Juniartha Semara Putra
Anonimous.2009.Flu burung pada manusia. http://feverclinic.wordpress.com/2009/ 07/31/flu-burung-pada-manusia (15 september 2010).
Anonimous. 2009. Pencemaran akibat limbah peternakan dan penanganannya. http://kalimantankita.blogspot.com/2009/05/pencemaran-akibat-limbah-peternakan.html (15 september 2010).
Anonimous. 2010. Serangan lalat dari peternakan ayam resahkan warga Pebayuran. http://www.pikiran-rakyat.com/node/112932 (15 september 2010).
Setiawan, H. 1996. Amonia sumber pencemaran yang meresahkan dalam: Infovet (Informasi Dunia Kesehatan Hewan) Edisi 037. Agustus Hal 12.
Setyowati, A. Lia. 2008. AMDAL dan peternakan ayam. http://liasetyowati.blogspot.com/2008/01/amdal-dan-peternakan-ayam.html (15 September 2010).
Sihombing D,T,H.2002. Tehnik pengelolan limbah kegiatan usaha peternakan. Puasat
BAB I PENDAHULUAN
Virus jenis H5N1 dikenal sebagai
virus flu burung yang paling membahayakan yang telah menginfeksi baik manusia
ataupun hewan. Virus yang juga dikenal dengan A (H5N1) ini merupakan virus
epizootic (penyebab epidemik di mahluk non manusia) dan juga panzootic (yang
dapat menginfeksi binatang dari berbagai spesies dari area yang sangat luas.
Virus avian
influenza dapat menimbulkan gejala penyakit pernafasan pada unggas, dari yang
patogen ringan (low pathogenic) sampai yang bersifat patogen ganas /
fatal (highly pathogenic). Masa inkubasi penyakit ini adalah 3 hari pada
unggas di luar kandang, sedangkan untuk unggas di dalam kandang (flok) mencapai
14-21 hari. Hal ini tergantung pada jumlah virus, cara penularan, spesies/jenis
yang terinfeksi, dan kemampuan peternak untuk mendeteksi gejala klinis.
Unggas (ayam, burung, itik, bebek,
dll) merupakan sumber penularan virus avian influenza. Kebanyakan virus ini
diisolasi dari itik, meskipun kebanyakan burung dapat juga terinfeksi, termasuk
burung liar dan unggas air. Unggas air lebih kebal (resisten) terhadap virus
ini daripada unggas peliharaan. Virus tersebut tidak menyebabkan penyakit yang
nyata pada unggas air, namun dapat menyebabkan dampak yang sangat fatal pada
unggas peliharaan, dan juga telah teridentifikasi adanya virus avian influenza
pada babi.
1.
Masalah
Budaya Berternak Dengan Kesehatan
Penyebaran
virus flu burung ini terasa sangat mudah karena didukung oleh budaya berternak
unggas yang kurang sehat. Virus ini dapat menular melalui udara ataupun kontak
melalui makanan, minuman, dan sentuhan. Virus tersebut dapat bertahan hidup di
air sampai 4 hari pada suhu 22o C dan lebih dari 30 hari
Flu
burung menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas kemanusia, melalui air
liur, lendir dari hidung dan feces. Penyakit ini dapat menular melalui udara
yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran atau sekreta burung/unggas
yang menderita flu burung. Penularan dari unggas ke manusia juga dapat terjadi
jika bersinggungan langsung dengan unggas yang terinfeksi flu burung.
Contohnya: pekerja di peternakan ayam , pemotong ayam dan penjamah produk
unggas lainnya.
Hal-hal
yang sering dianggap remeh oleh para peternak menjadi salah satu jalan
penularan virus ini seperti
1. Jarang
membersihkan kandang
Pembersihan
kandang sebaikanya dilakukan minimal 2 kali seminggu, sehingga feces yang
merupakan salah satu agen penyebar virus ini dapat dimusnahkan. Selain membuat
unggas merasa lebih nyaman, hal ini dapat mengurangi resiko penyebaran virus
tersebut.
2. Tidak
pernah menggunakan alat pelindung diri
Alat
pelindung diri seperti masker, sarung tangan dan celemek sesungguhnya sangat
dibutuhkan oleh para peternak. Hal-hal kecil seperti ini sering dilupakan oleh
para peternak.
3. Pemberian
vaksinasi kepada unggas nya
Seperti
orang awam lain biasanya pemberian vaksinasi kepada unggas-unggasnya dilakukan
bila sudah terdapat korban. Bila belum biasanya para peternak hamper tidak
pernah member vaksin kepada unggas-unggas yang mereka pelihara
4.
Letak peternakan dengan perumahan
Unggas sebaiknya tidak dipelihara di
dalam rumah atau ruangan tempat tinggal. Peternakan harus dijauhkan dari
perumahan untuk mengurangi risiko penularan. Masyarakat di daerah bangli
khususnya sering membangun kandang unggas mereka di dekat rumah yang mereka
diami, hal ini membuat resiko penularan flu burung semakin mudah.
5. Hindari
kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung.
- Setiap hal yang berasal dari
saluran cerna unggas seperti sekresi harus ditanam/dibakar supaya tidak
menular kepada lingkungan sekitar
- Cuci alat yang digunakan dalam
peternakan dengan desinfektan
- Kandang dan Sekresi unggas
tidak boleh dikeluarkan dari lokasi peternakan
- Memasak daging ayam dengan
benar pada suhu 80 derajat dalam 1 menit dan membersihkan telur ayam serta
dipanaskan pada suhu 64 derajat selama 5 menit.
- Menjaga kebersihan lingkungan
dan diri sendiri.
- Segera memusnahkan unggas yang
mati mendadak dan unggas yang jatuh sakit utnuk memutus rantai penularan
flu burung, dan jangan lupa untuk mencuci tangan setelahnya.
12. Kebiasaan
mencuci tangan
Cuci tangan merupakan jalan yang
efektif untuk mencegah penyebaran virus ini. Tapi seperti biasa para peternak
mengganggap hal kecil seperti ini tak berarti padahal hal kecil seperti inilah
yang membawa dampak besar bagi kesehatan.
Selain
budaya berternak yang harus diperbaiki, budaya dalam mengkonsumsi daging,
telur, dan hewan harus diperhatikan yaitu dengan dimasak hingga matang untuk
menghindari penularan. Kebersihan diri perlu dijaga pula dengan mencuci tangan
dengan antiseptik. Kebersihan tubuh dan pakaian juga perlu dijaga.
Virus
dapat bertahan hidup pada suhu dingin. Bahan makanan yang didinginkan atau
dibekukan dapat menyimpan virus. Tangan harus dicuci sebelum dan setelah
memasak atau menyentuh bahan makanan mentah.
Tidak
selamanya jika tertular virus akan menimbulkan sakit. Namun demikian, hal ini
dapat membahayakan di kemudian hari karena virus selalu bermutasi sehingga
memiliki potensi patogen pada suatu saat. Oleh karena itu, jika ditemukan hewan
atau burung yang mati mendadak pihak otoritas akan membuat dugaan adanya flu
burung. Untuk mencegah penularan, hewan lain di sekitar daerah yang berkasus
flu burung perlu dimusnahkan.dan dicegah penyebarannya
2.
Banyaknya
Kasus
Kasus
yang pernah terjadi di Bangli baru-baru ini adalah kasus Dua pasien flu burung
kakak-adik asal Kabupaten Bangli yang dirawat di Rumah Sakit Sanglah, Denpasar,
meninggal dunia. Kedua pasien tersebut bernama Wayan Aldiawan (10) dan sang
adik bernama Nengah Rika Ari (5) asal Banjar Dinas Antuga, Desa Jehem,
Kecamatan Tembuku, Kabupaten Bangli, Bali.
Setelah
foto rongent di RS Sanglah, baru ditemukan gejala pneumonia dan kondisi pasien
yang terus drop akibat terinfeksi virus H5N1 itu. Tim medis RS pun langsung
mengisolasi keduanya. Kondisi pasien yang tak kunjung membaik akhirnya harus
pergi dimulai dari sang adik yang kemudian disusul sang kakak.
Hasil
pemeriksaan RS Sanglah menyatakan bahwa kedua bocah memang terinfeksi virus flu
burung. Kematian dua bocah ini merupakan kasus flu burung pertama di tahun 2011
di Bali.
Ayam
penyebab flu burung tersebut dibeli keduanya di pasar untuk upacara adat. Tapi
ayam tersebut mati saat tiba di rumah dan ayam peliharaan yang lain menyusul
kemudian setelah tertular.
Menurut
Wirasandhi, pemberian tamiflu akan tidak efektif bila pasien sudah tertular
lebih dari 12 jam. Dengan meninggalnya dua orang kakak beradik tersebut maka
hingga saat ini terhitung sejak tahun 2007 lalu sudah 4 orang pasien flu burung
meninggal dunia di Bali. Sebelumnya, tahun 2007 lalu sudah ada pasien positif
flu burung yang meninggal dunia. Ancaman flu burung tersebut saat ini
meresahkan masyarakat Bali. Sekalipun pihak RSUP Sanglah tidak memiliki
kewenangan untuk mengumumkan kejadian luar biasa, namun secara definisi
seharusnya saat ini Bali sudah KLB flu burung.
3.
Proses
terjadinya
Penyakit
flu burung ditularkan baik ke sesama unggas ataupun spesies lainnya dan manusia
melalui kotoran burung. Satu tetesan sekresi dari burung yang terinfeksi
mengandung virus yang dapat membunuh 1 juta burung. Virus ini kemudian menempel
pada berbagai media seperti sarana transprotasi ternak, peralatan kandang yang
tercemar, pakan dan minuman unggas yang tercemar, pekerja di peternakan dan
burung-burung liar.
Burung liar dan unggas domestikasi
(ternak) dapat menjadi sumber penyebar H5N1. Di Asia Tenggara kebanyakan kasus
flu burung terjadi pada jalur transportasi atau peternakan unggas alih-alih
jalur migrasi burung liar.
Virus ini dapat menular melalui
udara ataupun kontak melalui makanan, minuman, dan sentuhan. Namun demikian,
virus ini akan mati dalam suhu yang tinggi. Oleh karena itu daging, telur, dan
hewan harus dimasak dengan matang untuk menghindari penularan. Kebersihan diri
perlu dijaga pula dengan mencuci tangan dengan antiseptik. Kebersihan tubuh dan
pakaian juga perlu dijaga.
Virus dapat bertahan hidup pada suhu
dingin. Bahan makanan yang didinginkan atau dibekukan dapat menyimpan virus.
Tangan harus dicuci sebelum dan setelah memasak atau menyentuh bahan makanan
mentah.
Unggas sebaiknya tidak dipelihara di
dalam rumah atau ruangan tempat tinggal. Peternakan harus dijauhkan dari
perumahan untuk mengurangi risiko penularan.
Tidak selamanya jika tertular virus
akan menimbulkan sakit. Namun demikian, hal ini dapat membahayakan di kemudian
hari karena virus selalu bermutasi sehingga memiliki potensi patogen pada suatu
saat. Oleh karena itu, jika ditemukan hewan atau burung yang mati mendadak
pihak otoritas akan membuat dugaan adanya flu burung. Untuk mencegah penularan,
hewan lain di sekitar daerah yang berkasus flu burung perlu dimusnahkan.dan
dicegah penyebarannya
Sehingga secara garis besar cara-cara
penularan flu yang disebabkan oleh virus H5N1 ini adalah sebagai berikut :
- Secara
garis besar, kita pasti mengetahui bahwa kontak langsung dengan sumber
penyakit akan membuat kita terjangkit. Hal yang sama juga berlaku pada
penyakit flu burung. Berdasarkan pendapat para ahli, disimpulkan bahwa
vektor utama penyakit ini adalah unggas. Bersentuhan langsung dengan
unggas yang sakit, atau produk dari unggas sakit tersebut akan membuat
Anda tertular. Pencegahan yang dilakukan hanya bisa dilakukan dengan
membakar bangkai hewan tersebut. Akan tetapi, metode pembakaran yang
digunakan harus tepat guna mencegah asap dan material lain tersebar ke tempat
lain. Material-material tersebut masih memiliki potensi menularkan virus
H5N1. Cara yang dianggap lebih efektif adalah dengan mengubur bangkai
ternak tersebut dalam-dalam.
- Media
lain untuk menularkan penyakit flu burung ini adalah lingkungan sekitar.
Jika Anda tinggal di sekitar kandang ternak unggas, atau memiliki burung
peliharaan yang tiba-tiba mati, waspadalah. Udara sekitar kandang sangat
mengandung berbagai material yang ada dalam kotoran ternak. Jika unggas terjangkit virus H5N1,
bisa dipastikan bahwa udara sekitar sudah mengandung virus flu
burung tersebut. Udara dan peralatan yang tercemar kotoran ternak unggas
akan menjadi media perantara penularan virus H5N1 yang sangat baik.
- Penularan
flu burung juga dapat terjadi dengan perantara manusia. Akan tetapi,
disinyalir penularan lewat manusia merupakan media yang sangat tidak
efektif. Kasus penularan lewat manusia sangat jarang terjadi. Virus H5N1
berbeda karakter dengan virus H1N1 penyebab flu babi yang sangat efektif
ditularkan lewat manusia. Meski begitu, tetaplah waspada jika Anda berada
didekat pasien flu burung.
- Cara
lain penularan flu burung adalah melewati produk dari ternak unggas.
Sebagian orang memilih mengkonsumsi produk unggas mentah atau tidak
dimasak sempurna. Fillet ayam, telur mentah dan beragam produk mentah
unggas dapat menjadi media menularkan virus H5N1 pada pengkonsumsinya.
Virus flu burung ini akan mati apabila produk unggas tersebut dimasak
secara sempurna (benar-benar matang).Mengkonsumsi daging setengah matang
dan telur setengah matang masih berpeluang terjangkit virus flu burung ini
jika unggas yang dipotong sudah terjangkiti oleh virus ini. Untuk itu,
jika Anda akan mengkonsumsi unggas yang berasal dari daerah yang dicurigai
terjangkiti virus H5N1, pastikan daging atau telur unggas tersebut dimasak
hingga benar-benar matang hingga aman untuk dikonsumsi
4.
Dampak
Virus H5N1 ini berdampak pada
manusia dan unggas. Ciri-cirinya pada manusia adalah
- Demam
sekitar 39°C
- Batuk
- Lemas
- Sakit
tenggorokan
- Sakit
kepala
- Tidak
nafsu makan
- Muntah
- Nyeri
perut
- Nyeri
sendi
- Diare
- Infeksi
selaput mata (conjunctivitis)
- Dalam
keadaan memburuk, terjadi severe respiratory distress, yakni sesak
napas hebat, kadar oksigen rendah sementara kadar karbondioksida
meningkat. Ini terjadi karena infeksi flu menyebar ke paru-paru dan
menimbulkan radang paru-paru (pneumonia).
- apabila dalam 7 hari terakhir kontak kontak
dengan unggas di peternakan terutama jika jika unggas tersebut sakit atau
mati, dalam perkembangannya kondisi tubuh sangat cepat menurun drastis,
bila tidak segera ditolong korban bisa meninggal karena komplikasi (gagal
nafas dan gangguan fungsi tubuh lainnya).
Sedangkan
Ciri-cirinya
pada unggas yaitu :
- Jengger berwarna biru atau terjadi pembengkakan
pada jengger
- Borok di kaki
- Kematian mendadak
- Pembengkakan pada pial dan kelopak mata;
- Perdarahan di bawah kulit pada daerah kaki
(tungkai, telapak kaki)
- bagian badanyang tidak berbulu sehingga tampak
kemerah-merahan
- keluar cairan (eksudat) dari hidung yang jernih
dan kadang-kadang bercampur dengan darah
- perdarahan titik (petechie) pada daerah dada,
kaki dan telapak kaki
- batuk bersin dan ada suara ngorok
- kadang kala unggas mengalami diare
- penurunan produksi telur atau berhenti
berproduksi
- penurunan nafsu makan.
Sehingga
penyakit ini dapat menyebabkan kematian pada unggas maupun manusia. Hal ini
juga sangat berdampak besar bagi para pengusaha atau peternak ayam, karena
dengan tersebarnya virus ini menjadi kejadian luar biasa membuat para konsumen
ragu untuk mengkonsumsi ataupun membeli ayam dipasaran, sehingga menimbulkan
kerugian yang tidak sedikit. Selain itu kematian unggas secara missal membuat
kerugian mereka bertambah. Akibatnya hal ini sangat berdampak dengan
perekonomian masyarakat.
BAB II TINJAUAN TEORI
1.
Konsep
transculture
Kazier Barabara ( 1983 ) dalam
bukuya yang berjudul Fundamentals of Nursing Concept and Procedures mengatakan
bahwa konsep keperawatan adalah tindakan perawatan yang merupakan konfigurasi
dari ilmu kesehatan dan seni merawat yang meliputi pengetahuan ilmu humanistic
, philosopi perawatan, praktik klinis keperawatan , komunikasi dan ilmu sosial
. Konsep ini ingin memberikan penegasan bahwa sifat seorang manusia yang
menjadi target pelayanan dalam perawatan adalah bersifat bio – psycho – social
– spiritual . Oleh karenanya , tindakan perawatan harus didasarkan pada
tindakan yang komperhensif sekaligus holistik.
Budaya merupakan salah satu dari
perwujudan atau bentuk interaksi yang nyata sebagai manusia yang bersifat
sosial. Budaya yang berupa norma , adat istiadat menjadi acuan perilaku manusia
dalam kehidupan dengan yang lain . Pola kehidupan yang berlangsung lama dalam
suatu tempat , selalu diulangi , membuat manusia terikat dalam proses yang
dijalaninya . Keberlangsungaan terus – menerus dan lama merupakan proses
internalisasi dari suatu nilai – nilai yang mempengaruhi pembentukan karakter ,
pola pikir , pola interaksi perilaku yang kesemuanya itu akan mempunyai
pengaruh pada pendekatan intervensi keperawatan ( cultural nursing approach ).
