Juniartha Semara Putra
Bahwa
munculnya perilaku berkendara yang buruk di Tabanan merupakan akibat dari
kurangnya “care” maupun “caring” pengendara terhadap lingkungan sekitar dan
keselamatan berkendara
Selain itu,
banyaknya jalan di Tabanan yang rusak juga merupakan wujud kurangnya “care”
pemerintah terhadap keselamatan dan kenyamanan berkendara
Kalau kita
lihat dari sudut suku atau etnis, perilaku berkendara di Tabanan cenderung
sama. Tanpa memandang etnis sedikitpun.
_____, _____. 2010. UU Larangan menggunakan Handphone saat
Berkendara. (http://hondarevoclubjakarta.com)
_____, _____. 2011. Tekan Angka Kecelakaan Saat
Mudik, Ditlantas PMJ Larang Berboncengan Lebih Dari Dua Orang. (http://www.kabar-kini.com/)
All About
Technology: Menggunakan Ponsel Saat Berkendara Dapat Membahayakan. (http://telepongenggam-jimmy63.blogspot.com/)
Bali Muslim Online Store: Salah
Satu Keunikan Bali. (http://www.muslimbusana.com/)
Bali Post, 16 April 2012. “Tergilas Truk, Seorang Tewas”. Halaman 13
Ciamis Tourism
Information Centre Online. 2012. Pengendara di Ciamis masih banyak yang menggunakan HP saat
mengemudi . (http://www.wisataciamis.com/2010/12/pengendara-di-ciamis-masih-banyak-yang.html)
http://carlvaliquet.blogspot.com/2011/05/oh-silent-night-oh-silent-day-tome01.html
Indrobad. 2011. Gagap Budaya di Jalan Raya – Sebuah Testimoni .( http://indobrad.web.id)
Nurcahya, Dede. 2001. Melanggar Aturankah Menelepon pada Saat
Berkendara dengan Menggunakan Handsfree?. (http://www.kompasiana.com)
Retnowati, Dewi. 2012. Kasus Tugu
Tani Versus Budaya Safety di Negara Ini. (http://www.kompasiana.com)
BAB I
PENDAHULUAN
Pesatnya pertumbuhan kepemilikan
kendaraan bermotor di Indonesia dalam tahun-tahun terakhir, dikombinasikan pula
dengan penduduk dengan usia yang relatif muda dan beragamnya jenis kendaraan
telah mengakibatkan masalah keselamatan jalan yang kian memburuk. Kondisi ini
akan tetap memburuk dengan pertambahan jumlah kendaraan rata-rata sekitar 10%
per tahun dan perilaku berkendara yang tidak baik. Kini penggunaan kendaraan
bermotor memang menjadi budaya bagi penduduk. Mengingat harganya yang
terjangkau, tidaklah mengherankan jika setiap keluarga paling tidak memiliki
dua buah sepeda motor. Ada kalanya kita jumpai penduduk dengan usia yang
relatif muda sudah mulai membawa kendaraan bermotor. Akan tetapi mereka tidak
memperhatikan keselamatan dalam berkendara, apakah itu mengenai perilaku dalam
berkendara atau penggunaan alat pelindung diri. Semua ini dapat mengancam keselamatan dalam
berkendara dan menimbulkan keresahan pengguna jalan.
Perilaku berkendara yang sering kita
jumpai di antaranya kebut-kebutan di jalan, tidak mematuhi rambu lalu lintas,
menyalip kendaraan, memakai handphone saat berkendara, penggunaan alat
pelindung diri sepert helm, sabuk pengaman; tidak membawa kelengkapan surat
izin mengemudi (SIM) dan lain-lain. Adapun persentase beberapa perilaku
berkendara berdasarkan survey melalui wawancara yang dilakukan pada pertengahan
bulan April terhadap beberapa orang mahasiswa (16 orang). Terdapat 25% dari
mahasiswa yang pernah menerobos lampu lalu lintas; 37,5% di antaranya
kadang-kadang; 31,25% yang jarang dan hanya 6,25% yang tidak pernah menerobos
lampu lalu lintas. Untuk pemakaian alat pelindung diri seperti helm, 6,25% di
antaranya kadang-kadang memakai helm dan sekitar 93,5% yang selalu memakai helm
saat berkendara. Sedangkan untuk pemakaian ponsel saat berkendara, sekitar
31,25% yang pernah memakai ponsel saat berkendara; 25% di antaranya
kadang-kadang memakai; 31,25% yang pemakaiannya jarang dan hanya 12,5% yang
tidak pernah memakai ponsel saat berkendara.
