Juniartha Semara Putra
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
ANAK SEHAT (TUMBANG)
A.
Pengertian
Pertumbuhan merupakan peningkatan jumlah dan
ukuran sedangkan perkembangan menitikberatkan pada perubahan yang terjadi
secara bertahap dan tingkat yang paling rendah dan kompleks melalui proses
maturasi dan pembelajaran (Whalex dan Wone.2000)
Tumbuh kembang adalah suatu kesatuan proses
dimana seseorang anak tidak hanya tumbuh menjadi besar tapi berkembang menjadi
lebih terampil yang mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi saling
berkaitan dan sulit dipisahkan.
1. Pertumbuhan (growth) berkaitan
dengan masalah perubahan dalam jumlah, besar, ukuran/dimensi, tingkat sel organ
maupun individu yang bisa diukur berat, panjang, umur tulangdan keseimbangan
elektrolit.
2. Perkembangan (development) adalah bertambahnya
kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil antara lain proses pematangan
termasuk perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil dengan
lingkungan. Untuk terciptanya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada
potensi biologis, psikososial, dan perilaku yang merupakan proses yang unik dan
hasil akhir berbeda-beda yang memberi cirri tersendiri pada setiap anak.
Dalam Tumbang anak
perlu dilakukan berbagai macam imunisasi, dimana imunisasi merupakan usaha
memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh
agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu.
Sedangkan yang dimaksud vaksin adalah bahan yang di pakai untuk merangsang
pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan seperti
vaksin BCG, DPT, Campak, dan melalui mulut seperti vaksin Polio. Tujuan
diberikan imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit
sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat
mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu.
Diantara sekian banyaknya imunisasi yang
diperlukan anak, satu diantaranya adalah imunisasi BCG.
Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin)
Merupakan
imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit TBC yang berat
sebab terjadinya penyakit TBC yang primer atau yang ringan dapat terjadi
walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG, pencegahan imunisasi BCG untuk TBC yang
berat seperti TBC pada selaput otak, TBC milier (pada seluruh lapangan paru),
atau TBC tulang. Imunisasi BCG ini merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC
yang telah dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah 1 kali dan
waktu pemberian imunisasi BCG pada umur 0 – 11 bulan, akan tetapi pada umumnya
diberikan pada bayi umur 2 – 3 bulan, kemudian cara pemberian imunisasi BCG
melalui intradermal. Efek samping pada BCG dapat terjadi ulkus pada daerah
suntikan dan dapat terjadi limfadenitis regional dan reaksi panas.
B.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbang anak
1.
Faktor
keturunan (Herediter)
Merupakan
modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbang anak melalui instruksi
genetic dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan, gangguan
pertumbuhan selain disebabkan oleh kelainan kromosom (contoh; syndrome down,
syndrome turner) juga diakibatkan oleh factor lingkungan yang kurang memadai.
a. Seks : kecukupan dan
perkembangan pada anak laki-laki berbeda dengan perempuan
b. Ras : ras/suku bangsa dapat mempengaruhi
tumbang anak, beberapa suku bangsa memiliki karakteristik.
2.
Faktor
Lingkungan
a.
Lingkungan Internal
1.
Intelegensi
Pada
umunya intelegensi tinggi, perkembangan lebih baik dibandingkan jika
intelegensi rendah.
2.
Hormon
Ada
3 jenis hormone yang mempengaruhi anak yaitu somatotropik untuk pertumbuhan
tinggi badan terutama pada masa kanak-kanak, hormone tiroid menstimulasi
pertumbuhan sel interstitial testis, memproduksi testosterone dan ovarium
memproduksi estrogen yang mempengaruhi perkembangan dan reproduksi.
3.
Emosi
Hubungan
yang hangat dengan orangtua, saudara teman sebaya serta guru berpengaruh
terhadap perkembangan emosi, sosial, intelektual anak, cara anak berinteraksi
dengan keluarga akan mempengaruhi interaksi anak diluar rumah.
b. Lingkungan
Eksternal
1.
Kebudayaan
Budaya
keluarga /masyarakat mempengaruhi bagaiman anak mempersepsikan dan memahami
kesehatan berprilaku hidup sehat.
2.
Status
sosial ekonomi keluarga
Anak
yang berada dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang sosial ekonomi yang
rendah serta banyak punya keterbataan untuk memenuhi kebutuhan primernya.
3.
Nutrisi
Untuk
tumbang anak secara optimal memerlukan nutrisi adekuat yang didapat dari
makanan bergizi
4.
Iklim/cuaca
Iklim
tertentu dapat mempengaruhi status kesehatan anak
5.
Olahraga/latihan
fisik
Olahraga
berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan psikososial anak.
6.
Posisi
anak dalam keluarga
Posisi
anak sebagai anak tunggal, sulung, anak tengah, anak bungsu akan mempengaruhi
pola anak setelah diasuh dan dididik dalam keluarga
C.
Periode Perkembangan
Menurut Donna L. Wong
(2000) perkembangan anak secara umum terdiri dari :
1.
Periode
prenatal
Terjadi pertumbuhan yang cepat dan sangat penting
karena terjadi pembentukan organ dan system organ anak. Selain itu hubungan
antara kondisi itu memberi dampak pada pertumbuhannya.
2.
Periode
bayi
Periode ini terdiri dari neonatus (0-28 hari) dan
bayi (28-12 bulan). Pada periode ini pertumbuhan dan perkembangan yang cepat
terutama pada aspek kognitif, motorik dan social.
3.
Periode
kanak-kanak awal
Terdiri atas anak usia 1-3 tahun yang disebut
toddler dan pra sekolah 3-6 tahun. Toddler menunjukkan perkembangan motorik
yang lebih lanjut pada usia pra sekolah. Perkembangan fisik lebih lambat dan
relative menetap.
4.
Periode
kanak-kanak pertengahan
Periode ini dimulai pada usia 6-11 tahun dan
pertumbuhan anak laki-laki sedikit lebih meningkat daripada perempuan dan
perkembangan motorik lebih sempurna.
5.
Periode
kanak-kanak akhir
Merupakan
fase transisi yaitu anak mulai masuk usia remaja pada usia 11-18 tahun.
Perkembangannya yang mencolok pada periode ini adalah kematangan identitas
seksual dengan perkembangannya organ reproduksi.
D.
Perkembangan Anak Balita
Periode penting dalam tumbang anak adalah masa
balita. Perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, dan keadaan social
emosional dan intelegensi berjalan sangat cepat dan merupakan landasan
perkembangan berikutnya. Perkem-bangan
moral serta dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada masa-masa ini sehingga
setiap kelainan/penyimpangan seksual apapun. Apabila tidak terdeteksi dan tidak
ditangani dengan baik maka akan mengurangi kualitas perkembangan.
Kratenburg, dkk (1981) melalui DDST (Denver
Development Screening Test) mengemukakan 4 parameter perkembangan yang dipakai
dalam menilai perkembanagn anak balita yaitu :
1.
Personal sosial (kepribadian/tingkah laku sosial)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri,
bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan.
2.
Fine
motor adaptif (gerakan motorik halus)
Aspek yang b/d kemampuan anak untuk melakukan
gerakan yang melibatkan bagian tubuh dan dilakukan otot-otot kecil memerlukan
koordinasi yang cermat missal: ketrampilan menggambar.
3.
Language
(bahasa)
Kemampuan untuk memberi respon terhadap suara,
mengikuti perintah berbicara spontan.
4.
Gross
motor (motorik kasar)
Aspek
yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh. Beberapa “Milestone” pokok
yang harus diketahui dalam mengikuti taraf perkembangan secara awal. Milestone
adalah tingkat perkembangan yang harus dicapai anak umur tertentu misalnya:
a.
4-6
minggu :tersenyum spontan, dapat mengeluarkan suara 1-2 minggu kemuadian.
b.
10-16
minggu : menegakkan kepala, tengkurap sendiri, menoleh ke arah suara.
c.
20
minggu : meraih benda yang didekatkan kepadanya.
d.
26
minggu : dapat memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lain.
e.
9-10
bulan : menunjuk dengan jari telunjuk, memegang benda dengan jari telunjuk dan
ibu jari.
f.
13
bulan : berjalan tanpa bantuan, mengucapkan kata-kata tunggal.
KONSEP
DASARASUHAN KEPERAWATAN ANAK SEHAT (TUMBANG)
A.
PENGKAJIAN
1.
Pengkajian Identitas dan Riwayat Keperawatan
Identitas
Anak dan/atau Orang Tua
a.
Nama
b.
Alamat
c.
Telepon
d.
Tempat dan tanggal lahir
e.
Ras/kelompok entries
f.
Jenis kelamin
g.
Agama
h.
Tanggal wawancara
i.
Informan
Keluhan
Utama (KU)
Untuk
menjalani suatu imunisasi anak diharapkan dalam kondisi sehat jasmani dan
rohani karena akan dipenetrasikan antigen dalam imunisasi yang akan memicu
fungsi imunnya, namun seiring dengan kondisi anak yang rentan terhadap kontak
infeksi dari lingkungan, tidak menutup kemungkinan jika saat memasuki jadwal
imunisasi ia berada dalam kondisi sakit . Maka dari itu, perlu ditanyakan
apakah anak memiliki keluhan kesehatan baik secara langsung pada anak ataupun
orang tua/pengasuhnya beberapa saat sebelum diimunisasi. Keluhan ini dapat
dijadikan indikator apakah imunisasi harus dilanjutkan, ditunda sementara
waktu, atau tidak diberikan sama sekali.
Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Untuk
mendapatkan semua rincian yang berhubungan dengan keluhan utama. Jika saat ini
kesehatan anak baik, riwayat penyakit sekarang mungkin tidak terlalu menjadi
acuan, akan tetapi jika anak dalam kondisi tidak sehat, hal ini dapat dijadikan
kajian lebih lanjut untuk mengetahui status kesehatan anak saat ini, selain
untuk kepentingan imunisasi, hal ini juga dapat dijadikan panduan apakah anak
harus mendapat perawatan lebih lanjut mengenai penyakitnya.
Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)
Untuk
memperoleh profil penyakit anak, cedera-cedera, atau pembedahan sebelumnya yang
pada kesempatan ini akan digunakan sebagai petunjuk yang berarti dalam
pemberian imunisasi.
a.
Riwayat kelahiran (riwayat kehamilan, persalinan, dan
perinatal).
b.
Penyakit, cedera atau operasi sebelumnya.
c.
Alergi.
d.
Pengobatan terbaru.
e.
Imunisasi yang pernah didapatkan anak serta
pengalaman/reaksi terhadap imunisasi yang pernah didapat sebelumnya.
f.
Pertumbuhan dan perkembangan anak (Sebelum melakukan
imunisasi dapat pula dikaji pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga dapat
mengidentifikasikan indikasi imunisasi serta pendidikan kesehatan yang sesuai
dengan usia serta pola perilaku anak baik ditujukan secara langsung pada anak
ataupun keluarganya).
g.
Kebiasaan anak yang dapat memengaruhi kesehatannya.
Tinjauaan Sistem (TS)
Untuk
memperoleh informasi yang menyangkut adanya kemungkinan masalah kesehatan pada
anak, walau tampak jarang dilakukan saat akan diimunisasi, namun tinjauan ini akan
menjadi pilihan yang lebih baik selain pengkajian riwayat kesehatan anak karena
dalam pengkajian cenderung hanya berfokus pada informasi yang diberikan
anak/keluarga sedangkan kemungkinan terhadap kondisi kelainan yang ada pada
tubuh anak belum disadari olehnya dan juga keluarga, sehingga alangkah baik
jika sebelum diimunisasi anak mendapatkan tindakan pemeriksaan fisik untuk
peninjauan terhadap sistem tubuhnya. Tinjauan sistem meliputi:
a.
Menyeluruh/umum
b.
Integument
c.
Kepala
d.
Mata
e.
Telinga
f.
Hidung
g.
Mulut
h.
Tenggorokan
i.
Leher
j.
Dada
k.
Respirasi
l.
Kardiovaskuler
m.
Gastrointestinal
n.
Genitourinaria
o.
Ginekologik
p.
Muskuluskeletal
q.
Neurologik
r.
Endokrin
Riwayat pengobatan keluarga
Untuk
mengidentifikasi adanya faktor genetika atau penyakit yang memiliki
kecenderungan terjadi dalam keluarga dan untuk mengkaji pajanan terhadap
penyakit menular pada anggota keluarga dan kebiasaan keluarga yang dapat
memengaruhi kesehatan anak, seperti merokok dan penggunaan bahan kimia lain,
serta tingkat kewaspadaan keluarga saat anak mengalami sakit.
Riwayat Psikososial
Untuk
memperoleh informasi tentang konsep diri anak, terutama terfokus pada riwayat
imunisasi yang pernah ia dapatkan, apabila riwayat sebelumnya menyisakan
kerisauan pada anak maka akan lebih baik jika saat imunisasi berikutnya hal ini
diperbaiki untuk mengubah konsep anak terrhadap imunisasi, menanamkan padanya
bahwa hal ini penting untuk mencegah penyakit yang mungkin mendatanginya, serta
diperlukan keterlibatan keluarga yang dapat memberikan dukungan mental pada
anaknya sehingga anak tidak risau dalam menghadapi imunisasi.
Riwayat
Keluarga
Untuk
mengembangkan pemahaman tentang anak sebagai individu dan sebagai anggota
keluarga dan komunitas. Pengkajian juga berfokus pada sejauh mana keluarga
memahami tentang imunisasi yang akan diberikan pada anak, meliputi jenis
imunisasi, alasan diimunisasi, manfaat imunisasi, dan efek sampingnya. Hal ini
akan sangat membantu jika keluarga telah memahami pentingnya imunisasi sebagai
langkah penting yang diperlukan untuk mencegah penyakit pada anaknya. Untuk
beberapa keluarga yang belum begitu memahami imunisasi, hal ini dapat dijadikan
patokan untuk memberikan pendidikan kesehatan dalam pemahaman terhadap
imunisasi.
Pengkajiaan Nutrisi
Untuk
memperoleh informasi yang adekuat tentang asupan dan kebutuhan nutrisi anak
dalam kaitannya dengan kesehatan anak saat ini sebelum ia mendapatkan imunisasi
dan dapat dijadikan bahan untuk pendidikan kesehatan pasca imunisasi anak.
Pengkajian nutrisi meliputi pengkajian terhadap asupan diet dan pemeriksaan
klinis.
2.
Pengkajian Pertumbuhan dan Perkembangan
Pengkajiaan
pertumbuhan dan perkembangan anak bertujuaan mengumpulkan data-data yang
berkaitan dengan tumbuh kembang anak, sehingga dengan data yang ada, dapat
diketahui mengenai keadaan anak yang dapat membantu proses imunisasi dan juga
pendidikan kesehatan seputaran imunisasi anak. Dalam melaksanaakan pengkajiaan
atas pertumbuhan dan perkembangan anak, hal penting yang harus diperhatikan
adalah bagaimana mempersiapkan anak agar pemeriksaan berjalan lancar. Sebelum
melakukan pengkajiaan, prinsip-prinsip yang perlu di perhatikan dan dapat
diterapkan di lapangan adalah:
a.
Lingkungan/ruangan pemeriksaan tidak menakutkan, misalnya
memberikan warna dinding netral, cukup ventilasi, menjauhkan peralatan yang
menakutkan bagi anak, dan menyediakan makanan.
b.
Sebelum pengkajiaan sebaiknya disediakan waktu untuk
bermain agar anak menjadi kooperatif. Dalam hal ini, bukan berarti mengabaikan
tugas utama, tetapi untuk pendekatan agar anak tidak takut sehingga memudahkan
pemeriksaan.
c.
Pemeriksaan dapat dimulai dari bagian tubuh yang mudah
dan tidak menakutkan anak.
d.
Jika ada beberapa anak, mulailah dengan anak yang
kooperatif sehingga akan mengurangi rasa takut dari anak yang lain.
e.
Libatkan anak dalam proses pemeriksaan. Kita bisa
menjelaskan pada anak mengenai hal-hal yang perlu dilakukan pada dirinya.
Apabila mungkin, beri kesempatan anak untuk membantu proses pemeriksaan.
f.
Buat posisi pemeriksaan senyaman mungkin. Anak dapat
berbaring di pangkuaan orang tua.
g.
Berikan pujiaan kepada anak yang kooperatif. Hal ini
dapat merangsang anak yang lain agar tidak takut untuk diperiksa.
h.
Berikan pujian pada orang tua apabila anak maju dan
ibunya mengetahui nasehat petugas.
Prinsip-prinsip
tersebut hendaknya dipahami oleh setiap perawat sehingga memudahkannya dalam
melaksanakan pemeriksaan dan meminimalkan kecemasan pada anak. Setelah memahami
prinsip-prinsip ini, berikutnya adalah melakukan pengkajiaan pada anak. Hal-hal
yang perlu dikaji adalah
a.
Riwayat Pranatal
Perlu ditanyakan pada ibu apakah ada tanda-tanda resiko
tinggi saat hamil, seperti terinfeksi TORCH, berat badan tidak naik,
preeksklamsi, dan lain-lain, serta apakah ehamilannya dipantau berkala.
Kehamilan risiko tinggi yamg tidak ditangani dengan benar dapat mengganggu
tumbuh kembang anak. Dengan mengetahui riwayat prenatal maka keadaan anaknya
dapat diperkirakan.
b.
Riwayat Kelahiran
Perlu ditanyakan pada ibu mengenai cara kelahiran
anaknya, apakah secara normal, dan bagaimana keadaan anak sewaktu lahir. Anak
yang dalam kandungan terdeteksi sehat, apabila kelahirannya mengalami gangguan
(cara kelahiran dengan tindakan seperti forceps, partuss lama, atau kasep),
maka gangguan tersebut dapat mempengaruhi keadaan tumbuh kembang anak.
c.
Pertumbuhan Fisik
Untuk menentukan keadaan pertumbuhan fisik anak, perlu
diperlakukan pengukuran antropometri dan pemeriksaan fisik. Sebagaimana dalam
pembahasan sebelumnya, pengukuran antropometri yang sering digunakan di
lapangan untuk memantau tumbuh kembang anak adalah TB, BB, dan lingkar kepala.
Sedangkan lingkar lengan dan lingkar dada baru digunakan bila dicurigai adanya
gangguan pada anak. Apabila petugas akan mengkaji pertubuhan fisik anak, maka
petugas tersebut cukup mengukur BB, TB, dan lingkar kepala. Meskipun tidak
semua ukuran antropometri digunakan, berikut ini akan dijelaskan cara
pengukuran dari masing-masing ukuran antropometri:
a)
Berat Badan (BB)
Untuk menentukan berat badan anak, hal yang perlu
diperhatikan adalaah sebagai berikut:
1) Pengukuran
dilakukan dengan memakai alat timbangan yang telah ditera
(distandardisasi/dikalibrasi) secara berkala. Timbangan yang digunakan dapat
berupa dacin atau timbangan injak.
2) Untuk
menimbang anak yang berusia kurang 1 tahun, maka hal tersebut dilakukan dengan
posisi berbaring. Untuk anak yang berusia 1-2 tahun, dilakukan dengan posisi
duduk dengan menggunakan dacin. Untuk anak yang berusia lebih dari 2 tahun,
penimbangan berat badan dapat dilakukan dengan posisi berdiri.
Sedangkan cara pengukuran berat badan anak adalah:
1)
Lepas pakaian yang tebal pada bayi dan anak saat
pengukuran. Apabila perlu, cukup pakaian dalam saja.
2)
Tidurkan bayi pada meja timbangan. Apabila menggunakan
timbangan dacin, masukkan anak dalam gendongan, lalu kaitkan gendongan ke
timbangan.
Sedangkan apabila dengan berdiri, ajak anak untuk berdiri
di atas timbangan injak tanpa dipegangi.
3)
Ketika menimbang berat badn bayi, tempatkan tangan
petugas di atas tubuh bayi (tidak menempel) untuk mencegah bayi jatuh saat
ditimbang.
4)
Apabila anak tidak mau ditimbang, ibu disarankan untuk
menimbang berat badannya lebih dulu, kemudian anak digendong oleh ibu dan
ditimbang.
Selisih antara berat badan ibu bersama anak dan berat
badan ibu sendiri menjadi berat badan anak. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat
rumus berikut.
BB anak = (BB ibu dan anak) – BB ibu
5)
Tentukan hasil timbangan sesuai dengan jarum penunjuk
pada timbangan
6)
Selanjutnya, tentukan posisi berat badan anak sesuai
dengan standar yang berlaku, yaitu apakah status gizi anak normal, kurang, atau
buruk. Untuk menentukan berat badan ini juga dapat dilakukan dengan melihat
pada kurva KMS, apakah berat badan anak berada pada kurva berwarna hijau,
kuning, atau merah.
b)
Tinggi Badan (TB)
Untuk menentukan tinggi badan, cara pengukurannya dikelompokkan
menjadi untuk usia kurang dari 2 tahun dan usia 2 tahun atau lebih. Pengukuran
tinggi badan pada anak usia kurang dari 2 tahun adalah sebagai berikut :
1)
Siapkan papan atau meja pengukur. Tidak ada, dapat
digunakan pita pengukur (meteran).
2)
Baringkan anak terlentang tanpa bantal (supinasi),
luruskan lutut sampai menempel pada meja (posisi ekstensi).
3)
Luruskan bagian puncak kepala dan bagian bawah kaki
(telapak kaki tegak lurus dengan meja pengukur), lalu ukur sesuai dengan skala
yang tertera.
4)
Apabila tidak ada papan pengukur, hal ini dapat dilakukan
dengan cara memberi tanda pada tempat tidur (tempat tidur harus rata/datar)
berupa garis atau titik pada bagian puncak kepala dan bagian tumit kaki bayi.
Lalu ukur jarak antara kedua tanda tersebut dengan pita pengukur.
Sedangkan
cara pengukuran tinggi badan pada anak usia 2 tahun atau lebih adalah sebagai
berikut :
1)
Tinggi badan diukur dengan posisi berdiri tegak, sehingga tumit rapat,
sedangkan bokong, punggung, dan bagian belakang kepala berada dalam satu garis
vertikal dan menempel pada alat pengukur.
2)
Tentukan bagian atas kepala dan bagian kaki menggunakan
sebilah papan dengan posisi horizontal dengan bagian kaki, lalu ukur sesuai
dengan skala yang tertera.
c)
Lingkar Kepala
Ukuran kepala dinyatakan normal bila berada di antara
batas tertinggi dan terendah dari kurva lingkar kepala. Bila ukuran kepala
berada di atas kurva normal, berarti ukuran kepala besar (macrocephali),
sedangkan bila ukuran kepala di bawah kurva normal, berarti ukuran kepala kecil
(microcephali). Kurva lingkar kepala ini dibedakan antara laki-laki dan
perempuan. Adapun cara pengukuran lingkar kepala :
a.
Siapkan pita pengukur (meteran)
b.
Lingkakan pita pengukur pada daerah glabella (frontalis)
atau supraorbita bagian antrior menuju oksiput pada bagian posterior kemudian
tentukan hasilnya
c.
Cantumkan hasil pengukuran pada kurva lingkar kepala
d)
Lingkar Lengan Atas (lila)
Meskipun pengukuran lila jarang dilakukan, namun cara
pengukurannya perlu diketahui :
1)
Tentukan lokasi lengan yang akan diukur. Pengukuran
dilakukan pada lengan bagian kiri, yaitu pertengahan pangkal lengan dengan
siku. Pemilihan lengan kiri tersebut dengan pertimbangan bahwa aktivitas lengan
kiri lebih pasif dari pada lengan kanan, sehingga ukurannya lebih stabil.
2)
Lingkarkan alat pengukur pada lengan bagian atas (dapat
digunakan pita pengukur). Hindari penekanan pada lengan yang diukur saat
pengukuran.
3)
Tentukan besar lingkar lengan sesuai dengan angka yang
tertera pada pita pengukur.
4)
Catat hasil pengukuran pada Kartu Menuju Sehat (KMS) atau
status anak.
e)
Lingkar Dada
Sebagaimana lingkar lengan atas, pengukuran lingkar dada
jarang dilakukan. Pengukurannya dilakukan pada saat bernapas biasa (mid
respirasi) pada tulang Xifoidius (incisura subternalis). Pengukuran lingkar
dada ini dilakukan dengan posisi berdiri pada anak yang lebih besar, sedangkan
pada bayi dengan posisi berbaring. Cara pengukuran lingkar dada adalah sebagai
berikut :
1)
Siapkan pita pengukur
2)
Lingkarkan pita pengukur pada daerah dada.
3)
Catat hasil pengukuran pada KMS anak atau kartu yang
disediakan.
d.
Pemeriksaan fisik
Meskipun pemeriksaan fisik tidak dilakukan apabila
dilapangkan, namun petugas perlu mengetahui bahwa pemeriksaan fisik perlu
dilakukan agar keadaan anak dapat diketahui secara keseluruhan. Pemeriksaan
fisik dapat dimulai dari rambut, kepala, leher, dada, perut, genetalia,
ekstremitas. Selain itu, tanda-tanda vital dan keadaan umum perlu dikaji.
Pemeriksaan fisik pada pertumbuhan dan perkembangan ini adalah sama seperti
cara pemeriksaan fisik pada bayi dan anak. Oleh karena itu, pemeriksaan fisik
tidak dibahas secara khusus pada bagian ini.
e.
Perkembangan anak
Untuk mengkaji keadaan perkembangan anak, dapat digunakan
buku Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita sebagaimana telah dibahas
sebelumnya. Dari pedoman ini dapat diketahui mengenai keadaan perkembangan anak
saat ini, apakah anak berada dalam keadaan normal, meragukan, atau memerlukan
rujukan. Apabila anak memerlukan pemeriksaan lebih lanjut, maka dapat dilakukan
DDST yang dapat dibaca pada Buku Tumbuh Kembang oleh Soetjiningsih (1996).
f.
Data lain
Yang termasuk data lain adalah pola makan, pola aktivitas
anak, data penunjang lainnya, seperti pemeriksaan laboratorium, serta data yang
diperlukan terutama apabila anak berada di klinik.
Interpretasi
Hasil Pengukuran dan Tindakan yang Diperlukan
Setelah dilakukan pengkajian terhadap pertumbuhan dan
perkembangan pada bayi dan balita, terdapat interpretasi hasil sebagai berikut:
a.
Pertumbuhan dan perkembangan normal
Menurut Moersintowarti (2002), pertumbuhan anak dikatakan
normal apabila grafik berat badan anak berada pada jalur berwarna hijau pada
kalender balita (KMS) atau sedikit di atasnya. Arah grafik harus naik dan
sejajar mengikuti lengkungan jalur (kurva) berwarna hijau. Sementara,
pertumbuhan anak dikatakan ideal jika pertumbuhan yang ditetapkan dengan
pengukuran antropometri adalah BB/U; BB/M, dan lingkar kepala/U.
Perkembangan anak tergolong normal apabila umur dan
kemampuan/kepandaian anak sesuai dengan patokan yang berlaku. Berdasarkan
Pedoman Deteksi Tumbuh Kembang Balita, skor yang diperoleh saat pemeriksaan
harus berjumlah 9-10. Apabila menggunakan kalender balita (KMS), maka kemampuan
anak sesuai usia yang terdapat pada gambar. Sementara apabila menggunakan tes
DDST, anak dapat melewati tugas-tugas perkembangannya sesuai usia. Demikian
juga untuk pemeriksaan lainnya.
b.
Pertumbuhan dan perkembangan tidak normal
Pertumbuhan anak mengalami penyimpangan apabila grafik
berat badan anak berada jauh di atas warna hijau atau berada dibawah jalur
hijau, khususnya pada jalur merah. Ukuran antropometri lain yang mengikuti
biasanya adalah lingkar lengan atas dan lingkar lengan dada. Perkembangan anak
mengalami penyimpangan apabila kemampuan kepandaian anak tidak dicapai sesuai
dengan usianya, sehingga anak mengalami keterlambatan. Pada tes DDST, anak
tidak dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya, atau pada gambar kalender
balita (KMS), kemampuan anak tidak sesuai dengan usianya.
B.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Potensial perubahan pertumbuhan dan perkembangan
berhubungan dengan situasi yang terjadi di lingkungan
2.
Perilaku mencari bantuan kesehatan berhubungan dengan
kurang pengetahuan tentang peran sebagai orangtua baru
3.
Risiko terhadap cedera b/d keadaan tumbang dan
lingkungan.
4.
Potensial orang tua dalam meningkatkan kesehatan anak
berdasarkan tumbuh kembangnya.
5.
Gangguan rasa aman (cemas) b/d kurang pengetahuan ibu
tentang tumbang anak
6.
Kesiapan meningkatkan status imunisasi b/d keinginan
untuk meningkatkan status imunisasi
C.
PERENCANAAN
1.
Potensial perubahan pertumbuhan dan perkembangan
berhubungan dengan situasi yang terjadi di lingkungan
a.
Ajarkan orang tua tentang tugas perkembangan yang sesuai
dengan kelompok usia
Rasional: agar orang tua mampu melakukan tugas tumbang
pada anak
b.
Tingkatkan rangsangan dengan menggunakan berbagai
mainan dalam tempat tidur anak.
Rasional: mainan dapat meningkatkan rangsangan anak
dalam tumbang
c.
Berikan tindakan nyaman setelah prosedur yg menyebabkan
rasa takut.
Rasional: mengurangi rasa ketidaknyamanan
d.
KIE orang tua untuk kontrol setiap bulan.
Rasional: mengetahui adanya keluhan dalam tumbang anak
2.
Perilaku mencari bantuan kesehatan berhubungan dengan
kurang pengetahuan tentang peran sebagai orangtua baru.
a.
Jelaskan pada
orang tua tentang perawatan anak seperti makanan yang baik sesuai umur anak,
cara menggendong, cara memberikan ASI yang baik dan bagaimana menyendawakan
bayi.
Rasional: meningkatkan pemahaman orang tua terhadap
perawatanan anak
b.
Jelaskan bahwa keberadaan kedua orang tua sangat penting
sebagai role model anaknya.
Rasional: memberi pemahaman orang tua supaya bias
memberi contoh yang baik bagi anaknya
c.
Jelaskan pada orang tua tentang tahapan tumbuh kembang
yang harus dilewati anak sesuai dengan umurnya
Rasional: meningkatkan pemahaman orang tua terhadap
tumbang
3.
Risiko terhadap cedera b/d keadaan tumbang dan
lingkungan.
a.
Awasi anak saat makan, mandi, bermain, eliminasi
Rasional: mengurangi risiko cedera pada saat anak
beraktivitas
b.
Lindungi kaki anak dengan sandal/ sepatu
Rasional: mengurangi risiko cedera pada kaki anak
c.
Beri makanan yang aman untuk usia anak
Rasional: mencegah risiko keracunan makanan
d.
Periksa suhu air mandi sebelum dimandikan
Rasional: mengurangi risiko cedera yang diakibatkan
oleh air mandi yang terlalu panas
4.
Potensial orang
tua dalam meningkatkan kesehatan anak berdasarkan tumbuh kembangnya.
a.
Jelaskan pada orang tua tentang proses tumbang yang
terjadi
Rasional: meningkatkan pemahaman orang tua terhadap
tumbang
b.
Bantu ibu/ orang tua untuk mengerti dan mengetahui
tentang tahapan tumbang yang dilewati anak dengan masa pertumbuhandan
perkembangan
Rasional: agar orang tua mengetahui tentang tumbuh
kembang anaknya
c.
Anjurkan ibu membaca berbagai tips perawatan anak
Rasional: meningkatatkan pemahaman tentang perawatan
anaknya
5.
Gangguan rasa aman (cemas) b/d kurang pengetahuan ibu
tentang tumbang anak
a.
Bantu ibu mengetahui tahapan yang seharusnya terjadi pada
anak saat ini sesuai umur
Rasional: agar ibu paham tentang tumbang anaknya
b.
Bantu menurunkan tingkat kecemasan dengan informasi yang
diberikan
Rasional: mengurangi kecemasan ibu
c.
Beri dukungan pada ibu untuk tetap menjaga kesehatan
anaknya dan tetap memantau pertumbuhan dan perkembangan anak
Rasional: agar kesehatan anak tetap terjaga
6.
Kesiapan meningkatkan status imunisasi b/d
a.
Memberi penjelasan tentang imunisasi yang seharusnya
didapatkan oleh anaknya
Rasional:
meningkatkan pemahaman tentang imunisasi yang harus didapatkan oleh anak
b.
Memberi penjelasan tentang imunisasi tambahan yang dapat
diberikan kepada anaknya selain imunisasi yang harusnya didapatkan
Rasional:
memberikan pemahaman tentang imunisasi tambahan
c.
Menganjurkan ibu untuk memberikan imunisasi tambahan
untuk mencegah penyakit yang bisa diderita oleh anaknya
Rasional: mencegah penyakit
yang mungkin diderita anak.
D. PELAKSANAAN
Tindakan
keperawatan yang diberikan disesuaikan dengan rencana keperawatan.
E.
EVALUASI
A.
Dx 1 : Orang tua mengetahui tugas pekembangan anak yang
sesuai dengan kelompok usia.
B.
Dx 2 : Orang tua mengerti bagaimana cara merawat anaknya
C.
Dx 3 :Anak bebas dari cedera dan fraktur potensial
berbahaya diidentifikasi dan lingkungan rumah. Keluarga akan menekankan dan
mendemonstrasikan kegiatan yang aman di rumah.
D.
Dx 4 : Ibu tidak cemas dan mampu menggambarkan proses
tumbang pada anaknya dan informasi yang diberikan.
E.
Dx 5 :Orang tua mampu memahami dan dapat memantau harapan
perkembangan anak
F.
Dx 6 : ibu dapat
memberikan imunisasi tambahan yang bisa didapat oleh anaknya selain imunisasi
yang harus didapat oleh anaknya.
DAFTAR PUSTAKA
Berhrman, Kliegman, & Arvin.
2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson.
Jakarta. Buku Kedokteran EGC.
Carpenito,
Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa
Keperawatan Edisi 8.Jakarta: EGC
Hidayat, A.Z. 2011. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk
Pendidikan Kebidanan. Jakarta. Salemba Medika.
Kriteria Hasil NOC. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.
Muscari, Mary.E. 2005. Keperawatan Pediatrik. Jakarta. Buku
Kedokteran EGC.
Supartini. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta.
Buku Kedokteran EGC.
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta. Buku
Kedokteran EGC.
Wong, D.L,dkk. 2004. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik.
Jakarta. Buku Kedokteran EGC.
No comments:
Post a Comment