Budaya mempunyai pengaruh luas
terhadap kehidupan individu . Oleh sebab itu , penting bagi perawat mengenal
latar belakang budaya orang yang dirawat ( Pasien ) . Misalnya kebiasaan hidup
sehari – hari , seperti tidur , makan , kebersihan diri , pekerjaan , pergaulan
social , praktik kesehatan , pendidikan anak , ekspresi perasaan , hubungan
kekeluargaaan , peranan masing – masing orang menurut umur . Kultur juga terbagi
dalam sub – kultur . Subkultur adalah kelompok pada suatu kultur yang tidak
seluruhnya mengaanut pandangan keompok kultur yang lebih besar atau member
makna yang berbeda . Kebiasaan hidup juga saling berkaitan dengan kebiasaan
cultural.
Nilai – nilai budaya dalam berternak
, menyebabkan mudahnya beberapa penyakit menyebar akibat kurangnya pengetahuan
mereka tentang cara berternak yang baik dan benar. Hal ini menunjukkan bahwa
budaya dalam berternak masih kental dengan hal – hal yang dianggap tabu.
Dalam tahun – tahun terakhir ini ,
makin ditekankan pentingknya pengaruh kultur terhadap pelayanan perawatan .
Perawatan Transkultural merupakan bidang yang relative baru ; ia berfokus pada
studi perbandingan nilai – nilai dan praktik budaya tentang kesehatan dan
hubungannya dengan perawatannya . Leininger ( 1991 ) mengatakan bahwa
transcultural nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang berkaitan dengan
perbedaan maupun kesamaan nilai – nilai budaya ( nilai budaya yang berbeda ras
, yang mempengaruhi pada seseorang perawat saat melakukan asuhan keperawatan
kepada pasien.
Perawatan transkultural adalah
berkaitan dengan praktik budaya yang ditujukan untuk pemujaan dan pengobatan
rakyat (tradisional) . Caring practices adalah kegiatan perlindungan dan bantuan
yang berkaitan dengan kesehatan.
Menurut Dr. Madelini Leininger ,
studi praktik pelayanan kesehatan transkultural adalah berfungsi untuk
meningkatkan pemahaman atas tingkah laku manusia dalam kaitan dengan
kesehatannya . Dengan mengidentifikasi praktik kesehatan dalam berbagai budaya
( kultur ) , baik di masa lampau maupun zaman sekarang akan terkumpul persamaan
– persamaan . Lininger berpendapat , kombinasi pengetahuan tentang pola praktik
transkultural dengan kemajuan teknologi dapat menyebabkan makin sempurnanya
pelayanan perawatan dan kesehatan orang banyak dan berbagai kultur.
Budaya memiliki beberapa elemen atau
komponen, menurut ahli antropologi Cateora, yaitu :
- Kebudayaan
material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat
yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah
temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah
liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup
barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian,
gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
- Kebudayaan
nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang
diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat,
dan lagu atau tarian tradisional.
- Lembaga
social
Lembaga social dan pendidikan memberikan peran yang banyak
dalam kontek berhubungan dan berkomunikasi di alam masyarakat. Sistem social
yang terbantuk dalam suatu Negara akan menjadi dasar dan konsep yang berlaku
pada tatanan social masyarakat. Contoh Di Indonesia pada kota dan desa
dibeberapa wilayah, wanita tidak perlu sekolah yang tinggi apalagi bekerja pada
satu instansi atau perusahaan. Tetapi di kota – kota besar hal tersebut
terbalik, wajar seorang wanita memilik karier
- Sistem
kepercayaan
Bagaimana masyarakat mengembangkan dan membangun system
kepercayaan atau keyakinan terhadap sesuatu, hal ini akan mempengaruhi system
penilaian yang ada dalam masyarakat. Sistem keyakinan ini akan mempengaruhi
dalam kebiasaan, bagaimana memandang hidup dan kehidupan, cara mereka
berkonsumsi, sampai dengan cara bagaimana berkomunikasi.
- Estetika
Berhubungan dengan seni dan kesenian, music, cerita, dongeng, hikayat, drama dan tari –tarian, yang berlaku dan berkembang dalam masyarakat. Seperti di Indonesia setiap masyarakatnya memiliki nilai estetika sendiri. Nilai estetika ini perlu dipahami dalam segala peran, agar pesan yang akan kita sampaikan dapat mencapai tujuan dan efektif. Misalkan di beberapa wilayah dan bersifat kedaerah, setiap akan membangu bagunan jenis apa saj harus meletakan janur kuning dan buah – buahan, sebagai symbol yang arti disetiap derah berbeda. Tetapi di kota besar seperti Jakarta jarang mungkin tidak terlihat masyarakatnya menggunakan cara tersebut. - Bahasa
Bahasa merupakan alat pengatar dalam berkomunikasi, bahasa untuk setiap walayah, bagian dan Negara memiliki perbedaan yang sangat komplek. Dalam ilmu komunikasi bahasa merupakan komponen komunikasi yang sulit dipahami. Bahasa memiliki sidat unik dan komplek, yang hanya dapat dimengerti oleh pengguna bahasa tersebu. Jadi keunikan dan kekomplekan bahasa ini harus dipelajari dan dipahami agar komunikasi lebih baik dan efektif dengan memperoleh nilai empati dan simpati dari orang lain.
2.