Proses terjadinya perilaku berkendara
seperti yang tersebut di atas bervariasi. Contoh yang bisa kita ambil misalnya
kebut-kebutan di jalan. Hal ini biasa terjadi pada kaum muda. Kebut-kebutan di
jalan biasa digunakan kaum muda untuk membuktikan diri mereka kepada teman
sebayanya. Karena dengan begitu mereka
akan terlihat keren. Begitu pula dengan penggunaan ponsel saat berkendara.
Pengendara biasanya malas meluangkan waktu mereka untuk memberhentikan
kendaraan mereka hanya untuk mengangkat telepon. Kondisi yang buru-buru atau
darurat juga biasanya menjadi penyebab para pengendara memakai ponsel saat
berkendara.
Jika dipertimbangkan, beberapa prilaku
berkendara memang memiliki dampak yang positif. Seperti perilaku ngebut
misalnya, bisa memperpendek waktu tempuh sehingga tiba di tempat tujuan lebih awal.
Namun perilaku yang buruk dalam berkendara sering menimbulkan keresahan
para pengguna jalan, mengancam keselamatan dan menyebabkan terjadinya
kecelakaan lalu-lintas. Mulai dari kecelakaan tunggal sampai kecelakaan
beruntun atau kecelakaan yang ringan sampai yang menimbulkan korban jiwa.
Kecelakaan yang terjadi tidak hanya merugikan si pengendara, lingkungan sekitar
yang terlibat terkadang bisa terkena imbasnya. Tidaklah mengherankan jika
perilaku berkendara yang buruk menjadi salah satu penyumbang angka kecelakaan
di Indonesia, termasuk Bali khususnya. Sebagai contoh misalnya di daerah
Tabanan, berdasarkan data yang dihimpun dari Kepolisian Resor Tabanan, jumlah
kecelakaan dalam kurun waktu tiga tahun terakhir selalu mengalami peningkatan.
No
|
Tahun
|
Jumlah
Kejadian
|
Meninggal
Dunia
|
Luka
Berat
|
Luka
ringan
|
Kerugian
material
(rupiah)
|
1.
|
2009
|
200
|
62
|
133
|
190
|
446.350.000,-
|
2.
|
2010
|
253
|
73
|
145
|
226
|
421.350.000,-
|
3.
|
2011
|
326
|
57
|
176
|
370
|
725.975.000,-
|
Sumber
: Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah Bali Resor Tabanan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Transcultural dalam Perilaku
Berkendara
Secara
umum, prilaku berkendara di setiap tempat di Indonesia, tak terkecuali Tabanan,
relatif sama. Seperti yang kita ketahui, mayoritas kendaraan bermotor di
Indonesia adalah sepeda motor. Dapat dikatakan sepeda motor adalah penguasa
jalanan di Indonesia. Perilaku berkendara di Indonesia sudah sangat terkenal
dengan kesemrawutannya. Kondisi serupa bisa kita temukan di India. Bisa
dikatakan bahwa yang membuat karakter berkendara mirip antara Indonesia dan
India adalah keadaan ekonominya. Status Indonesia dan India adalah negara yang
berkembang, serta memiliki penduduk yang banyak dan padat. Di sisi lain,
pertumbuhan pembuatan jalan di Indonesia cukup kecil bila dibandingkan negara
lain. Mengenai perilaku berkendara di Tabanan, ada beberapa hal yang perlu
menjadi perhatian sebagai berikut :
v Perilaku
konsumtif masyarakat yang umumnya muncul ketika melihat sesuatu hal yang baru.
Ketika model kendaraan terbaru yang dipromosikan di media, dengan kelebihan
yang ditawarkan, sering menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk bisa
memilikinya.
v Sebagai
akibat dari pertumbuhan kendaraan bermotor yang tidak sebanding dengan
pertumbuhan jalan, maka lambat laun akan muncul perilaku pengendara yang
bertindak ogah-ogahan yang bisa membahayakan dirinya maupun orang lain hanya
demi mencapai tujuan dengan cepat.
v Selanjutnya, perilaku berkendara yang patut menjadi sorotan adalah
minimnya perhatian keselamatan berkendara, terutama bagi pengendara. Khususnya
di Tabanan atau di Bali secara keseluruhan, di mana ketika kita pergi ke tempat
yang tidak begitu jauh, banyak pengendara yang tidak menggunakan alat pengaman
seperti helm. Keengganan menjadi alasan utama dari perilaku tersebut.
v Selain itu, kondisi jalan yang sempit, serta cukup banyak yang
rusak turut menjadi faktor pendorong prilaku berkendara di Tabanan. Adanya kebiasaan membelok secara tiba-tiba
demi menghindari bagian jalan yang rusak, tetapi cara ini justru akan
meningkatkan risiko kecelakaan.
v Kabupaten Tabanan adalah salah satu daerah yang dilewati ruta
Jalan Denpasar-Gilimanuk. Perlu dikatehui, jalur ini adalah satu-satunya jalur
utama yang menghubungkan Pelabuhan Gilimanuk sebagai pintu gerbang provinsi
Bali di bagian barat dengan ibu kota provinsi, sehingga banyak kendaraan berat
yang melintasi jalur ini.
v Adanya kebiasaan orang tua ketika anaknya sudah mulai menginjak
SMP, mulai memanjakan anaknya. Salah satunya dengan dibelikan sepeda motor,
tanpa mendapat pengawasan yang layak dari orang tua.
v Sebagai tambahan terakhir, banyak anak usia sekolah, terutama SD,SMP,
maupun SMA yang mengendarai sepeda motor. Baik saat pergi ke sekolah, ataupun
sebaliknya. Pada usia ini, anak-anak biasanya memiliki emosi yang labil.
Tentunya menjadi risiko tersendiri seandainya si pengendara, dalam kondisi
psikologis yang buruk, mengendarai kendaraanya di jalan raya.
Jika membandingkan prilaku berkendara dengan konsep transkultural,
maka dapat dijelaskan permasalahan perilaku berkendara di Tabanan, seperti :



2.2 Budaya Berkendara
Dewasa
ini, memang sudah banyak kita jumpai rambu-rambu dan peraturan lalu lintas yang
ditetapkan oleh pemerintah. Namun, sesungguhnya mengemudi atau berkendara
adalah masalah budaya yang masih dijalani oleh sebagian besar pengemudi dengan
gagap.
Berikut
ini adalah beberapa contoh budaya berkendara yang umumnya terdapat dalam
masyarakat.
a.
Nyolong
haluan (menyalip)
Perilaku
ini sering kita jumpai di jalan raya, yang bertujuan untuk mendahului kendaraan lain. Yang biasa terjadi
adalah jika hendak menyalip kendaraan di
depan sementara dua lajur yang berlawanan arah sedang ramai, maka sudah lazim
bagi kendaraan yang disalip untuk memperlambat laju kendaraannya sementara yang
dari arah berlawanan juga akan melambat guna memberi kesempatan bagi si
penyalip untuk segera kembali ke lajur kiri.
b.
Penggunaan ponsel saat berkendara
Alat
komunikasi memang sudah menjadi bagian dari hidup sebagian besar masyarakat.
Sehingga terlihat sedetikpun mereka tidak bisa lepas dari alat komunikasi,
termasuk saat berkendara. Walaupun telah diatur dalam UU No 22 tahun 2009,
tentang larangan menggunakan handphone saat berkendara, perilaku ini sudah
menjadi kebiasaan bagi para pengendara. Mereka biasanya tidak sempat berhenti
atau enggan menepi ketika menerima telepon ataupun SMS.
c.
Penggunaan
helm saat berkendara
Pada
pengendara terutama sepeda motor, sering tidak memakai alat pelindung diri seperti
helm. Salah satu alasannya adalah tempat tujuan yang dekat letaknya, sehingga
menurut mereka tidak perlu memakai helm. Padahal penggunaan helm sangat penting
untuk keselamatan kita berkendara.
Hal
tersebut juga dijumpai di beberapa daerah seperti di Bali, ada hal yang unik
dalam pemakaian helm. Terkadang helm menjadi tidak wajib dipakai ketika memakai
pakaian ibadah, seperti orang Bali memakai baju adat
Bali, dan pria muslim memakai baju koko dan kopiah, serta muslimahnya memakai baju panjang dengan kerudung. Dengan memakai pakaian ibadah saat
kita sedang berkendara, kita dianggap akan menuju tempat ibadah untuk
beribadah. Dan oleh karena itu, ada semacam dispensasi tidak tertulis bahwa hal
itu menjadi legal.
d.
Ngebut
Perilaku
ini paling sering dijumpai di jalan raya. Tidak hanya orang dewasa tetapi
anak-anak SMP dan SMA juga sering kebut-kebutan di jalan. Kebut-kebutan
digunakan sebagai salah satu ajang pembuktian diri bagi kaum muda kepada orang
lain. Selain itu, untuk menjangkau tempat tujuan lebih cepat juga dijadikan
alasan oleh para pengendara.
e.
Tidak
mematuhi rambu-rambu lalu lintas
Di
jalan raya, masih sering kita jumpai beberapa pengguna kendaraan yang menerobos
lampu merah, menjarah bahu jalan, zebra cross, sampai berkendara di trotoar.
Padahal perilaku tersebut bisa membahayakan keselamatan sendiri dan orang lain.
f.
Kelengkapan
dalam berkendara
Selain
alat pelindung diri seperti helm , sepatu, masker dan jaket, dalam berkendara
juga perlu dilengkapi dengan surat-surat seperti SIM dan STNK. Banyak
pengendara yang tidak memiliki SIM tetapi tetap membawa kendaraan. Keengganan
mereka untuk mengurus kelengkapan surat-surat sebagai pengendara memang menjadi
salah satu faktor penyebabnya.
Pada
pengendara mobil beberapa pengemudi sering melupakan penggunaan sabuk pengaman
(seat-belts). Padahal fungsinya sangat penting, yaitu untuk mengurangi risiko
terbenturnya tubuh ke arah depan saat berkendara.
Penggunaan
jas hujan juga penting. Beberapa pengendara ada saja yang tidak membawa atau
enggan memakai jas hujan, saat musim hujan sehingga berisiko mengganggu
kesehatan.
g.
Kesadaran
diri dalam berkendara
Ada
budaya memperlambat laju kendaraan di jalanan becek agar pejalan kaki tidak
kecipratan air kotor. Ada pula perilaku yang perlu digarisbawahi yaitu saat
memutar atau mencari haluan. Terkadang ada pengendara yang tidak menoleh
kanan-kiri untuk memastikan bahwa keadaan jalan aman. Sehingga, hal yang tidak
diinginkan seperti kecelakaan bisa terjadi.
Kondisi
kesehatan saat berkendara juga perlu menjadi perhatian. Tidak jarang, para
pengendara memaksakan diri mereka untuk mengemudi walaupun dalam keadaan lelah,
sakit, mengonsumsi obat-obatan ataupun minuman keras. Padahal ini bisa
mengganggu konsentrasi ketika berkendara.
h.
Berkendara
dengan kelebihan muatan
Terkadang
ada pengendara yang bandel dengan membawa muatan lebih dari 2 orang.
Hal ini bisa mengganggu
keseimbangan kendaraan dan berakhir dengan kecelakaan.
i.
Tidak
menyalakan lampu pada siang hari
Rusaknya
accu sering dijadikan alasan oleh pengemudi untuk tidak menyalakan lampu pada
siang hari. Padahal menyalakan lampu pada siang hari berguna untuk meningkatkan
kewaspadaan berkendara, sangat penting dilakukan terutama ketika cuaca mendung
maupun hujan.
Berikut
ini adalah beberapa contoh gambar perilaku berkendara yang sering kita temui di
masyarakat

![]() |
a.
Berboncengan lebih dari 2 orang b.
Memakai ponsel saat berkendara
![]() |
c.
Pemakaian helm menjadi tidak diharuskan ketika memakai pakaian ibadah
2.3 Gangguan Kesehatan Terkait Budaya
Berkendara
a.
Masuk
angin
Istilah “masuk angin” sering digunakan
oleh masyarakat Indonesia, apabila mereka mengalami kondisi kedinginan,
kembung, pegal-pegal pada otot dan sendi, buang gas terus menerus, serta
batuk-pilek. Berkaitan dengan budaya berkendara, kondisi ini bisa disebabkan karena
minimnya penggunaan APD, seperti jaket, celana panjang, sepatu, sarung tangan
dan jas hujan.
Sebenarnya di Istilah Kedokteran, tidak ada istilah “masuk angin”.
Tetapi berbagai keluhan yang disebutkan diatas memang dapat ditimbulkan oleh
cuaca dingin atau cuaca berhujan yang tidak diimbangi dengan pemakaian jas
hujan. Cuaca yang dingin dapat menimbulkan mekanisme “vasoconstricion“ dimana
terjadi penyempitan pembuluh darah. Hal ini merupakan mekanisme untuk
menghambat pengeluaran kalor berlebihan dari tubuh, sehingga tidak terjadi
Hipotermi. Vasokonstriksi pembuluh darah ini dapat mengakibatkan peredaran
darah di tubuh kurang lancar, sehingga hasil metabolisme, dan asam laktat
terakumulasi pada otot. Akibatnya terjadi pegal-pegal dan seluruh tubuh terasa
tidak enak.
Cuaca yang dingin juga mengakibatkan perlambatan dari gerak peristaltik saluran
cerna, sehingga gas yang ada di saluran cerna tertampung sehingga dapat
menjadi kembung dan perut terasa penuh. Selain itu, cuaca yang dingin, dapat
mengakibatkan rambut-rambut sel di saluran pernafasan lambat untuk bergerak.
Padahal fungsi pergerakan tersebut adalah untuk mengeluarkan lendir dan bakteri
serta virus. Akibat dari gangguan fungsi rambut-rambut di saluran nafas ini,
kita akan mudah terkena infeksi saluran nafas atas, seperti: batuk, pilek, dan
lain-lain.
b.
Gangguan
Pernapasan
Gangguan kesehatan ini berhubungan
dengan kurangnya pemakaian APD yaitu masker pada saat berkendara. Penyakit ini
meliputi ISPA (Infeksi Saluran Napas bagian Atas), pneumonia, dan bronkitis
akut. Ini merupakan akibat dari terpaparnya saluran pernapasan oleh asap
kendaraan atau polusi. Selain itu gangguan pernapasan lainnya, yaitu keracunan
gas CO yang merupakan gas yang dikeluarkan akibat pembakaran Bahan Bakar Minyak
(BBM) yang tidak sempurna. Gas CO memiliki daya ikat yang lebih kuat dengan
hemoglobin, dibandingkan dengan oksigen. Sehingga jika terhirup oleh seseorang,
dia akan mengalami pusing, pada titik tertentu bisa keracunan, mengalami
gangguan jantung, sampai kematian.
Dengan demikian, penggunaan masker yang
efektif diharapkan dapat melindungi kita dari debu dan polusi kendaraan.
c.
Perlukaan
Ketika terjadi kecelakaan, yang
disebabkan oleh perilaku berkendara yang buruk, yang terlibat biasanya
mengalami luka pada beberapa bagian tubuh. Luka adalah suatu keadaan
ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kecelakaan. Trauma atau perlukaan
secara medis adalah hilangnya kontinuitas jaringan yang disebabkan karena
adanya kekuatan dari luar/kekerasan (WHO, 2007).
Trauma pada kecelakaan lalu lintas dapat
tersangkut beberapa pihak, misalnya pejalan kaki, pengemudi kendaraan,
penumpang dan sebagainya (Budiyanto A., 1997). Ada dua jenis perlukaan, yaitu
perlukaan yang disebabkan oleh benda tumpul dan benda tajam. Luka akibat
kekerasan benda tumpul meliputi memar, luka lecet (ekskoriasi) dan luka
terbuka/robek (vulnus laseratum). Sedangkan luka akibat benda tajam meliputi
luka iris atau sayat, luka tusuk, dan luka bacok.
Oleh sebab itu, penggunaan jaket, sarung
tangan, dan celana panjang sangat diperlukan untuk melindungi kita dari luka
maupun benturan.
d.
Cedera
Kepala
Perilaku berkendara yang ugal-ugalan,
sering menjadi penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas. Cedera kepala adalah
salah satu akibat yang ditimbulkan. Cedera kepala dapat terjadi pada penumpang
kendaraan yang ditabrak dari belakang. Penumpang akan mengalami percepatan
mendadak sehingga terjadi hiperekstensi kepala yang disusul dengan hiperfleksi.
Cedera terjadi terutama pada ruas tulang leher keempat dan kelima yang
membahayakan sumsum tulang belakang. Kerusakan pada medula oblongata dapat
berakibat fatal. Timbulnya cedera leher ini juga dipengaruhi oleh bentuk
sandaran tempat duduk dan kelengahan korban (Budiyanto A., 1997). Pemakaian Helm
dimaksudkan untuk meredam benturan pada kepala sehingga memperkecil
kemungkinan cedera.
e.
Patah
tulang (fraktur)
Pada kasus kecelakaan yang parah sering
dijumpai adanya fraktur pada korban kecelakaan. Fraktur adalah kondisi
terputusnya kontinuitas jaringan tulang. Pengemudi biasanya mengalami luka pada
pergelangan tangan karena menahan kemudi, sedangkan tulang femur dan pelvis
mungkin patah akibat menginjak pedal dengan kuat. Bergesernya tempat duduk
ke depan dan kemudi ke belakang dapat menyebabkan patahnya sternum dan
iga-iga. Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya hal tersebut, dianjurkan
pemakaian sabuk pengaman dan kemudi yang dapat patah sendiri.
BAB
III
KASUS
DAN PEMECAHAN
3.1 Kasus
Berikut
adalah contoh kasus dari salah satu perilaku berkendara yang bisa menyebabkan
kecelakaan lalu lintas.
Tergilas Truk,
Seorang Tewas
Tabanan (Bali Post) –
Korban tewas di jalur maut
Denpasar-Gilimanuk bertambah lagi. Seorang warga tewas setelah tergilas truk di
jalan Banjar Penyalin, Desa Samsam, Kerambitan, Minggu (15/4) kemarin. Korban
tewas seketika akibat tubuhnya remuk. Kejadian ini sempat membuat lalu lintas
di lokasi macet total.
Korban adalah Ni Nyoman Wardi (52),
asal Tuban, Badung. Saat kejadian pukul 09.30 WITA, wanita ini dibonceng
suaminya, Ketut Suastika (51), menggunakan sepeda motor Honda Supra bernopol DK
4723 DA. Tiba di lokasi, Suastika yang melaju kencang mendadak menyalip sebuah
mobil di depannya. Entah bagaimana, saat menyalip motor tersebut bersenggolan
dengan mobil. Akibatnya, motor Suastika oleng ke kanan. Saking kerasnya, korban
langsung terjatuh dan terpental ke kanan. Saat bersamaan, dari arah depan
muncul truk boks bernopol DK 9576 AN yang dikemudikan Arif Setiawan (28), asal
Jalan Nusakambangan, Denpasar. Sopir truk tak sempat menghindarkan
kendaraannya. Akibatnya, tubuh tubuh korban tergilas roda depan dan belakang
truk. Tubuh korban sempat terseret dan nyawanya tak tertolong. “Dia
(korban-red) menyalip, lalu oleng dan terpental,” kata Arif Setiawan sopir
truk. Pria ini mengaku sempat menggunakan rem tangan saat melihat korban
terpental. Karena terlalu dekat, roda truknya tidak bisa dikendalikan. Begitu
menggilas korban, Arif bergegas menghentikan laju truknya. Pria ini langsung
lunglai setelah melihat kondisi korban yang bersimbah darah di bawah truk.
Sejumlah saksi mata di lokasi
menyebutkan, bagian dada dan perut korban hancur dan ususnya terurai. Saat
dievakuasi, tubuh korban nyungsep di bawah truk. Untuk penyelidikan polisi,
jazad korban dilarikan ke BRSU Tabanan. Hujan tangis pecah saat beberapa kerabat
korban tiba di kamar mayat rumah sakit. Mereka tak kuasa melihat tubuh korban
yang terbujur kaku bersimbah darah. Sementara suami korban hanya mengalami luka
lecet ringan. Motor yang dikendarai juga masih utuh. Menurut beberapa kerabat,
korban berniat pulang ke rumah keluarga di Desa Bantas, Selemadeg Timur untuk
mengikuti upacara potong gigi.
Kecelakaan kemarin menyedot perhatian
ratusan warga, terutama pengguna jalan yang melintas. Begitu mendengar
tabrakan, warga berhamburan melihat dari dekat. Aksi ini sempat memacetkan arus
lalu lintas di lokasi. Kemacetan berhasil terurai setelah jazad korban dibawa
ke rumah sakit. Kasus ini masih ditangani unit Laka Polres Tabanan.
3.2 Pemecahan Kasus
Berdasarkan
kasus yang tersebut di atas, salah satu perilaku berkendara yang disoroti di
sini adalah menyalip kendaraan. Selain itu diperparah dengan kurangnya
kewaspadaan korban dalam berkendara, yaitu tidak memperhatikan kendaraan yang
datang dari arah berlawanan.
Perilaku
menyalip memang biasa kita jumpai di jalan raya. Tetapi dalam melakukannya kita
juga harus memperhatikan kondisi lalu lintas, tidak nyelonong begitu saja. Dengan demikian keadaan yang tidak
diinginkan seperti kecelakaan dapat dihindari.
Saat
hendak menyalip kendaraan, lebih baik jika kita memperhatikan dengan seksama
kendaraan yang datang dari arah berlawanan. Di jalan raya sudah ada garis
pembatas berwarna putih. Garis ini ada dua jenis, ada yang tersambung dan
terputus-putus. Garis yang tersambung mengindikasikan bahwa kita tidak boleh
menyalip kendaraan di area itu. Jika ingin menyalip, bisa dilakukan pada daerah
dengan garis terputus-putus. Selain itu saat menyalip usahakanlah menyalakan
lampu kiri atau kanan kendaraan, agar pengendara lain mengerti bahwa kita akan
mendahului kendaraannya. Dengan kata lain, perilaku menyalip merupakan budaya
yang perlu dinegosiasikan. Perilaku ini boleh saja dilakukan, dengan syarat
tetap memperhatikan atau selalu waspada dan hati-hati dalam melakukannya.
Pada
dasarnya, kedisiplinan di jalan raya dan kesadaran diri akan keselamatan
merupakan faktor utama dalam berkendara yang baik. Kesadaran akan keselamatan
harus ditumbuhkan mulai dari diri sendiri. Karena dengan demikian, hal-hal yang
tidak diinginkan seperti kecelakaan bisa dihindari bahkan dicegah.
Untuk
menghindari kecelakaan dan menggunakan jalanan dengan selamat, bisa diterapkan
beberapa perilaku berkendara sehat berikut ini.
§ Menyiapkan
fisik yang sehat dan prima sebelum berkendara
Cukup istirahat dan tidak dalam keadaan
lelah, tidak sedang dalam keadaan demam atau sakit, tidak dalam kondisi
emosional/marah.
§ Tidak
memaksakan diri untuk mengemudi jika lelah atau mengantuk
Usahakan mengambil waktu 1 sampai 2 jam untuk istirahat/tidur terlebih dulu
dengan kualitas tidur yang maksimal, tidak minum obat yang membuat kantuk.
§ Memperbanyak
asupan buah dan sayur untuk menjaga stamina berkendara
Mengganti konsumsi makanan tinggi kalori
dan lemak dengan buah dan sayur agar stamina tetap terjaga.
§ Disiplin
dan patuh pada rambu-rambu lalu lintas
Menjaga konsentrasi berkendara agar dapat
memperhatikan rambu-rambu lalu lintas selama berkendara, tidak menggunakan
telepon seluler dan alat komunikasi lain serta tidak mendengarkan musik dengan
volume yang keras pada saat berkendara.
§ Tidak
memakai obat-obatan dan minuman keras saat mengemudi
Hindari mengonsumsi obat-obatan terlarang
dan minuman keras untuk menjaga konsentrasi saat berkendara.
§ Memeriksa
kondisi kelayakan kendaraan
Servis kendaraan secara teratur, Sebelum
melakukan perjalanan, periksa kondisi kendaraan dengan memperhatikan kondisi
rem, ban, spion dan lampu, untuk kendaraan mobil, perlu diperhatikan juga
kondisi radiator.
§ Kendaraan
tidak melebihi muatan dan tidak menyalahi peruntukan kendaraan
Tidak
memuat penumpang dan barang dalam kendaraan melebihi kapasitas yang seharusnya,
Memilih kendaraan yang sesuai dengan jarak perjalanan yang akan ditempuh,
misalnya tidak menggunakan motor untuk perjalanan yang jauh dan membawa
penumpang lebih dari 2 orang.
Kurangi
kecepatan kendaraan anda saat turun hujan/cuaca buruk. Waspada pada kondisi
jalan sempit, bergelombang atau rusak, Tingkatkan konsentrasi pada saat
hujan/cuaca buruk agar dapat selalu waspada terutama terhadap kondisi jalan
yang sempit, bergelombang atau rusak.
§ Gunakan
pakaian lengkap saat berkendara sepeda motor
Seperti
masker untuk perlindungan pernafasan dari debu dan polusi, helm, jaket, sarung
tangan, celana panjang dan sepatu untuk perlindungan tubuh dari benturan saat
jatuh. Saat berkendara mobil, gunakan selalu sabuk pengaman (seat-belts) untuk
mengurangi risiko terbenturnya tubuh ke arah depan saat berkendara.
§ Pastikan
agar anda tetap terlihat saat berkendara di malam hari
Menyalakan
lampu pada saat berkendara, Mengenakan pakaian warna terang/berpendar.
Untuk menghindari atau meminimalkan terjadinya cedera akibat kecelakaan saat
berkendara motor, maka pengendara harus menggunakan Alat Pelindung Diri yang
lengkap dan sesuai standar, seperti helm, jaket, masker, sarung tangan, celana
panjang, dan sepatu. Untuk pengguna mobil harus menggunakan sabuk pengaman untuk
mengurangi risiko terbenturnya tubuh ke depan saat berkendara.
BAB
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Perilaku berkendara merupakan salah satu
budaya masyarakat. Sebagai sebuah budaya tentu ada sisi baik dan buruknya.
Untuk itu perilaku berkendara yang positif seperti menyalakan lampu pada siang
hari, memperlambat laju kendaraan di area yang becek bisa dipertahankan.
Sedangkan perilaku yang tidak mematuhi peraturan lau lintas seperti menerobos
lampu merah dan kebut-kebutan sebaiknya dihindari. Karena bisa merugikan diri
sendiri dan orang lain. Adapun perilaku seperti menggunakan ponsel saat
berkendara, menyalip, tidak memakai helm, sebisa mungkin dikurangi demi
keselamatan di jalan raya. Kedisiplinan dan kesadaran akan pentingnya
keselamatan di jalan raya harus ditumbuhkan mulai dari diri sendiri, sehingga
hal-hal yang tidak diinginkan bisa dicegah dan dihindari.
4.2 Saran-saran
Sebagai generasi muda, sebaiknya kita
mulai menumbuhkan budaya keselamatan dimulai dari diri sendiri. Ingatlah selalu
bahwa keselamatan bukan hanya untuk orang lain, tetapi juga untuk jiwa kita dan
orang-orang tercinta yang menunggu di rumah. Dengan melakukannya dari sekarang,
kita akan bisa menyelamatkan banyak orang.
DAFTAR
PUSTAKA
_____, _____. 2010. UU Larangan menggunakan Handphone saat
Berkendara. (http://hondarevoclubjakarta.com)
_____, _____. 2011. Tekan Angka Kecelakaan Saat
Mudik, Ditlantas PMJ Larang Berboncengan Lebih Dari Dua Orang. (http://www.kabar-kini.com/)
All About
Technology: Menggunakan Ponsel Saat Berkendara Dapat Membahayakan. (http://telepongenggam-jimmy63.blogspot.com/)
Bali Muslim Online Store: Salah
Satu Keunikan Bali. (http://www.muslimbusana.com/)
Bali Post, 16 April 2012. “Tergilas Truk, Seorang Tewas”. Halaman 13
Ciamis Tourism
Information Centre Online. 2012. Pengendara di Ciamis masih banyak yang menggunakan HP saat
mengemudi . (http://www.wisataciamis.com/2010/12/pengendara-di-ciamis-masih-banyak-yang.html)
http://carlvaliquet.blogspot.com/2011/05/oh-silent-night-oh-silent-day-tome01.html
Indonesia scouts journey. 2012. Terbongkarnya Misteri Kecelakaan di Indonesia. (http://www.pramukamandiri.com/2012/02/terbongkarnya-misteri-kecelakaan-di.html)
Indrobad. 2011. Gagap Budaya di Jalan Raya – Sebuah Testimoni .( http://indobrad.web.id)
Nurcahya, Dede. 2001. Melanggar Aturankah Menelepon pada Saat
Berkendara dengan Menggunakan Handsfree?. (http://www.kompasiana.com)
Rahayu, siti mugi. 2012. Akankah
Masyarakat Indonesia Tertib Berkendara?. (http://mugiekonomi.wordpress.com/2012/01/14/akankah-masyarakat-indonesia-tertib-berkendara/)
Retnowati, Dewi. 2012. Kasus Tugu
Tani Versus Budaya Safety di Negara Ini. (http://www.kompasiana.com)
Siddik, achmad. 2012. Bahkan Kodok dan Tikus pun Sulit Menyeberang
Jalan. (http://lifestyle.kompasiana.com/urban/2012/01/24/bahkan-kodok-dan-tikus-pun-sulit-menyeberang-jalan/)
Lampiran
1
Hasil Kuisioner Perilaku Berkendara
No
|
Pernyataan
|
Frekuensi
|
Jumlah
|
||||
Selalu
|
Pernah
|
Kadang-kadang
|
Jarang
|
Tidak Pernah
|
|||
1.
|
Menerobos
lampu merah
|
-
|
25%
|
37,5%
|
31,25%
|
6.25%
|
100%
|
2.
|
Melamun saat
berkendara
|
12,5%
|
25%
|
25%
|
18,75%
|
18,75%
|
100%
|
3.
|
Menabrak orang
|
-
|
25%
|
-
|
6,25%
|
68,75%
|
100%
|
4
|
Mengecek
sepeda motor sebelum bepergian
|
37,5%
|
6.25%
|
37,5%
|
18,75%
|
-
|
100%
|
5.
|
Menyalakan
lampu di siang hari
|
12,5%
|
6,25%
|
18,75%
|
43,75%
|
18,75%
|
100%
|
6.
|
Memakai helm
|
93,73%
|
-
|
6,25%
|
-
|
-
|
100%
|
7.
|
Menyalip
kendaraan
|
31,25%
|
37,5%
|
31,25%
|
-
|
-
|
100%
|
8.
|
menerima
telepon/mengirim SMS saat berkendara (pemakaian ponsel)
|
-
|
31,25%
|
25%
|
31.25%
|
12.5%
|
100%
|
9.
|
Menoleh kiri
kanan sebelum menyebrang
|
100%
|
-
|
-
|
-
|
-
|
100%
|
10.
|
Berboncengan
lebih dari 2 orang saat mengendarai sepeda motor
|
6.25%
|
-
|
6,25%
|
6.25%
|
81,25%
|
100%
|
No comments:
Post a Comment