Juniartha Semara Putra
LAPORAN PENDAHULUAN
HUBUNGAN BUDAYA MEROKOK DENGAN BRONKITIS
KRONIS
Bronkitis kronik adalah inflamasi luas jalan napas dengan
penyempitan/hambatan jalan napas dan peningkatan produksi sputum mukoid,
menyebabkan ketidakcocokan ventilasi-perkusi dan menyebabkan sionasis.
Bronkitis didefinisikan sebagai adanya batuk produktif yang berlangsung 3 bulan
dalam satu tahun selama 2 tahun berturut-turut. Sekresi yang menumpuk dalam
bronkioles mengganggu pernapasan yang efektif. Merokok atau pemajanan terhadap
polusi adalah penyebab utama bronkitis kronik. Pasien dengan bronkitis kronik
lebih rentan terhadap kekambuhan infeksi saluran pernapasan bawah. Kisaran
infeksi virus, bakteri, dan mikoplasma yang luas dapat menyebabkan episode
bronkitis akut. Eksaserbasi bronkitis kronik hampir pasti terjadi selama musim
dingin. Menghirup udara yang dingin pasti dapat menyebabkan bronkospasme bagi
mereka yang rentan.
Ada 3
faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronchitis yaitu rokok.
Menurut buku Report of the WHO
Expert Comite on Smoking Control, rokok adalah penyebab utama timbulnya
bronchitis. Terdapat hubungan yang erat antara merokok dan penurunan VEP
(volume ekspirasi paksa) 1 detik. Secara patologis rokok berhubungan dengan hiperplasia
kelenjar mukus bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran pernafasan juga
dapat menyebabkan bronkostriksi akut.
Menurut
Gunadi Santoso dan Makmuri (1994), tanda dan gejala yang ada yaitu :
v Biasanya tidak demam, walaupun ada
tetapi rendah
v Keadaan umum baik, tidak tampak
sakit, tidak sesak
v Mungkin disertai nasofaringitis atau
konjungtivitis
v Pada paru didapatkan suara napas
yang kasar.
Serangan bronchitis akut dapat
timbul dalam serangan tunggal atau dapat timbul kembali sebagai eksaserbasi akut
dari bronchitis kronis. Pada umumnya virus merupakan awal dari serangan
bronchitis akut pada infeksi saluran napas bagian atas. Dokter akan
mendiagnosis bronchitis kronis jika pasien mengalami batuk atau mengalami
produksi sputum selama kurang lebih tiga bulan dalam satu tahun atau paling
sedikit dalam dua tahun berturut-turut.
Serangan bronchitis disebabkan
karena tubuh terpapar agen infeksi maupun noninfeksi (terurtama rokok). Iritan
(zat yang menyebabkan iritasi) akan menyebabkan timbulnya respon inflamasi yang
akan menyebabkan vasodilatasi, kongesti, edema mukosa, dan bronkopasme. Tidak
seperti emfisema, bronchitis lebih memengaruhi jalan napas kecil dan besar
dibandingkan alveoli. Dalam keadaan bronchitis, aliran udara masih memungkinkan
tidak mengalami hambatan.Pasien dengan bronchitis kronis akan mengalami:
v Peningkatan
ukuran dan jumlah kelenjar mucus pada bronchus besar sehingga meningkatkan produksi mucus.
v Mucus
lebih kental
v Kerusakan
fungsi siliari yang
dapat menurunkan mekanisme pembersihan mucus.
Dari paparan diaatas
bahwa merokok dan bronkitis telah terbukti memiliki sambungan. Beberapa komponen kimia dari rokok
mengiritasi lapisan saluran bronkial, sehingga menyebabkan peradangan pada
saluran udara. Hanya beberapa zat beracun dalam sebatang
rokok adalah karbon monoksida, tar, nikotin, ambergris, hidrogen sianida, dan
benzena. Apa yang membuat merokok dan bronkitis
yang mematikan pasangan-up adalah bahwa ketika tongkat menyala, toksisitas zat
akan meningkat. Peradangan pada tabung trakea dan
bronkial adalah respon sistem pernafasan untuk memperbaiki kerusakan yang
disebabkan oleh komponen berbahaya dan racun dari tembakau.
Setelah tabung dari
paru-paru terganggu, perokok biasanya menderita apa yang disebut sebagai
"batuk perokok", yang ditandai dengan batuk terus-menerus dan nyeri
dada konstan. Bahkan orang yang hanya menerima perokok
pasif juga dapat mengembangkan bronkitis karena setiap paparan kronis asap
tembakau sudah bisa melumpuhkan aktivitas ciliary normal dari saluran bronkial. Perokok yang memiliki bronkitis biasanya
memiliki diwarnai dengan dahak kuning, warna hijau, dan coklat.Kuning dan hijau
menandakan bahwa ada infeksi pada paru-paru dimana warna coklat menunjukkan
residu kimia pada paru-paru kiri dari merokok.
Karena merokok dan
bronkitis seperti memiliki hubungan yang kuat dan penting, salah satu obat yang
paling efektif untuk penyakit ini adalah menghentikan kebiasaan buruk.Tinggal
jauh dari asap rokok juga dapat membantu banyak karena seperti kata mereka,
menghirup perokok pasif lebih berbahaya dibandingkan dengan yang sebenarnya
tindakan merokok. Ada juga beberapa obat yang dapat
membantu yang biasanya dihirup atau digunakan sebagai pengobatan uap. Antibiotik hanya dapat diambil jika
sudah ada infeksi paru-paru tetapi tidak ketika orang tersebut hanya memiliki
bronkitis kronis.
Merokok adalah penyebab
paling penting dari bronkitis kronis. Trois dan rekan misalnya, mempelajari
kebiasaan merokok dari perempuan yang terdaftar dalam studi kesehatan Perawat,
studi kohort prospektif yang besar perempuan amerika, untuk menilai hubungan
antara merokok dan oucurrence bronkitis kronis dan asma.
Antara 74,072 wanita,
usia 34 hingga 68 tahun, 671 kasus asma baru didiagnosa dan 798 kasus bronkitis
kronis yang baru didiagnosa. Risiko relatif dari bronkitis kronis
pada dari chigarettes dihisap per hari, dan meningkat dengan usia. Peneliti menyimpulkan bahwa tingkat
bronkitis kronis pada perokok empat sampai lima kali lebih tinggi daripada
mereka yang bukan perokok.
ASUHAN
KEPERAWATAN TRUNSCULTURAL
1.
PENGKAJIAN
Pengkajian adalah proses
mengumpulkan data untuk mengidentifikasi
masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada “Sunrise Model” yaitu :
masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada “Sunrise Model” yaitu :
a.
FAKTOR TEKNOLOGI (TECNOLOGICAL FACTORS)
Teknologi
kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau
mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan
kesehatan. Perawat perlu mengkaji : persepsi sehat sakit, kebiasaan
berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan
kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi
permasalahan kesehatan saat ini.
mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan
kesehatan. Perawat perlu mengkaji : persepsi sehat sakit, kebiasaan
berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan
kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi
permasalahan kesehatan saat ini.
b. FAKTOR
AGAMA DAN FALSAFAH HIDUP (RELIGIOUS AND PHILOSOPHICAL FACTORS)
Agama
adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang
amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.
amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.
c. FAKTOR
SOSIAL DAN KETERIKATAN KELUARGA (KINSHIP AND SOCIAL FACTORS)
Perawat
pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama
lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan klien dengan kepala keluarga.
lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan klien dengan kepala keluarga.
d. NILAI-NILAI
BUDAYA DAN GAYA HIDUP (CULTURAL VALUE AND LIFE WAYS)
Nilai-nilai
budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan
oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma
budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas
pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah :posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang
digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi
sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaanmembersihkan diri.
oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma
budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas
pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah :posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang
digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi
sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaanmembersihkan diri.
e. FAKTOR
KEBIJAKAN DAN PERATURAN YANG BERLAKU (POLITICAL AND LEGAL FACTORS)
Kebijakan
dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala
sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan
keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.
sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan
keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.
f. FAKTOR
EKONOMI (ECONOMICAL FACTORS)
Klien
yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber
material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh.
Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga.
material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh.
Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga.
g. FAKTOR
PENDIDIKAN (EDUCATIONAL FACTORS)
Latar
belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam
menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi
pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh buktibukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.
menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi
pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh buktibukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.
2.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah respon
klien sesuai latar belakang
budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi
keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnosa
keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural yaitu : gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur,gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.
budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi
keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnosa
keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural yaitu : gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur,gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.
3.
PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN
Perencanaan dan pelaksanaan dalam
keperawatan trnaskultural adalah
suatu proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah
melaksanakan tindakan yang sesuai denganlatar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam
keperawatan transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu : mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan kesehatan, mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan dan merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan.
suatu proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah
melaksanakan tindakan yang sesuai denganlatar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam
keperawatan transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu : mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan kesehatan, mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan dan merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan.
4.
EVALUASI
Evaluasi asuhan keperawatan
transkultural dilakukan terhadap
keberhasilan klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atauberadaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat bertentangan denganbudaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.
keberhasilan klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atauberadaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat bertentangan denganbudaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.
Referensi
:
ü health.learninginfo.org/smoking_bronchitis.htm
(terjemahan dari bahasa
Inggris).
ü Andrew . M & Boyle. J.S, (1995),
Transcultural Concepts in Nursing Care, 2nd Ed, Philadelphia, JB Lippincot
Company
ü Cultural Diversity in Nursing,
(1997), Transcultural Nursing ; Basic Concepts and
Case Studies, Ditelusuri tanggal 14 Oktober 2006 dari
Case Studies, Ditelusuri tanggal 14 Oktober 2006 dari
ü Fitzpatrick. J.J & Whall. A.L,
(1989), Conceptual Models of Nursing : Analysis and Application, USA, Appleton
& Lange
ü Giger. J.J & Davidhizar. R.E,
(1995), Transcultural Nursing : Assessment and
Intervention, 2nd Ed, Missouri , Mosby Year Book Inc
Intervention, 2nd Ed, Missouri , Mosby Year Book Inc
ü Iyer. P.W, Taptich. B.J, &
Bernochi-Losey. D, (1996), Nursing Process and Nursing
Diagnosis, W.B Saunders Company, Philadelphia
Diagnosis, W.B Saunders Company, Philadelphia
ü Leininger. M & McFarland. M.R,
(2002), Transcultural Nursing : Concepts,
Theories, Research and Practice, 3rd Ed, USA, Mc-Graw Hill
Companies
Theories, Research and Practice, 3rd Ed, USA, Mc-Graw Hill
Companies
KEPERAWATAN LINTAS BUDAYA
Asuhan Keperawatan Pada Pasien “JP”
Terkait dengan Kebiasaan Merokok
I.
Pengkajian
Pengkajian
dilakukan tanggal : 10 Mei 2012 Jam : 13.30 WITA
Tanggal
Masuk : 9 Mei 2012 No.CM:
035138
Ruangan : Mawar
No.
Kamar : 6
A. Identita Pasien Penanggung
Nama :
“JP”
“LP”
Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
Uaia :
48 Tahun 42
Tahun
Status Perkawinan : Sudah Kawin Sudah
Kawin
Agama :
Hindu Hindu
Suku Bangsa : Indonesia Indonesia
Pendidikan : Tamat SD Tamat SD
Bahasa yang digunakan : Bali dan Indonesia Bali dan
Indonesia
Pekerjaan : Petani Ibu Rumah Tangga
Alamat :
Abian Jero Amlapura Abian Jero, Amlapura
Diagnosa Medis : Bronchitis Kronis
Sumber Biaya : Jamkesmas
Sumber Informasi : Pasien, Keluarga Pasien, CM
Hubungan dengan pasien: Istri
B.
Riwayat
Keperawatan
1.
Riwayat
Kesehatan Sekarang
a.
Alasan
Masuk Rumah Sakit
Pasien dirawat di rumas
sakit karena mengeluh nyeri perut bagian kanan, tembus sampai kebelakang, nyeri
hilang timbul, mengeluh sesak nafas sejak 2 hari yang lalu disertai batuk
berdahak.
b.
Keluhan
Utama
Saat pengkajian, pasien
mengeluh sesak nafas, batuk (+), dahak (+), penggunaan otot bantu nafas (+),
pernafasan cuping hidung (+), RR= 28 kali permenit.
c. Kronologis
Keluhan
Sebelum masuk rumah
sakit, pasien mengeluh nyeri perut bagian kanan tembus kebelakang, nyeri hilang
timbul, dan pasien mengeluh sesak nafas sejak 2 hari yang lalu, batuk (+),
dahak (+). Pasien sempat berobat ke pengobatan tradisional namun tidak ada
perubahan sehinnga keluarga pasien membawa pasien ke IRD Rumah Sakit Daerah
Karangasem, dan dari IRD, pasien disuruh untuk dirawat inap di rumah sakit.
Tanggal 9 Mei 2012 pasien dirawat inap di ruang mawar No.6 Rumah Sakit Daerah
Karangasem dengan diagnosa medis Bronchitis kronis dengan terapi dari dokter:
ü RL
20 tetes/menit
ü Pemberian
oksigen melalui kanula nasal 4 liter/menit
ü Ketorolak
3x1 ampul
2.
Riwayat
Kesehatan Masa Lalu
a.
Riwayat
Alergi
Pasien mengatakan tidak
memiliki riwayat alergi dengan jenis obat.
b.
Riwayat
Kecelakaan
Keluarga pasien
mengatakan bahwa pasien tidak memiliki riwayat kecelakaan seperti kecelakaan
dalam bekerja ataupun kecelakaan dalam berkendara.
c.
Riwayat
dirawat di Rumah Sakit
Keluarga pasien
mengatakan bahwa pasien sudah pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya dengan
keluhan yang sama dan kali ini merupakan riwayat masuk rumah sakit untuk kedua
kalinya.
d.
Riwayat
Pemakaian Obat
Keluarga pasien
mengatakan bahwa pasien juga mengonsumsi obat selain obat yang diresepkan oleh
dokter yaitu obat berupa air (tirta) serta minyak yang berwarna coklat yang
dioleskan di bagian perutnya yang didapat dari pengobatan tradisional.
3.
Riwayat
Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien
mengatakan bahwa anggota keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit yang
dialami pasien.
C.
Data-Bio-Psiko-Sosial
a.
Bernapas
Saat pengkajian, pasien
mengeluh sesak nafas, batuk (+), dahak (+), penggunaan otot bantu nafas (+),
pernafasan cuping hidung (+), RR= 28 kali permenit.
b.
Makan
dan Minum
Pasien mengatakan tidak
mengalami masalah dalam hal makan dan minum, tetapi pasien mengaku punya
kebiasaan jarang mencuci tangan sebelum makan dikarenakan didaerahnya merupakan
daerah yang kering dan sulit untuk mencari air serta mempunyai kebiasaan
merokok semenjak selesai bekerja menjadi sopis truk di Jawa yaitu dari tahun
1999, sehari mampu menghabiskan 2 bungkus rokok ( 2x20 batang ) serta mempunyai
kebiasaan minum minuman beralkohol karena di desanya merupakan penghasil
minuman beralkohol yakni tuak dan arak karangasem.
c.
Eliminasi
Keluarga pasien
mengatakan pasien tidak mengalami gangguan dalam hal BAB dan BAK. Pasien BAB
sekali dalam sehari.
d.
Gerak
Aktivitas
Pasien mengatakan belum
mampu ke kamar mandi sendiri karena keadaannya yng lemas, dan mengaku pegal
pada kakinya karena encok sebab sebelum
masuk rumah sakit pasien bekerja keras dalam menggarap kebun dan sapinya.
e.
Istirahat
Tidur
Keluarga pasien
mengatakan bahwa pasien kesulitan tidur karena sesak, jumlah tidur 5 jam.
Tetapi sebelum sakit pasien tidur dengan teratur yakni tidur mulai jam 22.00 sampai jam
05.00 WITA ( jumlah tidur 7 jam ).
f.
Pengaturan
Suhu Tubuh
Pasien tidak ada
keluhan panas, suhu tubuhnya 370 C.
g.
Kebersihan
Diri
Pasien tidak mampu
mandi sendiri, pasien tampak kotor, kumis serta jenggot panjang, kulit penuh
dengan tato. Tetapi sebelum sakit pasien memang jarang mandi hal ini
dikarenakan di daerahnya merupakan daerah yang kering dan sulih mencari sumber
air.
h.
Data
Sosial
Pasien mengatakan
hubungan dengan keluarganya baik-baik saja, pasien selalu ditunngu oleh
istrinya di rumah sakit.
i.
Rasa
Aman dan Nyaman
Pasien mengeluh nyeri
pada kakinya karena rematik, merasa gelisah dan cemas karena pasien khawatir
terhadap hewan ternaknya yang tidak dapat beliau urus sehingga anaknya yang
mengurus hewan ternaknya selama beliau sakit.
j.
Komunikasi
Pasien mampu berkomunikasi
dengan lancar walaupun dengan tubuh yang lemas, pasien dalam berkomunikasi
menggunakan bahasa Bali madya dan terkadang menggunakan bahasa Indonesia.
k.
Beribadah
Pasien beragama Hindu,
pasien percaya yakin akan agamanya, serta pasien percaya bahwa penyakitnya
murni karena masalah medis yaitu karena kebiasaannya merokok yang sehari mampu
menghabiska 2 bungkus sehari.
l.
Prestasi
dan Produktivitas
Pasien sehari-hari
bekerja sebagai petani dan berternak sapi, namun sebelumnya sempat menjadi
sopir truk di Jawa tetapi sudah selesai karena pasien tidak kuat merantau.
m.
Belajar
Pasien mengetahui
penyebab penyakitnya yakni kebiasaan merokok, yang sehari mampu menghabiskan 2
bungkus rokok.
n.
Rekreasi
Pasien dalam mengisi
waktu luangnya selama di rumah sakit hanya dengan ngobrol dengan keluarganya,
tetapi sebelum sakit pasien tidak pernah berlibur karena keadaan ekonomi yang
kurang serta kesibukannya sebagai petani dan berternak sapi sehinnga tidak ada
waktu untuk pasien berekreasi.
D.
Pemeriksaan
Penunjang
Tanggal 10 Mei 2012
No
|
Pemeriksaan
|
Satuan
|
1
|
WBC
|
11.1 k/ul
|
2
|
NEU
|
8.99 .81.1 %N
|
3
|
LYM
|
2.03 18.3 %I
|
4
|
MONO
|
017 .152 %N
|
5
|
EOS
|
019 .174 %E
|
6
|
RBC
|
5.05 N/dl
|
7
|
NGB
|
15.6 q/dl
|
8
|
HCT
|
42.4 %
|
9
|
MCT
|
30.8 pq
|
10
|
MCHC
|
36.7 q/dl
|
II.
Diagnosa
Keperawatan
a.
Analisa
Data
No
|
Hari/Tanggal/Jam
|
Data
|
Data Standar Normal
|
Masalah Kep.
|
1
|
Kamis
10 Mei 2012
Pkl. 14.00 WITA
|
Ds:
Pasien mengeluh sesak nafas, lemas, dan khawatir tentang ternak sapinya yang
tidak ada yang mengurus serta pasien memaksa untuk pulang paksa dari rumah
sakit dan mengaku mempunyai kebiasaan merokok
Do:
ü Pasien
tampak gelisah
ü Batuk
( +)
ü Dahak
(+)
ü RR=
27 kali/menit.
|
ü Tidak
ada keluhan sesak
ü Lemas
(-)
ü Tidak
merasa khawatir
ü Tidak
ada keinginan untuk pulang paksa
ü Tidak
mempunyai kebiasaan merokok
ü Gelisah
(-)
ü Batuk
(-)
ü Dahak
(-)
ü RR=
20 kali/menit
|
Ketidakefektifan bersihan jalan
nafas sehingga tidak mampu berktivitas dalam berternak dan bertani
|
b.
Analisis
Masalah
1. P:
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas sehingga tidak mampu berktivitas dalam beternak
dan bertani
E: Berhubungan dengan kebiasaan
merokok.
S: Pasien mengeluh
sesak nafas, lemas, dan khawatir tentang
ternak sapinya yang tidak ada yang mengurus serta pasien memaksa untuk pulang
paksa dari rumah sakit dan mengaku mempunyai kebiasaan merokok,pasien tampak
gelisah, batuk (+), dahak (+), RR= 27 kali/menit
Proses Terjadinya:
Kurangnya kesadaran
akan bahaya merokok sehingga pasien mengalami sesak nafas yang merupakan dampak
dari penyakitnya sehingga tidak mampu melakukan aktivitas berternak dan
bertani.
Akibat jika tidak
ditanggulangi:
Pasien akan terganggu
aktivitas sehari-harinya karena tidak mampu beraktivitas akibat sesak nafasnya
dan memperlambat proses penyembuhan
c.
Diagnosa
Keperawatan
1. Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas sehingga tidak mampu beraktivitas dalam beternak dan
bertani berhubungan dengan kebiasaan merokok ditandai dengan pasien mengeluh
sesak nafas, lemas, dan khawatir ternak sapinya tidak ada yang mengurus serta
pasien memaksa untuk pulang paksa dari rumah sakit dan mengaku mempunyai
kebiasaan merokok, pasien tampak gelisah, batuk (+), dahak (+), RR= 27
kali/menit
III.
Intervensi/Perencanaan
a.
Prioritas
1. Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas sehingga tidak mampu beraktivitas dalam beternak dan
bertani berhubungan dengan kebiasaan merokok ditandai dengan pasien mengeluh
sesak nafas, lemas, dan khawatir ternak sapinya tidak ada yang mengurus serta
pasien memaksa untuk pulang paksa dari rumah sakit dan mengaku mempunyai
kebiasaan merokok, pasien tampak gelisah, batuk (+), dahak (+), RR= 27
kali/menit
b.
Rencana
Asuhan Keperawatan Pada Pasien “JP”
No
|
Hari/Tgl/Jam
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan/ outcome
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Kamis
10
Mei 2012
Pkl.
14.00 WITA
|
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
sehingga tidak mampu beraktivitas dalam beternak dan bertani berhubungan
dengan kebiasaan merokok ditandai dengan pasien mengeluh sesak nafas, lemas,
dan khawatir ternak sapinya tidak ada yang mengurus serta pasien memaksa
untuk pulang paksa dari rumah sakit dan mengaku mempunyai kebiasaan merokok,
pasien tampak gelisah, batuk (+), dahak (+), RR= 27 kali/menit
|
Setelah
diberikan askep 2 x 24 jam diharapkan kebiasaan merokok pasien berkurang dan
mampu beraktivitas dalam beternak dan bertani dengan outcome:
ü Tidak
ada keluhan sesak
ü Lemas
(-)
ü Tidak
merasa khawatir
ü Tidak
ada keinginan untuk pulang paksa
ü Tidak
mempunyai kebiasaan merokok
ü Gelisah
(-)
ü Batuk
(-)
ü Dahak
(-)
ü RR=
20 kali/menit
|
ü Anjurkan
minum air hangat
ü Berikan
posisi semi fowler
ü Bantu
pasien untuk berhenti merokok dengan membatasi asupan rokok pasien
ü Berikan
HE tentang bahaya merokok
|
ü Mengencerkan
dahak sehingga dahak mudah keluar
ü Memudahkan
drainase dahak
ü Membantu untuk
berhenti merokok
ü HE tentang
bahaya merokok dapat menyadarkan pasien dan dapat menghilangkan kebiasaan
merokoknya.
|
1. Implementasi
No
|
Hari/
Tanggal/ Jam
|
No.
Dx.
|
Implementasi
|
Evaluasi
Pormatif
|
1
|
Kamis
10 Mei 2012
Pkl. 14.00 WITA
Pkl. 15.00 WITA
Pkl. 17.00 WITA
Pkl.19.00 WITA
Pkl. 20.00 WITA
Pkl. 22.00 WITA
Jumat
11 Mei 2012
Pkl. 09,00 WITA
Pkl. 13.00 WITA
|
1
1
1
1
1
1
1
1
|
ü Menganjurkan
minum air hangat
ü Memberikan
posisi semi fowler
ü Membantu
pasien untuk berhenti merokok dengan membatasi asupan rokok pasien
ü Memberikan
HE tentang bahaya merokok
ü Menganjurkan
minum air hangat
ü Memberikan
posisi semi fowler
ü Membantu
pasien untuk berhenti merokok dengan membatasi asupan rokok pasien
ü Memberikan
HE tentang bahaya merokok
|
ü Pasien
mau mengikuti untuk minum air hangat dan keluarga mau ikut serta dalam
mengingatkan pasien
ü Pasien
tampak lebih nyaman dan nafasnya lebih lancer
ü Pasien
sedikit-sedikit mau melupakan kebiasaan merokoknya
ü Pasien
mau mendengarkan HE tentang bahaya merokok yang diberikan
ü Pasien
mau mengikuti untuk minum air hangat dan keluarga mau ikut serta dalam
mengingatkan pasien
ü Pasien
tampak lebih nyaman dan nafasnya lebih lancer
ü Pasien
sedikit-sedikit mau melupakan kebiasaan merokoknya
ü Pasien
mau mendengarkan HE tentang bahaya merokok yang diberikan
|
2.
Evaluasi
No.
|
Hari/Tanggal/
Jam
|
No.
Dx.
|
Evaluasi
Sumatif
|
Pataf
|
1
|
Sabtu
12 Mei 2012
Pkl. 14.00
|
1
|
S:
ü Pasien
masih mengeluh sesak dan khawatir dengan kondisinya sehingga tidak mampu
beraktivitas sebagai petani
O:
ü Batuk
(+)
ü Gelisah
(+)
ü Keinginan
Merokok (+)
A:
Masalah belum tercapai
P:
Lanjutkan intervensi 1,2,3, dan 4
|
|
Amlapura,
18 Mei 2012
Mahasiswa,
( I Putu Juniartha Semara Putra)
NIM: P07120011014
No comments:
Post a Comment