Budaya
berternak
Usaha peternakan ayam mempunyai prospek yang baik untuk
dikembangkan karena tingginya permintaan daging dan merupakan usaha yang sangat
menguntungkan. Tetapi banyak peternak masih mengabaikan masalah
lingkungan, sehingga masyarakat banyak yang mengeluhkan keberadaan usaha
peternakan tersebut. Selain menimbulkan dampak pencemaran lingkungan seperti
polusi udara (bau), banyaknya lalat yang berkeliaran di kandang dan lingkungan
sekitarnya, dan ketakutan masyarakat akan virus Avian Influenza atau flu
burung (H5N1) akibat kelalaian yang dilakukan oleh peternak. Untuk mengatasi
dampak usaha peternakan tersebut dapat dilakukan dengan cara pemberian zeolit
pada pakan, penambahan kapur pada kotoran dan penggunaan mikroba
probiotik starbio pada pada pakan sehingga kadar amonia menurun sehingga dapat
mengurangi bau yang tidak enak, untuk mengurangi keberadaan lalat bisa
dengan dengan menjaga kebersihan kandang, dan bisa diberantas dengan cara
biologis, kimiawi,elektrik dan tehnik. Sedangkan untuk mencegah terjangkitnya
virus flu burung bias dilakukan dengan mengurangi kontaminasi dengan unggas,
alat dan bahan yang dicurigai tercemar virus, cuci tangan dengan sabun dan
sikat, memakai masker, menggunakan pelindung wajah, pakaian pelindung, sarung
tangan, dan sepatu boot.
Akhir-akhir ini usaha peternakan
ayam dituding sebagai usaha yang ikut mencemari lingkungan (Fauziah, 2009).
Menurut Setyowati (2008), banyaknya peternakan ayam yang berada di lingkungan
masyarakat dirasakan mulai mengganggu oleh warga terutama peternakan ayam yang
lokasinya dekat dengan pemukiman penduduk. Masyarakat banyak mengeluhkan dampak
buruk dari kegiatan usaha peternakan ayam karena masih banyak peternak yang
mengabaikan penanganan limbah dari usahanya. Dari uraian tersebut, yang menjadi
permasalahan adalah peternak dalam menjalankan usahanya masih mengabaikan
aspek-aspek kebersihan lingkungan, sehinggga menimbulkan dampak pencemran
lingkungan. Untuk itu diperlukan upaya yang tepat untuk dapat mengatasi dampak
pencemaran lingkungan dari usaha peternakan ayam sehingga keberadaannya tidak mengganggu
masyarakat. Dampak yang ditimbulkan dari usaha peternakan ayam adalah :
Polusi udara (bau) sangat mengganggu
masyarakat yang ada di sekitar kandang peternakan ayam. Hal ini dikarenakan
kurangnya manajemen dalam pengelolaan limbah dan lalu lintas ayam pasca panen
Bau yang tidak sedap ini berasal
dari kandungan gas amonia yang tinggi yang terbentuk dari penumpukan feses yang
masih basah dalam kondisi anaerob. Gas amonia mempunyai pengaruh buruk terhadap
manusia dan ternak,
Permasalahan bau juga dapat diatasi
dengan memanfaatkan limbah ternak berupa kotoran ayam yang dapat diolah menjadi
biogas dan pupuk. Pupuk kandang sangat bermanfaat bagi para petani karena
memiki keunggulan: menambah zat atau unsur hara dalam tanah, mempertinggi
kandungan humus di dalam tanah, mampu memperbaiki struktur tanah, dan mendorong
atau memacu aktivitas kehidupan jasad renik dalam tanah.
Lalat timbul karena kurangnya
kebersihan kandang ayam. Lalat adalah jenis serangga yang berasal dari subordo
Cyclorrapha ordo Diptera. Lalat ini dapat menimbulkan berbagai masalah seperti
mediator perpindahan penyakit dari ayam yang sakit ke ayam yang sehat,
mengganggu pekerja kandang, menurunkan produksi, mencairkan feses atau kotoran
ayam yang berakibat meningkatnya kadar amonia dalam kandang (Dedy, 2010). Lalat
juga meresahkan masyarakat yang tinggal di pemukiman yang dekat dengan
peternakan sehingga menimbulkan protes warga. Oleh karena itu, diperlukan
upaya untuk mengurangi keberadaan lalat.
Penyebaran bibit dari berbagai
penyakit itu hampir sama yaitu dibawa oleh lalat yang berasal dari
sampah, kotoran manusia atau hewan, terutama melalui bulu-bulu badannya, kaki
dan bagian tubuh yang lain dari lalat lalu hinggap pada makanan manusia. Perijinan
pendirian peternakan akan semakin sulit diperoleh, karena takut akan
terjangkitnya virus flu burung.
Peternak dan masyarakat umum perlu
diberikan pengarahan mengenai pedoman, pencegahan, pengendalian dan
pemberantasan penyakit hewan menular Influenza pada unggas. Sehingga dapat
diambil tindakan secara dini bila dilaporkan adanya unggas yang mati akibat
virus Avian Influenza (AI).
Penyebab flu burung pada unggas
adalah virus influenza tipe A. Virus ini termasuk family Orthomyxoviridae dari
genus influenza. Pada manusia virus flu burung yang mempunyai tingkat kemampuan
mematikannya tinggi atau High Pathogenic Avian influenza (HPAI) H5N1.
Penyakit ini diidentifikasi pertama kali di Itali lebih dari 100 tahun yang
lalu. Di Indonesia kasus flu burung pada manusia terjadi pada januari 2004.
Penyebaran kasus flu burung dapat dilihat Secara umum gejala manusia yang
terinfeksi flu burung ialah demam tinggi, keluhan pernafasan dan perut, nyeri
otot, sakit tenggorokan, batuk dan sesak nafas. Menurut Anonimous (2009), apabila
dalam 7 hari terakhir kontak kontak dengan unggas di peternakan terutama jika
jika unggas tersebut sakit atau mati, dalam perkembangannya kondisi tubuh
sangat cepat menurun drastis, bila tidak segera ditolong korban bisa meninggal
karena komplikasi (gagal nafas dan gangguan fungsi tubuh lainnya).
Pengobatan manusia yang terinfeksi
flu burung adalah dengan cara pengobatan antiviral yaitu dengan pemberian anti
virus dan penurun panas. Di antara anti virus yang dapat dipakai adalah jenis
yang menghambat replikasi dari neuramidaseantara lain Oseltamivir (Tamiflu) dan
Zanamivir.
Untuk itu budaya yang salah dalam
berternak ayam khususnya unggas yang sering dilakukan oleh para peternak adalah
kurangaya cara menjaga kesehatan
makanan, mengabaikan cuci tangan dengan air sabun setelah kontak dengan
unggas dan produk unggas lainya baik sebelum makan maupun sesudah makan, sering
acuh dengan kualitas bibit ayam atau unggas yang dibeli cobalah untuk beli
unggas yang sehat, kebiasaan makan darah
mentah, daging atau telur unggas setengah matang, menyembelih unggas sakit, makan unggas mati atau sakit, kontak dengan
sumber yang terinfeksi, membiarkan anak-anak bermain di dekat kandang, membiarakan
unggas berkeliaran di dalam rumah, tidak gunakan masker atau sarung tangan saat
kontak atau menyemblih unggas, tidak pernah mengubur limbah unggas (bulu,
jeroan dan darah). Untuk itu kebiasaan tersebut harus diubah demi kesehatan
bersama
3.
Penyakit
akibat budaya berternak
Akibat budaya berternak yang salah
dapat mengakibatkan beberapa penyakit yang berdampak bagi kesehatan peternak
dan masyarakat sekitar serta keluarga peternak, seperti :
- Limbah peternakan
berupa feses, dan sisa pakan serta air dari pembersihan
ternak dan kandang menimbulkan pencemaran lingkungan masyarakat di sekitar
lokasi peternakan tersebut.
- Bau
dihasilkan dari peternakan mengganggu pernapasan masyarakat
sekitar
- Lalat dari peternakan
mengganggu pemandangan lalat juga
menimbulkan banyak berbagai penyakit misalnya; desentri, diare, thypoid dan
colera. Dan
umumnya gejala dari penyakit ini
adalah perut sakit, gangguan pada usus, demam tinggi, sakit kepala dan berak
darah
- Flu Burung (Avian Influenza)
adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang
biasanya menjangkiti burung dan manusia
BAB III KASUS DAN PEMECAHAN
Kasus yang berkaitannya dengan
budaya berternak seperti bau tidak sedap, lalat yang menyebabkan banyak
penyakit, limbah peternakan berupa feses serta flu burung yang dapat ditularkan
melalui feses, air liur unggas dan kontak langsung dengan unggas maupun manusia
yang sakit. Sehingga diperlukan beberapa pemecahan kasus yang dapat
menyelesaika kesalahan dalam beternak yang selama ini dilakukan.
Berikut
ini adalah beberapa pemecahan dan saran-saran yang dapat dilakukan yaitu dengan
member nasehat
untuk pasien dan keluarga :
Dengan membuat Jadwal pembersihan
yang harus terencana, tertulis dan ditaati :
v Dinding,
jendela pintu, termasuk pegangan pintu
Bersihkan
dengan lap basah, deterjen dan air. Umumnya secara rutin dibersihkan debunya
pada area ini (tidak perlu desinfektan). Permukaan ini jarang terkontaminasi
dengan mikroorganisme selama permukaan tersebut kering dan utuh.
v Kursi,
lampu, meja, tutup meja, tempat tidur, pegangan pintu/ handle pintu, jeruji,
atas pintu dan konter.
Bersihkan
tiap hari dengan lap basah, deterjen dan air. Jika ada kontaminasi, bersihkan
dengan desinfektan (misal kena darah atau duh tubuh lainnya.)
v Lantai
Bersihkan
lantai sesering mungkin ( setiap hari sesuai kebutuhan ) dengan lap basah,
deterjen, dan air. Pakailah deterjen jika ada kontaminasi seperti darah atau
percikan cairan tubuh lain seperti yang diuraikan dibawah.
Pel
basah adalah alat paling umum dan dianjurkan untuk membersihkan lantai
-
Teknik satu ember : digunakan satu ember
larutan pembersih, yang diganti bila kotor. Daya bunuh larutan pembersih
berkurang dengan bertambahnya kotoran dan bahan-bahan organis lainnya.
-
Teknik dua ember : satu ember mengandung
larutan pembersih, satu lagi mengandung air untuk bilas. Kain pel selalu
diperas dahulu sebelum dicelup kedalam larutan pembersih sehingga menghemat
tenaga dan bahan.
-
Teknik tiga ember: ember ketiga
digunakan untuk memeras pel sebelum dibilas. Yang akan memperpanjang masa pakai
air bilasan.
v Tempat
cuci / wastafel
Bersihkan
lantai sesering mungkin dengan pel khusus, disikat dan gunakan larutan
pembersih desinfektan. Bilas dengan air.
v Toilet
Bersihkan
toilet seseting mungkin dengan pel khusus, sikat dan gunakan larutan pembersih
desinfektan
v Kamar
pasien
Bersihkan
setiap hari dan sewaktu pasien pulang, dengan menggunakan prosedur diatas.
Proses pembersihan juga dilakukan dikamar pasien yang diisolasi, alat-alat juga
perlu dibersihkan dan didesinfektan sebelum digunakan dikamar lain.
v Tirai
Ganti
dan bersihkan tirai sesuai dengan jadwal dan apabila terlihat kotor.
v Karpet
Isap
debu dan karpet dikamar pasien setiap hari, seminggu sekali diruang – ruang
kantor atau di ruang konferensi.
v Kain
/ linen kotor
Kumpulkan
linen kotor setiap hari dalam kontainer tertutup antibocor
v Sampah
Kumpulkan
sampah setiap hari, hindari sampah berserakan
v Kontainer
sampah
Bersihkan
kontainer sampah yang terkontaminasi sesudah setiap dikosongkan. Bersihkan
kontainer bersih sekurang-kurangnya satu kali seminggu. Pakailah larutan
pembersih desinfektan dan sikat untuk menghilangkan material organis dan
kotoran lainnya.
Bagi orang yang tinggal di daerah
terjangkit dapat di sarankan :
- Penyebaran
virus flu burung di daerah terjangkit sesungguhnya dapat dicegah.
1. Cara
terbaik mencegah infeksi virus flu burung adalah sedapat mungkin menghindari
kontak dengan ayam, bebek, burung peliharaan atau jenis unggas lainnya kecuali
dalam keadaan terpaksa.
2. Anak-anak
merupakan kelompok resiko tinggu, beritahu agar :
-
Menghindari kontak dengan unggas dan
kotorannya
-
Jangan menyimpan burung sebagai peliharaan
-
Segera mencuci tangan dengan air dan
sabun setelah kontak dengan unggas dan kotorannya
-
Jangan tidur berdekatan dengan unggas
3. Jangan
membawa unggas yang hidup atau mati dari satu tempat ke tempat lain walau anda
yakin unggas anda sehat.
4. Tangani
unggas yang terjangkit didaerah tersebut
5. Jangan
sajikan unggas dari daerah terjangkit
6. jika
anda tidak sengaja kontak dengan unggas :
o
Cuci tangan secara benar dengan sabun
dan air bersih setelah kontak
o
Letakkan sepatu diluar rumah dan
bersihkan dari kotoran
o
Periksa suhu tubuh paling tidak sekali
dalam sehari selama satu minggu: jika anda mengalami panas tinggi ( ≥ 380c
), periksakan ke dokter atau fasilitas kesehatan terdekat.
- Penganan
yang tepat terhadap unggas yang sakit, yang dicurigai flu burung atau mati
adalah penting untuk tindakan pengendalian dalam rangka mencegah
penyebaran penyakit.
- Pastikan anak-anak jauh dari unggas mati dan
sakit
- jika anda menangani unggas mati atau
sakit,pastikan anda terlindungi.
- jika anda menangani unggas yang sakit dan mati untuk pertama kali, segera beritahu
yang berwenang dan yang berpengalaman untuk penanganan.
- Dekontaminasi
kebun dan kandang ayam akan membantu pengendalian penyebaran penyakit
- jika mungkin, tanyakan petugas profesional
- jika harus dilakukan sendiri, gunakan alat
pelindung diri ( APD )
- burung mati harus dikubur dengan aman
- virus influensa dapat bertahan hidup lama,
pencucian dengan deterjen penting pada tahapan dekontaminasi. Bahan
organik harus dibuang dari rumah peternakan
- area diluar rumah yang digunakan untuk unggas
sulit dibersihkan dan didesinfeksi, unggas harus dikeluarkan dari area
tersebut minimum 42 hari untuk radiasi ultraviolet alami untuk merusak
virus residual
- penyemprotan desinfektan diarea luar atau
tanah dengan ukuran terbatas sesuai dengan ketidakaktifan bahan kimia
oleh bahan organik.
- Burung
yang mati dan kotorannya harus dikubur
- Sebaiknya cari bantuan kepada pertanian
setempat tentang bagaimana mengubur hewan mati dengan aman
- ketika membakar burung matu atau kotorannya,
hindari debu yang meningkat. Kubur bangkai dan kotoran burung paling
tidak kedalaman 1 meter.
- setelah bangkai unggas dan kotorannya dikubur,
bersihkan semua area dengan deterjen dan air secara benar. Virus
influenza relatif rentan terhadap beberapa deterjen dan desinfektan.
- Pakaian
pelindung yang terkontaminasi harus ditangani secara dan dibuang
- Setelah area dibersihkan, dibuang semua bahan
pelindung dan cuci tangan dengan sabun dan air
- cuci pakaian dengan air sabun panas atau
hangat. Jemur dibawah terik matahari
- taruh sarung tangan yang telah digunakan dan
bahan habis pakai lain-lain pada tas plastik untuk pembuangan aman
- bersihkan alat yang dapat digunakan kembali
seperti sepatu karet dan kacamata / gogel dengan air dan deterjen, tetapi
selalu ingat cuci tangan setelah penanganan alat.
- alat yang tidak bisa dibersihkan harus dilebur
- bilas/ cuci badan menggunakan sabun dan air.
Cuci rambut anda
- jangan biarkan diri anda terkontaminasi kontak
dengan kotoran, pakaian dan alat – alat yang terkontaminasi
- yang terpenting, cuci tangan setiap setelah
pengananan alat – alat terkontaminasi
- sepatu
yang digunakan harus didekontaminasi
- Setelah berjalan diarea yang mungkin
terkontaminasi, bersihkan sepatu dengan sabun dan air
- ketika membersihkan sepetu, jangan mengibaskan
partikel ke wajah dan pakaian anda. Gunakan kantong plastik
ditangan,lindungi mata dengan kaca mata/ gogel dan tutupi mulut dan
hidung dengan kain
- tinggalkan sepatu kotor diluar rumah hingga
dibersihkan dengan benar.
- Orang
yang sakit seperti flu harus memperhatikan tindakan pencegahan tambahan.
- Dunia percaya adalah sangat penting mencegah
penyebaran influenza manusia didaerah terjangkit. Ketika virus flu burung
dan virus influenza manusia kontak satu dengan lain ada sebuah resiko
bahwa bahan genetik akan dirubah dan virus baru akan muncul
- setiap orang yang sakit seperti flu harus
hati-hati dengan sekresi hidung dan mulut bila disekeliling orang lain,
khususnya anak kecil, agar tidak menyebarkan virus influenza manusia
- tutup hidung dan mulut ketika batuk dan
bersin. Gunakan tisu dan buang setelah dipakai. Ajari anak-anak untuk
melakukan hal tersebut dengan baik
- selalu cuci tangan dengan sabun dan air
setelah kontak dengan sekresi orang dari hidung dan mulut yang mana bisa
membawa virus
- anak-anak, cenderung menyentuh muka, mata dan
mulut dengan tangan kotor. Ajari anak – anak pentingnya membersihkan
tangan seterlah batuk, bersin, dan menyentuh bahan-bahan kotor.
- beritahukan ke instansi kesehatan segera dan
cari nasehat medis dari profesi kesehatan jika mempunyai gejala sakit,
seperti demam dan atau simptoma seperti flu
- tindakan
pencegahan yang dapat dilakukan ketika akan mengunjungi teman atau saudara
yang dirawat di fasilitas kesehatan
- Jika anda mengunjungi pasien yang terinfeksi
dengan flu burung ikuti petunjuk dari petugas rumah sakit untuk
menggunakan APD
- pakaian khusus diperlukan ketika harus kontak
langsung dengan pasien dan ataua lingkungan pasien
- gunakan masker dengan benar dan sempurna
- tinggalkan semua peralatan APD waktu
meninggalkan ruangan pasien, cuci tangan dengan air dan sabun
- pada
daerah yang positif konfiramasi terinfeksi flu burung, jangan memakan
daging yang berasal dari unggas atau binatang yang sakit atau mati
pada
daerah yang terinfeksi disarankan untuk tidak menggunakan ayam yang sakit
mauapun mati untuk dikonsumsi baik untuk manusia maupun untuk makanan hewan
lainnya. Bahkan disarankan untuk tidak mengkonsumsi semua jenis unggas yang sehat maupun sakit
dari peternakan yang terinfeksi flu burung tersebut.
- Pada
daerah tetangga (daerah yang dekat dengan area terinfeksi) langkah-langkah
tindakan pencegahan yang harus dilakukan:
- Untuk menyembelih unggas gunakan metode yang
tidak mencemari lingkungan rumah anda dengan darah, debu, feces dan
kotoran lainnya
- untuk menghilangkan bulu ayam, rendam unggas/
ayam dalam air mendidih sebelum mencabuti bulunya
- untuk membersihkan isi dari unggas, gunakan
metode yang tidak mencemari lingkungan rumah tangga anda dari darah,
debu,feces dan kotoran lainnya
- jangan mengusap muka dan inderanya (contoh
mengucek mata) selama melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan unggas,
kecuali anda sudah mencuci tangan anda dengan sabun dan air.
- Lakukan
semua tindakan kewaspadaan untuk menjamin bahwa semua unggas dan bahan
olahannya telah diproses dengan baik dan aman untuk dimakan (dikonsumsi)
- Ayam harus diolah secara higienis dan dimasak
dengan baik
- juga demikian dengan telur. Tindakan yang
harus dilakukan dalam menangani telur mentah dan cangkangnya adalah
mencuci cangkang telur dalam air sabun dan cuci tangan setelahnya. Telur
dimasak sampai matang (dalam air mendidih selama 5 menit, 70 derajat
celcius) tidak akan menularkan flu burung kepada konsumen
- pada umumnya semua tindakan harus dimasak
sampai benar-benar matang pada suhu 70 derajat celcius.
BAB IV KESIMPULAN
Usaha peternakan ayam maupun unggas
lainnya selain mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan juga mempunyai
dampak yang yang berbahaya bagi masyarakat di sekitar kandang. Hal ini karena
usaha ayam dapat menimbulkan polusi udara (bau), banyaknya lalat yang
berkeliaran di kandang dan sekitarnya, dan kekhawatiran masyarakat akan virus
flu burung. Untuk itu diperlukan usaha yang tepat untuk mengatasi masalah
dampak yang ditimbulkan yaitu dengan menjaga kebersihan, dan melakukan beberapa
upaya yang dapat mengurangi dampak negative dar hal tersebut.
Terutama pada penyakit flu burung
yang sangat mematikan dan merugikan bagi manusia dan unggas. Penyakit flu
burung ditularkan baik ke sesama unggas ataupun spesies lainnya dan manusia
melalui kotoran burung. Satu tetesan sekresi dari burung yang terinfeksi
mengandung virus yang dapat membunuh 1 juta burung. Virus ini kemudian menempel
pada berbagai media seperti sarana transprotasi ternak, peralatan kandang yang
tercemar, pakan dan minuman unggas yang tercemar, pekerja di peternakan dan
burung-burung liar.
Untuk
menghindari hal tersebut dapat disimpulkan 6 langkah pencegahan flu burung (Avian
Influenza) yaitu :
- T ak
Perlu panik dan khawatir yang berlebihan karena penyebab flu burung adalah
virus yang mudah mati karena panas, sinar matahari, dan desinfektan.
- U sahakan
kebersihan kandang dan semprotkan bahan desinfektan (anti hama).
- M encuci
tangan dengan sabun setelah kontak langsung dengan unggas atau produk
unggas.
- P roteksi
anak-anak dan lansia dari kontak langsung dengan unggas, terutama yang
terlihat sakit.
- A mankan
makanan dengan memasak daging dan telur unggas sebelum disantap terlebih
dahulu.
- S egera
laporkan lepada aparat apabila menemukan unggas yang sakit atau mati
mencurigakan.
Dan
yang perlu diingatkan kepada para peternak dan masyarakat sekitar adalah :
1.
Jangan
sentuh unggas
yang sakit atau mati.
2.
Cuci
pakai sabun
tangan dan peralatan masak anda.
3.
Pisahkan unggas dari manusia.
4.
Periksakan diri ke puskesmas jika ada gejala
flu dan demam setelah berdekatan dengan unggas.
DAFTAR PUSTAKA
www.VIVAnews.com
www.INILAH.COM
Anonimous. 2009. Apakah flu burung. http://goldgamat.com/info-gamat/apakah
-flu-burung.htm (15 september 2010).Anonimous.2009.Flu burung pada manusia. http://feverclinic.wordpress.com/2009/ 07/31/flu-burung-pada-manusia (15 september 2010).
Anonimous. 2009. Pencemaran akibat limbah peternakan dan penanganannya. http://kalimantankita.blogspot.com/2009/05/pencemaran-akibat-limbah-peternakan.html (15 september 2010).
Anonimous. 2010. Serangan lalat dari peternakan ayam resahkan warga Pebayuran. http://www.pikiran-rakyat.com/node/112932 (15 september 2010).
Setiawan, H. 1996. Amonia sumber pencemaran yang meresahkan dalam: Infovet (Informasi Dunia Kesehatan Hewan) Edisi 037. Agustus Hal 12.
Setyowati, A. Lia. 2008. AMDAL dan peternakan ayam. http://liasetyowati.blogspot.com/2008/01/amdal-dan-peternakan-ayam.html (15 September 2010).
Sihombing D,T,H.2002. Tehnik pengelolan limbah kegiatan usaha peternakan. Puasat
No comments:
Post a Comment