WHO AM I?

I PUTU JUNIARTHA SEMARA PUTRA POLTEKKES KEMENKES DENPASAR JURUSAN KEPERAWATAN

Thursday, June 21, 2012

HUBUNGAN PEMELIHARAAN ANJING DENGAN TINGKAT RABIES DI KABUPATEN JEMBRANA

Juniartha Semara Putra

BAB I
PENDAHULUAN
1.1              Masalah Budaya Memelihara Anjing
Anjing adalah salah satu hewan yang mudah bersosialisasi dengan manusia. Hubungan anjing dan manusia sudah terjalin cukup lama sejak ratusan tahun silam. Manusia primitif bahkan memanfaatkan anjing untuk teman berburu (Hatmosrojo dan Nyuman 2003). Anjing seperti halnya hewan lain juga sangat rentan terhadap kemungkinan terjangkit penyakit yang juga dapat berbahaya bagi kesehatan manusia. Salah satu jenis penyakit pada anjing yang sangat berbahaya dan bersifat zoonosis adalah rabies.
1.2              Banyaknya Kasus Rabies
Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan rata-rata di Asia ada 50.000 kasus kematian akibat rabies pertahun. Kasus di negara Asia terbanyak ditemukan di India (20.000-30.000 kasus pertahun), Vietnam (rata-rata 9.000 kasus pertahun), China (rata-rata 2.500 kasus pertahun), Filipina (200-300 kasus pertahun) dan Indonesia (rata-rata 125 kasus pertahun). Di Indonesia rabies sebagian besar disebabkan gigitan anjing (98%) sementara sebagian kecil diebabkan oleh gigitan kera dan kucing (2%). Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan menyebutkan, Indonesia merupakan negara terbesar ke lima di Asia yang menjadi negara dengan jumlah korban rabies. Posisi Indonesia  terbesar setelah India, China, Filipina dan Vietnam.
Di Indonesia sampai Agustus 2010 sudah 113 orang positif terinfeksi penyakit rabies. Penyebaran virus rabies sulit dihentikan. Data prevalensi rabies di Bali, daerah dengan insiden rabies tertinggi di Indonesia. Data Insiden di RS SANGLAH menunjukkan adanya 107 kasus yang ditangani antara November 2008 – September 2010. Berdasarkan perbedaan Jenis kelaminnya terdapat 61 kasus pada laki-laki dan 46 kasus pada wanita yang secara usia merata dari bayi hingga dewasa. (Dr. I Made Susila Utama, SpPD, 2010). Kecepatan penyebarannya tiga milimeter perjam. Tidak mengherankan bila angka kematian akibat penyakit ini mencapai 100%. Penyakit ini, seperti dilansir dalam siaran pers Kementerian Kesehatan, juga kerap menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). Tahun 2005 KLB terjadi di provinsi Maluku, Maluku Utara dan Kalimantan Barat, akhir tahun 2007, KLB terjadi di Banten. November 2008, KLB terjadi di Kab. Badung, Bali. Di Pulau Nias, Sumatera Utara sampai dengan Juli 2010 terjadi 857 gigitan hewan penular rabies (GHPR), sekitar 815 diberi vaksin anti rabies, dan 23 diantaranya meninggal dunia. Di Bali, sejak kasus ini menyebar tahun 2008 di Kab. Badung, sampai bulan Agustus 2010 terdata 53.418 kasus GPHR, 83 diantaranya meninggal (4 orang tahun 2008, 26 orang tahun 2009, dan 53 orang tahun 2010).
1.3              Proses Terjadinya
Menurut Kamil et al. (2003), faktor-faktor yang berasosiasi dengan kejadian rabies di Bali adalah jumlah kepemilikan anjing, vaksinasi, tanggapan pemilik terhadap vaksinasi, pendidikan pemilik, pendapatan pemilik, sistem pemeliharaan, pengetahuan pemilik tentang rabies, pengalaman memelihara anjing dan aktifitas berburu.
1.4              Dampak
Dampak dari penyakit ini adalah banyaknya korban jiwa yang berjatuhan baik anjing itu sendiri maupun manusia. Sekarang Dinas Peternakan Bali sedang gencar-gencarnya memberantas penyakit mematikan ini yang disebabkan oleh gigitan hewan, anjing yang dianggap sebagai sahabat manusia justru sebagai penyebar utama dari penyebaran virus rabies ini melalui gigitannya. Provinsi Bali yang telah dklaim bebas rabies justru telah banyak korban berjatuhan baik yang suspect maupun yang telah positif terjangkit virus rabies. Sehingga tidak heran banyak anjing yang dibunuh, namun untuk anjing yang dipelihara akan diberikan vaksinasi.






BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1       Konsep Rabies
a.  Pengertian Rabies
Rabies atau lebih sering dikenal dengan nama anjing gila merupakan suatu penyakit infeksi akut yang menyerang susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies dan ditularkan dari gigitan hewan penular rabies. Hewan yang rentan dengan virus rabies ini adalah hewan berdarah panas. Penyakit rabies secara almi terdapat pada bangsa kucing, anjing, kelelawar, kera dan karnivora liar lainnya.
Pada hewan yang menderita rabies, virus ditemukan dengan jumlah yang banyak pada air liurnya. Vrus ini ditularkan ke hewan lain atau ke manusia terutama melalui luka gigitan. Oleh karena itu bangsa karnivora adalah hewan yang paling utama sebagai penyebar rabies.
Penyakit rabies merupakan penyakit Zoonosa yang sangat berbahaya dan ditakuti karena bila telah menyerang manusia atau hewan akan selau berakhir dengan kematian. Mengingat akan bahaya dan keganasan terhadap kesehatan dan ketentraman hidup masyarakat, maka usaha pencegahan dan pemberantasan penyakit ini perlu dilaksanakan secara intensif.
b.  Penyebab Rabies
Penyakit ini disebabkan oleh virus rabies yang terdapat pada air liur hewan yang terinfeksi. Hewan ini menularkan infeksi kepada hewan lainnya atau manusia melaui gigitan dan kadang melalui jilatan. Secara patogenesis, setelah virus rabies masuk lewat gigitan, selama 2 minggu virus akan tetap tinggal pada tempat masukdan disekitrnya. Kemudian, virus akan bergerak mencapai ujung-ujung serabut saraf posterios tanpa menunjukan perubahan-perubahan fungsinya. Sesampainya di otak , virus akan memperbanyak diri dan menyebar luas dalam semua bagian neuron-neuron, terutama mempunyai predileksi khusus terhadap sel-sel sistem limbic, hipotalamus dan batang otak. Setelah memperbanyak diri dalam neuron-neuron sentral, virus kemudian bergerak kea rah perifer dalam serabut saraf eferen, volunteer dan otonom. Dengan demikian virus ini menyerang hamper tiap organ dan jaringan di dalam tubuh dan berkembang biak dalam jaringan-jaringab seperti kelenjar ludah, ginjal, dan sebagainya.
Banyak hewan yang bisa menularkan rabies kepada manusia. Yang paling sering menjadi sumber dari rabies adalah anjing, hewan yang lainnya juga bisa menjadi sumber penularan rabies adalah kucing, kelelawar, rakun, sigung, dan rubah. Rabies pada anjing masih sering ditemukan di Amerika Latin, Afrika, dan Asia bahkan sekarang di Indonesia kasus rabies ini mulai muncul dan sudah banyak memakan korban. Ini disebabkan karena tidak semua hewan peliharaan mendapatkan vaksinasi untuk penyakit ini. Hewan yang terinfeksi bisa mengalami rabies buas atau rabies jinak. Pada rabies buas, hewan yang terkena tampak gelisah dan ganas, kemudian menjadi lumpuh dan mati. Pada rabies jinak, sejak awal telah terjadi kelumpuhan lokal atau kelumpuhan total.
c.  Tahapan Penyakit Rabies
Perjalanan penyakit Rabies pada anjing dan kucing dibagi dalam 3 fase yaitu :
·      Fase Prodormal
Hewan mencari tempat dingin dan menyendiri, tetapi dapat terjadi lebih agresif dan nervus, pupil mata meluas dan sikap tubuh kaku (tegang). Fase ini berlangsung selama 1-3 hari.
