksi, kadang appendiks bereaksi secara
hebat dan hiperaktif yang bisa menimbulkan perforasi dindingnya kedalam rongga
abdomen.
b)
Kolon
(1)
Kolon ascendens
Panjangnya 13 cm, terletak dibawah abdomen sebelah kanan membujur keatas
dari ileum kebawah hati.
(2)
Kolon Transversum
Panjangnya 38 cm, membujur dari kolon ascendens sampai ke kolon
descendens berada dibawah abdomen
(3)
Kolon Descendens
Panjangnya 25 cm, terletak dibawah abdomen bagian kiri membujur dari atas
ke bawah
(4)
Kolon Sigmoid
Merupakan lanjutan dari kolon descendens terletak miring dalam rongga
pelvis sebelah kiri, ujung bawahnya berhubungan dengan rektum.
c)
Rektum
Terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor dengan
anus.
E.
Anus
Adalah bagian dari saluran pencernaan yang
menghubungkan rectum dari udara luar. Dinding anus diperkuat oleh 3 sfingter :
a)
Sfingter ani internus berada diatas, bekerja tidak
menurut kehendak
b)
Sfingter levator ani, bekerja tidak menurut kehendak
c)
Sfingter ani eksternus berada dibawah, bekerja menurut
kehendak
- Fisiologi
Usus halus mempunyai fungsi utama dalam pencernaan dan
absorpsi bahan-bahan nutrisi dan air. Proses pencernaan dimulai dari mulut dan
lambung oleh kerja ptyalin, asam klorida dan pepsin terhadap makanan yang
masuk. Proses dilanjutkan didalam duodenum terutama oleh kerja enzim-enzim
pancreas yang menghidrolisis karbohidrat, lemak dan protein menjadi zat-zat
yang sederhana. Adanya bikarbonat dalam secret pancreas membantu menetralkan
asam dan memberikan pH optimal untuk kerja enzim-enzim. Sekresi empedu dari
hati membantu proses pencernaan dengan mengemulsikan lemak sehingga memberikan
permukaan yang lebih luas bagi kerja lipase pancreas. Kerja empedu terjadi
sebagai akibat dari sifat detergen asam-asam empedu yang dapat melarutkan
zat-zat lemak. Pergerakan peristaltic usus halus bergerak dengan kecepatan yang
sesuai untuk absorpsi optimal dan suplai continue isi lambung. Selanjutnya sisa
absorpsi dari usus halus dilanjutkan ke usus besar dan berakhir di anus.
Fungsi peritoneum :
1)
Menutupi sebagian dari rongga abdomen dan pelvis
2)
Membentuk pembatas yang halus sehingga organ yang ada
dalam rongga peritoneum tidak saling bergesekan
3)
Menjaga kedudukan dan mempertahankan hubungan organ
terhadap dinding posterior abdomen
4)
Tempat kelenjar limfe dan pembuluh darah yang membantu
melindungi terhadap infeksi
- Etiologi
1.
Peritonitis Primer
a.
Sindrom nefrotik
b.
Sirosis hepatic
2.
Peritonitis Sekunder
a.
Ruftur atau perforasi pada saluran cerna
b.
Terdapatnya sumber infeksi intra peritoneal
3.
Peritonitis karena pemasangan benda saing kedalam
rongga peritonium
Pemasangan kateter pentrikoperitonial, kateter peritoneo-jugular dan
continuous ambulatori peritoneal dialisis
- Tanda dan
Gejala
-
Rasa sakit pada daerah abdomen
-
Dehidrasi
-
Lemas
-
Nyeri tekan pada daerah abdomen
-
Defence musculair
-
Bising usus berkurang atau menghilang
-
Nafas dangkal
-
Tekanan darah menurun
-
Nadi kecil dan cepat
-
Renjatan
-
Berkeringat dingin
-
Pekak hati menghilang
- Patofisiologi
Peritonitis disebabkan oleh kebocoran isi dari organ abdomen
kedalam rongga abdomen biasanya sebagai akibat dari inflamasi, infeksi,
iskemia, trauma, atau perforasi tumor. Reaksi awal peritoneum terhadap invasi
oleh bakteri sehingga terjadi proliferasi bakterial, terjadi edema jaringan,
dan dalam waktu singkat terjadi eksudasi cairan. Cairan dalam rongga peritoneal
menjadi keruh dengan peningkatan jumlah protein, sel darah putih, debris
seluler dan darah. Respon segera dari saluran usus adalah hipermotilitas,
diikuti oleh ileus paralitik, disertai akumulasi udara dan cairan dalam usus.
Perporasi dapat terjadi pada Typus Abdominalis akibat tukak
(ulkus) yang menebal pada cecum dan colon yang menembus lapisan otot atau
daerah yang berongga sehingga dapat menyebabkan memar yang menyebabkan permeabilitas meningkat sehingga
mengakibatkan perdarahan yang berdampak kebocoran pada peritoneum sehingga
terjadilah peritonitis.
Menurut penyebabnya, peritonitis dibagi :
-
Peritonitis Primer
Terjadi tanpa adanya sumber infeksi di rongga peritoneum serta bisanya
terjadi pada anak-anak dengan riwayat sindrom nefrotik dan sirosis hepatic.
Kuman masuk kerongga peritoneum melalui aliran darah atau pada pasien perempuan
melalui alat genital.
-
Peritonitis Sekunder
Terjadi bila bakteri masuk ke rongga peritoneum dalam jumlah yang cukup
banyak dan bisanya dari lumen saluran cerna. Dalam keadaan normal peritoneum
dapat mengatasi masuknya bakteri melalui saluran getah bening diafragma. Akan
tetapi, bila banyak bakteri yang masuk atau secara terus-menerus dapat
menyebabkkan peritonitis, apalagi bila ada rangsangan kimiawi karena masuknya
asam lambung, makanan, tinja, hemoglobin dan jaringan nekrotik atau immunitas
pasien menurun, biasanya terdapat campuran jenis bakteri yang menyebabkan
peritonitis, sering bakteri-bakteri aerob atau anaerob.
-
Peritonitis karena pemasangan benda asing ke dalam
rongga peritoneum
s
Kateter pentrikuloperitoneal
Yang digunakan untuk mengurangi cairan serebrospinalis pada klien dengan
hidrochepalus, sehingga apabila cairan serebrospinalis mengandung bakteri maka
dapat menyebabkan peritonitis.
s
Kateter peritoneo-jugular
Dipasang untuk mengurangi asites. Daerah yang terpasang kateter ini
sering mengalami infeksi yang disebabkan oleh stapillococcus aureus
s
Continuous ambulatory peritonial dialysis
Infeksi disebabkan karena kontaminasi cairan dialysis atau kateter,
infeksi ini biasanya disebabkan oleh stapillococcus aureus dan kadang-kadang
juga disebabkan oleh bakteri gram negatif, bakteri anaerob atau jamur.
- Manajemen
Medik
1.
Peritonitis primer
s
Antibiotic
s
Pembedahan
2.
Peritonitis sekunder
s
Transfusi darah (plasma atau whole blood dan
albumin)
s
Cairan parenteral (RL, Dextrose 5% atau NaCl
0,9%)
s
Kortikosteroid, misalnya : metil prednisone 30
mg/ kg bb/ hari (apabila terdapat renjatan)
s
Pemberian oksigen jika hypoxia
s
Pemasangan pipa nasogastrik tube untuk
dekompresi
s
Pemberian analgetik dan sedatif
s
Pembedahan
s
Antibiotic intra perineal (missal 100 cc – 200
cc Canamisin 0,5 %)
s
Antibiotic parenteral dan atau oral
3.
Peritonitis karena pemasangan benda asing kedalam
rongga peritoneum
s
Pemberian antibiotic spectrum luas
s
Pencabutan atau reposisi kateter
- Evaluasi
Diagnostik
Leukositosis, hemoglobin dan hematokrit mungkin rendah bila
terjadi kehilangan darah. elektrolit serum dapat menunjukkan perubahan kadar
Kalium, Natrium dan Clorida.
Sinar X dada dapat menunjukkan udara dan kadar cairan serta
lengkung usus yang terdistensi, pemindaian CT abdomen dapat menunjukkan
pembentukkan abses. Aspirasi peritoneal dan pemeriksaan kultur serta
sensitifitas cairan teraspirasi dapat menunjukkan infeksi dan mengidentifikasi
organisme penyebab.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
Menurut Wolf dan Weitzel bahwa proses keperawatan
adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan, merencanakan dan
melaksanakan pelayanan keperawatan dalam rangka membantu klien untuk mencapai
dan memelihara kesehatannya seoptimal mungkin. Tindakan keperawatan tersebut
dilaksanakan berurutan, terus-menerus, saling berkaitan dan dinamis (Nursalam,
2001:2)
Proses keperawatan harus saling berkeseninambungan dan
berkaitan satu sama lainnya dari pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien
(Nursalam, 2001:17)
A.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan proses yang berisikan status kesehatan klien,
kemampuan klien untuk mengelola kesehatan dan perawatannya juga hasil
konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya (Nursalam, 2001:17)
1.
Identitas
a.
Identitas Klien
Meliputi pengkajian nama, umur, jenis kelmain, agama, pendidikan,
pekerjaan, suku/ bangsa, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, no. medrec,
diagnosa medis, alamat klien.
b.
Identitas Penanggungjawab
Meliputi pengkajian nama, umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan
klien dan alamat.
2.
Riwayat Kesehatan
a.
Keluhan Utama
Merupakan keluhan klien saat dilakukan pengkajian
b.
Riwayat Kesehatan Sekarang
Mengungkapkan keluhan yang paling sering dirasakan oleh klien saat
pengkajian dengan menggunakan metode PQRST. metode ini meliputi hal-hal :
P :
Provokatif / paliatif, yaitu apa yang membuat terjadinya timbulnya
keluhan, hal-hal apa yang memperingan dan memperberat keadaan atau keluhan
klien tersebut yang dikemabangkan dari keluhan utama.
Q : Quality/ Quantity, seberapa berat keluhan terasa,
bagaimana rasanya, berapa sering terjadinya
R
: Regional/ Radiasi, lokasi keluhan tersebut dirasakan atau ditemukan, apakah
juga penyebaran ke area lain, daerah atau area penyebarannya.
S : Severity
of Scale, intensitas keluhan dinyatakan
dengan keluhan ringan, sedang, dan berat.
T : Timing, kapan keluhan mulai ditemukan atau
dirasakan, berapa sering dirasakan atau terjadi, apakah secara bertahap, apakah
keluhan berulang-ulang, bila berulang dalam selang waktu berawal lama hal itu
untuk menetukan waktu dan durasi.
c.
Riwayat Kesehatan Dahulu
Menggambarkan penyakit yang pernah diderita maupun yang sedang diderita
dan riwayat pengobatannya.
d.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Bertujuan untuk mengetahui adanya riwayat penyakit yang dapat diturunkan
dan bagaiman perawatannya. Selain itu dikaji adanya anggota keluarga yang
mengidap penyakit jantung, stroke, dan infeksi serta penyakit menular.
3.
Pemerikasaan Fisik
a.
Sistem Pernapasan
Kaji adanya pernapasan cepat dan dangkal
b.
Sistem Kardiovaskuler
Kaji adanya takhikardia, hipotensi, leukositosis
c.
Sistem Pencernaan
Kaji adanya abdomen yang buncit, mengkilap, kemerahan sekitar umbilikus
serta edema yang biasanya terlihat didaerah punggung dan genetalia. Bising usus
melemah atau menghilang. Nyeri dan kekakuan pada abdomen, anorexia, tidak bisa
BAB dan flatus, emesis fecal. Pada foto polos abdomen didapatkan gambaran udara
kabur dan tidak merata serta penebalan dinding usus.
d.
Sistem Endokrin
Pada sistem ini tidak ada gangguan spesifik yang menyertai peritonitis,
kaji adanya pembesaran kelenjar tiroid dan paratiroid.
e.
Sistem Genitourinaria
Biasanya pasien dengan peritonitis post LE akan mengalami oliguri
f.
Sistem Muskuloskeletal
Pada sistem ini tidak ada gangguan spesifik yang menyertai peritonitis.
Kaji ROM, kekuatan otot, dan refleks
g.
Sistem Integumen
Pada sistem ini tidak ada gangguan spesifik yang menyertai peritonitis. Kaji adanya penurunan turgor kulit dan
peningkatan suhu tubuh
h.
Sistem Persarafan
Kaji fungsi serebral dan kranial klien
4.
Pola Aktivitas Sehari-hari
Mengungkapkan pola aktivitas klien sebelum sakit dan sesudah sakit. Yang
meliputi nutrisi, eliminasi, personal hygene, istirahat tidur, aktivitas dan gaya hidup.
5.
Data Psikologis
Perlu dikaji tentang tanggapan klien terhadap penyakitnya apakah ada
perasaan khawatir, cemas, takut, konsep diri menurun atau body image menurun
serta ketidakmampuan koping
6.
Data Sosial
Perlu dikaji tentang keyakinan
klien tentang kesembuhannya dihubungkan dengan agama yang dianut klien
dan bagaimana persepsi klien terhadap penyakitnya, bagaiman aktifitas klien
selama menjalani perawatan di rumah sakit dan siapa yang menjadi pendorong atau
pemberi motivasi untuk kesembuhan.
7.
Data Spiritual
Perlu dikaji tentang persepsi klien terhadap dirinya sehubungan dengan
kondisi sekitarnya, hubungan klien dengan perawat, dokter dan tim kesehatan
lainnya. Biasanya klien akan ikut serta dalam aktifitas sosial atau menarik
diri dari interaksi sosial terutama jika sudah terjadi komplikasi fisik seperti
anemia, ulkus, gangren dan gangguan penglihatan.
B.
Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan mengaitkan data dan menghubungkan data
tersebut dengan konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan
dan menentukan masalah kesehatan dan keperawatan klien (Nursalam,2001:24)
C.
Daftar Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan mengenai masalah klien baik
aktual maupun potensial yang didapat dari status kesehatan klien (Erb,
Olivieri, Kozier,1991:169)
Diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan
peritonitis adalah :
1.
Risiko infeksi b.d. Tidak adekuatnya pertahanan primer,
tidak adekuat pertahanan sekunder, prosedur invasif
2.
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b.d.
Perpindahan cairan dari ekstravaskuler, intravaskuler, area interstisial dan
usus ke area peritoneal, anorexia, demam dan pembatasan masukan cairan
3.
Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d. Akumulasi cairan
dalam rongga abdomen, trauma jaringan, iritasi kimia peritoneum perifer
4.
Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan b.d. Disfungsi
usus, abnormalitas metabolic, peningkatan kebutuhan metabolic, mual muntah
5.
Gangguan rasa aman : cemas b.d. Krisis situasi,
perubahan status kesehatan, faktor fisiologis, status hipermetabolik
6.
Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan
pengobatan b.d. Kurangnya informasi
2. Perencanaan
Perencanaan (intervensi) merupakan suatu rangkaian tahapan
dimana perawat dank lien menetapkan prioritas, menetapkan tujuan yang ingin
dicapai dan merencanakan serangkaian rencana keperawatan guna menyelesaikan
atau mengurangi masalah-masalah kesehatan klie serta mempersiapkan kerjasama
dengan tim kesehatan lainnya. (Erb, Olivieri, Kozier, 1991:169)
Adapun perencanaan yang dibuat untuk klien dengan peritonitis
adalah :
DP I : Risiko
infeksi b.d. tidak adekuatnya pertahanan primer, tidak adekuat pertahanan
sekunder, prosedur invasif
Tujuan : tidak
terjadi infeksi
Kriteria
Evaluasi : proses penyembuhan luka tepat pada waktunya, bebas drainage
purulen atau eritema ; tidak demam
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Catat faktor risiko individu, contoh : trauma
abdomen, appendicitis akut, dialisa peritonial
2.
Kaji tanda-tanda vital, catat tidak membaiknya atau
berlanjutnya hipotensi, penurunan tekanan nadi, takhikardia, demam, takipnea
3.
Catat perubahan status mental : bingung, pingsan
4.
Catat warna kulit, suhu, kelembaban
5.
Awasi haluaran urin
6.
Pertahankan teknik aseptic ketat pada perawatan drain
abdomen, luka insisi dan sisi invasif. Bersihkan dengan bethadin atau larutan
lain yang tepat
7.
Observasi drainage pada luka/ drain
8.
Pertahankan teknik steril bila pasien dipasang
kateter, dan berikan perawatan kateter/ kebersihan perineal rutin
9.
Batasi pengunjung dan staf sesuai kebutuhan. Berikan
perlindungan isolasi bila diindikasikan
10. Kolaborasi
pemberian antimicrobial contoh : gentamicin (garamycin); amikasin (amikin);
klindamicin (cleocin); lapase peritoneal/ IV
|
1.
Mempengaruhi pilihan intervensi
2.
Tanda adanya syok septic, endotoksin sirkulasi menyebabkan
vasodilatasi, kehilangan cairan dari sirkulasi dan rendahnya status curah
jantung
3.
Hipoxsemia, hipotensi dan asidosis dapat menyebabkan
penyimpangan status mental
4.
Hangat, kemerahan, kulit kering adalah tanda dini
septicemia. Selanjutnya manifestasi termasuk dingin, kulit pucat lembab dan
sianosis sebagai tanda syok
5.
Oliguria terjadi akibat penurunan perfusi ginjal,
toksin dalam sirkulasi mempengaruhi antibiotic
6.
Mencegah meluas dan membatasi penyebaran organisme
infektif/ kontaminasi silang
7.
Memberikan informasi tentang satatus infeksi
8.
Mencegah penyebaran, membatasi pertumbuhan bakteri
pada traktus urinarius
9.
Menurunkan risiko terpajan/ menambah infeksi sekunder
pada pasien yang emngalami tekanan immune
10. Terapi
ditujukan pada bakteri anaerob dan basil aerob gram negative. Lapase dapat
digunakan untuk emmbuang jaringan nekrotik dan mengobati inflamasi yang
terklokalisasi/ menyebar dengan buruk
|
DP II : Gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit b.d. Perpindahan cairan dari ekstravaskuler,
intravaskuler, area interstisial dan usus ke area peritoneal, anorexia, demam
dan pembatasan masukan cairan
Tujuan :
cairan dan elektrolit dalam batas normal
Kriteria
Evaluasi : haluaran urin adekuat dengan berat jenis normal, tanda-tanda
vital stabil, membrane mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler
meningkat, berat badan dalam rentang normal
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Pantau tanda-tanda vital, catat adanya hipotensi,
takhikardia, takipnea, demam. Ukur CVP bila ada
2.
Pertahankan masukan dan haluaran yang akurat dan
hubungkan dengan berat badan harian. Termasuk pengukuran/ perkiraan
kehilangan contoh : penghisapan gaster, drain, balutan, hemovact, keringat,
lingkar abdomen
3.
Ukur berat jenis urin
4.
Observasi kulit, membrane mukosa untuk kekeringan,
turgor. Catat edema perifer/ sacral
5.
Hilangkan tanda bahaya/ bau dari lingkungan.
6.
Ubah posisi dengan sering, berikan perawatan kulit
dengan sering, dan pertahankan tempat tidur kering dan bebas lipatan
7.
Kaji ulang pemerikasaan laboratorium : Hb, Ht,
elektrolit, protein, albumin, BUN, kreatinin
8.
Pertahankan puasa dengan aspirasi nasogastrik/
intestinal
9.
Kolaborasi pemberian plasma/ darah, cairan,
elektrolit, diuretic sesuai indikadi
|
1.
Membantu dalam evaluasi derajat defisit cairan/
keefektifan penggantian terapi cairan dan respon terhadap pengobatan
2.
Menunjukkan status hidrasi keseluruhan. Keluaran urin
mungkin menurun pada hipovolemia dan penurunan perfusi ginjal, tetapi berat
badan masih berlaku, menunjukkan edema jaringan/ asites. Kehilangan dari
penghisapan gaster mungkin besar, dan banyaknya cairan tertampung pada usus
dan area peritoneal (asites)
3.
Menunjukkan satatus hidrasi dan perubahan pada fungsi
ginjal
4.
Hipovolemia, perpindahan cairan, dan kekurangan
nutrisi memperburuk turgor kulit, menambah edema jaringan
5.
Menurunkan rangsangan pada gaster dan respon muntah
6.
Jaringan edema dan adanya gangguan sirkulasi
cenderung merusak kulit
7.
Memberikan informasi tentang hidrasi, fungsi organ.
Berbagai gangguan dengan konsekuensi tertentu pada fungsi siastemik mungkin
sebagai akibat dari perpindahan cairan, hi[povolemia, hypoxemia, toxin dalam
sirkulasi dan produk jaringan nekrotik
8.
Menurunkan hiperaktivitas usus dan kehilangan dari
diare
9.
Mengisi, mempertahankan volume sirkulasi dan
keseimbangan elektrolit. Koloid (plasma, darah) membantu menggerakkan air
kedalam area intarvaskuler dengan meningkaktkan tekanan osmotic. Diuretic
mungkimn digunakan untuk emmbnatu penmgeluaran toxin dan meningkatkan dfungsi
ginjal
|
DP III : Gangguan
rasa nyaman : nyeri b.d. Akumulasi cairan dalam rongga abdomen, trauma
jaringan, iritasi kimia peritoneum perifer
Tujuan :
Rasa nyaman klien terpenuhi
Kriteria
Evaluasi : nyeri hilang/ terkontrol, skala nyeri berkurang, klien dapat
menggunakan keteram,pilan relaksasi
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Kaji respon nyeri, catat lokasi, lama, intensitas
(0-5) dan karakteristiknya (dangkal, tajam, konstan)
2.
Perrtahankan posisi semifowler sesuai indikasi
3.
Berikan tindakan kenyamanan, contoh : pijatan
punggung, nafas dalam, latihan relaksasi/ visualisasi
4.
Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi :
analgesic, narkotik
|
1.
Perubahan dalam lokasi/ intensitas tidak umum tetapi
dapat menunjukkan terjadinya komplikasi. Nyeri cenderung menjadi konstan,
lebih hebat, dan menyebat keatas; nyeri dapat local jika tyerjadi abses
2.
Memudahkan drainage cairan/ luka karena gravitasi dan
m,em,bantu meniminalkan nyeri kaarena gerakann
3.
Meningkatkan relaksasi dan mungkin meningkatkan
kemampuan koping pasien
4.
Menurunkan laju metabolic dan iritasi usu karena
toksin sirkulasi/ local, yang membantu menghilangkan nyeri dan meningkatkan
penyembuhan
|
DP IV : Risiko
nutrisi kurang dari kebutuhan b.d. Disfungsi usus, abnormalitas metabolic,
peningkatan kebutuhan metabolic, mual muntah
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria
Evaluasi : porsi makan habis, berat badan tetap atau naik
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Catat adanya muntah/ diare
2.
Auskultasi bising usus
3.
Ukur lingkar abdomen
4.
Timbang berat badan dengan teratur
5.
Kaji abdomen terhadap adanya bising usus normal dan
kelancaran flatus
6.
Kolaborasi dalam pemberian diet sesuai toleransi,
contoh cairan jernih sampai lembut
|
1.
Muntah dan diare diduga adanya obstruksi usus dan
memerlukan evaluasi lebih lanjut
2.
Inflamasi usus dapat menyertai hiperaktivitas usus,
penurunan absorpsi air dan diare
3.
Memberikan bukti kuantitas perubahan gaster/ usus
dan/ atau akumulasi asites
4.
Kehilangan / peningkatan dini menunjukkan perubahan
hidrasi tetapi kehilangan lanjut diduga ada deficit nutrisi
5.
Menunjukkan kembalinya fungsi usus ke normal dan
kemampuan untuk memulai masukan per oral
6.
Kemajuan diet yang hati-hati saat masukan nutrisis
dimulai lagi menurunkan resiko iritasi gaster
|
DP V : Gangguan rasa aman : cemas b.d.
Krisis situasi, perubahan status kesehatan, faktor fisiologis, status
hipermetabolik
Tujuan : rasa aman klien terpenuhi
Kriteria Evaluasi : klien tampak
rileks, cemas berkurang,
Intervensi
|
Rasional
|
1. Evaluasi tingkat ansietas/cemas, catat respon
verbal dan non verbal pasien. Dorong ekspresi bebasakan emosi
2. Berikan informasi tentang penyakit dan
antisipasi tindakan
3. Jadwalkan istirahat adekuat
|
|
DP VI : Kurang
pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan pengobatan b.d. Kurangnya informasi
Tujuan : pengetahuan klien bertambah
Kriteria
Evaluasi : klien menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan, klien
mengidentifikasi hubungan, tanda/ gejala dengan proses penyakit dan
menghubungkan gejala dengan factor penyebab
Intervensi
|
Rasional
|
|
|
3. Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan
untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana
tindakan disusun untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan
dari implementasi adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah
titetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dan
pemulihan kesehatan. (Erb, Olivieri, Kozier, 1991 : 169)
4. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi
proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana
tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Meskipun tahap evaluasi
diletakkan pada akhir proses keperawatan, evaluasi merupakan bagian integral
pada setiap tahap proses keperawatan. Pengumpulan data perlu direvisi untuk
menentukan apakah informasi yang telah dikumpulkan sudah mencukupi dan apakah
perilaku yang diobservasi sudah sesuai. Diagnosa juga perlu dievaluasi dalam
hal keakuratan dan kelengkapannya. Tujuan dan intervensi dievaluasi untuk
menentukan apakah tujuan tersebut dapat dicapai secara efektif atau tidak.
(Erb, Olivieri, Kozier, 1991 : 169)
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
A. Pengumpulan Data
1. Identitas
a. Identitas Klien
Nama :
Tn. C
Umur :
24 tahun
Jenis Kelamin :
Laki-laki
Agama :
Islam
Status Marital :
Menikah
Pendidikan :
SMU
Pekerjaan :
Swasta
Suku/ Bangsa :
Sunda / Indonesia
Tanggal Masuk RS : 01 April 2005
Tanggal Pengkajian : 07 April 2005
No. Medrec :
05021119
Diagnosa Medis : Post Anastomosis end to end Ileochecal a/i
Post Laparatomi Eksplorasi + Ileostomy Mucosfistel e.c Peritonitis Difuse e.c.
Perforasi Ileus e.c. Thypoid Perporasi
Alamat : Kampung Kraja RT 12 RW 06 Kel. Salamjaya Kec/Kab Pondok
Salam Purwakerta.
b. Identitas Penanggungjawab
Nama :
Ny. S
Umur :
23 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama :
Islam
Pendidikan :
SMU
Pekerjaan :
Karyawan Swasta
Suku/ Bangsa :
Sunda / Indonesia
Hubungan Dengan Klien : Istri
Alamat : Kampung Kraja RT 12 RW 06 Kel.
Salamjaya Kec/Kab Pondok Salam Purwakerta.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri pada daerah luka post operasi
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Kurang lebih 3 bulan sebelum masuk RS, klien mengalami
panas badan yang terus menerus dirasakan meningkatdan disertai sulit BAB. Klien
kemudian berobat ke RS Purwakerta yang kemudian langsung di rujuk ke RSHS
Bandung dan pada bulan Desember 2004dilakukan tindakan operasi laparatomi
eksplorasi dan ileustomy. Selama bulan Desember sampai Maret 2005, klien selalu
kontrol ke Poliklinik RSHS setiap satu bulan sekali. Klien mengatakan bahwa
dokter akan melakukan penutupan kembali ileostomy setelah 3 bulan kemudian dari
Desember 2004. pada tanggal 6
April 2005 , klien dilakukan tindakan operasi anastomosis
end to end ileochecal di RS. Hasan Sadikin Bandung .
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 7 April 2005 , klien post
operasi hari ke-1, klien mengeluh nyeri pada daerah luka operasi. Nyeri
dirasakan bertambah bila klien bergerak/ beraktivitas dan pada saat diganti
balutan serta pada saat perut klien dipalpasi. Nyeri berkurang bila klien
beristirahat dengan posisi tidur terlentang. Nyeri dirasakan seperti diiris-iris
dan klien tampak meringis. Nyeri dirasakan pada daerah luka operasi dan nyeri menyebar pada daerah sekitar luka. Skala nyeri
3 dari skala 0-5.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Kurang lebih 6 bulan yang lalu klien sakit thypoid
dengan panas yang tinggi, lalu klien sembuh. Kemudian setelah 3 bulan kambuh
lagi hingga klien dilakukan tindakan operasi yang dilakukan di RS Hasan Sadikin
Bandung . Klien menyangkal
memiliki penyakit hipertensi, DM, Asma atau penyakit menular seperti Hepatitis
atau TBC.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang
memiliki penyakit seperti klien. Klien juga mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak
ada yang memiliki penyakit hipertensi ataupun DM, dan juga dalam keluarganya
tidak ada yang yang mempunyai penyakit menular seperti TBC, Hepatitis.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem Pernapasan
Bentuk hidung simetris, tidak sianosis, tidak ada
pernapasan cuping hidung, tidak terdapt sekret, mukosa hidung lembab dan
berwarna merah muda, terdapat bulu hidung, patensi nares kanan kuat, tidak
terdapat clubbing finger. Pada hidung sebelah kiri terpasang NGT. Tidak
terdapat nyeri tekan sinus. Bentuk dan pergerakan dada simetris, tidak terdapat
retraksi interkosta, vertebrate lurus, tidak terdapat massa dan tidak ada nyeri
tekan, vokal premitus kanan dan kiri sama getarannya, pengembangan paru saat
bernapas simetris, pada perkusi suara paru resonan, suara paru terdengar
vesikuler di semua area paru. Respirasi 20 x/ menit.
b. Sistem Kardiovaskuler
Konjungtiva pucat, tidak ada peningkatan JVP, tidak terdapat
pembesaran kelenjar getah bening,
tidak ada oedema kelopak mata. Pada perkusi terdengar dullness dan apeks
berada pada ICS 5 dan basis berada pada ICS 2. Tidak ada iktus kordis. Bunyi
jantung S1 dan S2 murni reguler. CRT kurang dari 3 detik, akral teraba hangat.
Tekanan darah 90/60 mmHg. Nadi 84 x/ menit.
c. Sistem Pencernaan
Sklera putih, bibir kering, warna bibir merah muda,
tidak ada luka pada daerah bibir, bentuk bibir simetris, gigi klien lengkap 32,
gigi putih, tidak terdapat caries dan tida terdapat gigi bolong. Klien
terpasang NGT, cairan yang keluar berwarna bening dan sedikit lendir berwarna
coklat, klien masih puasa post operasi lalu dilakukan test feeding dan hasilnya
(+). Abdomen datar lembut, klien sering flatus, terdapat luka laparatomi kearah
horizontal ±
10 cm dengan keadaan luka masih basah dan terdapat rembesan darah, bising usus
8 x/ menit, tidak ada bruit aorta, suara perkusi area lambung tympani, klien
mengatakan mual dan muntah sudah 3 kali. Klien mengeluh terasa nyeri saat
perutnya dipalpasi ±
2 cm pada sekitar luka. Pada kuadran bawah kanan terdapat luka bekas drain. Tidak terdapat pembengkakan dan nyeri tekan
pada hepar dan lien.
d. Sistem Endokrin
Tidak terdapat pembesaran kelenjar thyroid dan
parathyroid, klien tidak mempunyai riwayat penyakit DM.
e. Sistem Genitourinaria
Klien terpasang dower kateter, genetalia bersih, tidak
terdapat pembengkakan dan nyeri tekan pada ginjal, pada saat palpasi daerah
vesika urinari tidak kembung.
f. Sistem Integumen
Kulit klien berwarna putih, lembab, turgor kembali
cepat (< 3 detik), kulit kepala bersih, rambut berwarna hitam, distribusi
merata, kuku pendek dan bersih. Kulit tubuh tidak lengket, klien sudah di seka
oleh istrinya.. Klien mengatakan badannya terasa panas, suhu 37,5 0C.
g. Sistem Muskuloskeletal
s
Ekstrimitas atas


s
Ekstrimitas bawah
Ekstrimitas kanan dan kiri simetris, tidak ada edema,
ROM maksimal, pergerakan kaki terkontrol, tidak terdapat nyeri tekan, klien
dapat merasakan sensasi tajam, tumpul, panas dan dingin, refleks patela +/+, refleks
archiless dan refleks babinski tidak dikaji, kekuatan otot :


h. Sistem Persarafan
Kesadaran kompos mentis dengan GCS 15 (E4M6V5).
Orientasi terhadap waktu dan tempat baik.
Tes Fungsi Kranial
a)
Nervus Olfaktorius
Klien dapat membedakan bau minyak kayu putih dan alkohol
b)
Nervus Optikus
Klien dapat membaca papan nama perawat pada jarak 30 cm.
c)
Nervus Okulomotorius, Trochlearis, Abdusen
Koordinasi gerak mata simetris,
klien dapat melihat ke segala arah
d)
Nervus Trigeminus
Klien
dapat merasakan usapan kapas pada dahi, pipi dan mandibula sambil matanya
ditutup. Teraba kontraksi otot masseter pada saat klien mengunyah.
e)
Nervus Fasialis
Klien
dapat mengangkat alis secara simetris, dapat tersenyum dengan bibir simetris. Klien
dapat membedakan rasa
manis, asin dan asam pada saat makan.
f)
Nervus Akustikus
Klien dapat mendengar dengan baik, terbukti klien dapat menjawab dengan
benar semua pertanyaan yang diajukan perawat tanpa harus di ulang lagi.
g)
Nervus Glosofaringeus dan Vagus
Klien dapat menelan namun terasa sedikit nyeri karena terdapat NGT, uvula
bergetar saat klien menyebut “ah”.
h)
Nervus Assesorius
Klien dapat menggerakkan lehernya. Klien dapat mengangkat bahunya
i)
Nervus Hipoglosus
Klien
dapat menjulurkan lidahnya secara simetris dan dapat menggerakannya ke atas dan
ke bawah, samping kiri dan kanan secara simetris, dan pergerakannya
terkontrol
4. Pola Aktivitas Sehari-hari
No
|
Jenis aktivitas
|
Di Rumah
|
Di Rumah Sakit
|
1.
|
Nutrisi
A. Makan
·
Jenis
·
Frekuensi
·
Porsi
·
Keluhan
B. Minum
·
Jenis
·
Jumlah (cc/ hari)
·
Keluhan
|
Nasi, lauk-pauk, sayuran kadang
buah-buahan
3 x / hari
1 porsi penuh
Tidak ada masalah
Air putih, air teh, kopi
7-8 gelas/ hari (1400-1600 cc)
Tidak ada masalah
|
Pada saat dilakukan pengkajian, klien sedang dilakukan test
feeding per oral 1 sendok makan/ jam
Klien mengatakan mual dan muntah setelah diberikan obat
Air putih
Air putih 1 sendok/ jam
Tidak ada masalah
|
2.
|
Eliminasi
A. BAK
·
Frekuensi
·
Warna
·
Keluhan
B. BAB
·
Frekuensi
·
Warna
·
Konsistensi
·
Keluhan
|
4 – 6 x / hari
kuning jernih
Tidak ada masalah
1–
2 x / hari
kuning
lembek
Tidak ada keluhan
|
Terpasang dower kateter dan saat dikaji dalam urinari bag
terdapat 700 cc urine
Klien mengatakan setelah operasi belum BAB
|
3.
|
Istirahat Tidur
A. Siang
·
Jam
·
Keluhan
B. Malam
·
Jam
·
Waktu Terjaga
·
Keluhan
|
Jarang tidur siang
-
22.00 - 05.00 WIB
-
Tidak ada masalah
|
Tidak tentu, 2-3 jam
Tidak ada keluhan
21.00 – 04.00 WIB
-
Tidak ada masalah
|
4.
|
Personal Hygiene
A. Mandi
B. Keramas
C. Gosok Gigi
|
2 x / hari, mandi guyur pakai sabun
Setiap hari dikeramas
3 x / hari dengan pasta gigi
|
Sehari 2 x di seka oleh istrinya
Belum pernah
Sehari
1 x
|
5.
|
Aktivitas
|
Klien bekerja dan beraktivitas sehari-hari secara mandiri
|
Klien dalam tahap mobilisasi dan
klien belum bisa turun dari tempat tidur karena masih nyeri, aktivitas klien
dibantu oleh keluarga
|
5. Data Psikologis
a. Status Emosi
Saat dikaji emosi klien
tampak stabil, ekspresi wajah klien sesuai dengan apa yang dibicarakannya
b. Pola Koping
Bila ada masalah, klien akan menceritakan pada istrinya dan berupaya
untuk menyelesaikan masalah tersebut.
c. Pola Komunikasi
Klien mampu berkomunikasi secara verbal dan non-verbal dengan baik.
d. Konsep Diri
1) Gambaran Diri
Klien menerima keadaan
kondisi fisiknya sekarang, klien mengatakan tidak ada yang istimewa pada
anggota tubuhnya dan klien menyenangi semua anggota tubuhnya.
2) Identitas Diri
Klien mengatakan bahwa dirinya adalah seorang suami yang belum mempunyai
anak.
3) Peran
Klien sebagai seorang suami bekerja sebagai karyawan swasta dan berusaha
untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Namun semenjak sakit klien tidak bekerja
lagi sehingga istrinya yang bekerja. Semenjak sakit klien merasa tidak bisa
menjalankan peran seutuhnya sebagai kepala rumah tangga.
4) Ideal Diri
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan kembali bekerja seperti waktu
masih sehat.
5) Harga Diri
Klien mengatakan tidak merasa malu dengan keadaannya dan keluarganya
tetap menyayangi dan menghargai klien.
6. Data Sosial
Pendidikan terakhir klien SMU, klien adalah seorang karyawan
swasta dan menyukai pekerjaannya. Hubungan klien dengan keluarga baik terbukti
dengan adanya keluarga klien yang menunggunya, hubungan klien dengan tenaga
kesehatan baik ditandai klien terlihat kooperatif pada saat dilakukan tindakan,
klien mengatakan orang yang paling berpengaruh dalam hidupnya adalah istrinya,
klien tampak lemah.
7. Data Spiritual
Klien seorang muslim. Klien selalu berdo’a untuk
kesembuhannya, klien yakin bahwa penyakitnya sekarang adalah sebagai cobaan
dari Allah SWT..
8. Data Penunjang
a. Laboratorium
Jenis pemeriksaan
|
Hasil
|
Nilai Normal
|
HEMATOLOGI
Sysmex
1.
Hemoglobin
2.
Leukosit
3.
Hematokrit
4.
Trombosit
|
12,3
27.500
36
264.000
|
13–18 gr / dl
3,8–10,6 ribu
mm3
40–52 %
150–440 ribu
mm3
|
b. Therapy
·
Cefriaxon 1 x 1 IV
·
Pronalges 2 x 1 ampul IV
·
Rantin 2 x 1 ampul
B. Analisa Data
No
|
Data
|
Kemungkinan Penyebab & Dampak
|
Masalah
|
1.
|
DS :
–
Klien mengatakan nyeri pada luka post operasi
–
Klien mengatakan nyeri akan dirasakan bertambah bila
klien bergerak/ beraktivitas, dan pada saat diganti balutan dan dipalpasi
–
Klien mengatakan luka seperti diiris-iris
DO :
–
Terdapat luka post operasi anastomosis hari ke-1
–
Skala nyeri 3 (0-5)
–
Klien meringis saat diganti balutan dan dipalpasi
pada daerah abdomen
–
Tanda vital :
TD : 90 / 60 mmHg
N : 84 x / menit S : 37,50C R : 20 x / menit |
Luka
post op anastomosis end to end
¯
Terputusnya kontinuitas
jaringan
¯
Spasme otot visceral abdomen
¯
merangsang
pelepasan substansi bradikinin, histamine, serotonin, dan prostaglandin
¯
Merangsang
nosi reseptor
¯
dihantarkan
oleh serabut saraf delta A dan C dorsal cord (medulla spinalis)
¯
Substansia
gelatinosa
¯
dihantarkan
ke traktus spinotalamikus
¯
Medulla
oblongata
¯
Thalamus
¯
Cortex
cerebri
¯
Nyeri
dipersepsikan
|
Gangguan rasa nyaman : nyeri
|
2.
|
DS : -
DO :
-
Terdapat luka post anastomosis horizontal ± 10
cm
-
Terdapat luka bekas drain di kuadran kanan bawah
-
Leukosit 27.500/ mm3
-
Hb : 12,3 gr/dl
-
Suhu 37,50C
-
Terpasang dower kateter
|
Terdapat
luka post op anastomosis
¯
Terputusnya
kontinuitas jaringan
¯
Pertahanan tubuh menurun
¯
Port
the entry mikroorganisme
¯
Invasi
bakteri / mikroorganisme kedalam tubuh
¯
infeksi
|
Risiko infeksi
|
3.
|
DS :
-
Istri klien mengatakan klien muntah sudah 3 kali
-
Klien mengatakan suka mual setelah obat masuk melalui
infusan
DO :
-
Klien tampak lemah
-
Terpasang infus Dextros 5 % 15 gtt/ menit
-
Mata tidak cekung
-
Turgor kembali dengan cepat (< 3 detik)
-
Klien sedang dilakukan test feeding 1 sendok/ jam
|
Prosedur
pembedahan e/c peritonitis difuse hari ke-1
¯
Manipulasi
dan kondisi usus yang kurang baik
¯
Belum
siapnya organ cerna bagian dalam menyebabkan pembatasan nutrisi
¯
Merangsang
N.
Vagus
¯
Mual,
muntah
¯
Cairan
dan elektrolit kurang
|
Risiko gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit : kurang dari kebutuhan
|
4.
|
DS :
-
Klien mengatakan selama klien sakit klien tidak
bekerja lagi
-
Klien mengatakan tidak dapat menjalankan seutuhnya
peran sebagai kepala keluarga
DO :
-
Klien menderita peritonitis difuse
-
Klien sejak sakit tidak bekerja lagi
-
Istrinya bekerja sebagai karyawan swasta
|
Klien menderita peritonitis
difuse
¯
Klien sejak sakit tidak bekerja
¯
Klien tidak dapat memenuhi
kewajibannya memberikan nafkah untuk keluarganya
¯
Klien tidak dapat berperan
seutuhnya sebagai kepala keluarga
|
Gangguan konsep diri : peran
|
C. Daftar Diagnosa Keperawatan
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tanggal Ditemukan
|
Tanggal Terpecahkan
|
Paraf
|
1.
2.
3.
4.
|
Gangguan rasa
nyaman : nyeri b.d. post op anastomosis end to end
Risiko
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit : kurang dari kebutuhan b.d. mual
dan muntah
Risiko infeksi
b.d. luka post post op anastomosis end to end yang belum sembuh
Gangguan konsep diri : peran berhubungan dengan tidak dapat berperan
seutuhnya sebagai kepala keluarga
|
|
|
|
II. PERENCANAAN
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d.
post op anastomosis end to end, ditandai dengan :
DS :
–
Klien mengatakan nyeri pada luka post operasi
–
Klien mengatakan nyeri akan dirasakan bertambah bila klien bergerak/
beraktivitas, dan pada saat diganti balutan dan dipalpasi
–
Klien mengatakan luka seperti diiris-iris
DO :
–
Terdapat luka post operasi anastomosis hari ke-1
–
Skala nyeri 3 (0-5)
–
Klien meringis saat diganti balutan dan dipalpasi pada daerah abdomen
–
Tanda-tanda vital :
TD :
90/60 mmHg
N : 84 x/menit
S : 37,50C
R : 20 x / menit
|
Tupan :
Rasa nyaman klien terpenuhi
Tupen :
Setelah dilakukan perawatan selama
2 hari, nyeri berkurang dengan kriteria evaluasi:
- Klien mengatakan nyeri berkurang
- Klien mampu melakukan teknik
distraksi dan relaksasi
- Klien tampak tenang
- Skala nyeri berkurang menjadi 1
- Tanda-tanda vital dalam batas
normal :
s TD : 120/ 90 mmhg
s N : 60 – 100 x / menit
s RR : 12 – 20 x / menit
s S : 36,5 – 37,5 0C
|
1. Kaji tanda-tanda vital setiap jam
2. Atur posisi klien senyaman mungkin
3. Tenangkan klien bahwa perawat
mengetahui nyeri yang dirasakan klien adalah nyata dan perawat akan membantu
klien mengurangi nyeri tersebut
4. Kaji respon perilaku klien terhadap
nyeri dan pengalaman nyeri
5. Berikan dorongan penggunaan
strategi pereda nyeri yang telah klien terapkan dengan berhasil pada
pengalaman nyeri sebelumnya
6. Lakukan setiap tindakan secara
perlahan
7. Berikan tindakan kenyamanan, contoh
: pijatan punggung, nafas dalam, latihan relaksasi/ visualisasi
8. Kaji respon nyeri, catat lokasi,
lama, intensitas (0-5) dan karakteristiknya (dangkal, tajam, konstan)
9. Kolaborasi pemberian obat sesuai
indikasi : analgetik
|
1. Mengetahui keadaan umum klien
2. Posisi yang nyaman dapat menurunkan
ketegangan otot dan meningkatkan kenyamanan
3. Rasa takut bahwa nyerinya tidak
dianggap nyata dapat meningkatkan ansietas dan mengurangi toleransi nyeri
4. Memberikan informasi tambahan
tentang nyeri klien
5. Memberikan dorongan strategi
peredaan nyeri yang dapat diterima klien dan keluarga
6. Gerakan perlahan dapat menurunkan
spasme otot
7. Membantu menurunkan rasa nyeri
8. Membantu menentukan pilihan
keefektifan intervensi. Tingkat ansietas dapat mempengaruhi persepsi/ reaksi
terhadap nyeri
9. Dapat memblokir penghantaran
rangsang nyeri
|
2
|
Risiko gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit : kurang dari kebutuhan
b.d mual dan muntah ditandai oleh :
DS :
-
Istri klien mengatakan klien muntah sudah 3 kali
-
Klien mengatakan suka mual setelah obat masuk melalui infusan
DO :
-
Klien tampak lemah
-
Terpasang infus Dextros 5 % 15 gtt/ menit
-
Mata tidak cekung
-
Turgor kembali dengan cepat (< 3 detik)
-
Klien sedang dilakukan test feeding 1 sendok/ jam
|
Tupan :
Cairan dan elektrolit dalam batas
normal
Tupen :
Setelah dilakukan perawatan selama
2 hari, intake cairan dan elektrolit adekuat dengan kriteria evaluasi :
-
Haluaran urin adekuat dengan berat jenis normal
-
Tanda-tanda vital stabil
-
Membran mukosa lembab
-
Turgor kulit baik
|
1. Pantau tanda-tanda vital, catat
adanya hipotensi, takhikardia, takipnea, demam. Ukur CVP bila ada
2. Pertahankan masukan dan haluaran
yang akurat dan hubungkan dengan berat badan harian. Termasuk pengukuran/
perkiraan kehilangan berat badan
3. Ukur berat jenis urin
4. Observasi kulit, membrane mukosa
untuk kekeringan, turgor. Catat edema perifer/ sakral
5. Hilangkan tanda bahaya/ bau dari
lingkungan.
6. Ubah posisi dengan sering, berikan
perawatan kulit dengan sering, dan pertahankan tempat tidur kering dan bebas
lipatan
7. Kaji ulang pemerikasaan
laboratorium : Hb, Ht, elektrolit, protein, albumin, BUN, kreatinin
8. Pertahankan puasa dengan aspirasi
nasogastrik/ intestinal
9. Kolaborasi pemberian plasma/ darah,
cairan, elektrolit, diuretik sesuai indikadi
10. Bila NGT telah dilepas anjurkan
klien untuk banyak minum air putih
|
1. Membantu dalam evaluasi derajat
defisit cairan/ keefektifan penggantian terapi cairan dan respon terhadap
pengobatan
2. Menunjukkan status hidrasi
keseluruhan.
3. Menunjukkan satatus hidrasi dan
perubahan pada fungsi ginjal
4. Hipovolemia, perpindahan cairan,
dan kekurangan nutrisi memperburuk turgor kulit, menambah edema jaringan
5. Menurunkan rangsangan pada gaster
dan respon muntah
6. Jaringan edema dan adanya gangguan
sirkulasi cenderung merusak kulit
7. Memberikan informasi tentang
hidrasi, fungsi organ. Berbagai gangguan dengan konsekuensi tertentu pada
fungsi sistemik mungkin sebagai akibat dari perpindahan cairan, hipovolemia,
hypoxemia, toxin dalam sirkulasi dan produk jaringan nekrotik
8. Menurunkan hiperaktivitas usus dan
kehilangan dari diare
9. Mengisi, mempertahankan volume
sirkulasi dan keseimbangan elektrolit. Koloid (plasma, darah) membantu
menggerakkan air kedalam area intarvaskuler dengan meningkaktkan tekanan
osmotik. Diuretik mungkin digunakan untuk membantu pengeluaran toxin dan
meningkatkan fungsi ginjal
10. Meningkatkan hidrasi per oral
|
3.
|
Risiko infeksi b.d. luka post op anastomosis
end to end yang belum sembuh, ditandai dengan :
DS : -
DO :
-
Terdapat luka post anastomosis horizontal ± 10 cm
-
Terdapat luka bekas drain di kuadran kanan bawah
-
Leukosit 27.500/ mm3
-
Hb : 12,3 gr/dl
-
Suhu 37,50C
-
Terpasang dower kateter
|
Tupan :
Infeksi tidak terjadi
Tupen :
Setelah dilakukan perawatan selama
2 hari, luka insisi dalam keadaan baik dan bersih dengan kriteria evaluasi :
-
Luka terlihat bersih dan kering
-
Penyembuhan luka sesuai waktu
-
Leukosit dalam batas normal (3800-10.600 mm3)
-
Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi : rubor, dolor, color, fungsiloesa
-
Suhu dalam batas normal (36,5-37,5 0C)
|
1. Kaji tanda-tanda vital, catat tidak
membaiknya atau berlanjutnya hipotensi, penurunan tekanan nadi, takhikardia,
demam, takipnea
2. Ciptakan lingkungan yang bersih
3. Pertahankan teknik aseptic ketat
pada perawatan drain abdomen, luka insisi dan sisi invasif. Bersihkan dengan
bethadin atau larutan lain yang tepat
4. Observasi drainage pada luka/ drain
5. Observasi tanda-tanda infeksi pada
daerah luka
6. Pertahankan teknik bersih bila
pasien dipasang kateter, dan berikan perawatan kateter/ kebersihan perineal
rutin
7. Batasi pengunjung dan staf sesuai
kebutuhan. Berikan perlindungan isolasi bila diindikasikan
8. Kolaborasi pemberian antimicrobial
contoh : gentamicin (garamycin); amikasin (amikin); klindamicin (cleocin);
lapase peritoneal/ IV
|
1. Tanda adanya syok septic, endotoksin sirkulasi menyebabkan
vasodilatasi, kehilangan cairan dari sirkulasi dan rendahnya status curah
jantung
2. Mengurangi risiko infeksi
3. Mencegah meluas dan membatasi
penyebaran organisme infektif/ kontaminasi silang
4. Memberikan informasi tentang status
infeksi
5. Mengetahui secara dini apabila
terdapat tanda-tanda infeksi dan menentukan intervensi selanjutnya
6. Mencegah penyebaran, membatasi
pertumbuhan bakteri pada traktus urinarius
7. Menurunkan risiko terpajan/
menambah infeksi sekunder pada pasien yang emngalami tekanan immune
8. Terapi ditujukan pada bakteri
anaerob dan basil aerob gram negatif. Lapase dapat digunakan untuk membuang
jaringan nekrotik dan mengobati inflamasi yang terlokalisasi/ menyebar dengan
buruk
|
4.
|
Gangguan konsep diri : peran b.d tidak dapat berperan seutuhnya sebagai
kepala keluarga, ditandai dengan :
DS :
-
Klien mengatakan selama klien sakit klien tidak bekerja lagi
-
Klien mengatakan tidak dapat menjalankan seutuhnya peran sebagai kepala
keluarga
DO :
-
Klien dengan peritonitis difuse
-
Klien sejak sakit tidak bekerja lagi
-
Istrinya bekerja :sebagai karyawan swasta
|
Tupan :
Kebutuhan peran klien terpenuhi
Tupan
Setelah penjelasan selama 2 hari
klien dapat mengerti akan perubahan peran akibat penyakit yang dideritanya,
dengan kriteria :
-
Klien tampk lebih tenang
-
Klien mengerti akan perubahan peran yang dialami selama klien sakit
|
1. Bantu klien untuk memperluas
kesadaran dirinya
2. Beri kesempatan kepada klien untuk
mengungkapkan perasaannya
3. Berikan kesempatan kepada keluarga
untuk mengekspresikan perhatiannya dan diskusikan cara mereka dapat membentu
klien
4. Identifikasi sistem pendukung untuk
gantikan peran selama klien sakit
|
1. Dengan memperluas kesadaran diri
klien, diharapkan klien dapat menerima keadaan dirinya
2. Dengan menyatakan perasaannya dapat
mengurangi cemas pada klien
3. Dengan adanya perhatian dari
keluarga menambah motivasi klien dan deegan diskusi menambah pengetahuan
keluarga
4. Meningkatkan ketenangan serta
menurunkan stress selama peran tergantiakn
|
III. IMPLEMENTASI
Tanggal
|
Jam
|
Tindakan Keperawatan
|
DP
|
Paraf
|
7 - 4 - 2005
|
07.00
07.10
07.30
07.45
07.50
08.00
08.15
08.30
08.45
09.00
10.00
11.00
13.30
|
·
Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
tindakan
Hasil : perawat mencuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan
·
Menciptakan lingkungan yang bersih
Hasil : melakukan forbeden, tempat tidur dan
sekitarnya rapi dan bersih
·
Mengkaji tanda-tanda vital
Hasil : Tanda-tanda vital :
TD : 90 / 60
mmHg
N : 84 x / menit S : 37,50C R : 20 x / menit
·
Mengobservasi kulit, membrane mukosa untuk
kekeringan, turgor. Catat edema perifer/ sakral
Hasil : mukosa mulut kering, turgor baik, tidak ada
edema perifer
·
Memeriksa urine out put
Hasil : Dalam urinary bag terdapat 700 cc urine
berwarna kuning
·
Memberikan posisi yang nyaman bagi klien
Hasil : Posisi klien terlentang tanpa bantal
·
Mengkaji respon nyeri, catat lokasi, lama,
intensitas (0-5) dan karakteristiknya (dangkal, tajam, konstan)
Hasil : Skala nyeri 3 (0-5), nyeri dirasakan di
daerah luka post operasi
·
Memberikan tindakan kenyamanan, contoh :
pijatan punggung, nafas dalam, latihan relaksasi/ visualisasi
Hasil : Klien mau melakukan teknik nafas dalam
untuk mengurangi nyerinya dan mau diajak ngobrol
·
Memeriksa keadaan luka
Hasil : terdapat rembesan darah pada area luka sehingga perban basah
oleh darah
·
Mengganti balutan
Hasil : luka post op dan luka bekas drain tertutup
dengan balutan yang steril
·
Melakukan tindakan ganti balutan secara
perlahan dengan teknik aseptic
Hasil : klien merasa nyaman
·
Mengobservasi tanda-tanda infeksi pada daerah
luka
Hasil : tidak terdapat edema, ulkus (-), kemerahan (-)
·
Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi :
obat analgetik, obat antibiotik dan anti emetik
Hasil : antibiotik cefriaxon 1gr IV, analgetik pronalges
masuk 1 ampul IM, dan antiemetik rantin 1 ampul IV, tidak ada flebitis pada
vena
·
Melakukan tes feeding dan menganjurkan klien
untuk minum air putih 1 sendok/jam setelah bising usus (+)
Hasil : bising usus (+), klien minum 1 sendok/jam
·
Beri kesempatan kepada klien untuk
mengungkapkan perasaannya
Hasil : klien mau mengungkapkan perasaannya
|
3
3
1,2,3
2
2
1,2
1
1
3
3
3
3
1,3
2
4
|
Marni
Marni
Marni
Marni
Marni
Marni
Marni
Marni
Marni
Marni
Marni
Marni
Marni
Marni
Marni
|
8 - 4 - 2005
|
07.00
07.10
07.30
07.45
07.50
08.00
08.15
08.30
08.45
09.00
10.00
11.00
13.00
|
·
Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
tindakan
Hasil : perawat mencuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan
·
Menciptakan lingkungan yang bersih
Hasil : melakukan forbeden, tempat tidur dan
sekitarnya rapi dan bersih
·
Mengkaji tanda-tanda vital
Hasil : Tanda-tanda vital :
TD : 110 / 70
mmHg
N : 94 x / menit S : 36,70C R : 24 x / menit
·
Mengobservasi kulit, membrane mukosa untuk
kekeringan, turgor. Catat edema perifer/ sakral
Hasil : mukosa mulut lembab, turgor baik, tidak ada
edema perifer
·
Memeriksa urine out put
Hasil : Dalam urinary bag terdapat 500 cc urine berwarna
kuning
·
Melakukan perawatan kateter dan melakukan
bladder trainning pada klien
Hasil : setelah 15 menit dilakukan bladder trainning kemudian kateter
di up
·
Mengkaji respon nyeri, catat lokasi, lama,
intensitas (0-5) dan karakteristiknya (dangkal, tajam, konstan)
Hasil : Skala nyeri 2 (0-5), nyeri dirasakan di
daerah luka post operasi
·
Memberikan tindakan kenyamanan, contoh :
pijatan punggung, nafas dalam, latihan relaksasi/ visualisasi
Hasil : Klien mau melakukan teknik nafas dalam
untuk mengurangi nyerinya dan mau diajak ngobrol
·
Memeriksa keadaan luka
Hasil : masih terdapat rembesan darah pada area luka sehingga perban
basah oleh darah
·
Mengganti balutan
Hasil : luka post op dan luka bekas drain tertutup
dengan balutan yang steril
·
Melakukan tindakan ganti balutan secara
perlahan dengan teknik aseptic
Hasil : klien merasa nyaman
·
Mengobservasi tanda-tanda infeksi pada daerah
luka
Hasil : tidak terdapat edema, ulkus (-), kemerahan (-)
·
Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi :
obat analgetik, obat antibiotik dan anti emetik
Hasil : antibiotik cefriaxon 1gr IV, analgetik pronalges
masuk 1 ampul IM, dan antiemetik rantin 1 ampul IV, tidak ada flebitis pada
vena
·
Memeriksa daerah penusukan infus
Hasil :
tangan plebitis sehingga infus di up dan setelah 1 jam infus dipasang kembali
disebelah kanan
·
Memonitor tetesan infus
Hasil : tetesan infus 15 gtt/menit
·
Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk
mengekspresikan perhatiannya dan diskusikan cara mereka dapat membentu klien
Hasil : istri dan ibunya selalu
mendampinginya dan ada beberapa keluarga klien yang menjenguk bergantian
·
Mengidentifikasi sistem pendukung untuk
gantikan peran selama klien sakit
Hasil : sistem pendukung yang dapat menggantiakn
peran klien selama klien sakit adalah istrinya
|
3
3
1,2,3
2
2
1,2
3
1
3
3
3
3
3
1,3
3
3
4
4
|
Marni
Marni
Marni
Marni
Marni
Marni
Marni
Marni
Marni
Marni
Marni
Marni
Marni
Marni
Marni
Marni
Marni
Marni
|
IV. CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal
|
DP
|
Catatan perkembangan
|
Paraf
|
9
- 4 - 2005
|
1
|
S :
-
Klien mengatakan nyeri sedikit berkurang, nyeri hanya
dirasakan ketika banyak pergerakan saja
O:
-
Skala nyeri 2 (0-5)
-
Klien post op hari ke-3
-
Klien tidak meringis
A : Masalah teratasi sebagian
P:
-
Kaji tanda-tanda vital
-
Atur posisi klien senyaman mungkin
-
Kaji respon perilaku klien terhadap nyeri dan
pengalaman nyeri
-
Kaji respon nyeri, catat lokasi, lama, intensitas
(0-5) dan karakteristiknya (dangkal, tajam, konstan)
-
Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi : analgetik
pronalges 1 ampul IM
I :
-
Mengkaji tanda-tanda vital
-
Mengatur posisi klien senyaman mungkin
-
Mengkaji respon perilaku klien terhadap nyeri dan
pengalaman nyeri
-
Mengkaji respon nyeri, catat lokasi, lama, intensitas
(0-5) dan karakteristiknya (dangkal, tajam, konstan)
-
Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi : analgetik
pronalges 1 ampul IM
E :
-
Tanda-tanda vital :
TD : 110 / 70
mmHg
N : 86 x / menit S : 36,80C R : 20 x / menit
-
Posisi klien terlentang dengan memakai bantal
-
Klien mengatakan bila klien nyeri, klien berusaha
unutk melakukan nafas dalam
-
Skala nyeri 2 (0-5)
-
Obat analgetik pronalges masuk 1 ampul IV
|
Marni
|
9 - 4 - 2005
|
2
|
S :
-
Klien mengatakan mual sudah berkurang
O:
-
Klien tidak terlihat mutah lagi
-
Klien post op hari ke-3
-
Minum klien sehari habis 1000 cc
A : Masalah teratasi sebagian
P:
-
Observasi kulit, membrane mukosa untuk kekeringan,
turgor. Catat edema perifer/ sakral.
-
Ubah posisi dengan sering, berikan perawatan kulit
dengan sering, dan pertahankan tempat tidur kering dan bebas lipatan
-
Anjurkan klien untuk banyak minum air putih
I :
-
Mengobservasi kulit, membrane mukosa untuk
kekeringan, turgor. Catat edema perifer/ sakral.
-
Mengubah posisi klien dengan niring kanan miring kiri
-
Menganjurkan klien untuk banyak minum air putih
E :
-
Mukosa mulut lembab, turgor kulit baik
-
posisi klien berubah miring kanan miring kiri
-
Klien mau minum dan minum air hangat ketika mual.
|
Marni
|
9 - 4 - 2005
|
3
|
S : -
O:
-
Balutan kering, tidak ada rembesan lagi
-
S : 36,8 oC
-
Leukosit 27.500/mm3
-
Tidak terdapat tanda-tanda infeksi
-
Luka post op hari ke-3
A:
Masalah
teratasi sebagian
P:
-
Kaji keadaan luka
-
Ganti balutan dengan teknik aseptic dan perlahan
-
Kaji tanda-tanda tanda-tanda infeksi
I :
-
Mengkaji keadaan luka
-
Mengganti balutan dengan perlahan dan menggunakan
teknik aseptik
-
Mengkaji tanda-tanda infeksi
E :
-
Luka kering dan tidak ada rembesan lagi
-
Balutan diganti dengan teknik aseptik dan perlahan
-
Tidak terdapat tanda-tanda infeksi
|
Marni
|
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A.
Simpulan
Anastomosis adalah terjadinya hubungan antara dua rongga
atau alat yang biasanya terpisah, dengan pembedahan atau karena keadaan sakit
(Ramali, Ahmad, disempurnakan oleh Hendra T. Laksman, 1997:14).
Peritonitis adalah inflamasi rongga peritoneal yang
dapat berupa primer atau sekunder, akut atau kronis dan diakibatkan oleh
kontaminasi kapasitas peritoneal oleh bakteri atau kimia (Doengoes,Moorhouse,
Geissler. 2000 : 513).
Pada klien Tn. C dengan Post Anastomosis end to end
Ileochecal a/i Post Laparatomi Eksplorasi + Ileostomy Mucosfistel e.c
Peritonitis Difuse e.c. Perforasi Ileus e.c. Thypoid Perporasi, ditemukan
beberapa tanda dan gejala sebagai berikut : rasa sakit dan nyeri tekan pada
daerah abdomen terutama pada daerah luka post operasi, nyeri berada pada skala
3 (skala 0-5) tekanan darah menurun.
Diagnosa yang ditemukan pada klien Tn. C adalah :
1.
Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d. post op anastomosis
end to end
2.
Risiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit :
kurang dari kebutuhan b.d. mual dan muntah
3.
Risiko infeksi b.d. luka post post op anastomosis end
to end yang belum sembuh
4.
Gangguan konsep diri : peran berhubungan dengan tidak dapat berperan
seutuhnya sebagai kepala keluarga
Untuk mengatasi beberapa masalah diatas, maka diperlukan
suatu tindakan keperawatan yang komprehensif mencakup seluruh aspek yang ada
dalam diri klien. Bila intervensi yang dilakukan tidak dapat menghilangkan
penyebab setidaknya dapat mengurangi tanda dan gejala atau mencegah timbulnya
masalah baru. Begitupula dari tim kesehatan diperlukan suatu kerjasama, baik
itu dari perawat, dokter, ahli gizi maupun analis sehingga dapat mencegah
komplikasi yang lebih lanjut
B.
Saran
Dalam melakukan perawatn terhadap klien dengan gangguan
sistem gastrointestinal diharapkan para perawat selalu memperhatikan
teknik-teknik steril dalam melakukan perawatan luka untuk mencegah terjadinya
infeksi yang lebih lanjut. Selain itu, selalu memperhatikan kebersihan
lingkungan pasien dan membatasai jumlah pengunjung agar dapat meminimalisasikan
kuman pathogen yang terdapat di lingkungan.
Dalam pengobatan pun harus diperhatikan benar, terutama
dalam pemberian antibiotik agar diberikan tepat pada waktunya untuk mencegah
terjadinya resistensi kuman. Dalam hal ini nutrisi, klien harus selalu
dimotivasi untuk tetap meningkatkan intake nutrisi yang adekuat dengan diet
TKTP demi perbaikan luka dan penyakitnya.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn.E., Alih bahasa I Made Kariasa.
2001. Rencana Asuhan Keperwatan, Jakarta : EGC.
FKUI.1996. Ilmu
Penyakit Dalam , Jakarta
: Balai Penerbit FKUI.
FKUI. 1982. Kapita
Selekta Kedokteran Edisi 2. Jakarta
: Media Aesculapius.
Hudak dan Gallo alih bahasa Alledekania, Betty
Susanto, Teressa, Yasmin. 1987. Keperawatan
Kritis Edisi IV. Jakarta
: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).
Ignatavicius,Donna D, et al.1995. Medical Surgical Nursing A Nursing Process
Approach Edisi II. USA :
W.B Sauders Company.
Pearce, Evelyn. C., Alih bahasa Sri Yuliani
Handoyo.1985.Anatomi dan Fisiologi Untuk
Paramedis, Jakarta
: Gramedia,
Price, Sylvia.A., Alih bahasa Peter Anugrah.1995.Patofisiologi , Jakarta :EGC.
Smeltzer and Bare,Alih bahasa Agung Nugroho. 2001. Buku Ajar Medikal Bedah Volume 1,
Jakarta : EGC.
No comments:
Post a Comment