WHO AM I?

I PUTU JUNIARTHA SEMARA PUTRA POLTEKKES KEMENKES DENPASAR JURUSAN KEPERAWATAN

Monday, June 4, 2012

CONTOH ASKEP KEPERAWATAN LINTAS BUDAYA/TRUNCULTUR NURSING

Juniartha Semara Putra

LAPORAN PENDAHULUAN
HUBUNGAN BUDAYA MEROKOK DENGAN BRONKITIS KRONIS
Bronkitis kronik adalah inflamasi luas jalan napas dengan penyempitan/hambatan jalan napas dan peningkatan produksi sputum mukoid, menyebabkan ketidakcocokan ventilasi-perkusi dan menyebabkan sionasis. Bronkitis didefinisikan sebagai adanya batuk produktif yang berlangsung 3 bulan dalam satu tahun selama 2 tahun berturut-turut. Sekresi yang menumpuk dalam bronkioles mengganggu pernapasan yang efektif. Merokok atau pemajanan terhadap polusi adalah penyebab utama bronkitis kronik. Pasien dengan bronkitis kronik lebih rentan terhadap kekambuhan infeksi saluran pernapasan bawah. Kisaran infeksi virus, bakteri, dan mikoplasma yang luas dapat menyebabkan episode bronkitis akut. Eksaserbasi bronkitis kronik hampir pasti terjadi selama musim dingin. Menghirup udara yang dingin pasti dapat menyebabkan bronkospasme bagi mereka yang rentan.
Ada 3 faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronchitis yaitu rokok. Menurut buku Report of the WHO Expert Comite on Smoking Control, rokok adalah penyebab utama timbulnya bronchitis. Terdapat hubungan yang erat antara merokok dan penurunan VEP (volume ekspirasi paksa) 1 detik. Secara patologis rokok berhubungan dengan hiperplasia kelenjar mukus bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran pernafasan juga dapat menyebabkan bronkostriksi akut.
Menurut Gunadi Santoso dan Makmuri (1994), tanda dan gejala yang ada yaitu :
v Biasanya tidak demam, walaupun ada tetapi rendah
v Keadaan umum baik, tidak tampak sakit, tidak sesak
v Mungkin disertai nasofaringitis atau konjungtivitis
v Pada paru didapatkan suara napas yang kasar.
Serangan bronchitis akut dapat timbul dalam serangan tunggal atau dapat timbul kembali sebagai eksaserbasi akut dari bronchitis kronis. Pada umumnya virus merupakan awal dari serangan bronchitis akut pada infeksi saluran napas bagian atas. Dokter akan mendiagnosis bronchitis kronis jika pasien mengalami batuk atau mengalami produksi sputum selama kurang lebih tiga bulan dalam satu tahun atau paling sedikit dalam dua tahun berturut-turut.
Serangan bronchitis disebabkan karena tubuh terpapar agen infeksi maupun noninfeksi (terurtama rokok). Iritan (zat yang menyebabkan iritasi) akan menyebabkan timbulnya respon inflamasi yang akan menyebabkan vasodilatasi, kongesti, edema mukosa, dan bronkopasme. Tidak seperti emfisema, bronchitis lebih memengaruhi jalan napas kecil dan besar dibandingkan alveoli. Dalam keadaan bronchitis, aliran udara masih memungkinkan tidak mengalami hambatan.Pasien dengan bronchitis kronis akan mengalami:
v Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mucus pada bronchus besar sehingga meningkatkan produksi mucus.
v Mucus lebih kental
v Kerusakan fungsi siliari yang dapat menurunkan mekanisme pembersihan mucus.
Dari paparan diaatas bahwa merokok dan bronkitis telah terbukti memiliki sambungan. Beberapa komponen kimia dari rokok mengiritasi lapisan saluran bronkial, sehingga menyebabkan peradangan pada saluran udara. Hanya beberapa zat beracun dalam sebatang rokok adalah karbon monoksida, tar, nikotin, ambergris, hidrogen sianida, dan benzena. Apa yang membuat merokok dan bronkitis yang mematikan pasangan-up adalah bahwa ketika tongkat menyala, toksisitas zat akan meningkat. Peradangan pada tabung trakea dan bronkial adalah respon sistem pernafasan untuk memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh komponen berbahaya dan racun dari tembakau.
Setelah tabung dari paru-paru terganggu, perokok biasanya menderita apa yang disebut sebagai "batuk perokok", yang ditandai dengan batuk terus-menerus dan nyeri dada konstan. Bahkan orang yang hanya menerima perokok pasif juga dapat mengembangkan bronkitis karena setiap paparan kronis asap tembakau sudah bisa melumpuhkan aktivitas ciliary normal dari saluran bronkial. Perokok yang memiliki bronkitis biasanya memiliki diwarnai dengan dahak kuning, warna hijau, dan coklat.Kuning dan hijau menandakan bahwa ada infeksi pada paru-paru dimana warna coklat menunjukkan residu kimia pada paru-paru kiri dari merokok.
Karena merokok dan bronkitis seperti memiliki hubungan yang kuat dan penting, salah satu obat yang paling efektif untuk penyakit ini adalah menghentikan kebiasaan buruk.Tinggal jauh dari asap rokok juga dapat membantu banyak karena seperti kata mereka, menghirup perokok pasif lebih berbahaya dibandingkan dengan yang sebenarnya tindakan merokok. Ada juga beberapa obat yang dapat membantu yang biasanya dihirup atau digunakan sebagai pengobatan uap. Antibiotik hanya dapat diambil jika sudah ada infeksi paru-paru tetapi tidak ketika orang tersebut hanya memiliki bronkitis kronis.
Merokok adalah penyebab paling penting dari bronkitis kronis. Trois dan rekan misalnya, mempelajari kebiasaan merokok dari perempuan yang terdaftar dalam studi kesehatan Perawat, studi kohort prospektif yang besar perempuan amerika, untuk menilai hubungan antara merokok dan oucurrence bronkitis kronis dan asma.
Antara 74,072 wanita, usia 34 hingga 68 tahun, 671 kasus asma baru didiagnosa dan 798 kasus bronkitis kronis yang baru didiagnosa. Risiko relatif dari bronkitis kronis pada dari chigarettes dihisap per hari, dan meningkat dengan usia. Peneliti menyimpulkan bahwa tingkat bronkitis kronis pada perokok empat sampai lima kali lebih tinggi daripada mereka yang bukan perokok.

ASUHAN KEPERAWATAN TRUNSCULTURAL
1.     PENGKAJIAN
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi
masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada “Sunrise Model” yaitu :
a.       FAKTOR TEKNOLOGI (TECNOLOGICAL FACTORS)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau
mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan
kesehatan. Perawat perlu mengkaji : persepsi sehat sakit, kebiasaan
berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan
kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi
permasalahan kesehatan saat ini.
b.      FAKTOR AGAMA DAN FALSAFAH HIDUP (RELIGIOUS AND PHILOSOPHICAL FACTORS)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang
amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.
c.       FAKTOR SOSIAL DAN KETERIKATAN KELUARGA (KINSHIP AND SOCIAL FACTORS)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama
lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan klien dengan kepala keluarga.
d.      NILAI-NILAI BUDAYA DAN GAYA HIDUP (CULTURAL VALUE AND LIFE WAYS)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan
oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma
budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas
pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah :posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang
digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi
sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaanmembersihkan diri.
e.       FAKTOR KEBIJAKAN DAN PERATURAN YANG BERLAKU (POLITICAL AND LEGAL FACTORS)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala
sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan
keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.
f.       FAKTOR EKONOMI (ECONOMICAL FACTORS)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber
material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh.
Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga.
g.      FAKTOR PENDIDIKAN (EDUCATIONAL FACTORS)
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam
menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi
pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh buktibukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.
2.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang
budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi
keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnosa
keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural yaitu : gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur,gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.
3.     PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN
Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah
suatu proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah
melaksanakan tindakan yang sesuai denganlatar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam
keperawatan transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu : mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan kesehatan, mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan dan merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan.
4.     EVALUASI
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap
keberhasilan klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atauberadaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat bertentangan denganbudaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.

Referensi :
ü  health.learninginfo.org/smoking_bronchitis.htm (terjemahan dari bahasa Inggris).
ü  www.chantixsite.net/smoking_and_bronchitis.html ( terjemahan dari bahasa Inggris).
ü  Andrew . M & Boyle. J.S, (1995), Transcultural Concepts in Nursing Care, 2nd Ed, Philadelphia, JB Lippincot Company
ü  Cultural Diversity in Nursing, (1997), Transcultural Nursing ; Basic Concepts and
Case Studies, Ditelusuri tanggal 14 Oktober 2006 dari
ü  Fitzpatrick. J.J & Whall. A.L, (1989), Conceptual Models of Nursing : Analysis and Application, USA, Appleton & Lange
ü  Giger. J.J & Davidhizar. R.E, (1995), Transcultural Nursing : Assessment and
Intervention, 2nd Ed, Missouri , Mosby Year Book Inc
ü  Iyer. P.W, Taptich. B.J, & Bernochi-Losey. D, (1996), Nursing Process and Nursing
Diagnosis, W.B Saunders Company, Philadelphia
ü  Leininger. M & McFarland. M.R, (2002), Transcultural Nursing : Concepts,
Theories, Research and Practice, 3rd Ed, USA, Mc-Graw Hill
Companies



KEPERAWATAN LINTAS BUDAYA
Asuhan Keperawatan Pada Pasien “JP” Terkait dengan Kebiasaan Merokok
      I.            Pengkajian
Pengkajian dilakukan tanggal : 10 Mei 2012                                      Jam      : 13.30 WITA
Tanggal Masuk                        : 9 Mei 2012                                        No.CM: 035138         
Ruangan                                  : Mawar
No. Kamar                              : 6
A.   Identita Pasien                                                              Penanggung
Nama                                       : “JP”                                                               “LP”
Jenis Kelamin                          : Laki-laki                                                        Perempuan
Uaia                                         : 48 Tahun                                                       42 Tahun
Status Perkawinan                  : Sudah Kawin                                                            Sudah Kawin
Agama                                     : Hindu                                                            Hindu
Suku Bangsa                           : Indonesia                                                      Indonesia
Pendidikan                              : Tamat SD                                                      Tamat SD
Bahasa yang digunakan          : Bali dan Indonesia                                        Bali dan Indonesia
Pekerjaan                                 : Petani                                                      Ibu Rumah Tangga
Alamat                                                : Abian Jero Amlapura                              Abian Jero, Amlapura
Diagnosa Medis                      : Bronchitis Kronis
Sumber Biaya                          : Jamkesmas
Sumber Informasi                   : Pasien, Keluarga Pasien, CM
Hubungan dengan pasien:                                                                               Istri
B.   Riwayat Keperawatan
1.      Riwayat Kesehatan Sekarang
a.      Alasan Masuk Rumah Sakit
Pasien dirawat di rumas sakit karena mengeluh nyeri perut bagian kanan, tembus sampai kebelakang, nyeri hilang timbul, mengeluh sesak nafas sejak 2 hari yang lalu disertai batuk berdahak.

b.      Keluhan Utama
Saat pengkajian, pasien mengeluh sesak nafas, batuk (+), dahak (+), penggunaan otot bantu nafas (+), pernafasan cuping hidung (+), RR= 28 kali permenit.
c.       Kronologis Keluhan
Sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh nyeri perut bagian kanan tembus kebelakang, nyeri hilang timbul, dan pasien mengeluh sesak nafas sejak 2 hari yang lalu, batuk (+), dahak (+). Pasien sempat berobat ke pengobatan tradisional namun tidak ada perubahan sehinnga keluarga pasien membawa pasien ke IRD Rumah Sakit Daerah Karangasem, dan dari IRD, pasien disuruh untuk dirawat inap di rumah sakit. Tanggal 9 Mei 2012 pasien dirawat inap di ruang mawar No.6 Rumah Sakit Daerah Karangasem dengan diagnosa medis Bronchitis kronis dengan terapi dari dokter:
ü  RL 20 tetes/menit
ü  Pemberian oksigen melalui kanula nasal 4 liter/menit
ü  Ketorolak 3x1 ampul
2.      Riwayat Kesehatan Masa Lalu
a.      Riwayat Alergi
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi dengan jenis obat.
b.      Riwayat Kecelakaan
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak memiliki riwayat kecelakaan seperti kecelakaan dalam bekerja ataupun kecelakaan dalam berkendara.
c.       Riwayat dirawat di Rumah Sakit
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sudah pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya dengan keluhan yang sama dan kali ini merupakan riwayat masuk rumah sakit untuk kedua kalinya.
d.      Riwayat Pemakaian Obat
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien juga mengonsumsi obat selain obat yang diresepkan oleh dokter yaitu obat berupa air (tirta) serta minyak yang berwarna coklat yang dioleskan di bagian perutnya yang didapat dari pengobatan tradisional.

3.      Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien mengatakan bahwa anggota keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit yang dialami pasien.
C.   Data-Bio-Psiko-Sosial
a.      Bernapas
Saat pengkajian, pasien mengeluh sesak nafas, batuk (+), dahak (+), penggunaan otot bantu nafas (+), pernafasan cuping hidung (+), RR= 28 kali permenit.
b.      Makan dan Minum
Pasien mengatakan tidak mengalami masalah dalam hal makan dan minum, tetapi pasien mengaku punya kebiasaan jarang mencuci tangan sebelum makan dikarenakan didaerahnya merupakan daerah yang kering dan sulit untuk mencari air serta mempunyai kebiasaan merokok semenjak selesai bekerja menjadi sopis truk di Jawa yaitu dari tahun 1999, sehari mampu menghabiskan 2 bungkus rokok ( 2x20 batang ) serta mempunyai kebiasaan minum minuman beralkohol karena di desanya merupakan penghasil minuman beralkohol yakni tuak dan arak karangasem.
c.       Eliminasi
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mengalami gangguan dalam hal BAB dan BAK. Pasien BAB sekali dalam sehari.
d.      Gerak Aktivitas
Pasien mengatakan belum mampu ke kamar mandi sendiri karena keadaannya yng lemas, dan mengaku pegal pada kakinya  karena encok sebab sebelum masuk rumah sakit pasien bekerja keras dalam menggarap kebun dan sapinya.
e.       Istirahat Tidur
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien kesulitan tidur karena sesak, jumlah tidur 5 jam. Tetapi sebelum sakit pasien tidur dengan  teratur yakni tidur mulai jam 22.00 sampai jam 05.00 WITA ( jumlah tidur 7 jam ).
f.       Pengaturan Suhu Tubuh
Pasien tidak ada keluhan panas, suhu tubuhnya 370 C.
g.      Kebersihan Diri
Pasien tidak mampu mandi sendiri, pasien tampak kotor, kumis serta jenggot panjang, kulit penuh dengan tato. Tetapi sebelum sakit pasien memang jarang mandi hal ini dikarenakan di daerahnya merupakan daerah yang kering dan sulih mencari sumber air.
h.      Data Sosial
Pasien mengatakan hubungan dengan keluarganya baik-baik saja, pasien selalu ditunngu oleh istrinya di rumah sakit.
i.        Rasa Aman dan Nyaman
Pasien mengeluh nyeri pada kakinya karena rematik, merasa gelisah dan cemas karena pasien khawatir terhadap hewan ternaknya yang tidak dapat beliau urus sehingga anaknya yang mengurus hewan ternaknya selama beliau sakit.
j.        Komunikasi
Pasien mampu berkomunikasi dengan lancar walaupun dengan tubuh yang lemas, pasien dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Bali madya dan terkadang menggunakan bahasa Indonesia.
k.      Beribadah
Pasien beragama Hindu, pasien percaya yakin akan agamanya, serta pasien percaya bahwa penyakitnya murni karena masalah medis yaitu karena kebiasaannya merokok yang sehari mampu menghabiska 2 bungkus sehari.
l.        Prestasi dan Produktivitas
Pasien sehari-hari bekerja sebagai petani dan berternak sapi, namun sebelumnya sempat menjadi sopir truk di Jawa tetapi sudah selesai karena pasien tidak kuat merantau. 
m.    Belajar
Pasien mengetahui penyebab penyakitnya yakni kebiasaan merokok, yang sehari mampu menghabiskan 2 bungkus rokok.
n.      Rekreasi
Pasien dalam mengisi waktu luangnya selama di rumah sakit hanya dengan ngobrol dengan keluarganya, tetapi sebelum sakit pasien tidak pernah berlibur karena keadaan ekonomi yang kurang serta kesibukannya sebagai petani dan berternak sapi sehinnga tidak ada waktu untuk pasien berekreasi.



D.   Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 10 Mei 2012
No
Pemeriksaan
Satuan
1
WBC
11.1 k/ul
2
NEU
8.99 .81.1 %N
3
LYM
2.03 18.3 %I
4
MONO
017 .152 %N
5
EOS
019 .174 %E
6
RBC
5.05 N/dl
7
NGB
15.6 q/dl
8
HCT
42.4 %
9
MCT
30.8 pq
10
MCHC
36.7 q/dl

   II.            Diagnosa Keperawatan
a.     Analisa Data
No
Hari/Tanggal/Jam
Data
Data Standar Normal
Masalah Kep.
1
Kamis
10 Mei 2012
Pkl. 14.00 WITA
Ds:
Pasien mengeluh sesak nafas, lemas,  dan khawatir tentang ternak sapinya yang tidak ada yang mengurus serta pasien memaksa untuk pulang paksa dari rumah sakit dan mengaku mempunyai kebiasaan merokok
Do:
ü Pasien tampak gelisah
ü Batuk ( +)
ü Dahak (+)
ü RR= 27 kali/menit.


ü Tidak ada keluhan sesak
ü Lemas (-)
ü Tidak merasa khawatir
ü Tidak ada keinginan untuk pulang paksa
ü Tidak mempunyai kebiasaan merokok
ü Gelisah (-)
ü Batuk (-)
ü Dahak (-)
ü RR= 20 kali/menit

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas sehingga tidak mampu berktivitas dalam berternak dan bertani

b.    Analisis Masalah
1.      P: Ketidakefektifan bersihan jalan nafas sehingga tidak mampu berktivitas dalam beternak dan bertani
E: Berhubungan dengan kebiasaan merokok.
S: Pasien mengeluh sesak nafas, lemas,  dan khawatir tentang ternak sapinya yang tidak ada yang mengurus serta pasien memaksa untuk pulang paksa dari rumah sakit dan mengaku mempunyai kebiasaan merokok,pasien tampak gelisah, batuk (+), dahak (+), RR= 27 kali/menit
Proses Terjadinya:
Kurangnya kesadaran akan bahaya merokok sehingga pasien mengalami sesak nafas yang merupakan dampak dari penyakitnya sehingga tidak mampu melakukan aktivitas berternak dan bertani.
Akibat jika tidak ditanggulangi:
Pasien akan terganggu aktivitas sehari-harinya karena tidak mampu beraktivitas akibat sesak nafasnya dan memperlambat proses penyembuhan
c.      Diagnosa Keperawatan
1.      Ketidakefektifan bersihan jalan nafas sehingga tidak mampu beraktivitas dalam beternak dan bertani berhubungan dengan kebiasaan merokok ditandai dengan pasien mengeluh sesak nafas, lemas, dan khawatir ternak sapinya tidak ada yang mengurus serta pasien memaksa untuk pulang paksa dari rumah sakit dan mengaku mempunyai kebiasaan merokok, pasien tampak gelisah, batuk (+), dahak (+), RR= 27 kali/menit
III.            Intervensi/Perencanaan
a.     Prioritas
1.      Ketidakefektifan bersihan jalan nafas sehingga tidak mampu beraktivitas dalam beternak dan bertani berhubungan dengan kebiasaan merokok ditandai dengan pasien mengeluh sesak nafas, lemas, dan khawatir ternak sapinya tidak ada yang mengurus serta pasien memaksa untuk pulang paksa dari rumah sakit dan mengaku mempunyai kebiasaan merokok, pasien tampak gelisah, batuk (+), dahak (+), RR= 27 kali/menit

b.    Rencana Asuhan Keperawatan Pada Pasien “JP”
No
Hari/Tgl/Jam
Diagnosa Keperawatan
Tujuan/ outcome
Intervensi
Rasional
1
Kamis
10 Mei 2012
Pkl. 14.00 WITA

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas sehingga tidak mampu beraktivitas dalam beternak dan bertani berhubungan dengan kebiasaan merokok ditandai dengan pasien mengeluh sesak nafas, lemas, dan khawatir ternak sapinya tidak ada yang mengurus serta pasien memaksa untuk pulang paksa dari rumah sakit dan mengaku mempunyai kebiasaan merokok, pasien tampak gelisah, batuk (+), dahak (+), RR= 27 kali/menit


Setelah diberikan askep 2 x 24 jam diharapkan kebiasaan merokok pasien berkurang dan mampu beraktivitas dalam beternak dan bertani dengan outcome:
ü Tidak ada keluhan sesak
ü Lemas (-)
ü Tidak merasa khawatir
ü Tidak ada keinginan untuk pulang paksa
ü Tidak mempunyai kebiasaan merokok
ü Gelisah (-)
ü Batuk (-)
ü Dahak (-)
ü RR= 20 kali/menit
ü Anjurkan minum air hangat


ü Berikan posisi semi fowler
ü Bantu pasien untuk berhenti merokok dengan membatasi asupan rokok pasien
ü Berikan HE tentang bahaya merokok


ü Mengencerkan dahak sehingga dahak mudah keluar

ü Memudahkan drainase dahak

ü Membantu untuk berhenti merokok









ü HE tentang bahaya merokok dapat menyadarkan pasien dan dapat menghilangkan kebiasaan merokoknya.




1. Implementasi
No
Hari/ Tanggal/ Jam
No. Dx.
Implementasi
Evaluasi Pormatif
1



















Kamis
10 Mei 2012
Pkl. 14.00 WITA

Pkl. 15.00 WITA

Pkl. 17.00 WITA


Pkl.19.00 WITA



Pkl. 20.00 WITA



Pkl. 22.00 WITA

Jumat
11 Mei 2012
Pkl. 09,00 WITA

Pkl. 13.00 WITA




1




1


1



1




1




1


1




1


ü Menganjurkan minum air hangat



ü Memberikan posisi semi fowler

ü Membantu pasien untuk berhenti merokok dengan membatasi asupan rokok pasien
ü Memberikan HE tentang bahaya merokok



ü Menganjurkan minum air hangat



ü Memberikan posisi semi fowler

ü Membantu pasien untuk berhenti merokok dengan membatasi asupan rokok pasien

ü Memberikan HE tentang bahaya merokok






ü Pasien mau mengikuti untuk minum air hangat dan keluarga mau ikut serta dalam mengingatkan pasien
ü Pasien tampak lebih nyaman dan nafasnya lebih lancer
ü Pasien sedikit-sedikit mau melupakan kebiasaan merokoknya

ü Pasien mau mendengarkan HE tentang bahaya merokok yang diberikan
ü Pasien mau mengikuti untuk minum air hangat dan keluarga mau ikut serta dalam mengingatkan pasien
ü Pasien tampak lebih nyaman dan nafasnya lebih lancer
ü Pasien sedikit-sedikit mau melupakan kebiasaan merokoknya

ü Pasien mau mendengarkan HE tentang bahaya merokok yang diberikan







2.    Evaluasi
No.
Hari/Tanggal/
Jam
No. Dx.
Evaluasi Sumatif
Pataf
1
Sabtu
12 Mei 2012
Pkl. 14.00
1
S:
ü Pasien masih mengeluh sesak dan khawatir dengan kondisinya sehingga tidak mampu beraktivitas sebagai petani
O:
ü Batuk (+)
ü Gelisah (+)
ü Keinginan Merokok (+)
A:  Masalah belum tercapai
P:  Lanjutkan intervensi 1,2,3, dan 4





                                                                                      Amlapura, 18 Mei 2012
                                                                                      Mahasiswa,


                                                                         ( I Putu Juniartha Semara Putra)
                                                                            NIM: P07120011014













No comments: