Juniartha Semara Putra


A.
Kerangka
konseptual dan hipotesa penelitian
1.
Kerangka
konseptual
a. Pengertian
Kerangka
konseptual penelitian adalah suatu
hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainya dari masalah yang ingin
diteliti. Kerangka konsep ini gunanya untuk menghubungkan atau menjelaskan
secara panjang lebar tentang suatu topik yang akan dibahas.
Kerangka
konseptual diharapkan akan memberikan gambaran dan mengarahkan asumsi mengenai
variabel-variabel yang akan diteliti. Kerangka konseptual memberikan petunjuk
kepada peneliti di dalam merumuskan masalah penelitian. Peneliti akan
menggunakan kerangka konseptual yang
telah disusun untuk menentukan pertanyaan-pertanyaan mana yang harus dijawab
oleh penelitian dan bagaimana prosedur empiris yang digunakan sebagai alat
untuk menemukan jawaban terhadap pertanyaan tersebut.
Kerangka
konseptual diperoleh dari hasil sintesis dari proses berpikir deduktif
(aplikasi teori) dan induktif (fakta yang ada, empiris), kemudian dengan
kemampuan kreatif-inovatif, diakhiri
dengan konsep atau ide baru yang disebut
kerangka konseptual.
Kerangka
konseptual penelitian menurut Sapto Haryoko dalam Iskandar (2008: 54)
menjelaskan secara teoritis model konseptual variabel-variabel penelitian,
tentang bagaimana pertautan teori-teori yang berhubungan dengan
variabel-variabel penelitian yang ingin diteliti, yaitu variabel bebas dengan
variabel terikat.
Kerangka
konseptual dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila penelitian
berkenaan dengan dua variabel atau lebih. Apabila penelitian hanya membahas
sebuah variabel atau lebih secara mandiri, maka perlu dilakukan deskripsi
teoritis masing-masing variabel dengan argumentasi terhadap variasi besarnya
variabel yang diteliti.
Kerangka
konseptual yang baik menurut Uma Sekaran sebagaimana yang dikutip oleh Sugiyono
dalam Iskandar (2008: 54) sebagai berikut:
1.
Variabel-variabel penelitian yang
akan diteliti harus jelas.
2.
Kerangka konseptual haruslah
menjelaskan hubungan antara variabel-variabel yang akan diteliti, dan ada teori
yang melandasi.
3.
Kerangka konseptual tersebut lebih
selanjutnya perlu dinyatakan dalam bentuk diagram, sehingga masalah penelitian
yang akan dicari jawabannya mudah dipahami.
Iskandar (2008:55) mengemukakan bahwa dalam penelitian kuantitatif,
kerangka konseptual merupakan suatu kesatuan kerangka pemikiran yang utuh dalam
rangka mencari jawaban-jawaban ilmiah terhadap masalah-masalah penelitian yang
menjelaskan tentang variabel-variabel, hubungan antara variabel-variabel secara
teoritis yang berhubungan dengan hasil penelitian yang terdahulu yang
kebenarannya dapat diuji secara empiris.
b. Tahap
penyusunan
Kerangka
konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep
yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian. Untuk itu langkah-langkah
yang dilakukan sebelum membuat kerangka konseptual ini adalah :
1. Seleksi
dan definisi konsep (logika berpikir untuk mencoba menjelaskan atau atribut
dari masalah yang akan diteliti)
2. Mengembangkan
pernyataan hubungan.
3. Mengembangkan
konsep dalam gambar / kerangka. Yang meliputi :
a)
Disesuaikan dengan
pernyataan masalah.
b)
Penjelasan bagaimana
hubungan masalah dengan variabel yang lain, yang diduga sebagai penyebab
timbulnya masalah. Arah kerangka sesuaikan dengan variable yang akan diteliti
dengan mengembangkan konsep dalam gambar / kerangka dengan membuat garis mana
yang diteliti dan tidak dengan menggunakan garis sambung atau terputus, serta buat panah untuk
bagian yang ada pengaruhnya dan tidak untuk bagian yang tidak ada pengaruh
c)
Identifikasi dan
analisa teori yang diaplikasikan.
c. Contoh
kerangka konseptual
Contoh 1

Contoh 2

2.
Hipotesa
penelitian
a. Pengertian
Hipo
artinya bawah, tesis artinya pendapat. Jadi hypotesis berarti pendapat yang kebenaranya masih
dangkal dan perlu diuji, patokan duga, atau dalil sementara, yang kebenarannya
akan dibuktikan dalam penelitian tersebut.
Hipotesa
adalah kesimpulan teoritis yang masih harus dibuktikan kebenarannya melalui
analisis terhadap bukti-bukti empiris. Setelah melalui pembuktian dari hasil
penelitian, maka hypotesis ini dapat benar atau salah, dapat diterima atau
ditolak.
Hypotesis
seyogyanya diturunkan dari suatu teori, sehingga rumusan hiphotesis harus dalam
bentuk pernyataan ilmiah atau proposisi,
yang mengandung hubungan dua variable atau lebih. Sumber Hipotesa bisa dari hasil kajian teoritis atau melali
proses menghubung-hubungkan sejumlah
bukti empiris dan juga bisa hasil perenungan atau reka-reka rasional.
Hipotesis
diturunkan melalui teori. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap
masalah penelitian. Hipotesis adalah suatu pernyataan yang masih harus diuji
kebenarannya secara empiris. (Iskandar, 2008 : 56). Menurut Singarimbun dalam
Iskandar (2008 : 56), hipotesis adalah sarana penelitian ilmiah yang penting
dan tidak bisa ditinggalkan, karena ia merupakan instrumen kerja dari teori.
Hipotesis
merupakan gabungan dari kata ”hipo” yang artinya dibawah, dan ”tesis”
yang artinya kebenaran. Secara keseluruhan hipotesis berarti dibawah kebenaran
(belum tentu benar) dan baru dapat diangkat menjadi suatu kebenaran jika memang
telah disertai dengan bukti-bukti. (Suharsimi Arikunto, 2000 : 57). Dengan
demikian, menurut Suharsimi, Hipotesis adalah alternatif dugaan jawaban yang
dibuat oleh peneliti bagi problematika yang diajukan dalam penelitiannya.
Dugaan jawaban tersebut merupakan kebenaran yang sifatnya sementara, yang akan
diuji kebenarannya dengan data yang dikumpulkan melalui penelitian. Dengan
kedudukannya itu, menurut Suharsimi hipotesis dapat berubah menjadi kebenaran,
akan tetapi juga dapat tumbang sebagai kebenaran.
Ada
beberapa alasan mengapa hipotesa itu harus dibuat yaitu 1) Hipotesa yang
dirumuskan peneliti dapat dijadikan
bukti kuat, bahwa peneliti mempunyai penguasaan yang cukup luas dan mendalam
mengenai fokus kajian.2) Hipotesa merupakan panduan peneliti dalam rangka
pengumpulan data dan analisa data, penentuan prosedur kerja dan data yang harus dicari selama proses
penelitian.
Menurut Borg
dan Gall dalam Suharsimi (2000 : 64) ada empat persyaratan bagi hipotesis yang
baik, yaitu:
1.
Hipotesis hendaknya merupakan
rumusan tentang hubungan dua atau lebih variabel.
2.
Hipotesis yang dirumuskan hendaknya disertai
dengan alasan atau dasar-dasar teoritik dan hasil penemuan terdahulu.
3.
Hipotesis harus dapat diuji
4.
Rumusan hipotesis hendaknya yang
singkat dan padat.
Sedangkan menurut
Mahsun, (Iskandar, 2008 : 57) hipotesis penelitian hendaklah memiliki sifat-sifat
sebagai berikut:
1.
Hipotesis dibuat dalam bentuk
kalimat deklaratif (pernyataan)
2.
Hipotesis harus dapat teruji.
3.
Hipotesis harus rasional, artinya
mengemukakan penjelasan yang masuk akal. Hubungan antara variabel-variabel
harus jelas sehingga variabel dapat diukur.
b.
Cara memperoleh
hipotesa
Hipotesa
dapat bersumber dari teori atau hasil perenungan yang mendalam. Dari manapun
sumber hipotesa , tidak menjadi masalah, namun yang paling utama bahwa untuk
merumuskan Hipotesa harus digunakan cara tertentu, yaitu cara berpikir bisa
secara induktif maupun deduktif.
Berpikir
induktif merupakan cara berpikir
melalui penarikan kesimpulan umum
dari sejumlah atau serangkaian gejala
spesifik dari peristiwa nyata dan
berpikir induktif merupakan cara berpikir
melalui penarikan kesimpulan
khusus dari sejumlah atau serangkaian
gejala umum dari peristiwa nyata.
c. Ciri-ciri
hipotesa
Ciri-ciri
suatu hipotesa adalah sebagai berikut :
1) Hipotesa
dinyatakan dalam bentuk pernyataan (statement), bukan dalam bentuk kalimat
tanya.
2) Hipotesa
harus tumbuh dari ilmu pengetahuan yang diteliti.Hal ini berarti bahwa hipotesa
hendaknya berkaitan dengan lapangan ilmu pengetahuan yang sedang atau akan
diteliti.
3) Hipotesa
harus dapat diuji, hal ini berarti suatu hipotesa harus mengandung atau terdiri
dari variable-variabel yang dapat diukur dan dapat dibanding-bandingkan.
4) Hipotesa
harus sederhana dan terbatas, artinya hipotesa yang tidak menimbulkan
perbedaan-perbedaan, pengertian, serta tidak terlalu luas sifatnya.
d. Prinsip
uji hipotesa
Prinsip
uji hipotesa adalah melakukan perbandingan antara nilai sampel dengan nilai
populasi yang diajukan. Peluang untuk
diterima atau ditolaknya suatu hipotesa tergantung besar kecilnya perbedaan antara nilai sampel dengan nilai
hipotesa. Bila perbedaan cukup besar
peluang untuk menolak hipotesapun besar, dan sebaliknya bila perbedaanya
kecil maka peluang untuk menolak
hipotesa pun kecil.
e. Bentuk
hipotesa
Dalam
statistik dan penelitian terdapat dua macam hipotesa, yaitu :
1)
Hipotesa nol (hipotesa
statistik) Pada penelitian, hipotesa nol
ini diartikan sebagai tidak adanya
hubungan atau perbedaan antara dua fenomena yang diteliti. Diberi notasi atau
symbol dengan (H0). Contoh: Tidak ada
hubungan antara kebiasaan merokok dengan penyakit jantung koroner.
2)
Hipotesa alternatif
(hipotesa penelitian). Adalah lawannya hipotesai nol, yang berbunyi adanya
perbedaan atau adanya hubungan antara
dua fenomena yang diteliti (variable bebas dengan variabel terikat), diberi
notasi atau symbol dengan (HI). Contoh :
Ada hubungan antara kebiasaan
merokok dengan penyakit jantung coroner.
f. Jenis
rumusan hipotesa
Menurut tingkat
eksplanasi hipotesa yang akan diuji, maka rumusan hipotesa dapat dikelompokan
menjadi tiga macam, yaitu :
1)
Hipotesa deskriptif
Yaitu Hipotesa yang menggambarkan
spesifik ciri – ciri suatu tentang nilai suatu variabel mandiri, tidak membuat
perbandingan atau hubungan.
Contoh
: Jika rumusan masalah sebagai berikut :
a)
Seberapa besar peran
keluarga dalam mencegah penularan TB
paru terhadap anggota keluarga yang lain ?
b)
Seberapa baik gaya
kepemimpinan di lembaga X ?.
c)
Bagaimanakah intensitas
belajar mahasiswa Akper yang tinggal di Asrama ?
Dari
pernyataan ini dapat dirumuskan hipotesa
seperti berikut :
a)
Peran keluarga dalam mencegah penularan TB paru terhadap
keluarga yang lain sebagian besar baik.
b)
Gaya kepemimpinan
dilembaga X telah mencapai 70 % dari yang diharapkan.
c)
Intensitas belajar
mahasiswa Akper yang tinggal di Asrama di duga rendah.
2)
Hipotesa komparatif
(Perbedaan )
Yaitu Pernyataan yang
menunjukan dugaan nilai dengan membuat perbandingan dalam satu variabel atau
lebih pada sampel yang berbeda. Contoh :
Contoh : Jika rumusan masalah
sebagai berikut :
a) Adakah
perbedaan status gizi anak yang dibina posyandu dengan anak yang tidak dibina
oleh posyandu?
b) Adakah
perbedaan persepsi antara mahasiswa lulusan SMU dengan mahasiswa lulusan SPK
terhadap penampilan Dosen keperawatan dikelas ?
c) Bagaimanakah
perbedaan tingkat prestasi mahasiswa
Akper yang tidur di Asrama Dan di luar asrama ?
Dari pernyataan ini
dapat dirumuskan hipotesa seperti
berikut :
a) Tidak
terdapat perbedaan status gizi anak yang dibina posyandu dengan anak yang tidak
dibina oleh posyandu?
b) Ada
perbedaan persepsi antara mahasiswa lulusan SMU dengan mahasiswa lulusan SPK
terhadap penampilan Dosen keperawatan dikelas.
c) Tingkat
prestasi mahasiswa Akper yang tidur di Asrama lebih baik dari mahasiswa yang
tidur di luar asrama.
3) Hipotesa
Asosiatif (hubungan)
Suatu pernyataan yang
menunjukan dugaan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih.
Contoh
: Jika rumusan masalah sebagai berikut :
a) Bagaimanakah
hubungan antara pengetahuan dengan
perawatan payudara semasa nifas ?
b) Bagaimanakah
hubungan antara intelegensi dengan prestasi belajar?
c) Bagaimanakah
hubungan antara dukungan keluarga dengan terjadinya depresi pada usila ?
Dari
pernyataan ini dapat dirumuskan hipotesa
seperti berikut :
a) Ada
hubungan antara pengetahuan dengan perawatan payudara semasa nifas.
b) Ada
hubungan antara intelegensi dengan prestasi belajar.
c) Ada
hubungan antara dukungan keluarga dengan terjadinya depresi pada usila.
B. Populasi dan sampel
penelitian
a. Pengertian Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono. 2005 :
90). Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian
(Arikunto, 2002:108).
Populasi adalah keseluruhan dari variabel yang menyangkut masalah yang
diteliti (Nursalam. 2003).
Populasi ialah semua nilai baik hasil perhitungan maupun
pengukuran, baik kuantitatif maupun kualitatif, dari karakteristik
tertentu mengenai sekelompok objek yang lengkap dan jelas (Husaini Usman.
2006 : 181)
Populasi adalah seluruh individu yang menjadi wilayah penelitian akan
dikenai generalisasi” (I.B. Netra, 1974 hal 10).
Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan
benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada
obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang
dimiliki oleh subyek atau obyek yang diteliti itu. Dalam penelitian populasi
dibedakan menjadi 2 (Nana Syaodih Sukmadinata, 2009), yaitu: Populasi secara
umum dan populasi target (target
population). Populasi target adalah populasi yang menjadi sasaran
keterbelakukan kesimpulan penelitian kita (Nana Syaodih Sukmadinata, 2009).
Contoh:
-
Populasi
umum adalah seluruh dosen negeri di Yogyakarta
-
Populasi
targetnya adalah seluruh dosen MIPA di Yogyakarta
-
Maka
hasil penelitian kita tidak berlaku bagi dosen diluar Fakultas MIPA
Orang, benda, lembaga, organisasi, dsb. Yang menjadi
sasaran penelitian merupakan anggota populasi. Anggota populasi yang terdiri
dari orang-orang biasa disebut dengan subjek penelitian, sedangkan anggota
penelitian yang terdiri dari benda-benda atau bukan orang sering disebut dengan
objek penelitian.
b.
Jenis-
jenis Populasi
Populasi
memiliki parameter yakni besaran terukur yang menunjukkan cirri dari populasi
itu. Di antara yang kita kenal
basar-besaran : rata-rata, bentengan, rata-rata simpangan, variansi, simpangan
baku sebagai paremeter populasi. Parameter suatu populasi tertentu adalah tetap
nilainya, bila nilainya itu berubah, maka berubah pula populasinya.
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri
dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes
atau peristiwa-peristiwa sebagai sumberdata yang memiliki karakteristik
tertentu didalam suatu penelitian (Hadani Nawawi, 1983: 141). Kaitanya dengan
batasan tersebut, populasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Populasi terbatas atau populasi terhingga, yaitu populasi
yang memiliki batasan kuantitatif secara jelas karena memiliki karakteristik
yang terbatas. Misalnya 5.000.000 orang guru SMA pada awal tahun 1985, dengan
karakteristik; masa kerja 2 tahun, lulusan program Stara 1, dan lain-lain.
b. Populasi tak terbatas atau populasi tak terhingga, yaitu
populasi yang tidak dapat ditemukan batasanya , sehingga tidak dapat dinyatakan
dalam bentuk jumlah secara kuantitatif.
Misalnya, guru di Indonesia, yang berarti jumlahnya harus di hitung
sejak guru yang pertama ada sampai sekarang dan yang akan datang. Dalam keadaan
seperti itu jumlahnya tidak dapat dihitung, hanya dapat diganbarkan suatu objek
secara kualitas dengan karakteristik yang bersifat umum yaitu orang-orang,
dahulu, sekarang dan yang akan menjadi guru. Populasi
seperti ini disebut juga parameter.
Ada 2 macam populasi (Nana Syaodih
Sukmadinata, 2009), yaitu:
a. Populasi Target
Populasi target adalah
populasi yang dengan alasan yang kuat (reasonable)
memiliki kesamaan karakteristik dengan populasi terukur.
b. Populasi Terukur (accessable population)
Populasi terukur adalah
populasi yang secara ril dijadikan dasar dalam penentuan sampel dan secara langsung
menjadi lingkup sasaran keberlakuan kesimpulan.
Contoh:
-
Populasi
terukurnya adalah kemampuan bahasa anak usia 5 tahun di kabupaten Batul. Karena
tingkat kecerdasan, kematangan berbahasa, usia, lingkungan dan status sosial
ekonomi, anak-anak di kabupaten Batul sama dengan di Yogyakarta.
-
Populasi
targetnya adalah populasi anak usia 5 tahun di Yogyakarta
-
Kesimpulannya
adalah kemampuan berbahasa anak usia 5 tahun di kabupaten batul berlaku untuk
propinsi Yogyakarta
Selain itu,
populasi dapat di bedakan menjadi 2 (Margono, 1997), yaitu:
a. Populasi
teoritis (Theoritical population),
yaitu sejumlah populasi yang batasanya ditetapkan secara kuantitatif.
b.
Populasi yang tersedia
(Accessible population), yaitu
sejumlah populasi yang secara kuantitatif dapat dinyatakan dengan tegas
2.
Sampel
Sampel adalah sebagian untuk diambil dari keseluruhan obyek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Soekidjo. 2005 :
79).
Menurut Issac dan Michael didapatkan dari tabel penentuan jumlah sampel
dengan taraf signifikan 5%, bila populasinya sebanyak 25 maka sampel sebanyak
23 orang. (Sugiyono. 2005 : 98)
Sampel adalah sebagian objek yang diambil dari keseluruhan
objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. ( Notoatmojo, 2003
)
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (
Suharsimi Arikunto. 2002 : 109).
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut (). Sampel adalah kelompok kecil
yang secara nyata diteliti dan ditarik kesimpulan (Nana Syaodih Sukmadinata,
2009). Penelitian dengan menggunakan sampel lebih menguntungkan dibandingkan
dengan penelitian menggunakan populasi, karena penelitian dengan menggunakan
sampel lebih menghemat biaya, waktu dan tenaga. Dalam menentukan sampel langkah
awal yang harus ditempuh adalah membatasi jenis populasi atau menentukan
populasi target.
Ada
beberapa kekeliruan yang mengkibatkan bias dalam penarikan sampel (Nana Syaodih
Sukmadinata, 2009), antara lain:
1)
Dalam menentukan populasi
target
Contoh: populasi target dalam penelitian adalah guru ipa sma negeri,
tapi dalam penarikan sampel hanya dilakukan pada guru biologi saja.
2)
Karakteristik
sampel yang diambil tidak mewakili karakteristik populasi target
Contoh: penelitiannya adalah presepsi para
siswa terhadap pemberian layanan bk disekolah, tapi angketnya diberikan kepada
seluruh siswa termasuk siswa yang belum mendapatka layanan bk di sekolah.
3) Salah dalam menentukan wilayah
Contoh: populasi target adalah seluruh
diy, tapi dalam penarikan sampel hanya dilakukan di daerah pedesaan saja.
4)
Jumlah
sampel yang terlalu kecil, tidak proporsional dengan jumlah populasinya
5)
Kombinasi
dari beberapa kekeliruan diatas
b.
Ukuran
sampel
1. Pertimbangan
Ketepatan
jenis dan jumlah anggota sampel yang diambil akan sangat mempengaruhi keterwakilan (representativeness)
sampel terhadap populasi. Keterwakilan
populasi akan sangat menentukan kebenaran kesimpulan dari hasil penelitian.
Semakin besar ukuran sampel akan semakin mewakili populasi (Nana Syaodih
Sukmadinata, 2005). Biasanya para peneliti ingin bekerja dengan sampel sekecil
mungkin, karena semakin besar jumlah sampel yang digunakan maka akan semakin
besar pula biaya yang akan dikeluarkan, makin banyak tenaga yang digunakan dan
semakin lama waktu yang diperlukan.
Dalam
pengambilan sampel dibutuhkan sebuah pertimbangan dari berbagai aspek diatas,
sehingga sampel yang digunakan dapat mewakili populasi yang diteliti dan lebih
efisien. Contoh ukuran sampel melalui pertimbangan, antara lain:
·
Dalam
penelitian korelasional jumlah sampel (n) sebanyak 30 individu telah dipandang
cukup besar,
·
Dalam
penelitian kausal komperatif dan eksperimental, 15 individu untuk setiap
kelompok yang dibandingkan dipandang sudah cukup memadai
·
Dalam
penelitian survei, sampel sebanyak 100 individu untuk seluruh sampel baru cukup
memadai
2. Kebutuhan Sampel Besar
a. Jika terdapat sejumlah variabel yang tidak
bisa dikontrol.
Dalam variabel yang tidak dapat dikontrol, para peneliti mengatasinya
dengan sampel besar (Nana Syaodih sukmadinata, 2009). Contoh: Penelitian
tentang dampak pembelajaran dengan menggunakan website tehadap pengembangan
kreatifitas siswa SMA. Dalam penelitian tersebut meneliti dampak dari
macam-macam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan website, pengembangan
kegiatan dan penemuan hal baru. Dari beberapa kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan website akan terlibat beberapa faktor atau variabel lain seperti:
kecerdasan, kematangan, jenis kelamin, latar belakang sosial ekonomi,dll. Penelitian
dengan sampel besar memungkinkan mengadakan analisis yang berkenaan dengan
faktor-faktor tersebut.
b. Jika dalam penelitian terantisipasi adanya
hubungan atau perbedaan yang kecil.
Adanya perbedaan atau hubungan yang kecil bisa terabaikan jika ukuran
sampelnya kecil. Dengan menggunakan sampel besar, perbedaan atau
hubunga-hubungan yang kecil dapat terukur kebermaknaannya (signifikansinya).
Contoh: penelitian tentang perbedaan pengaruh penggunaan media terhadap
prestasi belajar para siswa di SMP. Jika sampelnya kecil tidak akan ditemukan
adanya perbedaan pengaruh, tapi jika menggunakan sampel besar kemungkinan akan
ditemukan adanya perbedaan.
c. Jika dalam penelitian dibentuk
kelompok-kelompok kecil.
Dalam beberapa penelitian eksperimental, tujuan penelitian tidak hanya diarahkan
pada penguji perbedaan pengaruh dari beberapa perlakuan yang diberikan tapi,
juga menguji perbedaan pengaruh satu atau lebih perlakuan tersebut terhadap
beberapa kelompok yang berbeda (Nana Syaodih Sukmadinata, 2009.
d. Menghindari penyusutan
Dalam proses penelitian sering terjadi penyusutan jumlah sampel. Makin
panjang masa penelitian berlangsung kemungkinan terjadinya penyusutan jumlah
sampel semakin besar. Untuk menghindari dampak penyusutan tersebut maka
diperlukan jumlah sampel yang besar. Upaya untuk mengurangi penyusutan antara
lain:
·
Tekankan
pada subjek sampel bahwa mereka jangan sampai mundur di tengah jalan
·
Tegaskan
pentingnya penelitian
·
Sebelum
mulai berpartisipasi mintalah kesediaan mereka untuk ikut sampai tuntas.
·
Adakan
kontak secara teratur untuk memelihara hubungan dan minat mereka
e. Jika diharapkan syarat-syarat keabsahan
secara statistik dipenuhi.
Dalam analisis statistik pengujian instrumen dan pengujian hipotesis
dituntut tingkat kepercayaan tertentu minimal 95% atau alpha 5% tapi lebih baik
kalau kepercayaan 99% atau alpha 1%. Untuk itu dalam mencapai tingkat
kepercayaan tersebut dituntut sampel yang besar.
f. Jika dalam penelitian dihadapkan pada
populasi yang sangat heterogen
Dalam penelitian diharapakan populasi yang heterogen sehingga sampel acak
yang sederhana dapat segera ditemukan. Contoh: populasi siswa, kita akan
berhadapan dengan perbedaan jenis sekolah, tingkat kelas, jurusan, usia, jenis
kelamin, tingkat kederdasan, minat, hobi ,dll. Penggunaan sampel yang besar
memberikan kemungkinan untuk dapat memperhatikan perbedaan dalam
variabel-variabel tersebut (Nana Syaodih Sukmadinata, 2009).
g. Jika reliabilitas dari variabel bebas
tidak terjamin
Dalam penelitian tidak selalu reliabilitas atau ketepatan hasil penelitian
itu bisa dijamin. Hal ini dikarenakan karakteristik variabel itu sendiri. Untuk
mengurangii dampak reliabilitas yang rendah dari variabel tersebut diperlukan
sampel berukuran besar.
Cara
menghitung jumlah sample
Konsep Slovin
Dalam
banyak buku yang mencantumkan rumus untuk menentukan ukuran sampel yang dibuat
Slovin, khususnya dalam buku-buku metodologi penelitian, sampai saat ini
penulis belum bisa memperoleh keterangan yang lengkap mengenai konsep dasar
yang dipakai membangun rumus tersebut. Dengan hanya mendasarkan pada rumus (1),
kalau tidak berusaha mencari keterangan lain dan mengetahui konsep dasar yang
digunakan untuk membuat rumus tersebut, maka belum bisa menjawab secara tepat
empat pertanyan mendasar tadi.
DAFTAR PUSTAKA
Husaini Usman. (2006). Pengantar Statistika. Jakarta :
PT Bumi Aksara.
Iskandar.
2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan
Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada Press.
Netra, Ida Bagus. 1974, Statistik Infrensial, Surabaya : Usaha Nasional
Nursalam. 2003. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian
Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Nasution. 2003. Metode Research (Penelitian Ilmiah).
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Margono. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta:
Rineka Cipta
Soekidjo Notoatmodjo. 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan.
Jakarta : Rineka Cipta
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung :
Alfabeta
Suharsimi Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek Edisi Revisi V. Jakarta : Rineka Cipta.
Sukardi. 2003. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Jakarta:
PT Bumi Aksara.
.2013.
Teknik Penelususran Kepustakaan. Http://samoke2012.wordpress.com/2012/09/24/teknik-penelusuran-tinjauan-pustaka/.
Diakses 5 Agustus 2013 jam 15.00 WITA
No comments:
Post a Comment