Juniartha Semara Putra
Ada
tiga studi tentang epidemiologi, yaitu
Ada
hipotesis yang mengatakan bahwa penyebab utama kanker paru-paru adalah rokok. Untuk menguji hipotesis ini diambil sekelompok orang
penderita kanker paru-paru. Kepada penderita ini ditanyakan tentang kebiasaan
merokok.
PENGERTIAN
Epidemiologi berasal dari kata
epidemi yang terdiri dari dua kata yaitu epi berarti pada dan demos berarti
rakyat dan ditambah dengan logos berarti ilmu. Jadi epidemiologi adalah ilmu
yang yang mempelajari permasalahan yang terjadi pada masyarakat (Chandra B.,
1996).
Beberapa
pengertian tentang epidemiologi yang disampaikan oleh para ahli dapat diuraikan
sebagai berikut.
a.
Menurut
Last (1998) epidemiologi adalah studi tentang distribusi dan determinan yang
berkaitan dengan kesehatan atau kejadian yang berkaitan dengan kesehatan atau
kejadian pada populasi tertentu, dan aplikasi studi untuk mengendalikan masalah
kesehatan.
b.
WHO
pada Regional Committee Meeting ke-42 (1989) di Bandung mendefinisikan
epidemiologi sebagai ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan dari
peristiwa kesehatan dan peristiwa lainnya yang berhubungan dengan kesehatan
yang menimpa sekelompok masyarakat dan menerapkan ilmu tersebut untuk
memecahkan masalah-masalah kesehatan.
c. Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
penyebab penyakit serta determinan-determinan yang mempengaruhi penyakit
tersebut. (Notoatmodjo S., 2003)
Dari
ketiga pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa epidemiologi
mengandung tiga elemen penting (Notoadmodjo S.,2003), yaitu :
a. Populasi.
Epidemiologi memusatkan perhatiannya pada distribusi penyakit pada populasi
(masyarakat) atau kelompok tertentu.
b. Penyakit.
Epidemiologi mempelajari semua penyakit, baik penyakit infeksi maupun
non-infeksi. Di Negara maju, epidemiologi juga mencakup kegiatan pelayanan
kesehatan.
c. Pendekatan
ekologi. Frekuensi dan distribusi penyakit dikaji dari latar belakang pada
keseluruhan lingkungan manusia, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial.
2.2 SEJARAH EPIDEMIOLOGI
Epidemiologi sudah cukup lama dikenal atau diperkenalkan dalam
dunia kesehatan dan kedokteran. Dikenal beberapa orang yang telah mematok
sejarah penting dalam perkembangan epidemiologi.
1.
Hippocrates (377-260 SM)
Hippocrates
adalah seorang filsuf dan dokter Yunani pasca- Socrates, yang dikenal sebagai
Bapak Kedokteran Modern. Hippocrates telah membebaskan hambatan filosofis cara
berpikir orang-orang pada zaman itu yang bersifat spekulatif dan superstitif
(tahayul) dalam memandang kejadian penyakit.
Hippocrates
memberikan kontribusi besar dengan konsep kausasi penyakit yang dikenal dalam
epidemiologi dewasa ini, bahwa penyakit terjadi karena interaksi antara =
host-agent-environment‘ (penjamu - agen- lingkungan). Dalam bukunya yang
"On Airs, Waters and Places" (¯Tentang Udara, Air, dan Tempat.) yang
diterjemahkan Francis Adam, Hipoccrates mengatakan, penyakit terjadi karena
kontak dengan jazad hidup, dan berhubungan dengan lingkungan eksternal maupun
internal seseorang.
2.
John Graunt (1662)
Merupakan
orang pertama melakukan kuantifikasi atas kejadian kesakitan dan kematian
dengan menganalisis laporan mingguan kelahiran dan kematian di kota
London .
3.
William Farr (1839)
Orang
pertama yang menganalisis statistik kematian untuk mengevaluasi masalah
kesehatan. Ia juga yang mengembangkan beberapa metode penting dalam
epidemiologi seperti definisi populasi berisiko, populasi pembanding,dll.
4.
Antonio Van Leeuwenhoek (1632-1732)
Dia seorang ilmuan yang menemukan
Mikroskop, penemu bakteri dan parasit, penemu spermatozoa. Penemuan bakteri
telah membuka tabir suatu penyakit yang berguna untuk analisis epidemiologi
selanjutnya.
5.
Robert Koch
Dia memperkenalkan Tubekulin yang
dipakai untuk mendeteksi adanya riwayat infeksi Tuberkulosis sebagai perangkap
diagnosis TBC pada anak-anak. Dia juga terkenal dengan Postulac Koch yang
mengemukakan tentang konsep untuk menentukan kapan mikroorganisme dapat
dianggap penyebab suatu penyakit.
6.
Max Van Patternkofer
Dia mengidentifikasikan penyebab
sebuah penyakit, dia ingin membuktikan bahwa vibrio bukanlah penyebab kolera.
7.
Jhon Snow (1854)
Orang
pertama yang mengembangkan metode investigas wabah yang dapat mengantarkan
penyelidikan kea rah penyebab.
8.
Percival Pott
Dia menganalisis tentang meningginya
kejadian kanker skrotum di kalangan pekerja pembersih cerobong asap dan dia
menemukan bahwa tar yang terdapat pada cerobong asap itulah yang menjadi biang
keladinya. Dia dianggap sebagai bapak epidemiologi modern.
9.
James Lind, 1747
Dia mengamati bahwa ada kelompok
tertentu dalam suatu pelayaran panjang yang mengalami Scurvy (kurang vitamin c)
hal ini dikarenakan mereka semuanya memakan makanan kaleng. Dia dikenal sebagai
bapak Trial Klinik.
10.
Dool dan Hill,1950
Mereka adalah peneliti pertama
yang mendesain penelitian yang melahirkan bukti adanya hubungan antara rokok
dan kanker paru. Keduanya adalah pelopor penelitian di bidang epidemiologi
klinik.
2.3 PERAN
EPIDEMIOLOGI DALAM BIDANG KEDOKTERAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT
Penelitian
epidemiologis memiliki peranan penting dalam kemajuan ilmu kedokteran karena
studi epidemiologi dapat digunakan sebagai hal-hal sebagai berikut.
1.
Mengungkapkan penyebab
penyakit
2. Meneliti
hubungan sebab akibat antara timbulnya penyakit dengan determian yang
mempengaruhinya.
3. Meneliti
perjalanan penyakit alamiah.
4. Mengembangkan
indeks deskriptif untuk menyatakan tinggi rendahnya insidensi atau prevalensi
suatu penyakit di suatu wilayah yang dapat dibandingkan dengan wilayah
lain.Penemuan berbagai penyakit, seperti: scorbut, pellagra, dan kolera.
5. menemukan
hubungan antara rokok dengan penyakit jantung koroner, karsinoma paru-paru, dan
hipertensi.
6. Hubungan antara air dan makanan dengan penyakit kolera.
7. Hubungan antara KB dengan tromboflebitis.
8. Hubungan antara penyakit herediter, seperti anemia dan
sickle cell anemia dengan rasa tau etnik tertentu.
Dalam bidang
kesehatan masyarakat, epidemiologi memiliki peran yang sangat besar karena
hasil studi epidemiologi dapat digunakan untuk:
1. mengadakan analisis perjalanan penyakit di masyarakat
serta perubahan-perubahan yang terjadi akibat intervensi alam atau manusia;
2. mendeskripsi
pola penyakit pada berbagai kelompok masyarakat;
3. mendeskripsi hubungan antara dinamika penduduk dengan
penyebaran penyakit.
2.4 TUJUAN
Secara umum, dapat
dikatakan bahwa tujuan yang hendak dicapai dalam mempelajari epidemiologi adalah memperoleh data frekuensi distribusi
dan determinan penyakit atau fenomena lain yang berkaitan dengan kesehatan
masyarakat. Data yang diperoleh dapat digunakan
untuk memperoleh informasi tentang penyebab penyakit, misalnya:
1. penelitian
epidemiologis yang dilakukan pada kejadian luar biasa akibat keracunan makanan
dapat digunakan untuk mengungkapkan makanan yang tercemar dan menemukan
penyebabnya;
2. penelitian
epidemiologis yang dilakukan untuk mencari hubungan karsinoma paru-paru dengan
abses;
3. menemukan
apakah hipotesis yang dihasilkan dari perconbaan hewan konsisten dengan data
epidemiologis. Misalnya, percobaan tentang terjadinya karsinoma kandung kemih
pada hewan yang diolesi tir. Untuk mengetahui apakah hasil percobaan hewan
konsisten dengan kenyataan pada manusia, dilakukan analisis terhadap semua
penderita karsinoma kandung kemih yang dirawat di rumah sakit. Dari hasil
analisis ditemukan bahwa penderita karsinoma kandung kemih lebih banyak
terpajan oleh rokok dibanding dengan bukan penderita (studi case control hospital based);
4. memperoleh
informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun
perencanaan, penanggulangan masalah kesehatan, serta menentukan prioritas
masalah kesehatan masyarakat, misalnya;
a.
data frekuensi
distribusi berbagai penyakit yang terdapat di masyarakat dapat digunakan untuk
menyusun rencana kebutuhan pelayanan kesehatan di suatu wilayah dan menentukan
prioritas masalah;
b.
bila dari hasil
penelitian epidemiologis diperoleh bahwa insideni tetanus neonatorum di suatu
wilayah cukup tinggi maka data tersebut dapat digunakan untuk menyusun strategi
yang efektif dan efisien dalam menanggulangi masalah tersebut, misalnya dengan
mengirim petugas lapangan untuk memberikan penyuluhan pada ibu-ibu serta
mengadakan imunisasi pada ibu hamil.
2.5
JANGKAUAN
EPIDEMIOLOGI
Dari pengetahuan tentang jangkauan
epidemiologi, kita dapat mengetahui apa saja yang termasuk dalma epidemiologi
karena jangkauan epidemiologi terus berkembang sesuai dengan perkembangan
teknologi dan kebutuhan masyarakat. Perkembangan jangkauan epidemiologi dapat
digambarkan sebagai berikut.
1. Mula-mula
epidemiologi hanya mempelajari penyakit yang menimbulkan wabah melalui
temuan-temuan tentang:
a.
jenis penyakit wabah
seperti cacar, pes, kolera, dan lain-lain;
b.
cara penularan dan
penyakit wabah; dan
c.
cara-cara
penanggulangan dan pencegahan penyakit infeksi non-wabah.
2. Tahap
berikutnya, epidemiologi mempelajari penyakit infeksi non-wabah.
3. Dalam
perkembangan selanjutnya, epidemiologi mempelajari penyakit non-infeksi,
misalnya:
a.
penyakit jantung;
b.
karsinoma;
c.
hipertensi; dan
d.
penyakit
gangguan hormone (diabetes mellitus dan lain-lain).
4. akhirnya,
epidemiologi mempelajari hal-hal yang bukan penyakit, misalnya:
a.
fertilitas;
b.
menopause;
c.
kecelakaan;
d.
kenakalan remaja; dan
e.
penyalahgunaan obat.
Perkembangan epidemiologi yang demikian
pesat merupakan tantangan yang sangat berat bagi tenaga kesehatan karena
keadaan tersebut tidak dapat diatasi hanya dengan perbaikan sanitasi dan
perbaikan ekonomi, tetapi merupakan masalah yang sangat kompleks yang
melibatkan berbagai disiplin ilmu dan berbagai instansi atau institusi.
Jangkauan epidemiologi kini telah
sedemikian luasnya hingga mempelajari semua hal yang menimpa masyarakat. Makin
luasnya jangkauan tersebut antara lain disebabkan hal-hal berikut.
1. Kemajuan
teknologi yang sangat pesat pada beberapa dasawarsa terakhir.
2. Kebutuhan
dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan dan kehidupan masyarakat menjadi
semakin kompleks.
3. Metode
epidemiologi yang digunakan untuk penyakit menular dapat digunakan untuk
penyakit non-infeksi dan non-penyakit.
4. Meningkatknya
kebutuhan penelitian terhadap penyakit non-infeksi dan non-penyakit.
5. Metode
epidemiologi dapat digunakan untuk mempelajari asosiasi sebab akibat, misalnya:
a.
asosiasi
antar rokok dengan karsinoma paru-paru dan
b.
asosiasi
antara pelayanan kesehatan dengan status kesehatan masyarakat.
2.6
KONSEP
EPIDEMIOLOGI
Segitiga Epidemiologi
Segitiga epidemiologi merupakan
konsep dasar epidemiologi yang memberikan gambaran tentang hubungan antara tiga
faktor utama yang bereperanan dalam terjadinya penyakit dan masalah kesehatan
lainnya. Segitiga ini merupakan interaksi antara tiga faktor yakni
host, agent dan environment.
1. Faktor host (pejamu)
Host
adalah manusia atau makhluk lainnya, termasuk burung arthropoda yg menjadi
tempat terjadi proses alamiah perkembangan penyakit. Faktor host dapat berupa :
umur, jenis kelamin, ras, etnik, anatomi tubuh dan status gizi.
2. Agent
Agent
adalah suatu unsur organisme hidup atau kuman infeksi yg dapat menyebabkan
terjadinya suatu penyakit. Agent dapat berupa : unsur biologis,
unsur nutrisi, unsur kimiawi dan unsur fisik.
3. Environment (lingkungan)
Lingkungan adalah semua Faktor luar dari suatu
individu yg dapat berupa lingkungan fisik, biologis dan sosial.
Klasifikasi ketiga Faktor luar tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1.
Faktor host
a.
Genetic, ex : sicle cell disease
b.
Umur, ada kecenderungan penyakit tertentu menyerang umur tertentu
c.
Jenis kelamin, ada penyakit yg lebih banyak atau hanya menyerang jenis kelamin
tertentu
d.
Suku/ras/warna kulit : perbedaan penyakit banyak ditemukan antara ras kulit
putih dan ras kulit hitam di amerika
e.
Keadaan fisiologis tubuh : kelelahan, kehamilan, pubertas, stress, keadaan gizi
f.
Keadaan immunologis
g.
Tingkah laku (behaviour) : gaya hidup, personal
hygiene, hubungan antar pribadi dan rekreasi.
2. Faktor agent
a. Faktor
nutrisi misalnya kelebihan gizi atau kekurangan gizi
b. Penyebab
kimiawi misalnya zat-zat beracun
c.
Penyebab fisik, misalnya radiasi dan trauma mekanik (pukulan,tabrakan)
d.
Penyebab biologis
-
Metozoa : cacing tambang, cacing gelang dll
-
Protozoa: amoeba, malaria
-
Bakteri : sifilis, typhoid, pneumonia, tubercholosis
-
Fungi (jamur) : histoplasmosis,taenia pedis
-
Virus : campak, cacar (smallpox),
poliomyelitis
-
Rickestia : rocky mountain, sponted fever
3.
Faktor lingkungan
a. Lingkungan fisik : geologi, iklim dan
geografis
b. Lingkungan
biologis:
-
Kepadatan penduduk
-
Flora, sebagai sumber bahan makanan
-
Fauna, sebagai sumber protein
c. Lingkungan sosial:
- Migrasi/Urbanisasi
- Lingkungan
kerja
- Perumahan
- Kekacauan,
bencana alam, perang, banjir
Karakteristik
segitiga epidemiologi
Terjadinya
suatu penyakit tergantung kepada karakteristik dari tiga Faktor epidemiologi dan
interaksi antara ketiganya (host,agent
dan environment).
1. Karakteristik
host
Manusia
mempunyai karakteristik tersendiri dalam mengahadapi ancaman penyakit, bisa
berupa :
- Resistensi : kemampuan dari host
untuk bertahan terhadap suatu infeksi
- Imunitas:
kesanggupan dari host untuk mengembangkan suatu respon immunologis, dapat
secara alamiah maupun diperoleh, sehingga tubuh kebal terhadap penyakit
tertentu.
- Infectiousness : potensi host yg terinfeksi untuk menularkan
penyakit kepada orang lain.
2. Karakteristik agent
- Infektivitas :
kesanggupan dari organisme untuk beradaptasi sendiri terhadap lingkungan dari
host untuk mampu untuk tinggal dan berkembangbiak (multiply) dalam jaringan
host.
- Patogenisitas
: kesanggupan organisme untuk menimbulkan suatu reaksi
klinik khusus yg patologis setelah terjadinya infeksi pada host yg diserang.
- Virulensi : kesanggupan organisme
untuk menghasilkan reaksi patologis berat yg mungkin hingga menyebabkan
kematian. Virulensi kuman menunjukkan beratnya (severity) penyakit.
- Toksisitas :
kesanggupan organisme untuk memproduksi reaksi kimia yg toksin oleh substansi
kimia yg dibuatnya.
- Invasitas :
kesanggupan organisme untuk melakukan penetrasi dan menyebar setelah memasuki
jaringan.
- Antigencitas :
kesanggupan organisme untuk merangsang reaksi immunologi dalam host. Beberapa organisme mempunyai antigenisitas lebih kuat dibandingkan yang
lain.
3. Karakteristik
lingkungan
- Topografi : situasi lokasi tertentu, baik
natural maupun buatan manusia yang mungkin mempengeruhi terjadinya dan
penyebaran suatu penyakit tertentu
- Geografis :
keadaan yg berhubungan dengan struktur geologi dari bumi yang berhubungan
dengan kejadian penyakit.
Portal of entry and exit
Kuman penyakit masuk dan keluar
melalui “pintu” tubuh tertentu misalnya: kulit, saluran pernafasan, saluran
pencernaan atau saluran kemih. Setiap jenis kuman mempunyai jalan masuk dan
keluar tersendiri dari tubuh manusia.
Kejadian penyakit dalam komuniti
Jika seseorang sakit atau menderita
penyakit tertentu biasa disebut pasien, tetapi jika beberapa orang, kelompok
orang atau suatu masyarakat tersebut terserang penyakit maka dikenal beberapa
istilah :
Endemis : suatu keadaan dimana penyakit menetap
berada dalam masyarakat pada suatu tempat atau populasi tertentu.
Epidemic :
terjadinya penyakit dalam komuniti atau daerah tertentu dalam jumlah yang
melebihi atas jumlah normal atau biasa
Pandemic : epidemic
yg terjadi dalam daerah yg sangat luas dan biasanya mencakup proporsi populasi
yang banyak
Kasus : seorang
anggota masyarakat yang menderita penyakit yang telah didiagnosis terhadapnya,
bukan sekedar terinfeksi
Kasus indeks : kasus
pertama yang diperoleh atau mendapat perhatian dalam laporan kejadian
penyakit/wabah atau penelitian.
Kasus primer : kasus
pertama yng menjadi sumber penyakit menular terjadi dalam komuniti.
2.7
METODE-METODE
EPIDEMIOLOGI
Di dalam epidemiologi terdapat 2
tipe pokok pendekatan atau metode, yakni:
1. EPIDEMIOLOGI
DESKRIPTIF (DESCRIPTIVE EPIDEMIOLOGY)
Di dalam epidemiologi deskriptif
dipelajari bagaimana frekuensi penyakit berubah menurut perubahan
variabel-variabel epidemiologi yang terdiri dari orang (person), tempat (place), dan
waktu (time).
a.
Orang
(person)
Di
sini akan dibicarakan umur, jenis kelamin, kelas sosial, pekerjaan, golongan
etnik, status perkawinan, besarnya keluarga, struktur keluarga dan paritas.
1)
Umur
Umur adalah variabel yang selalu
diperhatikan di dalam penyelidikan-penyelidikan epidemiologi. Angka-angka
kesakitan maupun kematian di dalam hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan
umur.
Dengan cara ini dapat membacanya dengan
mudah dan melihat pola kesakitan atau kematian menurut golongan umur. Persoalan
yang dihadapi adalah apakah umur yang dilaporkan tepat, apakah panjangnya
interval di dalam pengelompokan cukup untuk tidak menyembunyikan peranan umur
pada pola kesakitan atau kematian, dan apakah pengelompokan umur dapat
dibandingkan dengan pengelompokan umur pada penelitian orang lain.
Di dalam mendapatkan laporan umur yang
tepat pada masyarakat pedesaan yang kebanyakan masih buta huruf hendaknya
memanfaatkan sumber informasi seperti catatan petugas agama, guru, lurah, dan
sebagainya. Hal ini tentunya tidak menjadi soal yang berat di kala mengumpulkan
keterangan umur bagi mereka yang telah bersekolah.
Untuk keperluan perbandingan maka WHO
menganjurkan pembagian-pembagian umur sebagai berikut:
1.1
Menurut tingkat
kedewasaan, yaitu:
0-14
tahun : bayi dan anak-anak
15-49
tahun :orang muda dan dewasa
50
tahun ke atas: orang tua
1.2
Interval 5 tahun:
Kurang
dari 1 tahun,
1-4
5-9
10-14,
dan sebagainya.
1.3
Untuk mempelajari
penyakit anak
0-4
bulan
5-10
bulan
11-23
bulan
2-4
tahun
5-9
tahun
9-14
tahun
2)
Jenis kelamin
Angka-angka dari luar negeri
menunjukkan bahwa angka kesakitan lebih tinggi di kalangan wanita sedangkan
angka kematian lebih tinggi di kalangan pria pada semua golongan umur. Untuk Indonesia masih
perlu dipelajari lebih lanjut. Perbedaan angka kematian ini, dapat disebabkan
oleh faktor-faktor intrinsik.
Yang pertama diduga meliputi
faktor keturunan yang terkait dengan jenis kelamin, atau perbedaan hormonal
sedangkan yang kedua diduga karena berperannya faktor-faktor lingkungan (lebih
banyak pria menghisap rokok, minum minuman keras, candu, bekerja berat,
berhadapan dengan pekerjaan-pekerjaan berbahaya dan seterusnya).
Sebab-sebab adanya angka kematian
yang lebih tinggi di kalangan wanita, di Amerika Serikat dihubungkan dengan
kemungkinan bahwa wanita lebih bebas untuk mencari perawatan. Di Indonesia
keadaan tersebut belum diketahui. Terdapat indikasi bahwa kecuali untuk
beberapa penyakit alat kelamin, angka kematian untuk berbagai penyakit lebih
tinggi pada kalangan pria.
3)
Kelas sosial
Kelas sosial adalah variabel yang
sering dilihat hubungannya dengan angka kesakitan atau kematian, variabel ini
menggambarkan tingkat kehidupan seseorang. Kelas sosial ini ditentukan oleh
unsur-unsur, seperti pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan banyak contoh
ditentukan pula tempat tinggal. Karena hal-hal ini dapat mempengaruhi berbagai
aspek kehidupan termasuk pemeliharaan kesehatan maka tidaklah mengherankan
apabila kita melihat perbedaan-perbedaan dalam angka kesakitan atau kematian
antara berbagai kelas sosial.
4)
Jenis pekerjaan
Jenis pekerjaan dapat berperan di dalam
timbulnya penyakit melalui beberapa jalan, yakni:
a)
Adanya faktor-faktor
lingkungan yang langsung dapat menimbulkan kesakitan seperti bahan-bahan kimia,
gas beracun, radiasi, benda-benda fisik yang dapat menimbulkan kecelakaan, dan
sebagainya.
b)
Situasi pekerjaan yang
penuh dengan stress (yang telah dikenal sebagai faktor yang berperan pada
timbulnya hipertensi, dan ulkus lambung)
c)
Ada
tidaknya ‘gerak badan’ di dalam pekerjaan; di Amerika Serikat ditunjukkan bahwa
penyakit jantung koroner sering ditemukan di kalangan mereka yang mempunyai
pekerjaan di mana kurang adanya ‘gerak badan’
d)
Karena berkerumunan
dalam satu tempat yang relatif sempit maka dapat terjadi proses penularan
penyakit antara para pekerja.
e)
Penyakit karena cacing
tambang telah lama diketahui terkait dengan pekerjaan di tambang.
Penelitian mengenai hubungan jenis pekerjaan dan pola
kesakitan banyak dikerjakan di Indonesia
terutama pola penyakit kronis, misalnya penyakit jantung, tekanan darah tinggi,
dan kanker.
Jenis pekerjaan apa saja yang hendak dipelajari
hubungannya dengan suatu penyakit dapat pula memperhitungkan pengaruh variabel
umur dan kelamin.
5)
Penghasilan
Yang
sering dilakukan ialah menilai hubungan antara tingkat penghasilan dengan
pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun pencegahan. Seseorang kurang
memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada mungkin oleh karena tidak mempunyai
cukup uang untuk membeli obat, membayar transport, dan sebagainya.
6)
Golongan etnik
Berbagai golongan etnik dapat
berbeda di dalam kebiasaan makan, susunan genetika, gaya hidup, dan sebagainya yang dapat
mengakibatkan perbedaan di dalam angka kesakitan atau kematian.
Dalam mempertimbangkan angka
kesakitan atau kematian suatu penyakit antargolongan etnik hendaknya diingat
kedua golongan itu harus distandarisasikan menurut susunan umur dan kelamin
ataupun faktor-faktor lain yang dianggap mempengaruhi angka kesakitan dan
kematian itu. Penelitian pada golongan etnik dapat memberikan keterangan
mengenai pengaruh lingkungan terhadap timbulnya suatu penyakit. Contoh yang
klasik dalam hal ini ialah penelitian mengenai angka kesakitan kanker lambung.
Dalam penelitian mengenai
penyakit ini di kalangan penduduk asli di Jepang dan keturunan Jepang di
Amerika Serikat, ternyata bahwa penyakit ini menjadi kurang prevalen di
kalangan turungan Jepang di Amerika Serikat. Ini menunjukkan bahwa peranan
lingkungan penting di dalam etiologi kanker lambung.
7)
Status perkawinan
Dari
penelitian telah ditunjukkan bahwa terdapat hubungan antara angka kesakitan
maupun kematian dengan status kawin, tidak kawin, cerai, dan janda; angka
kematian karena penyakit-penyakit tertentu maupun kematian karena semua sebab
makin meninggi dalam urutan tertentu.
Diduga
bahwa sebab-sebab angka kematian lebih tinggi pada yang tidak menikah
dibandingkan dengan yang menikah ialah karena ada kecenderungan orang-orang yang
tidak menikah kurang sehat. Kecenderungan bagi orang-orang yang tidak menikah
lebih sering berhadapan dengan penyakit atau karena adanya perbedaan dalam gaya hidup yang
berhubungan secara kausal dengan penyebab penyakit tertentu.
8)
Besarnya keluarga
Di
dalam keluarga besar dan miskin, anak-anak dapat menderita karena penghasilan
keluarga harus digunakan oleh banyak orang.
9)
Struktur keluarga
Struktur keluarga dapat mempunyai
pengaruh terhadap kesakitan (penyakit menular dan gangguan gizi) dan
pemanfaatan pelayanan kesehatan. Suatu keluarga besar karena besarnya
tanggungan secara relatif mungkin harus tinggal berdesak-desakan di dalam rumah
yang luasnya terbatas hingga memudahkan penularan penyakit menular di kalangan
anggota-anggotanya karena persediaan harus digunakan untuk anggota keluarga
yang besar maka mungkin pula tidak dapat membeli cukup makanan yang bernilai
gizi cukup atau tidak dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia; dan
sebagainya.
10)
Paritas
Tingkat paritas telah menarik
perhatian para peneliti dalam hubungan kesehatan si ibu dengan si anak.
Dikatakan umpamanya terdapat kecenderungan kesehatan ibu yang berparitas rendah
lebih baik dari yang berparitas tinggi, terdapat asosiasi antara tingkat
paritas dan penyakit-penyakit tertentu, seperti asma bronchiale, ulkus
peptikum, pilorik, stenosis, dan seterusnya. Tetapi kesemuanya masih memerlukan
penelitan lebih lanjut.
b.
Tempat
(place)
Pengetahuan
mengenai distribusi geografis dari suatu penyakit berguna untuk perencanaan
pelayanan kesehatan dan dapat memberikan penjelasan mengenai etiologi penyakit.
Perbandingan pola penyakit sering dilakukan antara:
a) Batas
daerah pemerintahan
b) Kota
dan pedesaan
c) Daerah
atau tempat berdasarkan batas alam (pegunungan, sungai, laut atau padang pasir)
d) Negara-negara
dan
e) Regional
Untuk
kepentingan mendapatkan pengertian tentang etiologi penyakit, perbandingan
menurut batas-batas alam lebih berguna daripada menurut batas-batas
administrasi pemerintahan. Hal-hal yang memberikan kekhususan pola penyakit di
suatu daerah dengan batas-batas alam ialah : keadaan lingkungan yang khusus
seperti temperature, kelembaban, hujan, ketinggian di atas permukaan laut,
keadaan tanah, sumber air, derajat isolasi terhadap pengaruh luar yang
tergambar dalam tingkat kemajuan ekonomi, pendidikan, industry, pelayanan
kesehatan, bertahannya tradisi – tradisi yang merupakan hambatan pembangunan,
faktor sosial budaya yang tidak menguntungkan kesehatan atau pengembangan
kesehatan, sifat-sifat lingkungan biologis (ada tidaknya vektor penyakit menular
tertentu, reservoir penyakit menular tertentu, dan susunan genetika), dan
sebagainya.
Pentingnya
peranan tempat di dalam mempelajari etiologi suatu penyakit menular dapat
digambarkan dengan jelas pada penyelidikan suatu wabah.
Di dalam membicarakan perbedaan pola penyakit antara kota
dan pedesaan, faktor yang baru saja disebutkan di atas perlu diperhatikan. Hal
lain yang perlu diperhatikan selanjutnya ialah akibat migrasi ke kota atau ke
desa terhadap pola penyakit, di kota maupun di desa itu sendiri.
Migrasi antardesa tentunya dapat pula membawa akibat
terhadap pola dan penyebaran penyakit menular di desa-desa yang bersangkutan maupun
desa-desa di sekitarnya.
Peranan migrasi atau mobilitas geografis di dalam
mengubah pola penyakit di berbagai daerah menjadi lebih penting dengan makin
lancarnya perhubungan darat, udara, dan laut. Contohnya ialah penyakit demam
berdarah.
Pentingnya pengetahuan mengenai tempat dalam mempelajari
etiologi suatu penyakit dapat digambarkan dengan jelas pada penyelidikan suatu
wabah dan pada penyelidikan-penyelidikan mengenai kaum migrant. Di dalam
memperbandingkan angka kesakitan atau kematian antardaerah (tempat) perlu
diperhatikan terlebih dahulu di tiap-tiap daerah (tempat)
1) Susunan
umum
2) Susunan
kelamin
3) Kualitas
data, dan
4) Derajat
representative dari data terhadap seluruh penduduk.
Walaupun
telah diadakan standardisasi berdasarkan umur dan jenis kelamin,
memperbandingkan pola penyakit antardaerah di Indonesia dengan menggunakan data
yang berasal dari fasilitas-fasilitas kesehatan, harus dilaksanakan dengan
hati-hati, sebab data tersebut belum tentu representatif, dan baik kualitasnya.
Variasi
geografis pada terjadinya beberapa penyakit atau keadaan lain mungkin
berhubungan dengan satu atau lebih dari beberapa faktor, yakni:
1) Lingkungan
fisis, kemis, biologis, sosial dan ekonomi yang berbeda-beda dari suatu tempat
ke tempat lainnya.
2) Konstutusi
genetis dan etnis dari penduduk yang berbeda,b ervariasi seperti karakteristik
demografi.
3)
Variasi
kultural terjadi dalam kebiasaan, pekerjaan, keluarga, praktik hygiene
perorangan, dan bahkan persepsi tentang sakit dan sehat.
4)
Variasi
administrative termasuk faktor-faktor seperti tersedianya dan efisiensi
pelayanan medis, program hygiene (sanitasi) dan lain-lain.
Banyaknya penyakit hanya berpengaruh pada daerah
tertentu. Misalnya penyakit demam kuning, kebanyakan terdapat di Amerika Latin.
Distribusinya disebabkan oleh adanya reservoir infeksi (manusia atau kera),
vektor (yaitu Aedes aegypty), penduduk yang rentan dan keadaan iklim yang memungkinkan
suburnya agen penyebab penyakit. Daerah dimana vektor dan persyaratan iklim
ditemukan, tetapi tidak ada sumber infeksi, disebut receptive area untuk demam
kuning.
Contoh-contoh penyakit lainnya yang terbatas pada daerah
tertentu atau yang frekuensinya tinggi pada daerah tertentu misalnya
Schistosomiasis di daerah di mana terdapat vektor snail atau keong (Lembah Nil,
Jepang), gondok endemic (endemic goiter) di daerah yang kekurangan zat yodium.
c.
Waktu
(time)
Mempelajari
hubungan antara waktu dan penyakit merupakan kebutuhan dasar di dalam analisis
epidemiologis. Oleh karena itu, perubahan-perubahan penyakit menurut waktu
menunjukkan adanya perubahan faktor-faktor etiologis. Melihat panjangnya waktu
di mana terjadi perubahan angka kesakitan maka dibedakan :
1)
Fluktuasi jangka pendek, dimana perubahan angka kesakitan berlangsung beberapa
jam, hari, minggi, dan bulan. Pola perubahan kesakitan ini terlihat pada
epidemi umpamanya epidemi keracunan makanan (beberapa jam), epidemi influenza
(beberapa hari atau minggu), epidemi cacar (beberapa bulan).
Fluktuasi jangka
pendek atau epidemi ini memberikan petunjuk bahwa :
a) Penderita
terserang penyakit yang sama dalam waktu bersamaan atau hampir bersamaan
b) Waktu
intubasi rata-rata pendek.
2)
Perubahan-perubahan secara siklus dimana perubahan-perubahan angka kesakitan
terjadi secara berulang-berulang dengan antara beberapa hari, beberapa bulan
(musiman), tahunan, beberapa tahun. Peristiwa semacam ini dapat terjadi baik
pada penyakit infeksi maupun pada penyakit bukan infeksi. Timbulnya atau
memuncaknya angka kesakitan aau kematian suatu penyakit yang ditularkan melalui
vektor secara siklus ini adalah
berhubungan dengan 1) ada tidaknya keadaan yang memungkinkan transmisi penyakit
oleh vektor yang bersangkutan, yakni
apakah temperatur dan kelembaban memungkinkan transmisi, 2) adanya tempat
perkembangbiakan alami dari vektor sedemikian banyak untuk menjamin adanya
kepadatan vektor yang perlu dalam transmisi, 3) selalu adanya kerentanan, 4)
adanya kegiatan-kegiatan berkala dari orang-orang yang rentan yang menyebabkan
mereka terserang oleh vector borndisease tertentu,
5) tetapnya kemampuan agen infektif untuk menimbulkan penyakit, 6) adanya Faktor-faktor
lain yang belum diketahui. Hilangnya atau berubahnya siklus berarti adanya
perubahan dari salah satu atau lebih hal-hal tersebut.
3) Perubahan-perubahan angka kesakitan yang
berlangsung dalam periode waktu yang panjang, bertahun-tahun atau puluhan tahun
yang disebut secular trends.
2. EPIDEMIOLOGI
ANALITIK (ANALYTIC EPIDEMIOLOGY)
Pendekatan atau studi ini dipergunakan
untuk menguji data dan informasi-informasi yang diperoleh studi epidemiologi
deskriptif.
1. Studi
riwayat kasus (case history studies).
Dalam studi ini
akan dibandingkan antara dua kelompok
orang, yakni kelompok yang terkena penyakit dengan kelompok orang yang tidak
terkena (kelompok kontrol). Contoh :
Dari
jawaban pertanyaan tersebut akan terdapat dua kelompok, yakni penderita yang
mempunyai kebiasaan merokok dan penderita yang tidak merokok. Kemudian, kedua
kelompok ini diuji dengan uji statistic, apakah ada perbedaan yang bermakna
antara kedua kelompok tersebut.
2. Studi
Kohort (kohort studies)
Dalam studi ini
sekelompok orang dipaparkan (exposed) pada suatu penyebab penyakit (agent).
Kemudian diambil sekelompok orang lain yang mempunyai ciri-ciri yang sama
dengan kelompok pertama, tetapi tidak dipaparkan atau dikenakan pada penyebab
penyakit. Kelompok kedua ini disebut kelompok kontrol. Setelah beberapa saat
yang telah ditentukan kedua kelompok tersebut dibandingkan, dicari perbedaan
antara kedua kelompok tersebut bermakna atau tidak.
Contoh: untuk
membuktikan bahwa merokok merupakan faktor utama penyebab kanker paru-paru,
diambil dua kelompok orang yang satu kelompok terdiri dari orang-orang yang
merokok dan satu kelompok lagi terdiri dari orang-orang yang tidak merokok.
Kemudian, diperiksa apakah ada perbedaan pengidap kanker paru-paru antara
kelompok perokok dan kelompok non-perokok.
3. EPIDEMIOLOGI
EKSPERIMEN
Studi ini dilakukan dengan mengadakan
eksperimen (percobaan) kepada kelompok subjek, kemudian dibandingkan dengan
kelompok kontrol (yang tidak dikenakan percobaan). Contoh : untuk menguji
kemampuan suatu vaksin, dapat diambil suatu kelompok anak kemudian diberikan
vaksin tersebut.
Sementara itu diambil sekelompok anak
pula sebagai kontrol yang hanya diberikan placebo.
Setelah beberapa tahun kemudian, dilihat kemungkinan-kemungkinan timbulnya
penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin tersebut, kemudian dibandingkan
antara kelompok percobaan dan kelompok kontrol.
2.8
PENGUKURAN
EPIDEMIOLOGI
Di dalam uraian terdahulu telah
diuraikan bagian dari epidemiologi yang bertujuan melihat bagaimana penyebaran
kesakitan dan kematian menurut sifat-sifat orang, tempat dan waktu. Didalam
uraian ini akan diuraikan berbagai ukuran kesakitan dan kematian yang lazim
dipakai dalam survei atau penyelidikan penyelidikan epidemiologi. Ukuran dasar
yang akan dibicarakan di sini adalah”rate”.
Dalam hubungan dengan kesakitan
akan dibicarakan insidence rate, prevalence rate(point period prevalence rate),
attack rate dan dalam hubungan dengan kematian akan dibicarakan crude death
rate, disease spesific rate dan adjusted death rate. Sebelum membicarakan masing-masing tersebut perlu
dikemukakan hal-hal sebagai berikut:
a) Untuk penyusunan rate dibutuhkan tiga elemen, yakni
(a)jumlah orang yang terserang penyakit atau yang meninggal,(b) jumlah penduduk
dari mana penderita berasal(reference population) dan (c) waktu atau periode
dimana orang-orang terserang penyakit.
b)
Apabila
pembilang terbatas pada umur, seks atau golongan tertentu maka penyebut juga
harus terbatas pada umur, seks atau golongan yang sama
c)
Bila
penyebut terbatas pada mereka yang dapat terserang atau terjangkit penyakit,
maka penyebut tersebut dinamakan populasi yang mempunyai risiko(population
atrisk)
1. Incidence
rate
Incidence rate
dari suatu penyakit tertentu adalah jumlah kasus baru yang terjadi di kalangan
penduduk selama periode waktu tertentu.
|
Contoh :
Pada
bulan Desember 1988 di Kecamatan X terdapat
penderita campak 88 anak balita. Jumlah anak yang mempunyai risiko
penyakit tersebut(anak balita) di kecamatan X=8000.
Maka
incidence rate penyakit campak tersebut adalah
x 1000 = atau 0,010
Beberapa catatan
(1)
Di dalam mempelajari incidence diperlukan penentuan waktu atau saat timbulnya
penyakit. Bagi penyakit-penyakit yang akut seperti influenza stapilococus,
gastroentritis, acute myocardial infaction dan cerebral hemorhage, penentuan
incidence rate ini tidak begitu sulit berhubung waktu terjadinya dapat
diketahui secara pasti. Lain halnya dengan penyakit dimana timbulnya tidak
jelas disini, waktu ditegakkan ‘diagnosis pasti’ diartikan sebagai waktu mulai penyakit.
(2)
Incidence rate selalu dinyatakan dalam hubungan dengan periode waktu tertenru
seperti bulan, tahun dan seterusnya. Apabila penduduk berada dalam ancaman
diserangnya penyakit hanya untuk waktu yang terbatas(seperti hanya dalam
epidemi suatu penyakit infeksi) maka periode waktu terjadinya kasus-kasus baru
adalah sama dengan lamanya epidemi. incidence rate pada suatu epidemi disebut
attack rate.
2. Attack Rate
|
Contoh
Pada waktu terjadinya wabah morbili di
Kelurahan Y pada tahun 1987, terdapat 18 anak yang menderita morbili. Jumlah
anak yang mempunyai risiko di kelurahan tersebut = 2000 anak
Attack rate penyakit
tersebut adalah
x 1000 = atau 0,009
(3)
Untuk penyakit yang jarang maka incidence rate dihitung untuk periode waktu
bertahun-tahun. Di dalam periode waktu yang panjang tersebut dapat berubah
karena dalam waktu itu jumlah populasi yang mempunyai risiko juga dapat
berubah.
(4)
Pengetahuan mengenai incidece rate adalah berguna sekali dalam mempelajari
faktor-faktor etiologi dari penyakit yang akut maupun kronis. Incidence rate
adalah suatu ukuran langsung dari kemungkinan(probabilitas) untuk menjadi
sakit. Dengan membandingkan incidence rate suatu penyakit dari berbagai
penduduk yang berbeda di dalam satu atau lebih faktor(keadaan) maka kita dapat
memperoleh keterangan faktor mana yang menjadi faktor risiko dari penyakit
bersangkutan. Kegunaan seperti ini tidak dipunyai oleh prevalence rate.
3. Prevalence rate
Prevalence rate mengukur jumlah orang di kalangan penduduk
yang menderita suatu penyakit pada satu titik waktu tertentu.
|
Contoh
Kasus penyakit TBC paru di
Kecamatan Moyang pada waktu dilakukan survei pada bulan Juli 1988 adalah 48
orang dari 24.000 penduduk di kecamatan tersebut. Maka prevalence rate TBC di
Kecamatan tersebut adalah
x 1000 = atau 0,004
Catatan
(1)
Prevalence rate bergantung pada dua faktor(a) berapa jumlah orang yang telah
sakit pada waktu yang lalu dan (b) lamanya menderita sakit. Meskipun hanya
sedikit orang yang sakit dalam setahun, apabila penyakit tersebut kronis,
jumlahnya akan meningkat dari tahun ke tahun dan dengan demikian prevalence
secara relatif akan lebih tinggi dari incidance. Sebaliknya apabila penyakitnya
akut(lamanya sakit pendek baik oleh karena penyembuhan ataupun oleh karena
kematian) maka prevalence secara relatif akan lebih rendah daripada incidence.
(2) Prevalence(terutama untuk penyakit kronis)
penting untuk perencanaan kebutuhan fasilitas, tenaga, dan pemberantasan
penyakit. Prevalence yang dibicarakan di atas’point’ prevalence. Jenis ukuran
lain yang juga digunakan ialah period prevalence.
4.
|
Period
Prevalensi
Contoh
Pada periode tahun
1988(Januari-Desember) di Kelurahan A terdapat 75 penderita malaria. Pada
pertengahan thun 1988 penduduk kelurahan A tersebut berjumlah 5000 orang. Maka
period prevalence malaria di Kelurahan A adalah:
x 1000 = atau 0,015
Period prevalence terbentuk dari prevalence pada suatu
titik waktu ditambah kasus-kasus baru(insidence), dan kasus-kasus yang kambuh
selama periode observasi.
5.
|
Crude Death Rate(CDR)
Catatan
(1) Jumlah
penduduk disini bukanlah merupakan peneybut yang sebenarnya, oleh karena
berbagai golongan umur mempunyai kemungkinan mati yang berbeda-beda, sehingga
perbedaan dalam susunan umur antara beberapa penduduk akan menyebabkan
perbedaan dalam crude death rate meskipun rate untuk berbagai golongan umur
sama.
(2)
Kekurangan-kekurangan dari crude death rate ini adalah (1) terlalu
menyederhanakan pola yang kompleks dari rate, dan (2) penggunaannya dalam
perbandingan angka kematian antar berbagai penduduk yang mempunyai susunan umur
yang berbeda-beda, tidak dapat secara langsung melainkan harus melalui prosedur
penyesuaian(adjustment).
(3) Meskipun
mempunyai kekurangan-kekurangan tersebut di atas crude death rate ini digunakan
secara luas oleh karena (a) sifatnya yang merupakan’sumary rate’ dan (b) dapat
dihitung dengan adanya informasi yang minimal.
(4) Crude death
rate digunakan untuk perbandingan-perbandingan menurut waktu dan
perbandingan-perbandingan internasional.
(5) Untuk
penyelidikan epidemiologi akan diperlukan’sumary rate’ yang tidak mempunyai
kelemahan-kelemahan, seperti crude rate. Rate seperti diperoleh dengan
mengadakan penyesuaian pada susunan umur dari berbagai penduduk yang akan
diperbandingkan angka kematiannya, dengan sendirinya’adjustment rate’ ini adalah fiktif.
6.
Age Specific Death Rate (Angka Kematian pada Umur
tertentu)
|
Sebagai contoh : age specific
death rate pada golongan umur 20-30 tahun :
Kecamatan
B jumlah penduduk yang berumur 20-30 tahun pada pertengahan tahun 1988 adalah
1000 orang. Dari jumlah tersebut selama tahun 1988 meninggal 3 orang. Jadi age
specific rate adalah
x 1000 = atau 0,003
7.
Cause Disease Specific Death Rate(Angka Kematian akibat Penyakit Tertentu)
|
Sebagai contoh : kematian karena TBC
Pada pertengahan tahun 1988
di Kecamatan Manggar jumlah penduduknya 2000. Selama tahun 1988 tersebut
terdapat dua orang yang meninggal karena TBC. Maka kematian akibat TBC adalah :
x 1000 = atau 0,0015
Jenis-jenis
rate lain infant mortality rate, neonatal mortality rate, mordibity rate, dan
sebagainya dapat dibaca di dalam buku- buku biostatistik dan demografi.
2.9 APLIKASI
EPIDEMIOLOGI DALAM KEPERAWATAN KOMUNITAS
Perawat komunitas bekerja secara
langsung dalam tatanan masyarakat yang mencakup pelayanan individu, keluarga,
kelompok khusus maupun masyarakat luas. Dalam melaksanakan tugasnya perawat
bekerja sama dengan tim kesehatan lain dan melibatkan kader kesehatan,
tokoh-tokoh masyarakat serta lembaga swadaya yang bekerja secara terpadu dan
menyeluruh. Perawat menggunakan epidemiologi sebagai sumber yang sangat
esensial dalam perencanaan, perlakuan, maupun evaluasi.
Dalam melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien dan keluarganya, perawat menggunakan langkah-langkah
proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi. Perawat menggunakan epidemiologi sebagai dasar
informasi yang akurat dalam melakukan pengkajian, mengidentifikasikan masalah,
membuat formulasi, strategi untuk pemecahan masalah, membuat prioritas dan
mengembangkan perencanaan perawatan serta mengevaluasi hasilnya agar pelayan
yang diberikan lebih efektif.
Dalam melaksanakan pengkajian
kesehatan digunakan epidemiologi analitik guna menjamin tolok ukur yang akurat
baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Selain itu juga menggunakan
epidemiologi analitik untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
penyakit maupun kesehatan, evaluasi dari suatu tindakan dan keberhasilan dari
suatu program.
Konsep epidemiologi seperti
pengertian alamiah penyakit serta pencegahan primer, sekunder, maupun tersier
merupakan suatu metode pendekatan yang unik untuk mempelajari dan mengerti
proses penyakit serta intervensinya. Sedangkan angka kesakitan dan kematian
penduduk merupakan tolok ukur kesehatan masyarakat yang ada, sehingga
memudahkan dalam penyusunan program terutama yang berkaitan dengan kelompok
risiko tinggi.
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan
bahwa epidemiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang permasalahan yang
ada di dalam masyarakat khususnya masalah kesehatan. Epidemiologi memiliki
peranan penting dalam kemajuan ilmu kedokteran karena studi epidemiologi dapat
digunakan untuk mengungkapkan penyebab penyakit dan meneliti hubungan sebab
akibat antara timbulnya penyakit dengan determian yang mempengaruhinya. Tujuan
yang hendak dicapai dalam mempelajari epidemiologi adalah memperoleh data frekuensi distribusi
dan determinan penyakit atau fenomena lain yang berkaitan dengan kesehatan
masyarakat. Konsep epidemiologi dapat digambarkan dalam bentuk segitiga dengan
3 komponen yang saling mempengaruhi yaitu host, agent, dan environment. Metode
yang digunakan dalam penelitian epidemiologi ada 3 yaitu metode deskiptif,
metode analitik, dan metode eksperimen. Epidemiologi sangat berperan penting
dalam pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas karena konsep epidemiologi
seperti pengertian alamiah penyakit serta pencegahan primer, sekunder, maupun
tersier merupakan suatu metode pendekatan yang unik untuk mempelajari dan
mengerti proses penyakit serta intervensinya. Sedangkan angka kesakitan dan
kematian penduduk merupakan tolok ukur kesehatan masyarakat yang ada, sehingga
memudahkan dalam penyusunan program terutama yang berkaitan dengan kelompok
risiko tinggi.
3.2
SARAN
Diharapkan tenaga medis khususnya
perawat dapat mengaplikasikan konsep epidemiologi dalam pemberian asuhan
keperawatan agar asuhan keperawatan yang diberikan lebih efektif dan tepat
sasaran.
DAFTAR
PUSTAKA
Budiarto,
Eko, dan Dewi Anggraeni.2003.Pengatntar
Epidemiologi Edisi 2.Jakarta :EGC
Notoatmodjo, Soekidjo.2007.Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta
Sumijatun dkk.2006.Konsep
Dasar Keperawatan Komunitas.Jakarta : EGC
http://azharasyafia.blogspot.com/2012/05/konsep-dasar-epidemiologi-penyakit.html (diakses 7 September 2013)
No comments:
Post a Comment