WHO AM I?

I PUTU JUNIARTHA SEMARA PUTRA POLTEKKES KEMENKES DENPASAR JURUSAN KEPERAWATAN

Thursday, June 21, 2012

KABUPATEN BANGLI DAN FLU BURUNG

Juniartha Semara Putra


BAB I PENDAHULUAN

            Virus jenis H5N1 dikenal sebagai virus flu burung yang paling membahayakan yang telah menginfeksi baik manusia ataupun hewan. Virus yang juga dikenal dengan A (H5N1) ini merupakan virus epizootic (penyebab epidemik di mahluk non manusia) dan juga panzootic (yang dapat menginfeksi binatang dari berbagai spesies dari area yang sangat luas.
            Virus avian influenza dapat menimbulkan gejala penyakit pernafasan pada unggas, dari yang patogen ringan (low pathogenic) sampai yang bersifat patogen ganas / fatal (highly pathogenic). Masa inkubasi penyakit ini adalah 3 hari pada unggas di luar kandang, sedangkan untuk unggas di dalam kandang (flok) mencapai 14-21 hari. Hal ini tergantung pada jumlah virus, cara penularan, spesies/jenis yang terinfeksi, dan kemampuan peternak untuk mendeteksi gejala klinis.

            Unggas (ayam, burung, itik, bebek, dll) merupakan sumber penularan virus avian influenza. Kebanyakan virus ini diisolasi dari itik, meskipun kebanyakan burung dapat juga terinfeksi, termasuk burung liar dan unggas air. Unggas air lebih kebal (resisten) terhadap virus ini daripada unggas peliharaan. Virus tersebut tidak menyebabkan penyakit yang nyata pada unggas air, namun dapat menyebabkan dampak yang sangat fatal pada unggas peliharaan, dan juga telah teridentifikasi adanya virus avian influenza pada babi.

1.      Masalah Budaya Berternak Dengan Kesehatan
            Penyebaran virus flu burung ini terasa sangat mudah karena didukung oleh budaya berternak unggas yang kurang sehat. Virus ini dapat menular melalui udara ataupun kontak melalui makanan, minuman, dan sentuhan. Virus tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22o C dan lebih dari 30 hari
            Flu burung menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas kemanusia, melalui air liur, lendir dari hidung dan feces. Penyakit ini dapat menular melalui udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran atau sekreta burung/unggas yang menderita flu burung. Penularan dari unggas ke manusia juga dapat terjadi jika bersinggungan langsung dengan unggas yang terinfeksi flu burung. Contohnya: pekerja di peternakan ayam , pemotong ayam dan penjamah produk unggas lainnya.
            Hal-hal yang sering dianggap remeh oleh para peternak menjadi salah satu jalan penularan virus ini seperti
1.      Jarang membersihkan kandang
            Pembersihan kandang sebaikanya dilakukan minimal 2 kali seminggu, sehingga feces yang merupakan salah satu agen penyebar virus ini dapat dimusnahkan. Selain membuat unggas merasa lebih nyaman, hal ini dapat mengurangi resiko penyebaran virus tersebut.
2.      Tidak pernah menggunakan alat pelindung diri
            Alat pelindung diri seperti masker, sarung tangan dan celemek sesungguhnya sangat dibutuhkan oleh para peternak. Hal-hal kecil seperti ini sering dilupakan oleh para peternak.
3.      Pemberian vaksinasi kepada unggas nya
            Seperti orang awam lain biasanya pemberian vaksinasi kepada unggas-unggasnya dilakukan bila sudah terdapat korban. Bila belum biasanya para peternak hamper tidak pernah member vaksin kepada unggas-unggas yang mereka pelihara
4.      Letak peternakan dengan perumahan
            Unggas sebaiknya tidak dipelihara di dalam rumah atau ruangan tempat tinggal. Peternakan harus dijauhkan dari perumahan untuk mengurangi risiko penularan. Masyarakat di daerah bangli khususnya sering membangun kandang unggas mereka di dekat rumah yang mereka diami, hal ini membuat resiko penularan flu burung semakin mudah.
5.      Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung.
  1. Setiap hal yang berasal dari saluran cerna unggas seperti sekresi harus ditanam/dibakar supaya tidak menular kepada lingkungan sekitar
  2. Cuci alat yang digunakan dalam peternakan dengan desinfektan
  3. Kandang dan Sekresi unggas tidak boleh dikeluarkan dari lokasi peternakan
  4. Memasak daging ayam dengan benar pada suhu 80 derajat dalam 1 menit dan membersihkan telur ayam serta dipanaskan pada suhu 64 derajat selama 5 menit.
  5. Menjaga kebersihan lingkungan dan diri sendiri.
  6. Segera memusnahkan unggas yang mati mendadak dan unggas yang jatuh sakit utnuk memutus rantai penularan flu burung, dan jangan lupa untuk mencuci tangan setelahnya.
12.  Kebiasaan mencuci tangan
Cuci tangan merupakan jalan yang efektif untuk mencegah penyebaran virus ini. Tapi seperti biasa para peternak mengganggap hal kecil seperti ini tak berarti padahal hal kecil seperti inilah yang membawa dampak besar bagi kesehatan.
            Selain budaya berternak yang harus diperbaiki, budaya dalam mengkonsumsi daging, telur, dan hewan harus diperhatikan yaitu dengan dimasak hingga matang untuk menghindari penularan. Kebersihan diri perlu dijaga pula dengan mencuci tangan dengan antiseptik. Kebersihan tubuh dan pakaian juga perlu dijaga.
            Virus dapat bertahan hidup pada suhu dingin. Bahan makanan yang didinginkan atau dibekukan dapat menyimpan virus. Tangan harus dicuci sebelum dan setelah memasak atau menyentuh bahan makanan mentah.
            Tidak selamanya jika tertular virus akan menimbulkan sakit. Namun demikian, hal ini dapat membahayakan di kemudian hari karena virus selalu bermutasi sehingga memiliki potensi patogen pada suatu saat. Oleh karena itu, jika ditemukan hewan atau burung yang mati mendadak pihak otoritas akan membuat dugaan adanya flu burung. Untuk mencegah penularan, hewan lain di sekitar daerah yang berkasus flu burung perlu dimusnahkan.dan dicegah penyebarannya