·      Fase Eksitasi
Hewan menjadi ganas dan menyerang siapa saja yang ada di sekitarnya dan memakan barang yang aneh-aneh. Selanjutnya mata menjadi keruh dan selalu terbuka dan tubuh gemetaran.
·      Fase Paralisa
Hewan mengalami kelumpuhan pada semua bagian tubuh dan berakhir dengan kematian.
Masa inkubasi dari penyakit ini adalah waktu antara penggigitan sampai timbulnya gejala penyakit. Masa inkubasi penyakit rabies pada anjing dan kucing kurang lebih 2 minggu (10-14 hari). Pada manusia 2-3 minggu dan paling lama 1 tahun. Masa inkubasi biasanya paling pendek pada orang yang digigit pada kepala, tempat yang tertutup atau bila gigitan terdapat di banyak tempat.
d.  Gejala Rabies
Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 30-50 hari setelah terinfeksi, tetapi masa inkubasinya sangat bervariasi dari 10 hari sampai 1 tahun. Pada 20% penderita, rabies dimulai dengan kelumpuhan pada tungkai bawah yang menjalar ke seluruh tubuh. Tetapi penyakit ini biasanya dimulai dengan periode yang pendek dari depresi mental, keresahan, tidak enak badan, dan demam. Keresahan akan meningkat menjadi kegembiraan yang tak terkendali dan penderita akan mengeluarkan air liur. Kejang otot tenggorokan dan pita suara bisa menyebabkan rasa sakit yang luar biasa. Kejang ini terjadi akibat adanya gangguan pada daerah otot yang mengatur proses menelan dan pernafasan. Angin sepoi-sepoi dan mencoba minum air bisa menyebabkan kekejangan ini. Oleh karena itu penderita rabies tidak dapat minum. Karena hal inilah, maka penyakit ini kadang-kadang juga disebut hidrofobia (takut air). Pada salah satu sumber menyebutkan beberapa ciri-ciri dari korban yang telah terinfeksi virus rabies diamana korban tersebut akhirnya meninggal akibat terlambat mendapat pertolongan, yaitu :
·      Keluar keringat yang deras
·      Dada sakit seperti tertusuk-tusuk dan sakit
·      Sesak nafas
Beberapa minggu setelah digigit anjing, korban akan takut air dan angin namun sering menggigil dan kehausan. (Bali Post,2009)
e.  Tanda-Tanda Penyakit Rabies Pada Hewan
Gejala penyakit dikenal dalam 3 bentuk :
·      Bentuk ganas (Furious Rabies)
Masa eksitasi panjang, kebanyakan akan mati dalam 2-5 hari setelah tanda-tanda terlihat.Tanda-tanda yang sering terlihat :
1)   Hewan menjadi penakut atau menjadi galak
2)   Senang bersembunyi di tempat-tempat yang dingin, gelap dan menyendiri tetapi dapat menjadi agresif
3)   Tidak menurut perintah majikannya
4)   Nafsu makan hilang
5)   Air liur meleleh tak terkendali
6)   Hewan akan menyerang benda yang ada disekitarnya dan memakan barang, benda-benda asing seperti batu, kayu dsb.
7)   Menyerang dan menggigit barabg bergerak apa saja yang dijumpai
8)   Kejang-kejang disusul dengan kelumpuhan
9)   Ekor diantara 2 (dua)paha.
·      Bentuk diam (Dumb Rabies)
Masa eksitasi pendek, paralisa cepat terjadi. Tanda-tanda yang sering terlihat :
1)   Bersembunyi di tempat yang gelap dan sejuk
2)   Kejang-kejang berlangsung sangat singkat, bahkan sering tidak terlihat
3)   Lumpuh, tidak dapat menelan, mulut terbuka
4)   Air liur keluar terus menerus (berlebihan)
5)   Mati
·      Bentuk Asystomatis
Hewan tidak menunjukan gejala sakit dan tiba-tiba mati.
f.  Tindakan Terhadap Hewan Yang Menggigit
Anjing, kucing, dan kera yang yang menggigit manusia atau hewan lainnya harus dicurigai menderita Rabies. Terhadap hewan tersebut harus diambil tindakan sebagai berikut :
·      Bila hewan tersebut adalah hewan peliharaan atau ada pemiliknya, maka hewan tersebut harus ditangkap dan diserahkan ke Dinas Peternakan setempat untuk diobservasi selama 14 hari. Bila hasil observasi negatif Rabies maka hewan tersebut mendapat vaksinasi rabies sebelum diserahkan kembali ke pemiliknya.
·      Bila hewan yang menggigit adalah hewan liar (tidak ada pemiliknya) maka hewan tersebut harus dusahakan ditangkap hidup dan diserahkan kepada Dinas Peternakan setempat untuk diobservasi dan setelah masa observasi selesai hewan tersebut dapat dimusnahkan atau dipelihara oleh orang yang berkenan, setelah terlebih dahulu diberikan vaksinasi Rabies.
·      Bila hewan yang menggigit sulit untuk ditangkap dan terpaksa harus dibunuh , maka kepala hewan tersebut harus diambil dan segera diserahkan ke Dinas Peternakan setempat untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium.
g.  Pencegahan Rabies
Langkah-langkah untuk mencegah rabies bisa diambil sebelum terjangkit virus atau segera seteleh terjangkit. Sebagai contoh, vaksinasi bisa diberikan kepada orang-orang yang berisiko tinggi terhadap terjangkitnya virus, yaitu :
·      Dokter hewan
·      Petugas laboratorium yang menangani hewan-hewan yang terinfeksi
·      Orang-orang yang menetap atau tinggal lebih dari 30 hari di daerah yang terjangkit rabies dimana banyak anjing ditemukan.
Vaksinasi memberikan perlindungan seumur hidup. Tetapi kadar antibodi akan menurun, sehingga orang yang berisiko tinggi terhadap penyebaran selanjutnya harus mendapat dosis buster vaksinasi setiap 2 tahun.
h.  Pengobatan Rabies
Jika segera dilakukan tindakan pencegahan yang tepat. Maka seseorang yang digigit hewan yang menderita rabies kemungkinan tidak akan menderita rabies. Orang yang digigit kelinci dan hewan pengerat (termasuk bajing dan tikus)tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut karena hewan-hewan tersebut jarang terinfeksi rabies. Tetapi bila digigit binatang buas (sigung, rakun, rubah, dan kelelawar) diperlukan pengobatan lebih lanjut karena hewan-hewan tersebut mungkin saja terinfeksi rabies.
Tindakan pencegahan yang paling penting adalah penanganan luka gigitan sesegera mungkin. Daerah yang digigit dibersihkan dengan sabun, tusukan yang dalam dosemprotkan dengan air sabun. Jika luka telah dibersihkan, kepada pemberita yang belum pernah mendapatkan imunisasi dengan vaksin rabies diberikan suntikan immunoglobin rabies, dimana separuh dari dosisnnya disuntikkan di tempat gigitan.
Jika belum pernah mendapatkan imunisasi, maka suntikan vaksin rabies diberikan pada saat digigit hewan rabies dan pada hari ke 3, 7, 14, dan 28. Nyeri dan pembengkakan di tempat suntikan biasanya bersifat ringan. Jarang terjadi reaksi alergi yang serius, kurang dari 1 % yang mengalami demam setelah menjalani vaksinasi.
Jika penderita pernah mendapatkan vaksinasi, maka risiko menderita rabies akan berkurang, tetapi luka gigitan harus tetap dibersihkan dan diberikan 2 dosis vaksin (pada hari 0 dan 2).
Sebelum ditemukannya pengobatan, kematian biasanya terjadi dalam 3-10 hari. Kebanyakan penderita meninggal karena sumbatan jalan nafas (asfiksia), kejang, kelelahan, atau kelumpuhan total. Meskipun kematian karena rabies diduga tidak dapat dihindarkan, tetapi beberapa orang penderita selamat. Mereka dipindahkan ke ruang perawatan intensif untuk diawasi terhadap gejala-gejala pada paru-paru, jantung, dan otak. Pemberian vaksin maupun immunoglobulinrabies tampaknya efektif jika suatu saat penderita menunjukkan gejala-gejala rabies.
i.      Tips Bila Digigit Anjing
·      Cuci luka gigitan itu dengan air mengalir dan sabun kurang lebih 10-15 menit. Mencuci luka gigitan dengan air dan sabun bisa menghilangkan setidaknya 92% virus rabies.
·      Setelah itu baru ketempat kesehatan terdekat untuk meminta perawatan lebih lanjut dan mendapatkan VAR (vaksinasi anti rabies).
·      Jangan langsung ke tempat kesehatan setelah digigit anjing karena itu memberikan waktu untuk virus masuk dalam tubuh. Jadi ditekankan agar mencuci luka segera setelah digigit.
·      Usahakan untuk menangkap anjing tersebut dan kurungatau diikat untuk memastikan apakah anjing tersebut menderita rabies atau tidak. Jika anjing mati dalam rentang waktu kurang lebih 10 hari setelah menggigit, maka dipastikan anjing tersebut tertular rabies.
·      Untuk VAR dilakukan selam 3 kali yaitu :
1)  Pertama, saat digigit
2)  Kedua, seminggu setelah digigit
3)  Ketiga, tiga minggu setelah digigit
Apabila anjing telah dibunuh atau mati setelah menggigit, maka VAR harus dijalani secara penuh. Dengan pelaksanaan VAR secara lengkap, maka pertahanan tubuh untuk rabies yang dibentuk oleh vaksin akan maksimal, jika setengah-setengah maka pertahanan tubuh yang terbentuk juga tidak maksimal.
2.2       Budaya Memelihara Anjing
Memelihara anjing bagi orang Bali dianggap sebagai semacam kewajiban, sebagai penjaga rumah. Maka di beberapa tempat kita akan melihat anjing yang menyalak setiap kali ada orang baru yang masuk ke rumah. Kondisi masyarakat Bali itu berbeda dengan daerah rawan rabies lainnya. Masyarakat Bali sudah terbiasa memelihara anjing, anjing dianggap penjaga rumah dan dapat diberi makan sisa makanan sehari-hari. Disamping itu juga ada cerita Hindu yang mengganggap binatang anjing ini suci. Sehingga dampaknya hampir setiap rumah ada anjing bahkan bisa jadi lebih banyak anjing daripada anggota keluarganya.
2.3       Penyakit Akibat Memelihara Anjing
                                    Penyakit yang dapat ditimbulkan oleh kebiasaan memelihara anjing adalah penyakit rabies. Hal ini disebabkan anjing merupakan perantara penyakit tersebut sehingga manusia yang sering berinteraksi dengan anjing dapat mudah tertular penyakit rabies.
BAB III
PEMECAHAN DAN KASUS
Sebelum merebaknya penyakit rabies di Bali, kita dengan mudah menemukan anjing tidur berselonjor di pinggir jalan. Mereka di pelihara oleh sebagian terbesar oleh penduduk di perkotaan maupun di pedesaan sebagai hewan piaraan. Tapi tidak dikandangkan. Tahun 70-an anjing bahkan mencapai puncak populasinya di seluruh Bali. Setiap jalan seakan dipenuhi oleh anjing dari ujung ke ujung. Sampai kemudian tahun 80-an dikeluarkan pening anjing warna keemasan berbentuk bundar. Namun, makin ramainya kendaraan membuat populasi anjing di berbagai tempat di Bali menurun drastis. Maklum pemiliknya tidak memberi rantai apalagi mengandangkan anjing anjing mereka.
Anjing yang ada di daerah Jembrana dibiarkan liar berkelana menyusuri jalan. Hanya masuk rumah saat malam tiba, dan diberi makan sekali sehari biasanya di senja hari. Makanannyapun berupa sekedar nasi putih dan kaldu ikan. Sehingga kebanyakan anjing anjing itu kurus, kudisan dan matanya berair.
Memelihara anjing bagi orang Bali khususnya Masyarakat Jembrana dianggap sebagai semacam kewajiban, sebagai penjaga rumah. Maka di beberapa tempat kita akan melihat anjing yang menyalak setiap kali ada orang baru yang masuk ke rumah. Kondisi masyarakat Bali itu berbeda dengan daerah rawan rabies lainnya. Masyarakat Bali sudah terbiasa memelihara anjing, anjing dianggap penjaga rumah dan dapat makan sisa makanan sehari-hari. Disamping itu juga ada cerita hindu yang mengganggap binatang anjing ini suci. Sehingga dampaknya hampir setiap rumah ada anjing bahkan bisa jadi lebih banyak anjing daripada anggota keluarganya.
Jadi pemandangan yang ironis kemudian bila di setiap kampung di Jembrana yang seharusnya di malam hari sunyi senyap tapi setiap saat kita pasti dikagetkan oleh gonggongan anjing tiap kali si anjing mencium kehadiran orang asing. Di masa lampau gonggongan anjing konon dijadikan penanda melintasnya orang sakti, leak, dan kekuatan gaib lainnya. Orang Bali percaya anjing memiliki penciuman yang tajam. Anjing bisa melihat bau begitulah kepercayaan mereka.
Selama bertahun-tahun Bali sempat menjadi daerah yang bebas rabies, dan pemilik anjing tidak begitu waspada dengan tidak memvaksin anjingnya. Bahkan untuk vaksin stemper dan sejenisnyapun tidak dilakukan. Ketika kemudian rabies merebak bisa ditebak kejadian luar biasa terjadi. Setiap bulan terdapat orang yang meninggal akibat rabies. Sampai 2011 ini korban telah mencapai puluhan dan tersebar di seluruh Bali.
Upaya preventif dilakukan dengan memvaksin setiap anjing yang dimiliki penduduk secara gratis. Dan setelah itu diberi penanda berupa kalung warna perak segi empat. Kemudian dari dinas peternakan setempat juga mengeliminasi anjing liar yang diduga terjangkit virus rabies. Merebaknya rabies di Jembrana menyebabkan puluhan anjing terlanjur dieliminasi secara ironis ditangkap dan dibunuh secara sporadis tanpa memilih apakah anjing itu positif rabies atau tidak.
Namun berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jembrana dengan penanganan yang tepat maka korban gigitan anjing di Jembrana tidak sampai menimbulkan korban meninggal. Hal ini disebabkan cara penangan luka yang baik dibarengi dengan pemberian VAR secara bertahap serta dilakukannya observasi terhadap anjing-anjing yang sudah menggigit oleh Dinas Peternakan Kabupaten Jembrana.
Pemilik anjing juga mesti memperhatikan perawatan anjing mereka, tidak lagi membebas liarkan anjingnya di jalanan. Mengejar pengendara motor yang lewat atau melintas dan menyeberang sembarangan yang membahayakan anjing itu sendiri juga pengendara motor.

BAB IV
KESIMPULAN
Rabies merupakan penyakit menular yang mematikan yang ditularkan oleh hewan melalui gigitannya. Virus rabies banyak terkandung dalam kelenjar liur hewan yang telah terinfeksi virus ini sehingga gigitannya inilah yang sangat berbahaya.
Cara penanggulangan penyakit rabies adalah bila tergigit oleh anjing, maka tindakan yang harus kita lakukan adalah mencuci daerah gigitan tersebut dengan sabun dan pada air yang mengalir untuk meminimalkan virus yang masuk ke pembuluh darah. Setelah itu barulah dibawa ke tenaga kesehatan untuk mendapatkan vaksinasi anti rabies secara bertahap agar kita tidak terinfeksi virus rabies ini. Kemudian diharapkan masyarakat dan pemerintah bisa mengeliminasi anjing yang tidak bertuan dan berkeliaran di jalan raya yang diduga terinfeksi rabies.

DAFTAR PUSTAKA

No comments: