Juniartha Semara Putra
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Masalah Budaya Memelihara Anjing
Anjing adalah salah satu hewan yang
mudah bersosialisasi dengan manusia. Hubungan anjing dan manusia sudah terjalin
cukup lama sejak ratusan tahun silam. Manusia primitif bahkan memanfaatkan
anjing untuk teman berburu (Hatmosrojo dan Nyuman 2003). Anjing seperti halnya
hewan lain juga sangat rentan terhadap kemungkinan terjangkit penyakit yang
juga dapat berbahaya bagi kesehatan manusia. Salah satu jenis penyakit pada
anjing yang sangat berbahaya dan bersifat zoonosis adalah rabies.
1.2
Banyaknya Kasus Rabies
Data Badan Kesehatan Dunia (WHO)
menunjukkan rata-rata di Asia ada 50.000 kasus kematian akibat rabies pertahun.
Kasus di negara Asia terbanyak ditemukan di India (20.000-30.000 kasus
pertahun), Vietnam (rata-rata 9.000 kasus pertahun), China (rata-rata 2.500
kasus pertahun), Filipina (200-300 kasus pertahun) dan Indonesia (rata-rata 125
kasus pertahun). Di Indonesia rabies sebagian besar disebabkan gigitan anjing
(98%) sementara sebagian kecil diebabkan oleh gigitan kera dan kucing (2%). Direktorat
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan
menyebutkan, Indonesia merupakan negara terbesar ke lima di Asia yang menjadi
negara dengan jumlah korban rabies. Posisi Indonesia terbesar setelah
India, China, Filipina dan Vietnam.
Di Indonesia sampai Agustus 2010 sudah 113 orang positif terinfeksi penyakit rabies. Penyebaran virus rabies sulit dihentikan. Data prevalensi rabies di Bali, daerah dengan insiden rabies tertinggi di Indonesia. Data Insiden di RS SANGLAH menunjukkan adanya 107 kasus yang ditangani antara November 2008 – September 2010. Berdasarkan perbedaan Jenis kelaminnya terdapat 61 kasus pada laki-laki dan 46 kasus pada wanita yang secara usia merata dari bayi hingga dewasa. (Dr. I Made Susila Utama, SpPD, 2010). Kecepatan penyebarannya tiga milimeter perjam. Tidak mengherankan bila angka kematian akibat penyakit ini mencapai 100%. Penyakit ini, seperti dilansir dalam siaran pers Kementerian Kesehatan, juga kerap menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). Tahun 2005 KLB terjadi di provinsi Maluku, Maluku Utara dan Kalimantan Barat, akhir tahun 2007, KLB terjadi di Banten. November 2008, KLB terjadi di Kab. Badung, Bali. Di Pulau Nias, Sumatera Utara sampai dengan Juli 2010 terjadi 857 gigitan hewan penular rabies (GHPR), sekitar 815 diberi vaksin anti rabies, dan 23 diantaranya meninggal dunia. Di Bali, sejak kasus ini menyebar tahun 2008 di Kab. Badung, sampai bulan Agustus 2010 terdata 53.418 kasus GPHR, 83 diantaranya meninggal (4 orang tahun 2008, 26 orang tahun 2009, dan 53 orang tahun 2010).
Di Indonesia sampai Agustus 2010 sudah 113 orang positif terinfeksi penyakit rabies. Penyebaran virus rabies sulit dihentikan. Data prevalensi rabies di Bali, daerah dengan insiden rabies tertinggi di Indonesia. Data Insiden di RS SANGLAH menunjukkan adanya 107 kasus yang ditangani antara November 2008 – September 2010. Berdasarkan perbedaan Jenis kelaminnya terdapat 61 kasus pada laki-laki dan 46 kasus pada wanita yang secara usia merata dari bayi hingga dewasa. (Dr. I Made Susila Utama, SpPD, 2010). Kecepatan penyebarannya tiga milimeter perjam. Tidak mengherankan bila angka kematian akibat penyakit ini mencapai 100%. Penyakit ini, seperti dilansir dalam siaran pers Kementerian Kesehatan, juga kerap menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). Tahun 2005 KLB terjadi di provinsi Maluku, Maluku Utara dan Kalimantan Barat, akhir tahun 2007, KLB terjadi di Banten. November 2008, KLB terjadi di Kab. Badung, Bali. Di Pulau Nias, Sumatera Utara sampai dengan Juli 2010 terjadi 857 gigitan hewan penular rabies (GHPR), sekitar 815 diberi vaksin anti rabies, dan 23 diantaranya meninggal dunia. Di Bali, sejak kasus ini menyebar tahun 2008 di Kab. Badung, sampai bulan Agustus 2010 terdata 53.418 kasus GPHR, 83 diantaranya meninggal (4 orang tahun 2008, 26 orang tahun 2009, dan 53 orang tahun 2010).
1.3
Proses Terjadinya
Menurut Kamil et al. (2003),
faktor-faktor yang berasosiasi dengan kejadian rabies di Bali adalah jumlah
kepemilikan anjing, vaksinasi, tanggapan pemilik terhadap vaksinasi, pendidikan
pemilik, pendapatan pemilik, sistem pemeliharaan, pengetahuan pemilik tentang
rabies, pengalaman memelihara anjing dan aktifitas berburu.
1.4
Dampak
Dampak dari penyakit ini adalah
banyaknya korban jiwa yang berjatuhan baik anjing itu sendiri maupun manusia. Sekarang
Dinas Peternakan Bali sedang gencar-gencarnya memberantas penyakit mematikan
ini yang disebabkan oleh gigitan hewan, anjing yang dianggap sebagai sahabat
manusia justru sebagai penyebar utama dari penyebaran virus rabies ini melalui
gigitannya. Provinsi Bali yang telah dklaim bebas rabies justru telah banyak
korban berjatuhan baik yang suspect maupun yang telah positif terjangkit virus
rabies. Sehingga tidak heran banyak anjing yang dibunuh, namun untuk anjing
yang dipelihara akan diberikan vaksinasi.
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
2.1 Konsep Rabies
a. Pengertian
Rabies
Rabies atau lebih sering dikenal dengan nama anjing
gila merupakan suatu penyakit infeksi akut yang menyerang susunan saraf pusat
yang disebabkan oleh virus rabies dan ditularkan dari gigitan hewan penular
rabies. Hewan yang rentan dengan virus rabies ini adalah hewan berdarah panas.
Penyakit rabies secara almi terdapat pada bangsa kucing, anjing, kelelawar,
kera dan karnivora liar lainnya.
Pada hewan yang menderita rabies, virus ditemukan
dengan jumlah yang banyak pada air liurnya. Vrus ini ditularkan ke hewan lain
atau ke manusia terutama melalui luka gigitan. Oleh karena itu bangsa karnivora
adalah hewan yang paling utama sebagai penyebar rabies.
Penyakit rabies merupakan penyakit Zoonosa yang sangat
berbahaya dan ditakuti karena bila telah menyerang manusia atau hewan akan
selau berakhir dengan kematian. Mengingat akan bahaya dan keganasan terhadap
kesehatan dan ketentraman hidup masyarakat, maka usaha pencegahan dan
pemberantasan penyakit ini perlu dilaksanakan secara intensif.
b. Penyebab Rabies
Penyakit ini disebabkan oleh virus rabies yang
terdapat pada air liur hewan yang terinfeksi. Hewan ini menularkan infeksi
kepada hewan lainnya atau manusia melaui gigitan dan kadang melalui jilatan.
Secara patogenesis, setelah virus rabies masuk lewat gigitan, selama 2 minggu
virus akan tetap tinggal pada tempat masukdan disekitrnya. Kemudian, virus akan
bergerak mencapai ujung-ujung serabut saraf posterios tanpa menunjukan
perubahan-perubahan fungsinya. Sesampainya di otak , virus akan memperbanyak
diri dan menyebar luas dalam semua bagian neuron-neuron, terutama mempunyai predileksi
khusus terhadap sel-sel sistem limbic, hipotalamus dan batang otak. Setelah
memperbanyak diri dalam neuron-neuron sentral, virus kemudian bergerak kea rah
perifer dalam serabut saraf eferen, volunteer dan otonom. Dengan demikian virus
ini menyerang hamper tiap organ dan jaringan di dalam tubuh dan berkembang biak
dalam jaringan-jaringab seperti kelenjar ludah, ginjal, dan sebagainya.
Banyak hewan yang bisa menularkan rabies kepada
manusia. Yang paling sering menjadi sumber dari rabies adalah anjing, hewan
yang lainnya juga bisa menjadi sumber penularan rabies adalah kucing,
kelelawar, rakun, sigung, dan rubah. Rabies pada anjing masih sering ditemukan
di Amerika Latin, Afrika, dan Asia bahkan sekarang di Indonesia kasus rabies
ini mulai muncul dan sudah banyak memakan korban. Ini disebabkan karena tidak semua hewan peliharaan mendapatkan vaksinasi untuk penyakit ini.
Hewan yang terinfeksi bisa mengalami rabies buas atau rabies jinak. Pada rabies
buas, hewan yang terkena tampak gelisah dan ganas, kemudian menjadi lumpuh dan
mati. Pada rabies jinak, sejak awal telah terjadi kelumpuhan lokal atau kelumpuhan total.
c. Tahapan Penyakit Rabies
Perjalanan penyakit Rabies pada
anjing dan kucing dibagi dalam 3 fase yaitu :
· Fase
Prodormal
Hewan
mencari tempat dingin dan menyendiri, tetapi dapat terjadi lebih agresif dan
nervus, pupil mata meluas dan sikap tubuh kaku (tegang). Fase ini berlangsung selama 1-3 hari.
· Fase
Eksitasi
Hewan menjadi ganas dan menyerang siapa saja yang ada di sekitarnya dan memakan barang yang aneh-aneh. Selanjutnya mata menjadi keruh dan
selalu terbuka dan tubuh gemetaran.
· Fase
Paralisa
Hewan
mengalami kelumpuhan pada semua bagian tubuh dan berakhir dengan kematian.
Masa inkubasi dari penyakit ini adalah waktu antara
penggigitan sampai timbulnya gejala penyakit. Masa inkubasi penyakit rabies
pada anjing dan kucing kurang lebih 2 minggu (10-14 hari). Pada manusia 2-3
minggu dan paling lama 1 tahun. Masa inkubasi biasanya paling pendek pada orang
yang digigit pada kepala, tempat yang tertutup atau bila gigitan terdapat di
banyak tempat.
d. Gejala Rabies
Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 30-50 hari
setelah terinfeksi, tetapi masa inkubasinya sangat bervariasi dari 10 hari
sampai 1 tahun. Pada 20% penderita, rabies dimulai dengan kelumpuhan pada
tungkai bawah yang menjalar ke seluruh tubuh. Tetapi penyakit ini biasanya dimulai dengan periode yang pendek dari
depresi mental, keresahan, tidak enak badan, dan demam. Keresahan akan
meningkat menjadi kegembiraan yang tak terkendali dan penderita akan
mengeluarkan air liur. Kejang otot tenggorokan dan pita suara bisa menyebabkan
rasa sakit yang luar biasa. Kejang ini terjadi akibat adanya gangguan pada
daerah otot yang mengatur proses menelan dan pernafasan. Angin sepoi-sepoi dan
mencoba minum air bisa menyebabkan kekejangan ini. Oleh karena itu penderita
rabies tidak dapat minum. Karena hal inilah, maka penyakit ini kadang-kadang
juga disebut hidrofobia (takut air). Pada salah satu sumber menyebutkan beberapa ciri-ciri dari korban yang
telah terinfeksi virus rabies diamana korban tersebut akhirnya meninggal akibat
terlambat mendapat pertolongan, yaitu :
· Keluar
keringat yang deras
· Dada sakit seperti tertusuk-tusuk dan sakit
· Sesak nafas
Beberapa minggu setelah digigit anjing, korban akan
takut air dan angin namun sering menggigil dan kehausan. (Bali Post,2009)
e. Tanda-Tanda Penyakit Rabies Pada Hewan
Gejala penyakit dikenal dalam 3 bentuk :
·
Bentuk ganas (Furious Rabies)
Masa
eksitasi panjang, kebanyakan akan mati dalam 2-5 hari setelah tanda-tanda terlihat.Tanda-tanda yang sering terlihat :
1)
Hewan menjadi penakut atau menjadi
galak
2)
Senang bersembunyi di tempat-tempat
yang dingin, gelap dan menyendiri tetapi dapat menjadi agresif
3)
Tidak menurut perintah majikannya
4)
Nafsu makan hilang
5)
Air liur meleleh tak terkendali
6)
Hewan akan
menyerang benda yang ada disekitarnya dan memakan barang, benda-benda asing
seperti batu, kayu dsb.
7)
Menyerang dan
menggigit barabg bergerak apa saja yang dijumpai
8)
Kejang-kejang disusul dengan
kelumpuhan
9)
Ekor diantara 2 (dua)paha.
·
Bentuk diam (Dumb Rabies)
Masa
eksitasi pendek, paralisa cepat terjadi. Tanda-tanda
yang sering terlihat :
1)
Bersembunyi di
tempat yang gelap dan sejuk
2)
Kejang-kejang
berlangsung sangat singkat, bahkan sering tidak terlihat
3)
Lumpuh, tidak dapat menelan, mulut
terbuka
4)
Air liur keluar
terus menerus (berlebihan)
5)
Mati
·
Bentuk Asystomatis
Hewan tidak
menunjukan gejala sakit dan tiba-tiba mati.
f. Tindakan Terhadap Hewan Yang Menggigit
Anjing, kucing, dan kera yang yang menggigit manusia
atau hewan lainnya harus dicurigai menderita Rabies. Terhadap hewan tersebut
harus diambil tindakan sebagai berikut :
·
Bila hewan tersebut adalah hewan
peliharaan atau ada pemiliknya, maka hewan tersebut harus ditangkap dan
diserahkan ke Dinas Peternakan setempat untuk diobservasi selama 14 hari. Bila
hasil observasi negatif Rabies maka hewan tersebut mendapat vaksinasi rabies
sebelum diserahkan kembali ke pemiliknya.
·
Bila hewan yang menggigit adalah
hewan liar (tidak ada pemiliknya) maka hewan tersebut harus dusahakan ditangkap
hidup dan diserahkan kepada Dinas Peternakan setempat untuk diobservasi dan
setelah masa observasi selesai hewan tersebut dapat dimusnahkan atau dipelihara
oleh orang yang berkenan, setelah terlebih dahulu diberikan vaksinasi Rabies.
·
Bila hewan yang menggigit sulit untuk
ditangkap dan terpaksa harus dibunuh , maka kepala hewan tersebut harus diambil
dan segera diserahkan ke Dinas Peternakan setempat untuk dilakukan pemeriksaan
laboratorium.
g. Pencegahan Rabies
Langkah-langkah untuk mencegah rabies bisa diambil
sebelum terjangkit virus atau segera seteleh terjangkit. Sebagai contoh,
vaksinasi bisa diberikan kepada orang-orang yang berisiko tinggi terhadap
terjangkitnya virus, yaitu :
·
Dokter hewan
·
Petugas
laboratorium yang menangani hewan-hewan yang terinfeksi
·
Orang-orang
yang menetap atau tinggal lebih dari 30 hari di daerah yang terjangkit rabies
dimana banyak anjing ditemukan.
Vaksinasi memberikan perlindungan seumur hidup. Tetapi
kadar antibodi akan menurun, sehingga orang yang berisiko tinggi terhadap
penyebaran selanjutnya harus mendapat dosis buster vaksinasi setiap 2 tahun.
h. Pengobatan Rabies
Jika segera dilakukan tindakan pencegahan yang tepat. Maka seseorang yang
digigit hewan yang menderita rabies kemungkinan tidak akan menderita rabies.
Orang yang digigit kelinci dan hewan pengerat (termasuk bajing dan tikus)tidak
memerlukan pengobatan lebih lanjut karena hewan-hewan tersebut jarang
terinfeksi rabies. Tetapi bila digigit binatang buas (sigung, rakun, rubah, dan
kelelawar) diperlukan pengobatan lebih lanjut karena hewan-hewan tersebut
mungkin saja terinfeksi rabies.
Tindakan pencegahan yang paling
penting adalah penanganan luka gigitan sesegera mungkin. Daerah yang digigit
dibersihkan dengan sabun, tusukan yang dalam dosemprotkan dengan air sabun.
Jika luka telah dibersihkan, kepada pemberita yang belum pernah mendapatkan
imunisasi dengan vaksin rabies diberikan suntikan immunoglobin rabies, dimana
separuh dari dosisnnya disuntikkan di tempat gigitan.
Jika belum pernah mendapatkan
imunisasi, maka suntikan vaksin rabies diberikan pada saat digigit hewan rabies
dan pada hari ke 3, 7, 14, dan 28. Nyeri dan pembengkakan di tempat suntikan
biasanya bersifat ringan. Jarang terjadi reaksi alergi yang serius, kurang dari
1 % yang mengalami demam setelah menjalani vaksinasi.
Jika penderita pernah mendapatkan
vaksinasi, maka risiko menderita rabies akan berkurang, tetapi luka gigitan
harus tetap dibersihkan dan diberikan 2 dosis vaksin (pada hari 0 dan 2).
Sebelum ditemukannya pengobatan,
kematian biasanya terjadi dalam 3-10 hari. Kebanyakan penderita meninggal
karena sumbatan jalan nafas (asfiksia), kejang, kelelahan, atau kelumpuhan
total. Meskipun kematian karena rabies diduga tidak dapat dihindarkan, tetapi
beberapa orang penderita selamat. Mereka dipindahkan ke ruang perawatan
intensif untuk diawasi terhadap gejala-gejala pada paru-paru, jantung, dan
otak. Pemberian vaksin maupun immunoglobulinrabies tampaknya efektif jika suatu
saat penderita menunjukkan gejala-gejala rabies.
i. Tips Bila Digigit Anjing
·
Cuci luka
gigitan itu dengan air mengalir dan sabun kurang lebih 10-15 menit. Mencuci
luka gigitan dengan air dan sabun bisa menghilangkan setidaknya 92% virus
rabies.
·
Setelah itu
baru ketempat kesehatan terdekat untuk meminta perawatan lebih lanjut dan
mendapatkan VAR (vaksinasi anti rabies).
·
Jangan langsung
ke tempat kesehatan setelah digigit anjing karena itu memberikan waktu untuk
virus masuk dalam tubuh. Jadi ditekankan agar mencuci luka
segera setelah digigit.
·
Usahakan untuk menangkap anjing
tersebut dan kurungatau diikat untuk memastikan apakah anjing tersebut
menderita rabies atau tidak. Jika anjing mati dalam rentang waktu kurang lebih
10 hari setelah menggigit, maka dipastikan anjing tersebut tertular rabies.
·
Untuk VAR dilakukan selam 3 kali
yaitu :
1) Pertama, saat
digigit
2) Kedua,
seminggu setelah digigit
3) Ketiga, tiga
minggu setelah digigit
Apabila anjing telah dibunuh atau mati setelah
menggigit, maka VAR harus dijalani secara penuh. Dengan pelaksanaan VAR secara
lengkap, maka pertahanan tubuh untuk rabies yang dibentuk oleh vaksin akan
maksimal, jika setengah-setengah maka pertahanan tubuh yang terbentuk juga
tidak maksimal.
2.2 Budaya Memelihara Anjing
Memelihara
anjing bagi orang Bali dianggap sebagai semacam kewajiban, sebagai penjaga
rumah. Maka di beberapa tempat kita akan melihat anjing yang menyalak setiap
kali ada orang baru yang masuk ke rumah. Kondisi masyarakat Bali itu berbeda
dengan daerah rawan rabies lainnya. Masyarakat Bali sudah terbiasa memelihara
anjing, anjing dianggap penjaga rumah dan dapat diberi makan sisa makanan
sehari-hari. Disamping itu juga ada cerita Hindu yang mengganggap binatang
anjing ini suci. Sehingga dampaknya hampir setiap rumah ada anjing bahkan bisa
jadi lebih banyak anjing daripada anggota keluarganya.
2.3 Penyakit Akibat Memelihara Anjing
Penyakit
yang dapat ditimbulkan oleh kebiasaan memelihara anjing adalah penyakit rabies.
Hal ini disebabkan anjing merupakan perantara penyakit tersebut sehingga
manusia yang sering berinteraksi dengan anjing dapat mudah tertular penyakit
rabies.
BAB
III
PEMECAHAN
DAN KASUS
Sebelum merebaknya penyakit rabies
di Bali, kita dengan mudah menemukan anjing tidur berselonjor di pinggir jalan.
Mereka di pelihara oleh sebagian terbesar oleh penduduk di perkotaan maupun di
pedesaan sebagai hewan piaraan. Tapi tidak dikandangkan. Tahun 70-an anjing
bahkan mencapai puncak populasinya di seluruh Bali. Setiap jalan seakan
dipenuhi oleh anjing dari ujung ke ujung. Sampai kemudian tahun 80-an dikeluarkan
pening anjing warna keemasan berbentuk bundar.
Namun, makin ramainya kendaraan
membuat populasi anjing di berbagai tempat di Bali menurun drastis. Maklum
pemiliknya tidak memberi rantai apalagi mengandangkan anjing anjing mereka.
Anjing yang ada di daerah Jembrana dibiarkan
liar berkelana menyusuri jalan. Hanya masuk rumah saat malam tiba, dan diberi
makan sekali sehari biasanya di senja hari. Makanannyapun berupa sekedar nasi
putih dan kaldu ikan. Sehingga kebanyakan anjing anjing itu kurus, kudisan dan
matanya berair.
Memelihara anjing bagi orang Bali khususnya
Masyarakat Jembrana dianggap sebagai semacam kewajiban, sebagai penjaga rumah.
Maka di beberapa tempat kita akan melihat anjing yang menyalak setiap kali ada
orang baru yang masuk ke rumah. Kondisi masyarakat Bali itu berbeda dengan
daerah rawan rabies lainnya. Masyarakat Bali sudah terbiasa memelihara anjing,
anjing dianggap penjaga rumah dan dapat makan sisa makanan sehari-hari.
Disamping itu juga ada cerita hindu yang mengganggap binatang anjing ini suci.
Sehingga dampaknya hampir setiap rumah ada anjing bahkan bisa jadi lebih banyak
anjing daripada anggota keluarganya.
Jadi pemandangan yang ironis
kemudian bila di setiap kampung di Jembrana yang seharusnya di malam hari sunyi
senyap tapi setiap saat kita pasti dikagetkan oleh gonggongan anjing tiap kali
si anjing mencium kehadiran orang asing. Di masa lampau gonggongan anjing konon
dijadikan penanda melintasnya orang sakti, leak, dan kekuatan gaib lainnya.
Orang Bali percaya anjing memiliki penciuman yang tajam. Anjing bisa melihat
bau begitulah kepercayaan mereka.
Selama bertahun-tahun Bali sempat
menjadi daerah yang bebas rabies, dan pemilik anjing tidak begitu waspada
dengan tidak memvaksin anjingnya. Bahkan untuk vaksin stemper dan sejenisnyapun
tidak dilakukan. Ketika kemudian rabies merebak bisa ditebak kejadian luar
biasa terjadi. Setiap bulan terdapat orang yang meninggal akibat rabies. Sampai
2011 ini korban telah mencapai puluhan dan tersebar di seluruh Bali.
Upaya preventif dilakukan dengan
memvaksin setiap anjing yang dimiliki penduduk secara gratis. Dan setelah itu
diberi penanda berupa kalung warna perak segi empat. Kemudian dari dinas
peternakan setempat juga mengeliminasi anjing liar yang diduga terjangkit virus
rabies. Merebaknya rabies di Jembrana menyebabkan puluhan anjing terlanjur
dieliminasi secara ironis ditangkap dan dibunuh secara sporadis tanpa memilih
apakah anjing itu positif rabies atau tidak.
Namun berdasarkan data yang
diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jembrana dengan penanganan yang tepat
maka korban gigitan anjing di Jembrana tidak sampai menimbulkan korban
meninggal. Hal ini disebabkan cara penangan luka yang baik dibarengi dengan
pemberian VAR secara bertahap serta dilakukannya observasi terhadap
anjing-anjing yang sudah menggigit oleh Dinas Peternakan Kabupaten Jembrana.
Pemilik anjing juga mesti
memperhatikan perawatan anjing mereka, tidak lagi membebas liarkan anjingnya di
jalanan. Mengejar pengendara motor yang lewat atau melintas dan menyeberang
sembarangan yang membahayakan anjing itu sendiri juga pengendara motor.
BAB
IV
KESIMPULAN
Rabies
merupakan penyakit menular yang mematikan yang ditularkan oleh hewan melalui
gigitannya. Virus rabies banyak terkandung dalam kelenjar liur hewan yang telah
terinfeksi virus ini sehingga gigitannya inilah yang sangat berbahaya.
Cara
penanggulangan penyakit rabies adalah bila tergigit oleh anjing, maka tindakan
yang harus kita lakukan adalah mencuci daerah gigitan tersebut dengan sabun dan
pada air yang mengalir untuk meminimalkan virus yang masuk ke pembuluh darah.
Setelah itu barulah dibawa ke tenaga kesehatan untuk mendapatkan vaksinasi anti
rabies secara bertahap agar kita tidak terinfeksi virus rabies ini. Kemudian
diharapkan masyarakat dan pemerintah bisa mengeliminasi anjing yang tidak
bertuan dan berkeliaran di jalan raya yang diduga terinfeksi rabies.
DAFTAR
PUSTAKA
http://ayonktrisna.blogspot.com/2010/10/makalah-rabies.html
(diakses 24 Maret 2012)
http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=1960
(diakses 24 Maret 2012)
http://wartapedia.com/kesehatan/medis/243-rabies-di-indonesia-125-kasus-per-tahun.html
(diakses 24 Maret 2012)
http://www.tribunnews.com/2010/08/16/indonesia-korban-rabies-terbesar-ke-lima-asia
(diakses 24 Maret 2012)
No comments:
Post a Comment