2.      Banyaknya Kasus
            Kasus yang pernah terjadi di Bangli baru-baru ini adalah kasus Dua pasien flu burung kakak-adik asal Kabupaten Bangli yang dirawat di Rumah Sakit Sanglah, Denpasar, meninggal dunia. Kedua pasien tersebut bernama Wayan Aldiawan (10) dan sang adik bernama Nengah Rika Ari (5) asal Banjar Dinas Antuga, Desa Jehem, Kecamatan Tembuku, Kabupaten Bangli, Bali.
            Setelah foto rongent di RS Sanglah, baru ditemukan gejala pneumonia dan kondisi pasien yang terus drop akibat terinfeksi virus H5N1 itu. Tim medis RS pun langsung mengisolasi keduanya. Kondisi pasien yang tak kunjung membaik akhirnya harus pergi dimulai dari sang adik yang kemudian disusul sang kakak.
            Hasil pemeriksaan RS Sanglah menyatakan bahwa kedua bocah memang terinfeksi virus flu burung. Kematian dua bocah ini merupakan kasus flu burung pertama di tahun 2011 di Bali.
            Ayam penyebab flu burung tersebut dibeli keduanya di pasar untuk upacara adat. Tapi ayam tersebut mati saat tiba di rumah dan ayam peliharaan yang lain menyusul kemudian setelah tertular.
            Menurut Wirasandhi, pemberian tamiflu akan tidak efektif bila pasien sudah tertular lebih dari 12 jam. Dengan meninggalnya dua orang kakak beradik tersebut maka hingga saat ini terhitung sejak tahun 2007 lalu sudah 4 orang pasien flu burung meninggal dunia di Bali. Sebelumnya, tahun 2007 lalu sudah ada pasien positif flu burung yang meninggal dunia. Ancaman flu burung tersebut saat ini meresahkan masyarakat Bali. Sekalipun pihak RSUP Sanglah tidak memiliki kewenangan untuk mengumumkan kejadian luar biasa, namun secara definisi seharusnya saat ini Bali sudah KLB flu burung.

3.      Proses terjadinya
            Penyakit flu burung ditularkan baik ke sesama unggas ataupun spesies lainnya dan manusia melalui kotoran burung. Satu tetesan sekresi dari burung yang terinfeksi mengandung virus yang dapat membunuh 1 juta burung. Virus ini kemudian menempel pada berbagai media seperti sarana transprotasi ternak, peralatan kandang yang tercemar, pakan dan minuman unggas yang tercemar, pekerja di peternakan dan burung-burung liar.
            Burung liar dan unggas domestikasi (ternak) dapat menjadi sumber penyebar H5N1. Di Asia Tenggara kebanyakan kasus flu burung terjadi pada jalur transportasi atau peternakan unggas alih-alih jalur migrasi burung liar.
            Virus ini dapat menular melalui udara ataupun kontak melalui makanan, minuman, dan sentuhan. Namun demikian, virus ini akan mati dalam suhu yang tinggi. Oleh karena itu daging, telur, dan hewan harus dimasak dengan matang untuk menghindari penularan. Kebersihan diri perlu dijaga pula dengan mencuci tangan dengan antiseptik. Kebersihan tubuh dan pakaian juga perlu dijaga.
            Virus dapat bertahan hidup pada suhu dingin. Bahan makanan yang didinginkan atau dibekukan dapat menyimpan virus. Tangan harus dicuci sebelum dan setelah memasak atau menyentuh bahan makanan mentah.
            Unggas sebaiknya tidak dipelihara di dalam rumah atau ruangan tempat tinggal. Peternakan harus dijauhkan dari perumahan untuk mengurangi risiko penularan.
            Tidak selamanya jika tertular virus akan menimbulkan sakit. Namun demikian, hal ini dapat membahayakan di kemudian hari karena virus selalu bermutasi sehingga memiliki potensi patogen pada suatu saat. Oleh karena itu, jika ditemukan hewan atau burung yang mati mendadak pihak otoritas akan membuat dugaan adanya flu burung. Untuk mencegah penularan, hewan lain di sekitar daerah yang berkasus flu burung perlu dimusnahkan.dan dicegah penyebarannya
            Sehingga secara garis besar cara-cara penularan flu yang disebabkan oleh virus H5N1 ini adalah sebagai berikut :
  1. Secara garis besar, kita pasti mengetahui bahwa kontak langsung dengan sumber penyakit akan membuat kita terjangkit. Hal yang sama juga berlaku pada penyakit flu burung. Berdasarkan pendapat para ahli, disimpulkan bahwa vektor utama penyakit ini adalah unggas. Bersentuhan langsung dengan unggas yang sakit, atau produk dari unggas sakit tersebut akan membuat Anda tertular. Pencegahan yang dilakukan hanya bisa dilakukan dengan membakar bangkai hewan tersebut. Akan tetapi, metode pembakaran yang digunakan harus tepat guna mencegah asap dan material lain tersebar ke tempat lain. Material-material tersebut masih memiliki potensi menularkan virus H5N1. Cara yang dianggap lebih efektif adalah dengan mengubur bangkai ternak tersebut dalam-dalam.
  2. Media lain untuk menularkan penyakit flu burung ini adalah lingkungan sekitar. Jika Anda tinggal di sekitar kandang ternak unggas, atau memiliki burung peliharaan yang tiba-tiba mati, waspadalah. Udara sekitar kandang sangat mengandung berbagai material yang ada dalam kotoran ternak. Jika unggas terjangkit virus H5N1, bisa dipastikan bahwa udara sekitar sudah mengandung virus flu burung tersebut. Udara dan peralatan yang tercemar kotoran ternak unggas akan menjadi media perantara penularan virus H5N1 yang sangat baik.
  3. Penularan flu burung juga dapat terjadi dengan perantara manusia. Akan tetapi, disinyalir penularan lewat manusia merupakan media yang sangat tidak efektif. Kasus penularan lewat manusia sangat jarang terjadi. Virus H5N1 berbeda karakter dengan virus H1N1 penyebab flu babi yang sangat efektif ditularkan lewat manusia. Meski begitu, tetaplah waspada jika Anda berada didekat pasien flu burung.
  4. Cara lain penularan flu burung adalah melewati produk dari ternak unggas. Sebagian orang memilih mengkonsumsi produk unggas mentah atau tidak dimasak sempurna. Fillet ayam, telur mentah dan beragam produk mentah unggas dapat menjadi media menularkan virus H5N1 pada pengkonsumsinya. Virus flu burung ini akan mati apabila produk unggas tersebut dimasak secara sempurna (benar-benar matang).Mengkonsumsi daging setengah matang dan telur setengah matang masih berpeluang terjangkit virus flu burung ini jika unggas yang dipotong sudah terjangkiti oleh virus ini. Untuk itu, jika Anda akan mengkonsumsi unggas yang berasal dari daerah yang dicurigai terjangkiti virus H5N1, pastikan daging atau telur unggas tersebut dimasak hingga benar-benar matang hingga aman untuk dikonsumsi

4.      Dampak
Virus H5N1 ini berdampak pada manusia dan unggas. Ciri-cirinya pada manusia adalah
  • Demam sekitar 39°C
  • Batuk
  • Lemas
  • Sakit tenggorokan
  • Sakit kepala
  • Tidak nafsu makan
  • Muntah
  • Nyeri perut
  • Nyeri sendi
  • Diare
  • Infeksi selaput mata (conjunctivitis)
  • Dalam keadaan memburuk, terjadi severe respiratory distress, yakni sesak napas hebat, kadar oksigen rendah sementara kadar karbondioksida meningkat. Ini terjadi karena infeksi flu menyebar ke paru-paru dan menimbulkan radang paru-paru (pneumonia).
  • apabila dalam 7 hari terakhir kontak kontak dengan unggas di peternakan terutama jika jika unggas tersebut sakit atau mati, dalam perkembangannya kondisi tubuh sangat cepat menurun drastis, bila tidak segera ditolong korban bisa meninggal karena komplikasi (gagal nafas dan gangguan fungsi tubuh lainnya).
Sedangkan Ciri-cirinya pada unggas yaitu :
  • Jengger berwarna biru atau terjadi pembengkakan pada jengger
  • Borok di kaki
  • Kematian mendadak
  • Pembengkakan pada pial dan kelopak mata;
  • Perdarahan di bawah kulit pada daerah kaki (tungkai, telapak kaki)
  • bagian badanyang tidak berbulu sehingga tampak kemerah-merahan
  • keluar cairan (eksudat) dari hidung yang jernih dan kadang-kadang bercampur dengan darah
  • perdarahan titik (petechie) pada daerah dada, kaki dan telapak kaki
  • batuk bersin dan ada suara ngorok
  • kadang kala unggas mengalami diare
  • penurunan produksi telur atau berhenti berproduksi
  • penurunan nafsu makan.
            Sehingga penyakit ini dapat menyebabkan kematian pada unggas maupun manusia. Hal ini juga sangat berdampak besar bagi para pengusaha atau peternak ayam, karena dengan tersebarnya virus ini menjadi kejadian luar biasa membuat para konsumen ragu untuk mengkonsumsi ataupun membeli ayam dipasaran, sehingga menimbulkan kerugian yang tidak sedikit. Selain itu kematian unggas secara missal membuat kerugian mereka bertambah. Akibatnya hal ini sangat berdampak dengan perekonomian masyarakat.



BAB II TINJAUAN TEORI
1.      Konsep transculture
            Kazier Barabara ( 1983 ) dalam bukuya yang berjudul Fundamentals of Nursing Concept and Procedures mengatakan bahwa konsep keperawatan adalah tindakan perawatan yang merupakan konfigurasi dari ilmu kesehatan dan seni merawat yang meliputi pengetahuan ilmu humanistic , philosopi perawatan, praktik klinis keperawatan , komunikasi dan ilmu sosial . Konsep ini ingin memberikan penegasan bahwa sifat seorang manusia yang menjadi target pelayanan dalam perawatan adalah bersifat bio – psycho – social – spiritual . Oleh karenanya , tindakan perawatan harus didasarkan pada tindakan yang komperhensif sekaligus holistik.
            Budaya merupakan salah satu dari perwujudan atau bentuk interaksi yang nyata sebagai manusia yang bersifat sosial. Budaya yang berupa norma , adat istiadat menjadi acuan perilaku manusia dalam kehidupan dengan yang lain . Pola kehidupan yang berlangsung lama dalam suatu tempat , selalu diulangi , membuat manusia terikat dalam proses yang dijalaninya . Keberlangsungaan terus – menerus dan lama merupakan proses internalisasi dari suatu nilai – nilai yang mempengaruhi pembentukan karakter , pola pikir , pola interaksi perilaku yang kesemuanya itu akan mempunyai pengaruh pada pendekatan intervensi keperawatan ( cultural nursing approach ).
            Budaya mempunyai pengaruh luas terhadap kehidupan individu . Oleh sebab itu , penting bagi perawat mengenal latar belakang budaya orang yang dirawat ( Pasien ) . Misalnya kebiasaan hidup sehari – hari , seperti tidur , makan , kebersihan diri , pekerjaan , pergaulan social , praktik kesehatan , pendidikan anak , ekspresi perasaan , hubungan kekeluargaaan , peranan masing – masing orang menurut umur . Kultur juga terbagi dalam sub – kultur . Subkultur adalah kelompok pada suatu kultur yang tidak seluruhnya mengaanut pandangan keompok kultur yang lebih besar atau member makna yang berbeda . Kebiasaan hidup juga saling berkaitan dengan kebiasaan cultural.
            Nilai – nilai budaya dalam berternak , menyebabkan mudahnya beberapa penyakit menyebar akibat kurangnya pengetahuan mereka tentang cara berternak yang baik dan benar. Hal ini menunjukkan bahwa budaya dalam berternak masih kental dengan hal – hal yang dianggap tabu.
            Dalam tahun – tahun terakhir ini , makin ditekankan pentingknya pengaruh kultur terhadap pelayanan perawatan . Perawatan Transkultural merupakan bidang yang relative baru ; ia berfokus pada studi perbandingan nilai – nilai dan praktik budaya tentang kesehatan dan hubungannya dengan perawatannya . Leininger ( 1991 ) mengatakan bahwa transcultural nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang berkaitan dengan perbedaan maupun kesamaan nilai – nilai budaya ( nilai budaya yang berbeda ras , yang mempengaruhi pada seseorang perawat saat melakukan asuhan keperawatan kepada pasien.
            Perawatan transkultural adalah berkaitan dengan praktik budaya yang ditujukan untuk pemujaan dan pengobatan rakyat (tradisional) . Caring practices adalah kegiatan perlindungan dan bantuan yang berkaitan dengan kesehatan.
            Menurut Dr. Madelini Leininger , studi praktik pelayanan kesehatan transkultural adalah berfungsi untuk meningkatkan pemahaman atas tingkah laku manusia dalam kaitan dengan kesehatannya . Dengan mengidentifikasi praktik kesehatan dalam berbagai budaya ( kultur ) , baik di masa lampau maupun zaman sekarang akan terkumpul persamaan – persamaan . Lininger berpendapat , kombinasi pengetahuan tentang pola praktik transkultural dengan kemajuan teknologi dapat menyebabkan makin sempurnanya pelayanan perawatan dan kesehatan orang banyak dan berbagai kultur.
            Budaya memiliki beberapa elemen atau komponen, menurut ahli antropologi Cateora, yaitu :
  • Kebudayaan material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
  • Kebudayaan nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.

  • Lembaga social
Lembaga social dan pendidikan memberikan peran yang banyak dalam kontek berhubungan dan berkomunikasi di alam masyarakat. Sistem social yang terbantuk dalam suatu Negara akan menjadi dasar dan konsep yang berlaku pada tatanan social masyarakat. Contoh Di Indonesia pada kota dan desa dibeberapa wilayah, wanita tidak perlu sekolah yang tinggi apalagi bekerja pada satu instansi atau perusahaan. Tetapi di kota – kota besar hal tersebut terbalik, wajar seorang wanita memilik karier
  • Sistem kepercayaan
Bagaimana masyarakat mengembangkan dan membangun system kepercayaan atau keyakinan terhadap sesuatu, hal ini akan mempengaruhi system penilaian yang ada dalam masyarakat. Sistem keyakinan ini akan mempengaruhi dalam kebiasaan, bagaimana memandang hidup dan kehidupan, cara mereka berkonsumsi, sampai dengan cara bagaimana berkomunikasi.
  • Estetika
    Berhubungan dengan seni dan kesenian, music, cerita, dongeng, hikayat, drama dan tari –tarian, yang berlaku dan berkembang dalam masyarakat. Seperti di Indonesia setiap masyarakatnya memiliki nilai estetika sendiri. Nilai estetika ini perlu dipahami dalam segala peran, agar pesan yang akan kita sampaikan dapat mencapai tujuan dan efektif. Misalkan di beberapa wilayah dan bersifat kedaerah, setiap akan membangu bagunan jenis apa saj harus meletakan janur kuning dan buah – buahan, sebagai symbol yang arti disetiap derah berbeda. Tetapi di kota besar seperti Jakarta jarang mungkin tidak terlihat masyarakatnya menggunakan cara tersebut.
  • Bahasa
    Bahasa merupakan alat pengatar dalam berkomunikasi, bahasa untuk setiap walayah, bagian dan Negara memiliki perbedaan yang sangat komplek. Dalam ilmu komunikasi bahasa merupakan komponen komunikasi yang sulit dipahami. Bahasa memiliki sidat unik dan komplek, yang hanya dapat dimengerti oleh pengguna bahasa tersebu. Jadi keunikan dan kekomplekan bahasa ini harus dipelajari dan dipahami agar komunikasi lebih baik dan efektif dengan memperoleh nilai empati dan simpati dari orang lain.
2.      Budaya berternak
            Usaha peternakan ayam   mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan karena tingginya permintaan daging dan merupakan usaha yang sangat menguntungkan. Tetapi banyak peternak  masih mengabaikan masalah lingkungan, sehingga  masyarakat banyak yang mengeluhkan keberadaan usaha peternakan tersebut. Selain menimbulkan dampak pencemaran lingkungan seperti polusi udara (bau), banyaknya lalat yang berkeliaran di kandang dan lingkungan sekitarnya, dan  ketakutan masyarakat akan virus Avian Influenza atau flu burung (H5N1) akibat kelalaian yang dilakukan oleh peternak. Untuk mengatasi dampak usaha peternakan tersebut dapat dilakukan dengan cara pemberian zeolit pada pakan, penambahan  kapur pada kotoran dan penggunaan mikroba probiotik starbio pada pada pakan sehingga kadar amonia menurun sehingga dapat mengurangi bau yang tidak enak, untuk mengurangi keberadaan  lalat bisa dengan dengan menjaga kebersihan kandang, dan bisa diberantas dengan cara biologis, kimiawi,elektrik dan tehnik. Sedangkan untuk mencegah terjangkitnya virus flu burung bias dilakukan dengan mengurangi kontaminasi dengan unggas, alat dan bahan yang dicurigai tercemar virus, cuci tangan dengan sabun dan sikat, memakai masker, menggunakan pelindung wajah, pakaian pelindung, sarung tangan, dan sepatu boot.
            Akhir-akhir ini usaha peternakan ayam dituding sebagai usaha yang ikut mencemari lingkungan (Fauziah, 2009). Menurut Setyowati (2008), banyaknya peternakan ayam yang berada di lingkungan masyarakat dirasakan mulai mengganggu oleh warga terutama peternakan ayam yang lokasinya dekat dengan pemukiman penduduk. Masyarakat banyak mengeluhkan dampak buruk dari kegiatan usaha peternakan ayam karena masih banyak peternak yang mengabaikan penanganan limbah dari usahanya. Dari uraian tersebut, yang menjadi permasalahan adalah peternak dalam menjalankan usahanya masih mengabaikan aspek-aspek kebersihan lingkungan, sehinggga menimbulkan dampak pencemran lingkungan. Untuk itu diperlukan upaya yang tepat untuk dapat mengatasi dampak pencemaran lingkungan dari usaha peternakan ayam   sehingga keberadaannya tidak mengganggu masyarakat. Dampak yang ditimbulkan dari usaha peternakan ayam adalah :
            Polusi udara (bau) sangat mengganggu masyarakat yang ada di sekitar kandang peternakan ayam. Hal ini dikarenakan kurangnya manajemen dalam pengelolaan limbah dan lalu lintas ayam pasca panen
            Bau yang tidak sedap ini berasal dari kandungan gas amonia yang tinggi yang terbentuk dari penumpukan feses yang masih basah dalam kondisi anaerob. Gas amonia mempunyai pengaruh buruk terhadap manusia dan ternak,
            Permasalahan bau juga dapat diatasi dengan memanfaatkan limbah ternak berupa kotoran ayam yang dapat diolah menjadi biogas dan pupuk. Pupuk kandang sangat bermanfaat bagi para petani karena memiki keunggulan: menambah zat atau unsur hara dalam tanah, mempertinggi kandungan humus di dalam tanah, mampu memperbaiki struktur tanah, dan mendorong atau memacu aktivitas kehidupan jasad renik dalam tanah.
            Lalat timbul karena kurangnya kebersihan kandang ayam. Lalat adalah jenis serangga yang berasal dari subordo Cyclorrapha ordo Diptera. Lalat ini dapat menimbulkan berbagai masalah seperti mediator perpindahan penyakit dari ayam yang sakit ke ayam yang sehat, mengganggu pekerja kandang, menurunkan produksi, mencairkan feses atau kotoran ayam yang berakibat meningkatnya kadar amonia dalam kandang (Dedy, 2010). Lalat juga meresahkan masyarakat yang tinggal di pemukiman yang dekat dengan peternakan  sehingga menimbulkan protes warga. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mengurangi keberadaan lalat.
            Penyebaran bibit dari berbagai penyakit itu hampir sama yaitu dibawa oleh lalat yang berasal dari  sampah, kotoran manusia atau hewan, terutama melalui bulu-bulu badannya, kaki dan bagian tubuh yang lain dari lalat lalu hinggap pada makanan manusia. Perijinan pendirian peternakan akan semakin sulit diperoleh, karena takut akan terjangkitnya virus flu burung.
            Peternak dan masyarakat umum perlu diberikan pengarahan mengenai pedoman, pencegahan, pengendalian dan pemberantasan penyakit hewan menular Influenza pada unggas. Sehingga dapat diambil tindakan secara dini bila dilaporkan adanya unggas yang mati akibat virus Avian Influenza (AI).
            Penyebab flu burung pada unggas adalah virus influenza tipe A. Virus ini termasuk family Orthomyxoviridae dari genus influenza. Pada manusia virus flu burung yang mempunyai tingkat kemampuan mematikannya tinggi atau High Pathogenic Avian influenza (HPAI)  H5N1. Penyakit ini diidentifikasi pertama kali di Itali lebih dari 100 tahun yang lalu. Di Indonesia kasus flu burung pada manusia terjadi pada januari 2004. Penyebaran kasus flu burung dapat dilihat Secara umum gejala manusia yang terinfeksi flu burung ialah demam tinggi, keluhan pernafasan dan perut, nyeri otot, sakit tenggorokan, batuk dan sesak nafas. Menurut Anonimous (2009), apabila dalam 7 hari terakhir kontak kontak dengan unggas di peternakan terutama jika jika unggas tersebut sakit atau mati, dalam perkembangannya kondisi tubuh sangat cepat menurun drastis, bila tidak segera ditolong korban bisa meninggal karena komplikasi (gagal nafas dan gangguan fungsi tubuh lainnya).
            Pengobatan manusia yang terinfeksi flu burung adalah dengan cara pengobatan antiviral yaitu dengan pemberian anti virus dan penurun panas. Di antara anti virus yang dapat dipakai adalah jenis yang menghambat replikasi dari neuramidaseantara lain Oseltamivir (Tamiflu) dan Zanamivir.
            Untuk itu budaya yang salah dalam berternak ayam khususnya unggas yang sering dilakukan oleh para peternak adalah  kurangaya cara menjaga kesehatan makanan, mengabaikan cuci tangan dengan air sabun  setelah kontak dengan unggas dan produk unggas lainya baik sebelum makan maupun sesudah makan, sering acuh dengan kualitas bibit ayam atau unggas yang dibeli cobalah untuk beli unggas yang sehat, kebiasaan  makan darah mentah, daging atau telur unggas setengah matang,  menyembelih unggas sakit,  makan unggas mati atau sakit, kontak dengan sumber yang terinfeksi, membiarkan anak-anak bermain di dekat kandang, membiarakan unggas berkeliaran di dalam rumah, tidak gunakan masker atau sarung tangan saat kontak atau menyemblih unggas, tidak pernah mengubur limbah unggas (bulu, jeroan dan darah). Untuk itu kebiasaan tersebut harus diubah demi kesehatan bersama

3.      Penyakit akibat budaya berternak
            Akibat budaya berternak yang salah dapat mengakibatkan beberapa penyakit yang berdampak bagi kesehatan peternak dan masyarakat sekitar serta keluarga peternak, seperti :
  1. Limbah peternakan
berupa feses, dan sisa pakan serta air dari pembersihan ternak dan kandang menimbulkan pencemaran lingkungan masyarakat di sekitar lokasi peternakan tersebut.
  1. Bau
dihasilkan dari peternakan mengganggu pernapasan masyarakat sekitar
  1. Lalat dari peternakan
mengganggu pemandangan lalat juga menimbulkan banyak berbagai penyakit misalnya; desentri, diare, thypoid dan colera. Dan umumnya gejala dari penyakit ini adalah perut sakit, gangguan pada usus, demam tinggi, sakit kepala dan berak darah
  1. Flu Burung (Avian Influenza)
adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang biasanya menjangkiti burung dan manusia










BAB III KASUS DAN PEMECAHAN

            Kasus yang berkaitannya dengan budaya berternak seperti bau tidak sedap, lalat yang menyebabkan banyak penyakit, limbah peternakan berupa feses serta flu burung yang dapat ditularkan melalui feses, air liur unggas dan kontak langsung dengan unggas maupun manusia yang sakit. Sehingga diperlukan beberapa pemecahan kasus yang dapat menyelesaika kesalahan dalam beternak yang selama ini dilakukan.
            Berikut ini adalah beberapa pemecahan dan saran-saran yang dapat dilakukan yaitu dengan member nasehat untuk pasien dan keluarga :
            Dengan membuat Jadwal pembersihan yang harus terencana, tertulis dan ditaati :
v  Dinding, jendela pintu, termasuk pegangan pintu
Bersihkan dengan lap basah, deterjen dan air. Umumnya secara rutin dibersihkan debunya pada area ini (tidak perlu desinfektan). Permukaan ini jarang terkontaminasi dengan mikroorganisme selama permukaan tersebut kering dan utuh.
v  Kursi, lampu, meja, tutup meja, tempat tidur, pegangan pintu/ handle pintu, jeruji, atas pintu dan konter.
Bersihkan tiap hari dengan lap basah, deterjen dan air. Jika ada kontaminasi, bersihkan dengan desinfektan (misal kena darah atau duh tubuh lainnya.)
v  Lantai
Bersihkan lantai sesering mungkin ( setiap hari sesuai kebutuhan ) dengan lap basah, deterjen, dan air. Pakailah deterjen jika ada kontaminasi seperti darah atau percikan cairan tubuh lain seperti yang diuraikan dibawah.
Pel basah adalah alat paling umum dan dianjurkan untuk membersihkan lantai
-          Teknik satu ember : digunakan satu ember larutan pembersih, yang diganti bila kotor. Daya bunuh larutan pembersih berkurang dengan bertambahnya kotoran dan bahan-bahan organis lainnya.
-          Teknik dua ember : satu ember mengandung larutan pembersih, satu lagi mengandung air untuk bilas. Kain pel selalu diperas dahulu sebelum dicelup kedalam larutan pembersih sehingga menghemat tenaga dan bahan.
-          Teknik tiga ember: ember ketiga digunakan untuk memeras pel sebelum dibilas. Yang akan memperpanjang masa pakai air bilasan.
v  Tempat cuci / wastafel
Bersihkan lantai sesering mungkin dengan pel khusus, disikat dan gunakan larutan pembersih desinfektan. Bilas dengan air.
v  Toilet
Bersihkan toilet seseting mungkin dengan pel khusus, sikat dan gunakan larutan pembersih desinfektan
v  Kamar pasien
Bersihkan setiap hari dan sewaktu pasien pulang, dengan menggunakan prosedur diatas. Proses pembersihan juga dilakukan dikamar pasien yang diisolasi, alat-alat juga perlu dibersihkan dan didesinfektan sebelum digunakan dikamar lain.
v  Tirai
Ganti dan bersihkan tirai sesuai dengan jadwal dan apabila terlihat kotor.
v  Karpet
Isap debu dan karpet dikamar pasien setiap hari, seminggu sekali diruang – ruang kantor atau di ruang konferensi.
v  Kain / linen kotor
Kumpulkan linen kotor setiap hari dalam kontainer tertutup antibocor
v  Sampah
Kumpulkan sampah setiap hari, hindari sampah berserakan
v  Kontainer sampah
Bersihkan kontainer sampah yang terkontaminasi sesudah setiap dikosongkan. Bersihkan kontainer bersih sekurang-kurangnya satu kali seminggu. Pakailah larutan pembersih desinfektan dan sikat untuk menghilangkan material organis dan kotoran lainnya.

            Bagi orang yang tinggal di daerah terjangkit dapat di sarankan :
  1. Penyebaran virus flu burung di daerah terjangkit sesungguhnya dapat dicegah.
1.      Cara terbaik mencegah infeksi virus flu burung adalah sedapat mungkin menghindari kontak dengan ayam, bebek, burung peliharaan atau jenis unggas lainnya kecuali dalam keadaan terpaksa.
2.      Anak-anak merupakan kelompok resiko tinggu, beritahu agar :
-          Menghindari kontak dengan unggas dan kotorannya
-          Jangan menyimpan burung sebagai peliharaan
-          Segera mencuci tangan dengan air dan sabun setelah kontak dengan unggas dan kotorannya
-          Jangan tidur berdekatan dengan unggas
3.      Jangan membawa unggas yang hidup atau mati dari satu tempat ke tempat lain walau anda yakin unggas anda sehat.
4.      Tangani unggas yang terjangkit didaerah tersebut
5.      Jangan sajikan unggas dari daerah terjangkit
6.      jika anda tidak sengaja kontak dengan unggas :
o   Cuci tangan secara benar dengan sabun dan air bersih setelah kontak
o   Letakkan sepatu diluar rumah dan bersihkan dari kotoran
o   Periksa suhu tubuh paling tidak sekali dalam sehari selama satu minggu: jika anda mengalami panas tinggi ( ≥ 380c ), periksakan ke dokter atau fasilitas kesehatan terdekat.

  1. Penganan yang tepat terhadap unggas yang sakit, yang dicurigai flu burung atau mati adalah penting untuk tindakan pengendalian dalam rangka mencegah penyebaran penyakit.
    1. Pastikan anak-anak jauh dari unggas mati dan sakit
    2. jika anda menangani unggas mati atau sakit,pastikan anda terlindungi.
    3. jika anda menangani unggas yang sakit dan  mati untuk pertama kali, segera beritahu yang berwenang dan yang berpengalaman untuk penanganan.

  1. Dekontaminasi kebun dan kandang ayam akan membantu pengendalian penyebaran penyakit
    1. jika mungkin, tanyakan petugas profesional
    2. jika harus dilakukan sendiri, gunakan alat pelindung diri ( APD )
    3. burung mati harus dikubur dengan aman
    4. virus influensa dapat bertahan hidup lama, pencucian dengan deterjen penting pada tahapan dekontaminasi. Bahan organik harus dibuang dari rumah peternakan
    5. area diluar rumah yang digunakan untuk unggas sulit dibersihkan dan didesinfeksi, unggas harus dikeluarkan dari area tersebut minimum 42 hari untuk radiasi ultraviolet alami untuk merusak virus residual
    6. penyemprotan desinfektan diarea luar atau tanah dengan ukuran terbatas sesuai dengan ketidakaktifan bahan kimia oleh bahan organik.

  1. Burung yang mati dan kotorannya harus dikubur
    1. Sebaiknya cari bantuan kepada pertanian setempat tentang bagaimana mengubur hewan mati dengan aman
    2. ketika membakar burung matu atau kotorannya, hindari debu yang meningkat. Kubur bangkai dan kotoran burung paling tidak kedalaman 1 meter.
    3. setelah bangkai unggas dan kotorannya dikubur, bersihkan semua area dengan deterjen dan air secara benar. Virus influenza relatif rentan terhadap beberapa deterjen dan desinfektan.

  1. Pakaian pelindung yang terkontaminasi harus ditangani secara dan dibuang
    1. Setelah area dibersihkan, dibuang semua bahan pelindung dan cuci tangan dengan sabun dan air
    2. cuci pakaian dengan air sabun panas atau hangat. Jemur dibawah terik matahari
    3. taruh sarung tangan yang telah digunakan dan bahan habis pakai lain-lain pada tas plastik untuk pembuangan aman
    4. bersihkan alat yang dapat digunakan kembali seperti sepatu karet dan kacamata / gogel dengan air dan deterjen, tetapi selalu ingat cuci tangan setelah penanganan alat.
    5. alat yang tidak bisa dibersihkan harus dilebur
    6. bilas/ cuci badan menggunakan sabun dan air. Cuci rambut anda
    7. jangan biarkan diri anda terkontaminasi kontak dengan kotoran, pakaian dan alat – alat yang terkontaminasi
    8. yang terpenting, cuci tangan setiap setelah pengananan alat – alat terkontaminasi

  1. sepatu yang digunakan harus didekontaminasi
    1. Setelah berjalan diarea yang mungkin terkontaminasi, bersihkan sepatu dengan sabun dan air
    2. ketika membersihkan sepetu, jangan mengibaskan partikel ke wajah dan pakaian anda. Gunakan kantong plastik ditangan,lindungi mata dengan kaca mata/ gogel dan tutupi mulut dan hidung dengan kain
    3. tinggalkan sepatu kotor diluar rumah hingga dibersihkan dengan benar.

  1. Orang yang sakit seperti flu harus memperhatikan tindakan pencegahan tambahan.
    1. Dunia percaya adalah sangat penting mencegah penyebaran influenza manusia didaerah terjangkit. Ketika virus flu burung dan virus influenza manusia kontak satu dengan lain ada sebuah resiko bahwa bahan genetik akan dirubah dan virus baru akan muncul
    2. setiap orang yang sakit seperti flu harus hati-hati dengan sekresi hidung dan mulut bila disekeliling orang lain, khususnya anak kecil, agar tidak menyebarkan virus influenza manusia
    3. tutup hidung dan mulut ketika batuk dan bersin. Gunakan tisu dan buang setelah dipakai. Ajari anak-anak untuk melakukan hal tersebut dengan baik
    4. selalu cuci tangan dengan sabun dan air setelah kontak dengan sekresi orang dari hidung dan mulut yang mana bisa membawa virus
    5. anak-anak, cenderung menyentuh muka, mata dan mulut dengan tangan kotor. Ajari anak – anak pentingnya membersihkan tangan seterlah batuk, bersin, dan menyentuh bahan-bahan kotor.
    6. beritahukan ke instansi kesehatan segera dan cari nasehat medis dari profesi kesehatan jika mempunyai gejala sakit, seperti demam dan atau simptoma seperti flu

  1. tindakan pencegahan yang dapat dilakukan ketika akan mengunjungi teman atau saudara yang dirawat di fasilitas kesehatan
    1. Jika anda mengunjungi pasien yang terinfeksi dengan flu burung ikuti petunjuk dari petugas rumah sakit untuk menggunakan APD
    2. pakaian khusus diperlukan ketika harus kontak langsung dengan pasien dan ataua lingkungan pasien
    3. gunakan masker dengan benar dan sempurna
    4. tinggalkan semua peralatan APD waktu meninggalkan ruangan pasien, cuci tangan dengan air dan sabun

  1. pada daerah yang positif konfiramasi terinfeksi flu burung, jangan memakan daging yang berasal dari unggas atau binatang yang sakit atau mati
pada daerah yang terinfeksi disarankan untuk tidak menggunakan ayam yang sakit mauapun mati untuk dikonsumsi baik untuk manusia maupun untuk makanan hewan lainnya. Bahkan disarankan untuk tidak mengkonsumsi  semua jenis unggas yang sehat maupun sakit dari peternakan yang terinfeksi flu burung tersebut.

  1. Pada daerah tetangga (daerah yang dekat dengan area terinfeksi) langkah-langkah tindakan pencegahan yang harus dilakukan:
    1. Untuk menyembelih unggas gunakan metode yang tidak mencemari lingkungan rumah anda dengan darah, debu, feces dan kotoran lainnya
    2. untuk menghilangkan bulu ayam, rendam unggas/ ayam dalam air mendidih sebelum mencabuti bulunya
    3. untuk membersihkan isi dari unggas, gunakan metode yang tidak mencemari lingkungan rumah tangga anda dari darah, debu,feces dan kotoran lainnya
    4. jangan mengusap muka dan inderanya (contoh mengucek mata) selama melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan unggas, kecuali anda sudah mencuci tangan anda dengan sabun dan air.

  1. Lakukan semua tindakan kewaspadaan untuk menjamin bahwa semua unggas dan bahan olahannya telah diproses dengan baik dan aman untuk dimakan (dikonsumsi)
    1. Ayam harus diolah secara higienis dan dimasak dengan baik
    2. juga demikian dengan telur. Tindakan yang harus dilakukan dalam menangani telur mentah dan cangkangnya adalah mencuci cangkang telur dalam air sabun dan cuci tangan setelahnya. Telur dimasak sampai matang (dalam air mendidih selama 5 menit, 70 derajat celcius) tidak akan menularkan flu burung kepada konsumen
    3. pada umumnya semua tindakan harus dimasak sampai benar-benar matang pada suhu 70 derajat celcius.











BAB IV KESIMPULAN

            Usaha peternakan ayam maupun unggas lainnya selain mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan juga mempunyai dampak yang yang berbahaya bagi masyarakat di sekitar kandang. Hal ini karena usaha ayam dapat menimbulkan polusi udara (bau), banyaknya lalat yang berkeliaran di kandang dan sekitarnya, dan kekhawatiran masyarakat akan virus flu burung. Untuk itu diperlukan usaha yang tepat untuk mengatasi masalah dampak yang ditimbulkan yaitu dengan menjaga kebersihan, dan melakukan beberapa upaya yang dapat mengurangi dampak negative dar hal tersebut.
            Terutama pada penyakit flu burung yang sangat mematikan dan merugikan bagi manusia dan unggas. Penyakit flu burung ditularkan baik ke sesama unggas ataupun spesies lainnya dan manusia melalui kotoran burung. Satu tetesan sekresi dari burung yang terinfeksi mengandung virus yang dapat membunuh 1 juta burung. Virus ini kemudian menempel pada berbagai media seperti sarana transprotasi ternak, peralatan kandang yang tercemar, pakan dan minuman unggas yang tercemar, pekerja di peternakan dan burung-burung liar.
Untuk menghindari hal tersebut dapat disimpulkan 6 langkah pencegahan flu burung (Avian Influenza) yaitu :
  • T ak Perlu panik dan khawatir yang berlebihan karena penyebab flu burung adalah virus yang mudah mati karena panas, sinar matahari, dan desinfektan.
  • U sahakan kebersihan kandang dan semprotkan bahan desinfektan (anti hama).
  • M encuci tangan dengan sabun setelah kontak langsung dengan unggas atau produk unggas.
  • P roteksi anak-anak dan lansia dari kontak langsung dengan unggas, terutama yang terlihat sakit.
  • A mankan makanan dengan memasak daging dan telur unggas sebelum disantap terlebih dahulu.
  • S egera laporkan lepada aparat apabila menemukan unggas yang sakit atau mati mencurigakan.
            Dan yang perlu diingatkan kepada para peternak dan masyarakat sekitar adalah :
1.    Jangan sentuh unggas yang sakit atau mati.
2.    Cuci pakai sabun tangan dan peralatan masak anda.
3.    Pisahkan unggas dari manusia.
4.    Periksakan diri ke puskesmas jika ada gejala flu dan demam setelah berdekatan dengan unggas.


















DAFTAR PUSTAKA
www.VIVAnews.com
www.INILAH.COM
Anonimous. 2009. Apakah flu burung. http://goldgamat.com/info-gamat/apakah -flu-burung.htm (15 september 2010).
Anonimous.2009.Flu burung pada manusia. http://feverclinic.wordpress.com/2009/ 07/31/flu-burung-pada-manusia (15 september 2010).
Anonimous. 2009. Pencemaran akibat limbah peternakan dan penanganannya. http://kalimantankita.blogspot.com/2009/05/pencemaran-akibat-limbah-peternakan.html (15 september 2010).
Anonimous. 2010. Serangan lalat dari peternakan ayam resahkan warga Pebayuran. http://www.pikiran-rakyat.com/node/112932 (15 september 2010).
Setiawan, H. 1996. Amonia sumber pencemaran yang meresahkan dalam: Infovet (Informasi Dunia Kesehatan Hewan) Edisi 037. Agustus Hal 12.
Setyowati, A. Lia. 2008. AMDAL dan peternakan ayam. http://liasetyowati.blogspot.com/2008/01/amdal-dan-peternakan-ayam.html   (15 September 2010).
Sihombing D,T,H.2002. Tehnik pengelolan limbah kegiatan usaha peternakan. Puasat 

No comments: