Juniartha Semara Putra
SATUAN ACARA PENYULUHAN
KARIES GIGI
I.
LATAR BELAKANG
Pembangunan
kesehatan bertujuan meningkatkan kesehatan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Sehingga
terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang hidup dengan perilaku
dan lingkungan sehat, serta memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu secara adil. Tujuan khusus dari upaya kesehatan adalah
menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan dari penyakit menular dan
penyakit tidak menular, meningkatkan dan memantapkan mutu pelayanan kesehatan
dasar.
Kesehatan menjadi
sangat berharga ketika ada gangguan. Gejala awal suatu penyakit seringkali
tidak diperhatikan atau dianggap tidak terlalu penting. Kecenderungan ini juga
terjadi pada penyakit gigi. Gigi yang sehat tidak cukup hanya rapi dan putih
saja tetapi harus didukung oleh gusi, akar dan tulang pendukung yang sehat.
Gigi akan berfungsi dengan baik apabila gigi tersebut dalam keadaan sehat,
sebaliknya gigi dan mulut yang tidak sehat akan menimbulkan masalah.
Karies gigi dapat menyebabkan focal
infection dental origin atau focal infection (FI) yaitu infeksi
kronis di suatu tempat yang memicu penyakit di tempat lain. FI terjadi ketika
mikroorganisme yang berasal dari gigi dan mulut menyebabkan infeksi atau
penyakit di bagian tubuh yang lain. Infeksi di akar gigi maupun di jaringan
penyangga gigi melibatkan lebih dari 350 bakteri dan mikroorganisme, karena
letak infeksinya sangat dekat dengan pembuluh darah, produk bakteri berupa
toksin dapat menyebar ke seluruh tubuh. Hal ini lah yang mengakibatkan
terganggunya organ-organ tubuh antara lain jantung, hati, ginjal dan pada ibu
hamil dapat mengakibatkan bayi yang dilahirkan memiliki berat badan lahir
rendah.
Menurut
World Health Organization (WHO) tahun 2000, analisis data prevalensi karies
berdasarkan indeks DMF-T (D=decayed=gigi yang karies, M=missed=gigi
yang hilang, F=filled=gigi yang ditambal, T=teeth=gigi permanen)
di beberapa negara adalah sebagai berikut, negara Amerika 2,05%, negara Afrika
1,54%, negara Asia Tenggara 1,53%, negara Eropa 1,46% dan negara bagian Barat
Pasifik 1,23%. Berdasarkan data WHO (2000) yang diperoleh dari enam wilayah WHO
(AFRO, AMRO, EMRO, EURO, EARO, WPRO) menunjukkan bahwa rata-rata pengalaman
karies (DMF-T) pada anak usia 12 tahun adalah 2,4 artinya setiap anak memiliki
gigi dengan tumpatan/tambalan, tapi ada karies (Jika DMF-T = 0,artinya
permukaan gigi sehat/keras. Hal ini diperoleh dari kode pemeriksaan karies
dengan indeks WHO). Indonesia sebagai salah satu negara anggota EARO (South
East Asia Regional Offices) memiliki indeks DMF-T rata-rata 2,2 untuk
kelompok usia yang sama. Hal ini masih jauh dari target WHO di mana indeks
DMF-T pada tahun 2010 adalah 1,0.
Di
Indonesia, hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 diperoleh
prevalensi karies pada penduduk usia 10 tahun ke atas sebesar 70% yakni pada
usia 12 tahun sebesar 43,9%, usia 15 tahun mencapai 37,4%, usia 18 tahun 51,1%,
usia 35-44 tahun 80,1% dan usia 65 tahun ke atas mencapai 96,7%. Susenas (Survei
Kesehatan Nasional, 2001) melaporkan sebesar 1,2% penduduk Indonesia menyatakan
pernah sakit gigi satu bulan yang lalu dan meningkat pada golongan umur yang
lebih tinggi, di mana keluhan tertinggi adalah pada golongan umur 35-39 tahun
sebesar 1,8% dan rata-rata lama terganggunya sekolah, pekerjaan dan aktivitas
sehari-hari akibat sakit gigi adalah 4 hari.
Hal
yang memperihatinkan dalam SKRT 2001 adalah motivasi untuk menambal gigi masih
sangat rendah yaitu 4-5%, sementara besarnya kerusakan gigi yang belum
ditangani di mana memerlukan penambalan atau pencabutan mencapai 82,5%, dan
diketahui pula bahwa rata-rata 16 gigi sudah dicabut pada umur 65 tahun ke
atas. Selanjutnya pada SKRT 2004 dilaporkan bahwa prevalensi karies telah
mencapai 90,05% yang berarti hampir seluruh penduduk Indonesia menderita karies
gigi.
Karies gigi merupakan salah satu penyakit gigi dan
mulut yang paling sering dijumpai di masyarakat. Prevalensi karies gigi pada
anak terutama pada anak (umur 48 bulan – 84 bulan). Adanya anak suka mengkonsumsi
makanan jajanan kariogenik akan meningkatkan resiko anak terkena karies gigi.
Dengan demikian jenis makanan, waktu makan dan frekuensi makan makanan
kariogenik diduga dapat meningkatkan kejadian karies penyakit gigi anak.
Dilakukannya penelitian adalah untuk membuktikan
hubungan antara jenis makanan, waktu makan dan frekuensi makan makanan
kariogenik terhadap karies gigi anak. Populasi total (sensus) dengan jumlah
populasi 100 anak. Analisa data dilakukan secara uji statistik chi-square.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi karies gigi adalah 71%.
Kriteria karies sangat rendah 18,3%, rendah 25,4%, sedang 45% dan tinggi 11%.
Hasil penelitian jenis makanan kurang baik 58%, waktu makan sering 48% dan
frekuensi makan sering 61%.
Berdasarkan hasil penelitian, maka disarankan perlu
adanya peningkatan upaya dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut secara
promotif, preventif dan kuratif misalnya mengurangi kebiasaan anak makan
makanan kariogenik di antara waktu makan dan melakukan gosok gigi atau kumur-kumur
setelah makan. Karies gigi merupakan penyakit jaringan keras
gigi yang erat hubungannya dengan keteraturan menyikat gigi. Mengingat
pentingnya fungsi gigi maka sejak dini kesehatan gigi anak-anak perlu
diperhatikan sebagai tindakan pencegahan karies gigi. Walaupun kegiatn
menggosok gigi merupakan kegiatan yang sudah umum namun masih ada kekeliruan
baik dalam pengertiannya maupun dalam pelaksanaannya. (Budiharto, 2001)
II.
TUJUAN
1.
Tujuan instruksional umum
Setelah
diberikan penyuluhan selama 50 menit, sasaran mampu memahami tentang penyakit
karies gigi.
2.
Tujuan instruktsional khusus
Setelah
diberikan penyuluhan selama 50 menit, diharapkan sasaran dapat :
a. Menjelaskan
tentang pengertian karies dengan tepat
b. Menjelaskan
tentang penyebab karies dengan benar
c. Menyebutkan
tentang tanda dan gejala dari karies dengan tepat
d. Menjelaskan
tentang pencegahan karies dengan benar
e. Menjelaskan
tentang pengobatan karies dengan tepat
f. Mendemonstrasikan
cara menyikat gigi yang benar
III.
MATERI
Dalam
penyuluhan materi yang disampaikan adalah :
1. Definisi
karies gigi
2. Penyebab
karies gigi
3. Tanda
dan Gejala karies gigi
4. Pencegahan
karies
5. Pengobatan
karies
6. Cara
menyikat gigi yang benar
IV.
METODE
1. Ceramah
2. Tanya
jawab
3. Demonstrasi
V.
ALAT/MEDIA/SUMBER
1. Alat : meja, kursi, laptop, LCD,
flashdisk, microphone, dan sound
system
2. Media : leaflet, power point dan alat peraga
3. Sumber :
Budiharto.2001.Metodologi Penelitian Kesehatan dengan
Bidang
Ilmu Kesehatan Gigi.EGC: Jakarta
Herijulianti,
Eliza.2001.Pendidikan Kesehatan Gigi.EGC:
Jakarta
Ramadhan,
Ardyan Gilang.2010.Serba Serbi Kesehatan
Gigi
dan
Mulut.Bukune: Jakarta
http://www.fkm.undip.ac.id/data/index.php?action=4&idx=270
VI.
SASARAN
Anak- anak SD Negeri 3, desa Sembung Kel. Bebalang
Kec. Bangli Kab. Bangli
VII.
WAKTU
Hari : Jum’at
Tanggal : 17 Juni 2011
Pukul : 08.00 – 08.50 WITA
VIII.
TEMPAT
Aula
SDN 3 Desa Sembung Kel. Bebalang Kec.
Bangli Kabupaten Bangli
Setting
tempat :
Layar
|
moderator
|
LCD
|
Audiens
|
Audiens
|
penyuluh
|
Undangan
|
IX.
RENCANA EVALUASI
1. Struktur :
a. Ruangan
kondusif untuk kegiatan
b. Peralatan
memadai dan berfungsi
c. Media
dan materi tersedia dan memadai
2. Proses :
a. Ketepatan
waktu pelaksanaan
b. Peran
serta aktif keluarga
c. Antusiasme
sasaran tinggi
d. Kesesuaian
peran dan fungsi mahasiswa
e. Factor
pendukung dan penghambat kegiatan
3. Hasil
Terkait dengan tujuan
yang ingin dicapai
a. Jangka
panjang
Meningkatkan
pengetahuan mengenai pentingnya merawat kesehatan gigi.
Meminimalisir angka
kejadian karies di masyarakat.
b. Jangka
pendek
Sasaran mengerti lebih
dari 60% materi yang telah disampaikan.
Sasaran memahami
pentingnya perawatan gigi dan dapat melakukan langhkah-langkah cara menyikat
gigi yang benar.
Lampiran
1
MATERI PENYULUHAN
MENGENAI PENYAKIT KARIES GIGI
A. Definisi
Karies Gigi
Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi dan
ditandai dengan kerusakan jaringan. Karies
gigi disebabkan karena sukanya memakan makanan yang manis dan malas
menggosok gigi sehingga sisa makanan
akan bersarang di sela-sela gigi, lama kelamaan sisa makanan dan bakteri yang ada di gigi berubah menjadi
asam. Asam memiliki kemampuan melarutkan jaringan otot yang paling keras yakni
email gigi. Asam akan mengikis email gigi yang bisa menyebabkan gigi berlubang
yang sering disebut dengan karies gigi. Lubang pada gigi merupakan tempat
kuman- kuman bersarang yang ada di mulut. (Tarigan, 1995)
Menurut Suwelo (1992) karies gigi adalah proses
kerusakan gigi yang di mulai dari enamel terus ke dentin. Sedangkan pendapat
lain menyatakan bahwa karies suatu proses pathologis yang datang dari luar.
B. Penyebab
Karies Gigi
Ada
empat hal utama yang berpengaruh pada karies: permukaan gigi, bakteri
kariogenik (penyebab karies), karbohidrat yang difermentasikan, dan waktu.
1. Gigi
Terdapat
penyakit dan gangguan tertentu pada gigi yang dapat mempertinggi faktor
risiko terkena karies. Amelogenesis imperfekta, yang timbul
pada 1 dari 718 hingga 14.000 orang,
penyakit di mana enamel tidak terbentuk sempurna. Dentinogenesis imperfekta adalah ketidaksempurnaan pembentukan
dentin. Anatomi gigi juga berpengaruh pada pembentukan karies. Celah atau alur
yang dalam pada gigi dapat menjadi lokasi perkembangan karies. Karies juga
sering terjadi pada tempat yang sering terselip sisa makanan.
2. Bakteri
Mulut merupakan tempat berkembanganya banyak
bakteri, namun hanya sedikit bakteri penyebab karies, yaitu Streptococcus
mutans dan Lactobacilli. Khusus untuk karies akar, bakteri yang sering
ditemukan adalah Lactobacillus acidophilus, Actinomyces viscosus, Nocardia
spp., dan Streptococcus mutans. Contoh bakteri dapat diambil pada plak.
3. Makanan
Bakteri pada mulut seseorang akan mengubah glukosa,
fruktosa, dan sukrosa menjadi asam laktat melalui sebuah proses glikolisis yang
disebut fermentasi. Bila asam ini
mengenai gigi dapat menyebabkan demineralisasi. Proses sebaliknya,
remineralisasi dapat terjadi bila pH telah dinetralkan. Mineral yang diperlukan
gigi tersedia pada air liur dan pasta gigi berflorida dan cairan pencuci mulut.
Karies lanjut dapat ditahan pada tingkat ini. Bila demineralisasi terus
berlanjut, maka akan terjadi proses pelubangan.
4. Waktu
Tingkat frekuensi gigi terkena dengan lingkungan
yang kariogenik dapat memengaruhi perkembangan karies. Setelah seseorang
mengonsumsi makanan mengandung gula, maka bakteri pada mulut dapat
memetabolisme gula menjadi asam dan menurunkan pH. pH dapat menjadi normal
karena dinetralkan oleh air liur dan proses sebelumnya telah melarutkan mineral
gigi. Demineralisasi dapat terjadi setelah 2 jam.
Faktor
lainnya
Selain
empat faktor di atas, terdapat faktor lain yang dapat meningkatkan karies.
1. Air liur dapat menjadi
penyeimbangan lingkungan asam pada mulut. Terdapat keadaan dimana air liur
mengalami gangguan produksi, seperti pada sindrom Sjögren, diabetes mellitus,
diabetes insipidus, dan sarkoidosis. Obat-obatan seperti antihistamin dan
antidepresan dapat memengaruhi produksi air liur. Terapi radiasi pada kepala
dan leher dapat merusak sel pada kelenjar liur. Penggunaan tembakau juga dapat
mempertinggi risiko karies. Tembakau adalah faktor yang signifikan pada
penyakit periodontis, seperti dapat menyusutkan gusi. Dengan gusi yang menyusut, maka permukaan
gigi akan terbuka. Sementum pada akar gigi akan lebih mudah mengalami
demineralisasi.
2. Karies botol susu adalah pola
lubang yang ditemukan di masa anak-anak
pada gigi susu. Gigi yang sering terkena adalah gigi depan di rahang atas,
namun kesemua giginya dapat terkena juga.
Sebutan "karies botol susu" karena karies ini sering muncul
pada anak-anak yang tidur dengan cairan yang manis (misalnya susu) dengan
botolnya. Sering pula disebabkan oleh seringnya pemberian makan pada anak-anak
dengan cairan manis. Ada juga karies yang merajalela atau karies yang menjalar
ke semua gigi. Tipe karies ini sering ditemukan pada pasien dengan xerostomia, kebersihan mulut yang buruk,
pengonsumsi gula yang tinggi, dan pengguna metamfetamin karena obat ini membuat
mulut kering. Bila karies yang parah ini
merupakan hasil karena radiasi kepala dan leher, ini mungkin sebuah karies yang
dipengaruhi radiasi.
C. Gejala
karies
Gejala karies gigi adalah sebagai berikut
:
1. Nyeri
baru timbul jika pembusukkan sudah mencapai dentin.
2. Nyeri yang timbul telah mencapai pulpa.
3. Nyeri saat dipakai menggigit karena bakteri
masuk ke pulpa dan pulpa mati.
Seseorang
sering tidak menyadari bahwa ia menderita karies sampai penyakit berkembang
lama. Tanda awal dari lesi karies adalah sebuah daerah yang tampak berkapur di
permukaan gigi yang menandakan adanya demineralisasi. Daerah ini dapat menjadi
tampak coklat dan membentuk lubang. Proses tersebut dapat kembali ke asal atau
reversibel, namun ketika lubang sudah terbentuk maka struktur yang rusak tidak
dapat diregenerasi. Sebuah lesi tampak coklat dan mengkilat dapat menandakan
karies. Daerah coklat pucat menandakan adanya karies yang aktif.
Bila
enamel dan dentin sudah mulai rusak, lubang semakin tampak. Daerah yang terkena
akan berubah warna dan menjadi lunak ketika disentuh. Karies kemudian menjalar
ke saraf gigi, terbuka, dan akan terasa nyeri. Nyeri dapat bertambah hebat
dengan panas, suhu yang dingin, dan makanan atau minuman yang manis. Karies
gigi dapat menyebabkan napas tak sedap dan pengecapan yang buruk. Dalam kasus yang lebih lanjut, infeksi dapat
menyebar dari gigi ke jaringan lainnya sehingga menjadi berbahaya.
D. Pencegahan
Karies
Pemeriksaan gigi
sebaiknya dilakukan setiap 6 bulan. Rontgen gigi bisa dilakukan setiap 12-36
bulan, tergantung kepada hasil pemeriksaan gigi oleh dokter gigi. Lima strategi umum yang merupakan
kunci dalam mencegah terjadinya karies gigi :
1. Menjaga kebersihan mulut
Kebersihan mulut yang baik mencakup menyikat gigi
sebelum atau setelah sarapan dan sebelum tidur di malam hari serta membersihkan
plak dengan benang gigi (flossing) setiap hari. Hal ini sangat efektif dalam
mencegah terjadinya pembusukan permukaan yang licin. Menyikat gigi mencegah
terbentuknya karies di pinggir gigi dan flossing dilakukan di sela-sela gigi
yang tidak dapat dicapai oleh sikat gigi. Menyikat gigi yang baik memerlukan
wakyu selama ±2 menit. Pada awalnya plak agak lunak dan bisa diangkat dengan
sikat gigi yang berbulu halus dan benang gigi minimal setiap 24 jam. Jika plak
sudah mengeras maka akan sulit untuk membersihkannya.
2. Makanan
Semua
karbohidrat bisa menyebabkan pembusukan gigi, tetapi yang paling jahat adalah
gula. Semua gula sederhana, termasuk gula meja (sukrosa), gula di dalam madu
(levulosa dan dekstrosa), buah-buahan (fruktosa) dan susu (laktosa) memiliki
efek yang sama terhadap gigi. Jika gula bergabung dengan plak, maka dalam waktu
sekitar 20 menit, bakteri Streptococcus mutans di dalam plak akan menghasilkan
asam. Jumlah gula yang dimakan tidak masalah, yang memegang peran penting
adalah lamanya gula berada di dalam gigi. Orang yang cenderung mengalami karies
harus mengurangi makanan yang manis-manis. Berkumur-kumur setelah memakan makanan
manis akan menghilangkan gula, tetapi cara yang lebih efektif adalah dengan
menyikat gigi. Untuk menghindari terbentuknya karies, sebaiknya meminum minuman
dengan pemanis buatan atau minum teh atau kopi tanpa gula
3. Flour
Flour menyebabkan gigi, terutama email, tahan
terhadap asam yang menyebabkan terbentuknya karies. Sangat efektif mengkonsumsi
flour pada saat gigi sedang tumbuh dan mengeras, yaitu sampai usia 11 tahun.
Panambahan flour pada air adalah cara yang paling efisien untuk memenuhi kebutuhan
flour pada anak-anak. Tetapi jika terlalu banyak mengandung flour, bisa
menyebabkan timbulnya bintik-bintik atau perubahan warna pada gigi. Jika air
yang diminum mengandung sedikit flour, bisa diberikan obat tetes atau tablet
natrium florida. Flour juga bisa dioleskan langsung oleh dokter gigi pada gigi
yang cenderung mengalami pembusukan. Akan lebih baik jika menggunakan pasta
gigi yang mengandung flour.
4. Penambalan
Penambalan dapat digunakan untuk melindungi lekukan
pada gigi belakang yang sulit dijangkau. Setelah dibersihkan, daerah yang akan
ditambalditutup dengan plastic cair. Setelah cairan plastic mengeras, akan
terbentuk penghalang yang efektif, dimana bakteri di dalam lekukan akan
berhenti menghasilkan asam karena makanan tidak dapat menjangkau lekukan
tersebut. Sebuah tambalan bertahan cukup lama; sekitar 90% bertahan sampai 1
tahun dan 60% bertahan sampai 10 tahun; tetapi kadang perlu dilakukan perbaikan
atau penggantian.
5. Terapi
antibakteri
Beberapa orang memilki bakteri penyebab pembusukan
yang sangat aktif di dalam mulutnya. Orang tua bisa menularkan bakteri ini
kepada anaknya melalui ciuman. Bakteri tumbuh di dalam mulut anak setelah gigi
pertama tumbuh dan kemudian bisa menyebabkan terjadinya karies. Karena itu
kecenderunag bahwa pembusukan gigi terjadi dalam satu keluarga, tidak selalu
menunjukkan kebersihan mulut maupun kebiasaan makan yang jelek.
Pada orang-orang yang cenderung menderita karies gigi perlu
diberikan terapi antibakteri. Setelah daerah yang membusuk dibuang dan semua
lubang serta lekukan ditambal, maka diberikan obat kumur yang kuat
(klorheksidin) selama beberapa minggu untuk membunuh bakteri di dalam plak yang
tersisa. Diharapkan bakteri yang tidak berbahaya akan menggantikan bakteri
penyebab karies. Untuk membantu mengendalikan bakteri, bisa digunakan obat
kumur fluor setiap hari dan mengunyah permen karet yang mengandung xilitol.
E. Pengobatan
Jika
pembusukan berhenti sebelum mencapai dentin, maka email bisa membaik dengan
sendirinya dan bintik putih pada gigi akan menghilang. Jika pembusukan telah
mencapai dentin, maka bagian gigi yang membusuk harus diangkat dan diganti
dengan tambalan (restorasi). Mengobati pembusukan pada stadium dini bisa
membantu mempertahankan kekuatan gigi dan memperkecil kemungkinan terjadinya
kerusakan pulpa.
1. Penambalan
Tambalan
terbuat dari berbagai bahan dan dimasukkan ke dalam gigi atau di sekitarnya.
Perak amalgam merupakan tambalan yang paling banyak digunakan untuk gigi
belakang, karena sangat kuat dan warnanya tidak terlihat dari luar. Perak
amalgam relatif tidak mahal dan bertahan sampai 14 tahun. Tambalan emas lebih
mahal, tetapi lebih kuat dan bisa digunakan pada karies yang sangat besar.
Campuran damar dan porselin digunakan untuk gigi depan, karena warnanya
mendekati warna gigi, sehingga tidak terlalu tampak dari luar. Bahan ini lebih
mahal daripada perak amalgam dan tidak tahan lama, terutama pada gigi belakang
yang digunakan untuk mengunyah. Kaca ionomer merupakan tambalan dengan warna
yang sama dengan gigi. Bahan ini diformulasikan untuk melepaskan fluor, yang
memberi keuntungan lebih pada orang-orang yang cenderung mengalami pembusukan
pada garis gusi. Kaca ionomer juga digunakan untuk menggantikan daerah yang
rusak karena penggosokan gigi yang berlebihan.
2. Pengobatan saluran akar dan
pencabutan
Jika
pembusukan menyebar sampai ke pulpa, satu-satunya cara untuk menghilangkan
nyeri adalah mengangkat pulpa melalui saluran akar (endodontik) atau
mencabut gigi. Gigi belakang yang telah menjalani pengobatan saluran akar
sebaiknya dilindungi oleh sebuah mahkota, yang akanmenggantikan keseluruhan
permukaan untuk mengunyah. Metoda restorasi untuk gigi depan yang telah
menjalani pengobatan saluran akar tergantung kepada jumlah gigi yang tersisa.
Kadang timbul demam, sakit kepala dan pembengkakan rahang, dasar mulut atau
tenggorokan, dalam waktu 1-2 minggu setelah pengobatan saluran akar. Jika gigi
dicabut, harus segera diganti. Jika tidak, gigi di sebelahnya posisinya akan
berubah dan mengganggu proses menggigit.
F. Cara Menyikat Gigi
Tujuan
dari menyikat gigi adalah menghilangkan/menghambat pertumbuhan plak; embersihkan
gigi dari makanan, debris, dan pewarnaan; menstimulasi jaringan gusi; dan
mengaplikasikan pasta gigi yang mengandung suatu bahan khusus untuk mencegah
lubang gigi, penyakit periodontal, maupun mengurangi sensitivitas. Ada lima hal
yang harus selalu diperhatikan dalam melakukan penyikatan gigi guna memperoleh
hasil yang efektif. Kelima hal tersebut adalah:
1. Tepat
memilih sikat gigi
2. Tepat
cara menyikat gigi
3. Tepat
waktu menyikat gigi
4. Tepat
lamanya menyikat gigi
5. Teliti
dalam menyikat gigi
Syarat-syarat
sikat gigi yang baik adalah tangkainya lurus sehingga mudah dipergang. Ujung
kepala sikat kecil dan membulat sehingga mudah masuk ke seluruh daerah mulut,
serta bulu sikat sedang, lembut dan datar. Cara menyikat gigi yang baik dan
disarankan adalah:
1. Penyikatan
dilakukan pada seluruh permukaan gigi
2. Menggunakan
gerakan naik-turun untuk permukaan gigi yang menghadap pipi, bibir dan lidah.
3. Penyikatan
dengan gerakan maju-mundur untuk permukaan yang digunakan untuk mengunyah
makanan
Waktu
menyikat gigi yang tepat adalah setiap habis makan dan sebelum tidur malam.
Lamanya menyikat gigi kurang lebih 2 menit, dengan 5-10 gerakan untuk setiap
bagian, agar pembersihan pada daerah celah di antara dua gigi lebih maksimal,
maka dianjurkan menggunakan benang gigi(dentalfloss). Selain pada gigi,
penyikatan pada lidah juga perlu dilakukan untuk membersihkan lidah dari
kotoran yang dapat menimbulkan bau mulut.
Syarat
sikat gigi
Salah
satu cara untuk menjaga kesehatan gigi adalah dengan menyikat gigi. Dengan
menyikat gigi, kebersihan gigi dan mulut pun akan terjaga, selain menghindari
terbentuknya lubang-lubang gigi dan penyakit gigi dan gusi. Banyak jenis dan
ragam sikat gigi yang dijual di pasaran, dari yang manual maupun elektrik.
Sebetulnya, apa saja syarat sikat gigi yang bagus? Yang terpenting adalah bulu
sikat dan lebar kepala sikat. Untuk bisa menjangkau daerah-daerah gigi bagian
belakang, ukuran kepala sikat gigi yang ideal adalah 35 – 40 mm. Bahkan, orang
dewasa sebaiknya juga memakai sikat gigi anak, karena ukurannya yang kecil akan
membantu menjangkau bagian gigi yang paling dalam.
Sedikit
tips dalam memilih sikat gigi :
1. Pilihlah
sikat gigi yang kepalanya cukup kecil sehingga dapat digunakan dengan baik
dalam rongga mulut. Bagi orang dewasa panjang kepala sikat gigi 2,5 cm,
sedangkan pada anak 1,5 cm.
2. Panjang
bulu sikat gigi hendaknya sama. Sikat gigi dengan bulu yang panjangnya berbeda
tidak dapat membersihkan permukaan datar tanpa menimbulkan tekanan pada
beberapa bulu sikat.
3. Tekstur
bulu sikat hendaknya memungkinkan digunakan dengan efektif tanpa merusak
jaringan. Jangan memilih bulu keras sebab dapat merusak jaringan. Yang terlalu
lunak pun dikhawatirkan tidak dapat membersihkan plak dengan sempurna. Yang
paling tepat sikat gigi dengan kekakuan bulu sikat medium.
4. Gagang
sikat harus cukup lebar dan tebal agar dapat dipegang kuat dan dikontrol dengan
baik.
Sidikit
tips memilih pasta gigi atau odol yang baik :
1. Pilih
pasta gigi yang mengandung cukup fluoride. Fluoride berfungsi untuk menjaga
gigi agar tidak berlubang. Namun, anak-anak di bawah 3 tahun sebaiknya tidak
memakai odol. Pasalnya, terlalu banyak fluoride justru tidak bagus dan membuat
gigi lebih rapuh.
2. Pilih pasta gigi yang busanya tidak terlalu
banyak. Busa yang terlalu banyak menunjukkan bahwa kandungan deterjen di
dalamnya juga banyak. Pendapat bahwa semakin banyak busa semakin baik, tentu
tidak benar.
Selain
kiat-kiat di atas, akan lebih baik bila hindari langsung makan setelah menyikat
gigi. Pasalnya, kadar asam mulut akan turun dan fluoride pun hilang, sehingga
kuman akan masuk lagi. Makan sebaiknya 1 – 2 jam setelah menyikat gigi. Untuk
menjaga kondisi gigi, setiap 6 bulan sekali anak sebaiknya dibawa ke dokter
gigi untuk dilakukan topical fluoride (pelapisan gigi). Apalagi bagi anak-anak
yang malas menyikat gigi.
Lampiran 2
Evaluasi
Pertanyaan :
1.
Apakah yang dimaksud karies gigi?
2.
Sebutkan penyebab karies gigi!
3.
Apa saja tanda dan gejala karies gigi?
4.
Sebutkan pencegahan karies gigi!
5.
Sebutkan pengobatan karies gigi!
6.
Bagaimana cara menyikat gigi yang benar?
Jawaban :
1. Karies
adalah penyakit jaringan gigi yang berupa lubang pada gigi. Oleh karena
menggemari makanan manis dan jarang menyikat gigi. Sisa makanan dan bakteri
dalam mulut berubah menjadi asam. Asam mampu melarutkan email sehingga akan
terbentuk lubang.
2. Empat
hal utama yang menyebabkan karies :
a. Gigi
: terdapat penyakit dan gangguan tertentu pada gigi
b. Bakteri
: terdapat Streptococcus mutans atatu Lactobacilli
c. Makanan
: karbohidrat yang difermentasikan
d. Waktu
: tingkat frekuensi gigi terkena dengan lingkungan kariogenik
3. Tanda
karies gigi
a. Gigi
tampak berkapur bahkan berwarna kecoklatan
b. Terbentuknya
lubang dengan warna coklat
c. Dapat
menjadi lunak ketika disentuh
d. Nafas
tak sedap
e. Pengecapan
yang buruk
Gejala
karies gigi
a. Nyeri
baru timbul saat sudah mencapai dentin
b. Nyeri
yang timbul mencapai pulpa
c. Nyeri
saat dipakai menggigit
4. Lima
strategi pencegahan karies gigi :
a. Menjaga
kebersihan mulut
b. Makanan
c. Flour
d. Penambalan
e. Terapi
antibakteri
5. Pengobatan
karies gigi :
a. Penambalan
b. Pengobatan
saluran akar dan pencabutan
6. Langkah-langkah
menyikat gigi yang benar :
a. Penyikatan
dilakukan pada seluruh permukaan gigi.
b. Menggunakan
gerakan naik-turun untuk permukaan gigi yang menghadap pipi, bibir dan lidah.
c. Penyikatan
dengan gerakan maju-mundur untuk permukaan yang digunakan untuk mengunyah
makanan.
No comments:
Post a Comment