Juniartha Semara Putra
semaraputraadjoezt.blogspot.com
BAB
I
PENDAHULUAN
Kebudayaan
adalah pondasi penting untuk kesehatan. Kebudayaan memberikan kontribusi penuh
dalam tindakan keperawatan. Misalnya perawatan pasien beragama berbeda harus
dibedakan dengan pasien lain yang mempunyai agama berbeda dalam hal
kepercayaan.
Di
Indonesia, seperti suku Minang mempunyai pola makan yang khas. Suku Minang
cenderung lebih mengonsumsi protein hewani dan santan yang lebih banyak, tetapi
kurang mengonsumsi sayur-sayuran. Pola makan yang khas itu diduga menyebabkan
tingkat proporsi penyakit jantung koroner pada suku Minang lebih tinggi
dibandingkan suku –suku lainnya. Oleh sebab itu, gaya hidup sehat
merupakan suatu hal yang tidak dapat ditawar lagi.
Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab
kematian utama pada usia 35-44 tahun. Prevalensi PJK pada etnik Minang
dilaporkan tertinggi (3%). Hal tersebut mungkin disebabkan pola makan tinggi lemak
hewani, kurang sayur dan buah yang merupakan sumber antioksidan dan serat.
Etnik Minang dilaporkan mempunyai
rata-rata kadar kolesterol
plasma total lebih tinggi dibanding etnik
Sunda, Jawa dan Bugis. Pada penelitian ini didapatkan hasil kolesterol plasma 198mg/dL, LDL 128
mg/dL, HDL 44 mg/dL, TG 131
mg/dL dan rasio kolesterol total/HDL 4,7. Nilai tersebut lebih rendah dari yang dilaporkan oleh Hatma kecuali rasio kolesterol total/HDL. Dari
semua laporan penelitian pada etnik Minang didapatkan asupan ALJ lebih dari
anjuran. Minyak kelapa sawit dan santan merupakan sumber asam lemak utama yang
dikonsumsi etnik ini. Proses pengolahan makanan dapat mempengaruhi komposisi
asam lemak yang terdapat dalam makanan. Proses penggorengan dan membuat gulai
merupakan cara pengolahan yang paling sering dilakukan oleh etnik Minang. Kedua
proses tersebut biasanya menggabungkan bahan makanan sumber asam lemak jenuh
dengan bahan makanan sumber kolesterol, (misal gulai otak dengan proses memasaknya
yang terlebih dahulu dalah menumis bumbu dengan minyak goreng, kemudian
dicampur dengan otak dan santan).
Oleh karena itu kami tertarik untuk
membahas masalah kesehatan yang berhubungan dengan Suku Minang.
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
2.1 Konsep Transculture
Bila ditinjau dari makna kata ,
transkultural berasal dari kata trans dan culture, Trans berarti alur
perpindahan , jalan lintas atau penghubung.Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia; trans berarti melintang , melintas , menembus , melalui.
Cultur berarti budaya . Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kultur berarti :
Cultur berarti budaya . Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kultur berarti :
a. kebudayaan
, cara pemeliharaan , pembudidayaan;
b. kepercayaan
, nilai – nilai dan pola perilaku yang umum berlaku bagi suatu kelompok dan
diteruskan pada generasi berikutnya , sedangkan cultural berarti : Sesuatu yang
berkaitan dengan kebudayaan. Budaya sendiri berarti : akal budi , hasil dan
adat istiadat.
Sedangkan kebudayaan berarti :
a. hasil
kegiatan dan penciptaan batin ( akal budi ) manusia seperti kepercayaan , kesenian
dan adat istiadat;
b. keseluruhan
pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk menjadi pedoman
tingkah lakunya.
Jadi , transkultural
dapat diartikan sebagai :
a. Lintas
budaya yang mempunyai efek bahwa budaya yang satu mempengaruhi budaya yang lain
b. Pertemuan
kedua nilai – nilai budaya yang berbeda melalui proses interaksi sosial
c. Transcultural
Nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang berkaitan dengan perbedaan
maupun kesamaan nilai– nilai budaya ( nilai budaya yang berbeda , ras , yang
mempengaruhi pada seorang perawat saat melakukan asuhan keperawatan kepada
klien / pasien ). Menurut Leininger ( 1991 ).
Kazier
Barabara ( 1983 ) dalam bukunya yang berjudul Fundamentals of Nursing Concept
and Procedures mengatakan bahwa konsep keperawatan adalah tindakan perawatan
yang merupakan konfigurasi dari ilmu kesehatan dan seni merawat yang meliputi
pengetahuan ilmu humanistik , filosofi perawatan, praktik klinis keperawatan ,
komunikasi dan ilmu sosial . Konsep ini ingin memberikan penegasan bahwa sifat
seorang manusia yang menjadi target pelayanan dalam perawatan adalah bersifat
bio – psycho – social – spiritual . Oleh karenanya , tindakan keperawatan harus
didasarkan pada tindakan yang komperhensif sekaligus holistik.
Budaya
merupakan salah satu dari perwujudan atau bentuk interaksi yang nyata sebagai
manusia yang bersifat sosial. Budaya yang berupa norma , adat istiadat menjadi
acuan perilaku manusia dalam kehidupan dengan yang lain . Pola kehidupan yang
berlangsung lama dalam suatu tempat , selalu diulangi , membuat manusia terikat
dalam proses yang dijalaninya . Keberlangsungaan terus – menerus dan lama
merupakan proses internalisasi dari suatu nilai – nilai yang mempengaruhi
pembentukan karakter , pola pikir , pola interaksi perilaku yang kesemuanya itu
akan mempunyai pengaruh pada pendekatan intervensi keperawatan ( cultural
nursing approach ).
Budaya
mempunyai pengaruh luas terhadap kehidupan individu . Oleh sebab itu , penting
bagi perawat mengenal latar belakang budaya orang yang dirawat ( Pasien ) .
Misalnya kebiasaan hidup sehari – hari , seperti tidur , makan , kebersihan
diri , pekerjaan , pergaulan social , praktik kesehatan , pendidikan anak ,
ekspresi perasaan , hubungan kekeluargaaan , peranan masing – masing orang
menurut umur . Kultur juga terbagi dalam sub – kultur . Subkultur adalah
kelompok pada suatu kultur yang tidak seluruhnya mengaanut pandangan keompok
kultur yang lebih besar atau member makna yang berbeda. Kebiasaan hidup juga
saling berkaitan dengan kebiasaan cultural.
Nilai
– nilai budaya Timur , menyebabkan sulitnya wanita yang hamil mendapat
pelayanan dari dokter pria . Dalam beberapa setting , lebih mudah menerima
pelayanan kesehatan pre-natal dari dokter wanita dan bidan . Hal ini
menunjukkan bahwa budaya Timur masih kental dengan hal – hal yang dianggap
tabu.
Dalam
tahun – tahun terakhir ini , makin ditekankan pentingknya pengaruh kultur
terhadap pelayanan perawatan . Perawatan Transkultural merupakan bidang yang
relative baru ; ia berfokus pada studi perbandingan nilai – nilai dan praktik
budaya tentang kesehatan dan hubungannya dengan perawatannya . Leininger ( 1991
) mengatakan bahwa transcultural nursing merupakan suatu area kajian ilmiah
yang berkaitan dengan perbedaan maupun kesamaan nilai – nilai budaya ( nilai
budaya yang berbeda ras , yang mempengaruhi pada seseorang perawat saat
melakukan asuhan keperawatan kepada pasien.
Perawatan
transkultural adalah berkaitan dengan praktik budaya yang ditujukan untuk
pemujaan dan pengobatan rakyat (tradisional) . Caring practices adalah kegiatan
perlindungan dan bantuan yang berkaitan dengan kesehatan.
Menurut
Dr. Madelini Leininger , studi praktik pelayanan kesehatan transkultural berfungsi
untuk meningkatkan pemahaman atas tingkah laku manusia dalam kaitan dengan
kesehatannya . Dengan mengidentifikasi praktik kesehatan dalam berbagai budaya
( kultur ) , baik di masa lampau maupun zaman sekarang akan terkumpul persamaan
– persamaan . Lininger berpendapat , kombinasi pengetahuan tentang pola praktik
transkultural dengan kemajuan teknologi dapat menyebabkan makin sempurnanya
pelayanan perawatan dan kesehatan orang banyak dan berbagai kultur.
2.2 Budaya Suku Minang
Minang atau yang
biasa disingkat Minang adalah kelompok etnik Nusantara yang berbahasa dan menjunjung adat Minang. Wilayah penganut kebudayaannya
meliputi Sumatera Barat, separuh
daratan Riau, bagian
utara Bengkulu, bagian
barat Jambi, bagian
selatan Sumatera Utara, barat daya
Aceh, dan juga Negeri Sembilan di Malaysia. Dalam
percakapan awam, orang Minang seringkali disamakan sebagai orang Padang, merujuk kepada nama
ibukota provinsi Sumatera Barat yaitu kota Padang. Namun,
masyarakat ini biasanya akan menyebut kelompoknya dengan sebutan urang awak (bermaksud sama dengan
orang Minang itu sendiri).
Saat ini masyarakat Minang merupakan masyarakat
penganut matrilineal terbesar di dunia. Selain itu, etnik ini juga telah
menerapkan sistem proto-demokrasi sejak masa
pra-Hindu dengan
adanya kerapatan adat untuk menentukan hal-hal penting dan permasalahan hukum.
Orang Minang sangat menonjol di bidang perniagaan, sebagai profesional dan
intelektual. Mereka merupakan pewaris terhormat dari tradisi tua Kerajaan Melayu dan Sriwijaya yang gemar
berdagang dan dinamis. Hampir separuh jumlah keseluruhan anggota masyarakat ini
berada dalam perantauan. Minang perantauan pada umumnya bermukim di kota-kota
besar, seperti Jakarta, Bandung, Pekanbaru, Medan, Batam, Palembang, dan Surabaya. Di luar
wilayah Indonesia, etnis Minang banyak terdapat di Negeri Sembilan, Malaysia
dan Singapura.
Masyarakat Minang juga dikenal akan aneka masakannya,
dengan cita rasa yang pedas, serta dapat ditemukan hampir di seluruh Nusantara, bahkan
sampai ke luar negeri. Walau masakan ini kadang lebih dikenal dengan nama Masakan Padang, meskipun
begitu sebenarnya dikenal sebagai masakan etnik Minang secara umum.
Rendang salah satu
masakan tradisional masyarakat Minang, pada tahun 2011 dinobatkan sebagai
hidangan peringkat pertama dalam daftar World’s 50 Most Delicious Foods
(50 Hidangan Terlezat Dunia) yang digelar oleh CNN International.
Sistem kekerabatan suku Minang adalah
matrilineal. Sistem matrilineal adalah
suatu sistem yang mengatur kehidupan dan ketertiban suatu masyarakat yang
terikat dalam suatu jalinan kekerabatan dalam garis ibu. Seseorang anak laki-laki
atau perempuan merupakan klen dari perkauman ibu. Menurut Muhammad
Rajab (1969), sistem matrilineal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : keturunan
dihitung menurut garis ibu, suku terbentuk menurut garis ibu, tiap orang
diharuskan kawin dengan orang di luar sukunya (eksogami), pembalasan dendam
merupakan satu kewajiban bagi seluruh suku, kekuasaan di dalam suku terletak
di tangan ibu tetapi jarang sekali dipergunakan sedangkan yang sebenarnya
berkuasa adalah saudara laki-lakinya. Perkawinan bersifat matrilokal yaitu
suami mengunjungi rumah istrinya, hak-hak dan pusaka diwariskan oleh mamak
(saudara laki-laki ibu) kepada kemenakannya (anak
dari saudara perempuan). Sistem
kekerabatan ini tetap dipertahankan masyarakat Minang samapai sekarang.
Bahkan selalu disempurnakan sejalan dengan usaha menyempurnakan sistem
adatnya. Peranan penghulu (ninik mamak) boleh dikatakan sebagai faktor penentu
dan juga indikator akan berjalan semestinya atau tidak sistem matrilineal itu.
Sistem ini hanya diajarkan secara turun-temurun kemudian disepakati dan dipatuhi,
tidak ada buku rujukan atau kitab undang-undangnya. Untuk
dapat menjalankan sistem itu dengan baik, maka mereka yang akan menjalankan
sistem itu haruslah orang Minang itu sendiri. Ada beberapa ketentuan
atau syarat-syarat seseorang dapat dikatakan sebagai orang Minang
yaitu Basuku (bamamak bakamanakan), Barumah gadang, Basasok bajarami,
Basawah baladang, Bapandan pakuburan, Batapian tampek mandi. Ada
empat aspek penting yang diatur dalam sistem matrilineal yaitu :
Pengaturan
harta pusaka. Harta pusaka yang dalam terminologi
Minang disebut harato jo pusako. Harato adalah
sesuatu milik kaum yang tampak secara material
seperti sawah, ladang, rumah gadang, ternak dan sebagainya. Pusako adalah
sesuatu milik kaum yang diwarisi turun temurun baik yang tampak maupun yang
tidak tampak. Oleh karena itu di Minang dikenal pula dua kata kembar yang
artinya sangat jauh berbeda yaitu sako dan pusako. Sako adalah milik
kaum secara turun temurun menurut sistem matrilineal yang
tidak berbentuk material, seperti
gelar penghulu, kebesaran kaum, tuah dan penghormatan yang diberikan masyarakat
kepadanya. Sedangkan pusako adalah milik kaum secara turun temurun
menurut sistem matrilineal yang berbentuk material, seperti sawah, ladang,
rumah gadang dan lainnya. Hasil sawah, ladang menjadi bekal hidup perempuan
dengan anak-anaknya. Laki-laki berhak mengatur tetapi tidak berhak untuk
memiliki.
Peranan
laki-laki. Kedudukan laki-laki dan perempuan di
dalam adat Minang berada dalam
posisi seimbang. Laki-laki punya hak untuk mengatur segala
yang ada di dalam perkauman, baik pengaturan pemakaian, pembagian harta
pusaka, perempuan sebagai pemilik dapat mempergunakan semua hasil itu untuk
kebutuhan keluarga. Di dalam kaumnya, seorang laki-laki bermula sebagai kemenakan
(atau dalam hubungan kekerabatan disebutkan; ketek anak urang, lah gadang
kamanakan awak). Pada giliran berikutnya, setelah
dewasa dia akan menjadi mamak dan
bertanggung jawab kepada kemenakannya. Mau tidak mau, suka
tidak suka, tugas itu harus dijalaninya. Dia bekerja di sawah kaumnya untuk saudara
perempuannya. Selanjutnya, dia akan memegang kendali kaumnya sebagai
penghulu. Gelar kebesaran diberikan kepadanya, dengan sebutan datuk. Seorang
penghulu berkewajiban menjaga keutuhan kaum, mengatur pemakaian harta
pusaka. Setiap laki-laki terhadap kaumnya selalu diajarkan; kalau tidak dapat
menambah (maksudnya harta pusaka kaum), jangan mengurangi (maksudnya,
menjual, menggadai atau menjadikan milik sendiri). Selain berperan di
dalam kaum, dia mempunyai peranan lain sebagai tamu atau pendatang di dalam
kaum isterinya. Artinya di sini, dia sebagai duta pihak kaumnya di dalam kaum
istrinya, dan istri sebagai duta kaumnya pula di dalam kaum suaminya. Satu sama
lain harus menjaga kesimbangan dalam berbagai hal.
Kaum
dan pesukuan. Orang Minang yang berasal dari satu
keturunan dalam garis matrilineal
merupakan anggota kaum dari keturunan tersebut. Di dalam
sebuah kaum, unit terkecil disebut samande (berasal dari satu ibu). Unit yang
lebih luas disebut saparuik (berasal dari nenek yang sama). Kemudian saniniak
maksudnya adalah keturunan nenek dari nenek. Lebih
luas dari itu lagi disebut sakaum.
Kemudian dalam bentuknya yang lebih luas, disebut sasuku (berasal
dari keturunan yang sama sejak dari nenek moyangnya). Pada awalnya suku-suku
itu terdiri dari Koto, Piliang, Bodi dan Caniago. Dalam perkembangannya,
karena bertambahnya populasi masyarakat setiap suku, suku-suku itupun
dimekarkan.
Bundo
kanduang sebagai perempuan utama.
Apabila ibu atau tingkatan ibu dari
mamak yang jadi penghulu masih hidup, maka dialah yang disebut Bundo Kanduang,
atau mandeh atau niniek. Bundo kanduang dalam kaumnya, mempunyai
kekuasaan lebih tinggi dari seorang penghulu karena dia setingkat ibu,
atau ibu penghulu. Dia dapat menegur penghulu itu apabila si penghulu melakukan
suatu kekeliruan. Secara implisit tampaknya, perempuan utama di dalam
suatu kaum, adalah semacam badan pengawasan atau lembaga kontrol dari apa
yang dilakukan seorang penghulu (Abidin, 2008).
Suku
Minang di Sumatera Barat memiliki sebuah kebiasaan memburu. Berburu yang
awalnya hanyalah mengusir hama, akhirnya menjadi kebiasaan serta uji
ketangkasan para lelaki Minang. Dengan panduan anjing, mereka mengejar babi
hutan yang merusak ladang. senjata yang dulu biasa dipergunakan adalah pisau
dan tombak. Menurut Drs. Osman, berburu merupakan olahraga sekaligus kesenangan
karena manfaat yang diperoleh adalah kesehatan fisik.
Untuk
mendapatkan sensasi alam liar, melepas stress sekaligus melatih otot seluruh
tubuh, maka bergabunglah dengan kelompok menembak yang rutin melakukan aktivtas
berburu. Sebaiknya anda mendaftar di organisasi yang jelas secara hukum.
2.3
Penyakit Akibat Budaya
Suku Minang
1. Makanan
Masakan
Padang merupakan salah satu kebudayaan yang terkenal di Indonesia. Masakan
Padang dikenal dengan masakan yang berbumbu tajam karena banyak menggunakan
rempa-rempah dan cabai, bersantan dan juga tinggi lemak. Selain masakannya,
cara penyajiannya pun berbeda dari warung makan lainnya dan juga warung makan
yang berbentuk rumah adat Padang. Dengan berkembangnya jaman, banyak orang yang
tidak sempat memasak sendiri. Sebab itu banyak orang yang memilih masakan
Padang, karena masakan Padang memiliki hal yang diinginkan oleh orang-orang yang
tidak sempat memasak sendiri di rumah.
Contoh masakan Padang antara lain rendang, ayam pop, paru goreng, gulai banding, teri balado, sate Padang, gulai cincang kambing/ sapi, dan masih banyak lagi. Komposisi zat gizi yang terkandung di dalam masakan Padang sebenarnya lengkap, dari segi kalori, protein namun banyak mengandung tinggi lemak jenuh, karena masakan Padang banyak menggunakan santan dan lemak. Lemak merupakan sumber energi yang dipadatkan. Tiap gram lemak menghasilkan 9 kalori, 1 gram karbohidrat dan protein menghasilkan 4 kalori. Pencernaan lemak dalam tubuh dibantu dengan bantuan empedu. Yaitu lemak yang belum teremulsi, dalam lambung dengan bantuan empedu diubah menjadi lemak yang sudah teremulsi dan selanjutnya bersama-sama dengan lemak yang memang teremulsi akan masuk kedalam usus halus. Di dalam usus halus lemak-lemak yang teremulsi tadi dengan bantuan enzim intestinal lipase dan pencreatik lipase akan diubah kedalam 3 struktur yang lebih sederhana. Fungsi lemak yaitu antara lain sebagai penghasil energi, pembentuk susunan tubuh, menghemat protein, penghasil asam lemak esensial, pelarut vitamin, sebagai pelumas diantara persediaan dan masih banyak lagi. Pada masakan Padang, lemak berfungsi untuk memperbaiki tekstur dan citarasa bahan makanan juga sebagai penghantar panas. Selain itu merupakan ciri khas masakan Padang. Namun jika mengkonsumsi lemak secara berlebihan maka akan menyebabkan penyakit bahkan dapat menimbulkan kematian. Antara lain penyakit kanker empedu, sindrom malabsorpsi, hiperlipidemia, hiperkolesteremia, hipertrigliserida, obesitas, penyakit hati akut dan kronis, hiperkolesteremia sekunder, hiperlipidemia sekunder, dan masih banyak lagi.
Contoh masakan Padang antara lain rendang, ayam pop, paru goreng, gulai banding, teri balado, sate Padang, gulai cincang kambing/ sapi, dan masih banyak lagi. Komposisi zat gizi yang terkandung di dalam masakan Padang sebenarnya lengkap, dari segi kalori, protein namun banyak mengandung tinggi lemak jenuh, karena masakan Padang banyak menggunakan santan dan lemak. Lemak merupakan sumber energi yang dipadatkan. Tiap gram lemak menghasilkan 9 kalori, 1 gram karbohidrat dan protein menghasilkan 4 kalori. Pencernaan lemak dalam tubuh dibantu dengan bantuan empedu. Yaitu lemak yang belum teremulsi, dalam lambung dengan bantuan empedu diubah menjadi lemak yang sudah teremulsi dan selanjutnya bersama-sama dengan lemak yang memang teremulsi akan masuk kedalam usus halus. Di dalam usus halus lemak-lemak yang teremulsi tadi dengan bantuan enzim intestinal lipase dan pencreatik lipase akan diubah kedalam 3 struktur yang lebih sederhana. Fungsi lemak yaitu antara lain sebagai penghasil energi, pembentuk susunan tubuh, menghemat protein, penghasil asam lemak esensial, pelarut vitamin, sebagai pelumas diantara persediaan dan masih banyak lagi. Pada masakan Padang, lemak berfungsi untuk memperbaiki tekstur dan citarasa bahan makanan juga sebagai penghantar panas. Selain itu merupakan ciri khas masakan Padang. Namun jika mengkonsumsi lemak secara berlebihan maka akan menyebabkan penyakit bahkan dapat menimbulkan kematian. Antara lain penyakit kanker empedu, sindrom malabsorpsi, hiperlipidemia, hiperkolesteremia, hipertrigliserida, obesitas, penyakit hati akut dan kronis, hiperkolesteremia sekunder, hiperlipidemia sekunder, dan masih banyak lagi.
BAB III
PEMECAHAN
DAN KASUS
3.1 Makanan
Ragam masakan Masyarakat Minang yang banyak berbahan
santan dan daging membuat asupan lemak jenuh mereka lebih tinggi dibanding
suku-suku lain di Indonesia. Hal itu terungkap lewat penelitian tahun 2007 yang
dilakukan dr. Ratna Djuwita dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Ia melakukan riset mengenai asupan nutrien pada empat suku, yakni Minang,
Sunda, Jawa, dan Bugis. Dari hasil penelitiannya terungkap bahwa di dalam
santan terdapat SAFA. Rasio asupan lemak yang sehat adalah satu banding satu
antara asam lemak jenuh (saturated fatty acid/SAFA), asam lemak tak
jenuh jamak (polyunsaturated fatty acid/PUFA), asam lemak tak jenuh
tunggal (monounsaturated fatty acid/MUFA). Dalam kombinasi yang tepat
yakni 1:1:1, asupan makanan relatif akan lebih menyehatkan. (Ratna Djuwita,2011)
Kelebihan SAFA akan meningkatkan berbagai risiko
kesehatan yang dipicu oleh dislipidemia. Dislipidemia adalah gangguan kesehatan
akibat kelainan lemak dalam darah. Pada dislipidemia, kadar lemak-lemak jahat
seperti kolesterol LDL dan trigliserida mengalami peningkatan. Sebaliknya kadar
lemak yang baik, yaitu kolesterol HDL, justru mengalami penurunan.
Asupan SAFA orang Minang berasal dari santan, minyak
goreng, daging, telur, dan daging unggas. Menurutnya Orang Jawa dan Sunda suka
makan santan juga, tetapi tidak sekental masakan Minang. Selain itu, pola
makanan Jawa dan Sunda banyak sayuran, tahu, dan tempe. Sehingga orang Minang
tingkat dislipidemianya lebih tinggi dibanding 3 suku lainnya. Selain itu,
penyakit jantung koroner juga menjadi momok
bagi masyarakat suku minang.
Minyak kelapa sawit dan santan merupakan
sumber asam lemak utama yang dikonsumsi etnik ini. Proses pengolahan makanan
dapat mempengaruhi komposisi asam lemak yang terdapat dalam makanan. Proses
penggorengan dan membuat gulai merupakan cara pengolahan yang paling sering
dilakukan oleh Suku Minang. Kedua proses tersebut biasanya menggabungkan bahan
makanan sumber asam lemak jenuh dengan bahan makanan sumber kolesterol, (misal
gulai otak - proses adalah menumis bumbu dengan minyak goreng, kemudian
dicampur dengan otak dan santan).
Pemecahan :
Untuk dapat mencegah hal tersebut maka kita harus
mengetahui berapa besar lemak yang dibutuhkan oleh tubuh kita. Selain itu
dengan berolah raga, banyak mengkonsumsi serat dan buah-buahan, dan menghindari
mengkonsumsi lemak berlebih dengan diet sehat tanpa harus meninggalkan
kebudayaan yang terdapat pada suku minang.
BAB IV
KESIMPULAN
Kesehatan tidak hanya dipengaruhi oleh
lingkungan, tetapi budaya juga dapat mempengaruhi kesehatan. Contohnya adalah
budaya Minang, yang biasa mengkonsumsi makanan pedas dan berminyak, misalnya
gulai. Pada setiap acara yang dilakukan, gulai selalu dijadikan sebagai menu
utama. Karena itulah banyak orang Minang yang terkena Penyakit Jantung Koroner
(PJK).
Untuk penanggulangan masalah Penyakit
Jantung Koroner pada etnik Minang, dapat dianjurkan untuk mengonsumsi lebih
banyak buah dan sayur, mengubah cara pengolahan bahan makanan, dan mengurangi
atau mengganti bahan makanan hewani sumber kolesterol yang digabungkan atau
diolah menggunakan sumber asam lemak jenuh seperti santan. Selain itu dalam
memasak kita juga harus memperhatikan bahan yang di gunakan. Jangan menggunakan
bahan yang memiliki kandungan yang sama, seperti yang dilakukan pada etnik Minang.
Jika mengkonsumsi sesuatu secara berlebihan maka akan merusak sistem tubuh
kita.
DAFTAR
PUSTAKA
http://bankjudul.wordpress.com/2011/03/12/dampak-pola-konsumsi-makanmasakan-padang-ditinjau-dari-aspek-kesehatan-dan-status-gizi/
(diakses 26 Maret 2012)
http://www.mail-archive.com/rantau-net@rantaunet.com/msg19707.html
(diakses
26 Maret 2012)
http://databaseartikel.com/kesehatan/201215503-hidup-sehat-antara-gaya-hidup-dan-pola-makan.html
(diakses
26 Maret 2012)
http://groups.yahoo.com/group/surau/message/7110 (diakses 26 Msemaraputraadjoezt.blogspot.com
No comments:
Post a Comment