WHO AM I?

I PUTU JUNIARTHA SEMARA PUTRA POLTEKKES KEMENKES DENPASAR JURUSAN KEPERAWATAN

Monday, April 30, 2012

SATUAN ACARA PENYULUHAN KARIES GIGI

Juniartha Semara Putra

SATUAN ACARA PENYULUHAN
KARIES GIGI
       I.            LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesehatan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Sehingga terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang hidup dengan perilaku dan lingkungan sehat, serta memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil. Tujuan khusus dari upaya kesehatan adalah menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan dari penyakit menular dan penyakit tidak menular, meningkatkan dan memantapkan mutu pelayanan kesehatan dasar.
Kesehatan menjadi sangat berharga ketika ada gangguan. Gejala awal suatu penyakit seringkali tidak diperhatikan atau dianggap tidak terlalu penting. Kecenderungan ini juga terjadi pada penyakit gigi. Gigi yang sehat tidak cukup hanya rapi dan putih saja tetapi harus didukung oleh gusi, akar dan tulang pendukung yang sehat. Gigi akan berfungsi dengan baik apabila gigi tersebut dalam keadaan sehat, sebaliknya gigi dan mulut yang tidak sehat akan menimbulkan masalah.
           Karies gigi dapat menyebabkan focal infection dental origin atau focal infection (FI) yaitu infeksi kronis di suatu tempat yang memicu penyakit di tempat lain. FI terjadi ketika mikroorganisme yang berasal dari gigi dan mulut menyebabkan infeksi atau penyakit di bagian tubuh yang lain. Infeksi di akar gigi maupun di jaringan penyangga gigi melibatkan lebih dari 350 bakteri dan mikroorganisme, karena letak infeksinya sangat dekat dengan pembuluh darah, produk bakteri berupa toksin dapat menyebar ke seluruh tubuh. Hal ini lah yang mengakibatkan terganggunya organ-organ tubuh antara lain jantung, hati, ginjal dan pada ibu hamil dapat mengakibatkan bayi yang dilahirkan memiliki berat badan lahir rendah.
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2000, analisis data prevalensi karies berdasarkan indeks DMF-T (D=decayed=gigi yang karies, M=missed=gigi yang hilang, F=filled=gigi yang ditambal, T=teeth=gigi permanen) di beberapa negara adalah sebagai berikut, negara Amerika 2,05%, negara Afrika 1,54%, negara Asia Tenggara 1,53%, negara Eropa 1,46% dan negara bagian Barat Pasifik 1,23%. Berdasarkan data WHO (2000) yang diperoleh dari enam wilayah WHO (AFRO, AMRO, EMRO, EURO, EARO, WPRO) menunjukkan bahwa rata-rata pengalaman karies (DMF-T) pada anak usia 12 tahun adalah 2,4 artinya setiap anak memiliki gigi dengan tumpatan/tambalan, tapi ada karies (Jika DMF-T = 0,artinya permukaan gigi sehat/keras. Hal ini diperoleh dari kode pemeriksaan karies dengan indeks WHO). Indonesia sebagai salah satu negara anggota EARO (South East Asia Regional Offices) memiliki indeks DMF-T rata-rata 2,2 untuk kelompok usia yang sama. Hal ini masih jauh dari target WHO di mana indeks DMF-T pada tahun 2010 adalah 1,0.
Di Indonesia, hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 diperoleh prevalensi karies pada penduduk usia 10 tahun ke atas sebesar 70% yakni pada usia 12 tahun sebesar 43,9%, usia 15 tahun mencapai 37,4%, usia 18 tahun 51,1%, usia 35-44 tahun 80,1% dan usia 65 tahun ke atas mencapai 96,7%. Susenas (Survei Kesehatan Nasional, 2001) melaporkan sebesar 1,2% penduduk Indonesia menyatakan pernah sakit gigi satu bulan yang lalu dan meningkat pada golongan umur yang lebih tinggi, di mana keluhan tertinggi adalah pada golongan umur 35-39 tahun sebesar 1,8% dan rata-rata lama terganggunya sekolah, pekerjaan dan aktivitas sehari-hari akibat sakit gigi adalah 4 hari.
Hal yang memperihatinkan dalam SKRT 2001 adalah motivasi untuk menambal gigi masih sangat rendah yaitu 4-5%, sementara besarnya kerusakan gigi yang belum ditangani di mana memerlukan penambalan atau pencabutan mencapai 82,5%, dan diketahui pula bahwa rata-rata 16 gigi sudah dicabut pada umur 65 tahun ke atas. Selanjutnya pada SKRT 2004 dilaporkan bahwa prevalensi karies telah mencapai 90,05% yang berarti hampir seluruh penduduk Indonesia menderita karies gigi.
Karies gigi merupakan salah satu penyakit gigi dan mulut yang paling sering dijumpai di masyarakat. Prevalensi karies gigi pada anak terutama pada anak (umur 48 bulan – 84 bulan). Adanya anak suka mengkonsumsi makanan jajanan kariogenik akan meningkatkan resiko anak terkena karies gigi. Dengan demikian jenis makanan, waktu makan dan frekuensi makan makanan kariogenik diduga dapat meningkatkan kejadian karies penyakit gigi anak.
Dilakukannya penelitian adalah untuk membuktikan hubungan antara jenis makanan, waktu makan dan frekuensi makan makanan kariogenik terhadap karies gigi anak. Populasi total (sensus) dengan jumlah populasi 100 anak. Analisa data dilakukan secara uji statistik chi-square. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi karies gigi adalah 71%. Kriteria karies sangat rendah 18,3%, rendah 25,4%, sedang 45% dan tinggi 11%. Hasil penelitian jenis makanan kurang baik 58%, waktu makan sering 48% dan frekuensi makan sering 61%.
Berdasarkan hasil penelitian, maka disarankan perlu adanya peningkatan upaya dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut secara promotif, preventif dan kuratif misalnya mengurangi kebiasaan anak makan makanan kariogenik di antara waktu makan dan melakukan gosok gigi atau kumur-kumur setelah makan.  Karies gigi merupakan penyakit jaringan keras gigi yang erat hubungannya dengan keteraturan menyikat gigi. Mengingat pentingnya fungsi gigi maka sejak dini kesehatan gigi anak-anak perlu diperhatikan sebagai tindakan pencegahan karies gigi. Walaupun kegiatn menggosok gigi merupakan kegiatan yang sudah umum namun masih ada kekeliruan baik dalam pengertiannya maupun dalam pelaksanaannya. (Budiharto, 2001)

    II.            TUJUAN
1.      Tujuan instruksional umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 50 menit, sasaran mampu memahami tentang penyakit karies gigi.
2.      Tujuan instruktsional khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 50 menit, diharapkan sasaran dapat :
a.       Menjelaskan tentang  pengertian karies dengan tepat
b.      Menjelaskan tentang penyebab karies dengan benar
c.       Menyebutkan tentang tanda dan gejala dari karies dengan tepat
d.      Menjelaskan tentang pencegahan karies dengan benar
e.       Menjelaskan tentang pengobatan karies dengan tepat
f.       Mendemonstrasikan cara menyikat gigi yang benar

 III.            MATERI
Dalam penyuluhan materi yang disampaikan adalah :
1.      Definisi karies gigi
2.      Penyebab karies gigi
3.      Tanda dan Gejala karies gigi
4.      Pencegahan karies
5.      Pengobatan karies
6.      Cara menyikat gigi yang benar

 IV.            METODE
1.      Ceramah
2.      Tanya jawab
3.      Demonstrasi

    V.            ALAT/MEDIA/SUMBER
1.      Alat           : meja, kursi, laptop, LCD, flashdisk, microphone, dan sound
  system
2.      Media        : leaflet, power point dan alat peraga
3.      Sumber      :
Budiharto.2001.Metodologi Penelitian Kesehatan dengan
Bidang Ilmu Kesehatan Gigi.EGC: Jakarta
Herijulianti, Eliza.2001.Pendidikan Kesehatan Gigi.EGC:
Jakarta
Ramadhan, Ardyan Gilang.2010.Serba Serbi Kesehatan Gigi
dan Mulut.Bukune: Jakarta
http://www.fkm.undip.ac.id/data/index.php?action=4&idx=270

 VI.            SASARAN
Anak- anak SD Negeri 3, desa Sembung Kel. Bebalang Kec. Bangli Kab. Bangli

VII.            WAKTU
Hari                 : Jum’at
Tanggal           : 17 Juni 2011
Pukul               : 08.00 – 08.50 WITA


VIII.            TEMPAT
Aula SDN 3  Desa Sembung Kel. Bebalang Kec. Bangli Kabupaten Bangli
Setting tempat :                                              
Layar
moderator
LCD
Audiens
Audiens
penyuluh
Undangan
 



















 IX.            RENCANA EVALUASI
1.      Struktur     :
a.       Ruangan kondusif untuk kegiatan
b.      Peralatan memadai dan berfungsi
c.       Media dan materi tersedia dan memadai
2.      Proses        :
a.       Ketepatan waktu pelaksanaan
b.      Peran serta aktif keluarga
c.       Antusiasme sasaran tinggi
d.      Kesesuaian peran dan fungsi mahasiswa
e.       Factor pendukung dan penghambat kegiatan

3.      Hasil
Terkait dengan tujuan yang ingin dicapai
a.       Jangka panjang
Meningkatkan pengetahuan mengenai pentingnya merawat kesehatan gigi.
Meminimalisir angka kejadian karies di masyarakat.
b.      Jangka pendek
Sasaran mengerti lebih dari 60% materi yang telah disampaikan.
Sasaran memahami pentingnya perawatan gigi dan dapat melakukan langhkah-langkah cara menyikat gigi yang benar.

























Lampiran 1
MATERI PENYULUHAN
MENGENAI PENYAKIT KARIES GIGI
A.    Definisi Karies Gigi
 Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi dan ditandai dengan kerusakan jaringan. Karies  gigi disebabkan karena sukanya memakan makanan yang manis dan malas menggosok gigi  sehingga sisa makanan akan bersarang di sela-sela gigi, lama kelamaan sisa makanan dan  bakteri yang ada di gigi berubah menjadi asam. Asam memiliki kemampuan melarutkan jaringan otot yang paling keras yakni email gigi. Asam akan mengikis email gigi yang bisa menyebabkan gigi berlubang yang sering disebut dengan karies gigi. Lubang pada gigi merupakan tempat kuman- kuman bersarang yang ada di mulut. (Tarigan, 1995)
 Menurut Suwelo (1992) karies gigi adalah proses kerusakan gigi yang di mulai dari enamel terus ke dentin. Sedangkan pendapat lain menyatakan bahwa karies suatu proses pathologis yang datang dari luar.
B.     Penyebab Karies Gigi
Ada empat hal utama yang berpengaruh pada karies: permukaan gigi, bakteri kariogenik (penyebab karies), karbohidrat yang difermentasikan, dan waktu.
1.      Gigi
Terdapat  penyakit dan gangguan tertentu pada gigi yang dapat mempertinggi faktor risiko terkena karies.  Amelogenesis imperfekta, yang timbul pada 1 dari 718 hingga 14.000 orang,  penyakit di mana enamel tidak terbentuk sempurna. Dentinogenesis imperfekta adalah ketidaksempurnaan pembentukan dentin. Anatomi gigi juga berpengaruh pada pembentukan karies. Celah atau alur yang dalam pada gigi dapat menjadi lokasi perkembangan karies. Karies juga sering terjadi pada tempat yang sering terselip sisa makanan.

2.      Bakteri
Mulut merupakan tempat berkembanganya banyak bakteri, namun hanya sedikit bakteri penyebab karies, yaitu Streptococcus mutans dan Lactobacilli. Khusus untuk karies akar, bakteri yang sering ditemukan adalah Lactobacillus acidophilus, Actinomyces viscosus, Nocardia spp., dan Streptococcus mutans. Contoh bakteri dapat diambil pada plak.


3.      Makanan
Bakteri pada mulut seseorang akan mengubah glukosa, fruktosa, dan sukrosa menjadi asam laktat melalui sebuah proses glikolisis yang disebut fermentasi.  Bila asam ini mengenai gigi dapat menyebabkan demineralisasi. Proses sebaliknya, remineralisasi dapat terjadi bila pH telah dinetralkan. Mineral yang diperlukan gigi tersedia pada air liur dan pasta gigi berflorida dan cairan pencuci mulut. Karies lanjut dapat ditahan pada tingkat ini. Bila demineralisasi terus berlanjut, maka akan terjadi proses pelubangan.

4.      Waktu
Tingkat frekuensi gigi terkena dengan lingkungan yang kariogenik dapat memengaruhi perkembangan karies. Setelah seseorang mengonsumsi makanan mengandung gula, maka bakteri pada mulut dapat memetabolisme gula menjadi asam dan menurunkan pH. pH dapat menjadi normal karena dinetralkan oleh air liur dan proses sebelumnya telah melarutkan mineral gigi. Demineralisasi dapat terjadi setelah 2 jam.
Faktor lainnya
Selain empat faktor di atas, terdapat faktor lain yang dapat meningkatkan karies.
1.                  Air liur dapat menjadi penyeimbangan lingkungan asam pada mulut. Terdapat keadaan dimana air liur mengalami gangguan produksi, seperti pada sindrom Sjögren, diabetes mellitus, diabetes insipidus, dan sarkoidosis. Obat-obatan seperti antihistamin dan antidepresan dapat memengaruhi produksi air liur. Terapi radiasi pada kepala dan leher dapat merusak sel pada kelenjar liur. Penggunaan tembakau juga dapat mempertinggi risiko karies. Tembakau adalah faktor yang signifikan pada penyakit periodontis, seperti dapat menyusutkan gusi.  Dengan gusi yang menyusut, maka permukaan gigi akan terbuka. Sementum pada akar gigi akan lebih mudah mengalami demineralisasi.
2.                  Karies botol susu adalah pola lubang yang ditemukan di  masa anak-anak pada gigi susu. Gigi yang sering terkena adalah gigi depan di rahang atas, namun kesemua giginya dapat terkena juga.  Sebutan "karies botol susu" karena karies ini sering muncul pada anak-anak yang tidur dengan cairan yang manis (misalnya susu) dengan botolnya. Sering pula disebabkan oleh seringnya pemberian makan pada anak-anak dengan cairan manis. Ada juga karies yang merajalela atau karies yang menjalar ke semua gigi. Tipe karies ini sering ditemukan pada pasien dengan xerostomia, kebersihan mulut yang buruk, pengonsumsi gula yang tinggi, dan pengguna metamfetamin karena obat ini membuat mulut kering.  Bila karies yang parah ini merupakan hasil karena radiasi kepala dan leher, ini mungkin sebuah karies yang dipengaruhi radiasi.
C.     Gejala karies
 Gejala karies gigi adalah sebagai berikut : 
1.      Nyeri baru timbul jika pembusukkan sudah mencapai dentin. 
2.       Nyeri yang timbul telah mencapai pulpa. 
3.       Nyeri saat dipakai menggigit karena bakteri masuk ke pulpa dan pulpa mati.
Seseorang sering tidak menyadari bahwa ia menderita karies sampai penyakit berkembang lama. Tanda awal dari lesi karies adalah sebuah daerah yang tampak berkapur di permukaan gigi yang menandakan adanya demineralisasi. Daerah ini dapat menjadi tampak coklat dan membentuk lubang. Proses tersebut dapat kembali ke asal atau reversibel, namun ketika lubang sudah terbentuk maka struktur yang rusak tidak dapat diregenerasi. Sebuah lesi tampak coklat dan mengkilat dapat menandakan karies. Daerah coklat pucat menandakan adanya karies yang aktif.
Bila enamel dan dentin sudah mulai rusak, lubang semakin tampak. Daerah yang terkena akan berubah warna dan menjadi lunak ketika disentuh. Karies kemudian menjalar ke saraf gigi, terbuka, dan akan terasa nyeri. Nyeri dapat bertambah hebat dengan panas, suhu yang dingin, dan makanan atau minuman yang manis. Karies gigi dapat menyebabkan napas tak sedap dan pengecapan yang buruk.  Dalam kasus yang lebih lanjut, infeksi dapat menyebar dari gigi ke jaringan lainnya sehingga menjadi berbahaya.


D.    Pencegahan Karies

Pemeriksaan gigi sebaiknya dilakukan setiap 6 bulan. Rontgen gigi bisa dilakukan setiap 12-36 bulan, tergantung kepada hasil pemeriksaan gigi oleh dokter gigi. Lima strategi umum yang merupakan kunci dalam mencegah terjadinya karies gigi :
1.      Menjaga kebersihan mulut
Kebersihan mulut yang baik mencakup menyikat gigi sebelum atau setelah sarapan dan sebelum tidur di malam hari serta membersihkan plak dengan benang gigi (flossing) setiap hari. Hal ini sangat efektif dalam mencegah terjadinya pembusukan permukaan yang licin. Menyikat gigi mencegah terbentuknya karies di pinggir gigi dan flossing dilakukan di sela-sela gigi yang tidak dapat dicapai oleh sikat gigi. Menyikat gigi yang baik memerlukan wakyu selama ±2 menit. Pada awalnya plak agak lunak dan bisa diangkat dengan sikat gigi yang berbulu halus dan benang gigi minimal setiap 24 jam. Jika plak sudah mengeras maka akan sulit untuk membersihkannya.
2.      Makanan
Semua karbohidrat bisa menyebabkan pembusukan gigi, tetapi yang paling jahat adalah gula. Semua gula sederhana, termasuk gula meja (sukrosa), gula di dalam madu (levulosa dan dekstrosa), buah-buahan (fruktosa) dan susu (laktosa) memiliki efek yang sama terhadap gigi. Jika gula bergabung dengan plak, maka dalam waktu sekitar 20 menit, bakteri Streptococcus mutans di dalam plak akan menghasilkan asam. Jumlah gula yang dimakan tidak masalah, yang memegang peran penting adalah lamanya gula berada di dalam gigi. Orang yang cenderung mengalami karies harus mengurangi makanan yang manis-manis. Berkumur-kumur setelah memakan makanan manis akan menghilangkan gula, tetapi cara yang lebih efektif adalah dengan menyikat gigi. Untuk menghindari terbentuknya karies, sebaiknya meminum minuman dengan pemanis buatan atau minum teh atau kopi tanpa gula
3.      Flour
Flour menyebabkan gigi, terutama email, tahan terhadap asam yang menyebabkan terbentuknya karies. Sangat efektif mengkonsumsi flour pada saat gigi sedang tumbuh dan mengeras, yaitu sampai usia 11 tahun. Panambahan flour pada air adalah cara yang paling efisien untuk memenuhi kebutuhan flour pada anak-anak. Tetapi jika terlalu banyak mengandung flour, bisa menyebabkan timbulnya bintik-bintik atau perubahan warna pada gigi. Jika air yang diminum mengandung sedikit flour, bisa diberikan obat tetes atau tablet natrium florida. Flour juga bisa dioleskan langsung oleh dokter gigi pada gigi yang cenderung mengalami pembusukan. Akan lebih baik jika menggunakan pasta gigi yang mengandung flour.
4.      Penambalan
Penambalan dapat digunakan untuk melindungi lekukan pada gigi belakang yang sulit dijangkau. Setelah dibersihkan, daerah yang akan ditambalditutup dengan plastic cair. Setelah cairan plastic mengeras, akan terbentuk penghalang yang efektif, dimana bakteri di dalam lekukan akan berhenti menghasilkan asam karena makanan tidak dapat menjangkau lekukan tersebut. Sebuah tambalan bertahan cukup lama; sekitar 90% bertahan sampai 1 tahun dan 60% bertahan sampai 10 tahun; tetapi kadang perlu dilakukan perbaikan atau penggantian.
5.      Terapi antibakteri
Beberapa orang memilki bakteri penyebab pembusukan yang sangat aktif di dalam mulutnya. Orang tua bisa menularkan bakteri ini kepada anaknya melalui ciuman. Bakteri tumbuh di dalam mulut anak setelah gigi pertama tumbuh dan kemudian bisa menyebabkan terjadinya karies. Karena itu kecenderunag bahwa pembusukan gigi terjadi dalam satu keluarga, tidak selalu menunjukkan kebersihan mulut maupun kebiasaan makan yang jelek.
Pada orang-orang yang cenderung menderita karies gigi perlu diberikan terapi antibakteri. Setelah daerah yang membusuk dibuang dan semua lubang serta lekukan ditambal, maka diberikan obat kumur yang kuat (klorheksidin) selama beberapa minggu untuk membunuh bakteri di dalam plak yang tersisa. Diharapkan bakteri yang tidak berbahaya akan menggantikan bakteri penyebab karies. Untuk membantu mengendalikan bakteri, bisa digunakan obat kumur fluor setiap hari dan mengunyah permen karet yang mengandung xilitol.
E.     Pengobatan

Jika pembusukan berhenti sebelum mencapai dentin, maka email bisa membaik dengan sendirinya dan bintik putih pada gigi akan menghilang. Jika pembusukan telah mencapai dentin, maka bagian gigi yang membusuk harus diangkat dan diganti dengan tambalan (restorasi). Mengobati pembusukan pada stadium dini bisa membantu mempertahankan kekuatan gigi dan memperkecil kemungkinan terjadinya kerusakan pulpa.
1.      Penambalan
Tambalan terbuat dari berbagai bahan dan dimasukkan ke dalam gigi atau di sekitarnya. Perak amalgam merupakan tambalan yang paling banyak digunakan untuk gigi belakang, karena sangat kuat dan warnanya tidak terlihat dari luar. Perak amalgam relatif tidak mahal dan bertahan sampai 14 tahun. Tambalan emas lebih mahal, tetapi lebih kuat dan bisa digunakan pada karies yang sangat besar. Campuran damar dan porselin digunakan untuk gigi depan, karena warnanya mendekati warna gigi, sehingga tidak terlalu tampak dari luar. Bahan ini lebih mahal daripada perak amalgam dan tidak tahan lama, terutama pada gigi belakang yang digunakan untuk mengunyah. Kaca ionomer merupakan tambalan dengan warna yang sama dengan gigi. Bahan ini diformulasikan untuk melepaskan fluor, yang memberi keuntungan lebih pada orang-orang yang cenderung mengalami pembusukan pada garis gusi. Kaca ionomer juga digunakan untuk menggantikan daerah yang rusak karena penggosokan gigi yang berlebihan.
2.      Pengobatan saluran akar dan pencabutan
Jika pembusukan menyebar sampai ke pulpa, satu-satunya cara untuk menghilangkan nyeri adalah mengangkat pulpa melalui saluran akar (endodontik) atau mencabut gigi. Gigi belakang yang telah menjalani pengobatan saluran akar sebaiknya dilindungi oleh sebuah mahkota, yang akanmenggantikan keseluruhan permukaan untuk mengunyah. Metoda restorasi untuk gigi depan yang telah menjalani pengobatan saluran akar tergantung kepada jumlah gigi yang tersisa. Kadang timbul demam, sakit kepala dan pembengkakan rahang, dasar mulut atau tenggorokan, dalam waktu 1-2 minggu setelah pengobatan saluran akar. Jika gigi dicabut, harus segera diganti. Jika tidak, gigi di sebelahnya posisinya akan berubah dan mengganggu proses menggigit.
F.      Cara Menyikat Gigi
Tujuan dari menyikat gigi adalah menghilangkan/menghambat pertumbuhan plak; embersihkan gigi dari makanan, debris, dan pewarnaan; menstimulasi jaringan gusi; dan mengaplikasikan pasta gigi yang mengandung suatu bahan khusus untuk mencegah lubang gigi, penyakit periodontal, maupun mengurangi sensitivitas. Ada lima hal yang harus selalu diperhatikan dalam melakukan penyikatan gigi guna memperoleh hasil yang efektif. Kelima hal tersebut adalah:
1.      Tepat memilih sikat gigi
2.      Tepat cara menyikat gigi
3.      Tepat waktu menyikat gigi
4.      Tepat lamanya menyikat gigi
5.      Teliti dalam menyikat gigi
Syarat-syarat sikat gigi yang baik adalah tangkainya lurus sehingga mudah dipergang. Ujung kepala sikat kecil dan membulat sehingga mudah masuk ke seluruh daerah mulut, serta bulu sikat sedang, lembut dan datar. Cara menyikat gigi yang baik dan disarankan adalah:
1.      Penyikatan dilakukan pada seluruh permukaan gigi
2.      Menggunakan gerakan naik-turun untuk permukaan gigi yang menghadap pipi, bibir dan lidah.
3.      Penyikatan dengan gerakan maju-mundur untuk permukaan yang digunakan untuk mengunyah makanan
Waktu menyikat gigi yang tepat adalah setiap habis makan dan sebelum tidur malam. Lamanya menyikat gigi kurang lebih 2 menit, dengan 5-10 gerakan untuk setiap bagian, agar pembersihan pada daerah celah di antara dua gigi lebih maksimal, maka dianjurkan menggunakan benang gigi(dentalfloss). Selain pada gigi, penyikatan pada lidah juga perlu dilakukan untuk membersihkan lidah dari kotoran yang dapat menimbulkan bau mulut.
Syarat sikat gigi
Salah satu cara untuk menjaga kesehatan gigi adalah dengan menyikat gigi. Dengan menyikat gigi, kebersihan gigi dan mulut pun akan terjaga, selain menghindari terbentuknya lubang-lubang gigi dan penyakit gigi dan gusi. Banyak jenis dan ragam sikat gigi yang dijual di pasaran, dari yang manual maupun elektrik. Sebetulnya, apa saja syarat sikat gigi yang bagus? Yang terpenting adalah bulu sikat dan lebar kepala sikat. Untuk bisa menjangkau daerah-daerah gigi bagian belakang, ukuran kepala sikat gigi yang ideal adalah 35 – 40 mm. Bahkan, orang dewasa sebaiknya juga memakai sikat gigi anak, karena ukurannya yang kecil akan membantu menjangkau bagian gigi yang paling dalam.



Sedikit tips dalam memilih sikat gigi :
1.      Pilihlah sikat gigi yang kepalanya cukup kecil sehingga dapat digunakan dengan baik dalam rongga mulut. Bagi orang dewasa panjang kepala sikat gigi 2,5 cm, sedangkan pada anak 1,5 cm.
2.      Panjang bulu sikat gigi hendaknya sama. Sikat gigi dengan bulu yang panjangnya berbeda tidak dapat membersihkan permukaan datar tanpa menimbulkan tekanan pada beberapa bulu sikat.
3.      Tekstur bulu sikat hendaknya memungkinkan digunakan dengan efektif tanpa merusak jaringan. Jangan memilih bulu keras sebab dapat merusak jaringan. Yang terlalu lunak pun dikhawatirkan tidak dapat membersihkan plak dengan sempurna. Yang paling tepat sikat gigi dengan kekakuan bulu sikat medium.
4.      Gagang sikat harus cukup lebar dan tebal agar dapat dipegang kuat dan dikontrol dengan baik.
Sidikit tips memilih pasta gigi atau odol yang baik :
 1. Pilih pasta gigi yang mengandung cukup fluoride. Fluoride berfungsi untuk menjaga gigi agar tidak berlubang. Namun, anak-anak di bawah 3 tahun sebaiknya tidak memakai odol. Pasalnya, terlalu banyak fluoride justru tidak bagus dan membuat gigi lebih rapuh.
2. Pilih pasta gigi yang busanya tidak terlalu banyak. Busa yang terlalu banyak menunjukkan bahwa kandungan deterjen di dalamnya juga banyak. Pendapat bahwa semakin banyak busa semakin baik, tentu tidak benar.
Selain kiat-kiat di atas, akan lebih baik bila hindari langsung makan setelah menyikat gigi. Pasalnya, kadar asam mulut akan turun dan fluoride pun hilang, sehingga kuman akan masuk lagi. Makan sebaiknya 1 – 2 jam setelah menyikat gigi. Untuk menjaga kondisi gigi, setiap 6 bulan sekali anak sebaiknya dibawa ke dokter gigi untuk dilakukan topical fluoride (pelapisan gigi). Apalagi bagi anak-anak yang malas menyikat gigi.



Lampiran 2
Evaluasi
Pertanyaan :
1.      Apakah yang dimaksud karies gigi?
2.      Sebutkan penyebab karies gigi!
3.      Apa saja tanda dan gejala karies gigi?
4.      Sebutkan pencegahan karies gigi!
5.      Sebutkan pengobatan karies gigi!
6.      Bagaimana cara menyikat gigi yang benar?
Jawaban :
1.      Karies adalah penyakit jaringan gigi yang berupa lubang pada gigi. Oleh karena menggemari makanan manis dan jarang menyikat gigi. Sisa makanan dan bakteri dalam mulut berubah menjadi asam. Asam mampu melarutkan email sehingga akan terbentuk lubang.
2.      Empat hal utama yang menyebabkan karies :
a.       Gigi : terdapat penyakit dan gangguan tertentu pada gigi
b.      Bakteri : terdapat Streptococcus mutans atatu Lactobacilli
c.       Makanan : karbohidrat yang difermentasikan
d.      Waktu : tingkat frekuensi gigi terkena dengan lingkungan kariogenik
3.      Tanda karies gigi
a.       Gigi tampak berkapur bahkan berwarna kecoklatan
b.      Terbentuknya lubang dengan warna coklat
c.       Dapat menjadi lunak ketika disentuh
d.      Nafas tak sedap
e.       Pengecapan yang buruk
Gejala karies gigi
a.       Nyeri baru timbul saat sudah mencapai dentin
b.      Nyeri yang timbul mencapai pulpa
c.       Nyeri saat dipakai menggigit
4.      Lima strategi pencegahan karies gigi :
a.       Menjaga kebersihan mulut
b.      Makanan
c.       Flour
d.      Penambalan
e.       Terapi antibakteri
5.      Pengobatan karies gigi :
a.       Penambalan
b.      Pengobatan saluran akar dan pencabutan
6.      Langkah-langkah menyikat gigi yang benar :
a.       Penyikatan dilakukan pada seluruh permukaan gigi.
b.      Menggunakan gerakan naik-turun untuk permukaan gigi yang menghadap pipi, bibir dan lidah.
c.       Penyikatan dengan gerakan maju-mundur untuk permukaan yang digunakan untuk mengunyah makanan.

No comments: