Juniartha Semara Putra
LAPORAN
PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA
PASIEN DENGAN APENDIKSITIS
A.
PENGERTIAN
Apendiksitis adalah radang apendiks, suatu tambahan seperti
kantung yang tak berfungsi terletak pada bagian inferior dari sekum. Penyebab
yang paling umum dari apendisitis adalah abstruksi lumen oleh feses yang
akhirnya merusak suplai aliran darah dan mengikis mukosa menyebabkan
inflamasi(Wilson&Goldman,1989).
Apendiksitis merupakan penyakit prototip yang berlanjut
melalui peradangan, obstruksi dan iskemia di dalam jangka waktu bervariasi
(Sabiston,1995).
Apendiksitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut
pada kuadran bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah
abdomen darurat (Smeltzer, 2001).
B.
ETIOLOGI
Appendicitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik
tetapi ada factor-faktor prediposisi yang menyertai. Factor tersering yang
muncul adalah obtruksi lumen.
1. Pada umumnya obstruksi
ini terjadi karena :
a.
Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab
terbanyak
b.
Adanya faekolit dalam lumen appendiks
c.
Adanya benda asing seperti biji – bijian. Seperti biji
Lombok, biji jeruk dll
d.
Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumny
2.
Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli
dan streptococcus
3.
Laki – laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada
umur 15 – 30 tahun (remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan
jaringan limpoid pada masa tersebut.
4.
Tergantung pada bentuk appendiks
5.
Appendik yang terlalu panjang.
6.
Messo appendiks yang pendek.
7.
Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks.
8. Kelainan katup di
pangkal appendiks.
C.
PATHOFISIOLOGI
Apendisitis disebabkan
oleh penyumbatan lumen Apeendiks oleh hyperplasia, folikel limfoid, fekalit,
benda asing, striptur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya atau
neoplasma.
Obtruksi tersebut
menyebabkan mucus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin lama mukus
tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendik mempunyai keterbatasan
sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat
tersebut akan menhambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapidisis bakteri,
dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah akan terjadi apendik akut fokal yang ditandai oleh nyeri epdestrium. Bila sekresi mukus
terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat, hal tersebut akan menyebabkan
obstruksi vena, edem bertambah, dan bakteri akan menembus dinding. Peradangan
yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri
di daerah kanan bawah. Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi invak
dinding appendik yang diikuti dengan ganggren (Arif Mansjoer, 2000).
D. MANIFESTASI KLINIS
Adapun manifestasi klinis dari appendicitis yaitu :
1. Nyeri kuadran bawah
biasanya disertai dengan demam derajat rendah, mual, dan sering kali
muntah.
2.
Pada titik McBurney (terletak dipertengahan antara
umbilicus dan spina anterior dari ilium) nyeri tekan setempat karena tekanan
dan sedikit kaku dari bagian bawah otot rectum kanan.
3.
Nyeri alih mungkin saja ada, letak appendiks mengakibatkan
sejumlah nyeri tekan, spasme otot, dan konstipasi atau diare
4.
Tanda rovsing (dapat diketahui dengan mempalpasi kuadran kiri
bawah, yang menyebabkan nyeri pada kuadran kanan bawah)
5. Jika terjadi ruptur
appendiks, maka nyeri akan menjadi lebih menyebar, terjadi distensi abdomen akibat
ileus paralitik dan kondisi memburuk.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk menegakkan diagnosa pada appendicitis didasarkan atas
anamnesa ditambah dengan pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang
lainnya.
a. Gejala appendicitis
ditegakkan dengan anamnesa, ada 4 hal yang penting adalah :
a.
Nyeri mula – mula di epeigastrium (nyeri visceral) yang
beberapa waktu kemudian menjalar keperut kanan bawah.
b.
Muntah oleh karena nyeri visceral
c.
Panas (karena kuman yang menetap di dinding usus)
d.
Gejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu makan,
penderita nampak sakit, menghindarkan pergerakan di perut terasa nyeri.
2)
Pemeriksaan Laboratorium
a.
Leukosit meningkat sebagai respon fisiologis untuk melindungi
tubuh terhadap mikroorganisme yang menyerang pada appendicitis akut dan
perforasi akan terjadi leukositosis yang lebih tinggi lagi.
b.
Hb (hemoglobin) nampak normal
c.
Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan appendicitis
infiltrate
d.
Urine penting untuk melihat apa ada insfeksi pada ginjal.
3)
Pemeriksaan Radiologi
Pada foto tidak dapat
menolong untuk menegakkan diagnosaappendicitis akut, kecuali bila terjadi
peritonitis, tapi kadang kala dapat ditemukan gambaran sebagai berikut :
a.
Adanya sedikit fluid level disebabkan karena adanya udara dan
cairan
b.
Kadang ada fekolit (sumbatan)
c.
Pada keadaan perforasi ditemukan adanya udara bebas dalam
diafragma
4)
Pemeriksaan Tambahan
a.
Lokalisasi
Jika sudah terjadi perforasi, nyeri akan terjadi pada seluruh
perut,tetapi paling terasa nyeri pada titik Mc Burney. Jika sudah
infiltrat, insfeksi juga terjadi jika orang dapat menahan sakit, dan kita akan
merasakan seperti ada tumor di titik Mc. Burney
b.
Test Rectal
Pada pemeriksaan rectal toucher akan teraba benjolan dan
penderita merasa nyeri pada daerah prolitotomi.
F.
KLASIFIKASI
Apendik dapat dibagi
atas dua bagian yaitu.
a. Apendik
Akut : jarang ditemui pada anak dibawah 5 tahun dan orang tua diatas 50
tahun. Apendicitis dapat dibagi atas
tiga bagian :
1) Apendicitis acut focalik atau segmentalis.
Terjadi pada bagian distal yang meradang
seluruh rongga apendiks sepertiga distal berisi nanah.
2) Apendicitis acut purulenta diffusa.
Pembentukan nanah yang berlebihan jika
radangnya lebih hebat dan dapat terjadi mikrosis dan pembusukan yang disebut
appendicitis gangrenous. Pada
appendicitis gangrenous dapat terjadi perfulasi akibat mikrosis kedalam rongga
perut dan mengakibatkan peritonitis.
3) Apendicitis acut traumatic.
Disebabkan oleh karena trauma karena
kecelakaan pada operasi didapatkan tampak lapisan eksudat dalam rongga maupun
permukaan.
b. Appendicitis
kronik.
Appendicitis kronik dibagi atas dua bagian
antara lain :
1) Appendicitis cronik focalis.
Secara mikroskopis nampak fibrosis
setempat yang melingkar, sehingga dapat menyebabkan stenosis.
2) Appendicitis cronik obliterative.
Terjadi fibrosis yang luas sepanjang
appendiks pada jaringan sub mukosa dan sub serosa, sehingga terjadi obliterasi
(hilangnya lumen) terutama dibagian distal dengan menghilangnya selaput lender
pada bagian tersebut.
G. MANIFESTASI KLINIS
Sakit
di sekitar umbilicus dan epigastrium disertai anoreksia, nausea dan vomiting.
Beberapa jam kemudian diikuti oleh sakit perut di kanan bawah dengan diser atai
kenaikan suhu tubuh yang ringan.
Pada bayi dan anak –
anak (balita) tidak menunjukkan letak sakit tapi dirasakan menyentuh. Dalam 2 –
12 jam nyeri akan beralih kekwadran kanan bawah, yang akan menetap dan
diperbilat bila berjalan atau batuk.
Pada permulaan timbulnya penyakit belum ada keluhan abdomen yang
menetap, namun dalam beberapa jam nyeri abdomen kanan bawah akan semakin
progresif, dan dengan pemeriksaan seksama akan dapat ditunjukkan satu titik
dengan nyeri maksimal. Perkusi ringan
pada kuadran kanan bawah dapat membantu menentukan lokasi nyeri. Nyeri lepas dan spasme biasanya juga
muncul. Bila tanda rovsing positif akan
semakin meyakinkan diagnose klinis appendicitis.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1)
PENGKAJIAN
a. Data Subyektif
1) Sebelum operasi. Mengatakan
Nyeri daerah pusar menjalar ke daerah perut kanan bawah mual, muntah,
kembung Tidak nafsu makan,
demam Tungkai kanan tidak dapat diluruskan.
2) Sesudah operasi mengatakan :
a) Nyeri
daerah operasi
b) Lemas
c) Haus
d) Mual,
kembung
e) Pusing.
b. Data
Obyektif.
1) Pemeriksaan
fisik. (Posisi klien berbaring)
Inspeksi :
a) Klien
nampak kesakitan, penampilan (expresi) yang tidak ceria.
b) Pergerakan
sangat hati-hati pada yang acut.
c) Bila
berbaring kaki kanan sedikit ditekuk.
d) Klien
merasa sakit kalau disuruh menekuk kaki kanan.
2) Palpasi
a) Suhu
badan hangat diukur berkisar 37 – 38 C
b) Pemeriksaan
pada perut akan menunjukkan nyeri tekan pada perut kanan bawah.
c) Palpasi
ringan abdomen dari sisi kiri ke kanan memungkinkan pemeriksa vigiditas atau
devans muskuler ringan.
d) Bila
appendiks yang meradang terletak didalam pelpis maka nyeri tekan dapat
dideteksi dengan cara rektaltose.
3) Perkusi
:
Bila
diketuk pada kuadran kanan bawah klien akan menjerit, meringis karena sakit
yang hebat.
a) Sebelum operasi
v Nyeri tekan di titik Mc. Burney
v Wajah
mengkerut
v Perilaku
distraksi
v Respon
otomatis
v Spasme
otot
v Takhikardi,
takipnea
v Pucat,
gelisah
v Bising
usus berkurang atau tidak ada
v Demam
38 - 38,5 °
C
b) Sesudah operasi
v Terdapat luka operasi di kuadran kanan bawah abdomen
v Terpasang
infus
v Terdapat
drain/pipa lambung
v Bising
usus berkurang
v Selaput
mukosa mulut kering
2.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
a.
Nyeri
abdomen berhubungan dengan distensi
jaringan usus.
DS
: Mengeluh nyeri di daerah pusar menjalar ke daerah kanan bawah,menjadi lebih
berat saat melakukan aktivitas
DO
: Nyeri tekan di titik Mc Burney, wajah pasien meringis menunjukan expresi
nyeri,tungkai kanan tidak dapat diluruskan , pergerakan terbatas , abdomen
ditahan agar tidak nyeri
b.
Hiperthermi berhubungan dengan respon
inflamasi
DS
: Mengeluh badan demam
DO
: Peningkatan suhu tubuh 37 – 38,kulit teraba hangat
c.
Resiko kekurangan volume cairan b.d mual, muntah.
DS
: Mengeluh mual dan muntah
DO
: -
d.
Kecemasan
berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
DS
: Pasien mengatakan cemas,dan menanyakan hal – hal yang belum diketahui.
DO
: Gelisah,sering bertanya tentang prosedur pembedahan.
3.
PERENCANAAN KEPERAWATAN
a. Nyeri abdomen berhubungan dengan distensi
jaringan usus.
Outcome : Pasien akan mempertahankan kenyamanan selama perawatan
dengan kriteria
evaluasi dalam 1 – 2 jam intervensi penghilangan nyeri, persepsi subjektif
pasien tentang nyeri menurun, dibuktikan dengan skala nyeri, indikator-indikator obyektif, seperti men\ringis, wajah dan posisi
tubuh relaks (tidak ada/menurun).
Intervensi Keperawatan :
1) Kaji dan catat kualitas, lokasi dan durasi nyeri. Gunakan
skala nyeri dengan pasien dari 0 (tidak ada nyeri) – 10 (nyeri paling buruk).
Waspada tentang karakteristik ketidaknyamanan selama tahap – tahap berikut dari
appendicitis.
w Tahap Awal : Nyeri abdomen (baik epigastrik atau
umbilikal) mungkin tidak jelas atau menyebar, mual dan muntah : demam :
sensitifitas di atas area appendiks.
w Tahap Intermediet (akut) : Nyeri berpindah dari
epigastrium ke kuadran kanan bawah pada titik Mc. Burney dan meningkat dengan
berjalan atau batuk. Nyeri dapat disertai dengan sensasi konstipasi, anoreksia,
malaise, kadang – kadang diare, penurunan peristaltik usus juga terjadi.
w Appendicitis akut dengan perforasi : peningkatan kekakuan
abdomen.
R/.Berguna
dalam pengawasan keefektifan obat kemajuan penyembuhan. Perubahan pada
karakteristik nyeri menunjukan terjadinhya abses atau pertonitis memerlukan
upaya evaluasi medis dan intervensi.
2)
Berikan tindakan kenyamanan.latihan
relaksasi,napas dalam.
R /. Meningkatkan relaksasi dan meningkatkan
kemampuan koping pasien.
3) Pertahankan pasien puasa sebelum pembedahan
R/.
Menurunkan ketidaknyamanan pada peristaltic usus dini dan iritasi
gaster/muntah.
4)
Bantu
posisi pasien untuk kenyamanan optimal.
R/.menemukan kenyamanan pada posisi miring dengan lutut
ditekuk, sedangkan yang lain merasa nyerinya hilang apabila terlentang
dengan bantal di bawah lutut.
5)
Kompres
es pada daerah yang sakit.
R/.
Menghilangkan dan mengurangi nyeri melalui penghilangan rasa ujung saraf.
b. Hiperthermi
b.d respon inflamasi.
Outcome
: Pasien akan mempertahankan suhu tubuh yang normal selama dalam perawatan
dengan criteria 1-2 jam intervensi di berikan dapat dilihat tanda sebagai
berikut; suhu tubuh dalam batas normal 36-37, bebas dari kedinginan.
Intervensi
Keperawatan :
1)
Pantau suhu tubuh pasien
R/ Suhu 38 menunjukan proses
penyakit infeksi
2) Berikan
kompres hangat ,hindari penggunaan alcohol
R/ dapat membantu mengurangi demam
3) kolaborasi
pemberian anti piretik
R/ di gunakan utk mengurangi demam
dgn aksi sentralnya pada hipotalamus.
c. Kekurangan volume cairan b.d mual, muntah.
Outcome : Pasien akan mempertahankan keseimbangan cairan yang normal selama perawatan dengan kriteria
evaluasi dalam 1 – 2 jam intervensi diberikan dapat dilihat tanda sebagai
berikut : bibir tiadak kering, mukosa membran lembab, turgor kulit baik, tidak
kering.
Intervensi Keperawatan :
1)
Kontrol
TTV terhadap peningkatan suhu, peningkatan frekwensi nadi, hipotensi tiap 4
jam.
R/.
Tanda yang membantu mengindentifikasi volume intravascular
2)
Auskultasi bising usus catat kelancaran
flastus dan gerakan usus.
R/.
Indikator kembalinya peristaltic,kesiapan untuk pemasukan peroral
3)
Pasang infus dan
pipa lambung sesuai dengan program medik.
R/.
Mempertahankan volume sirkulasi dan memperbaiki ketidakseimbangan.
4)
Kontrol
cairan keluar dan masuk bila urin < 30/jam, laporkan dokter.
R/.
Memberikan informasi tentang status cairan/volume sirkulasi dan kebutuhan
pengantian.
5)
Berikan sejumlah kecil minuman dan
lanjutkan dengan diet sesuai toleransi.
R/.
Menurunkan iritasi gaster/muntah untuk meminimalkan kehilangan cairan
d. Kecemasan
b.d penurunan status kesehatan.
Outcome : Pasien akan meningkatkan pengetahuannya dengan
kriteria evaluasi pasien mengungkapkan pengetahuan tentang prosedur pembedahan
termasuk persiapan preoperasi dan sensasi dan perawatan
operasi dan mendemonstrasikan latihan pascaoperasi dan
menggunakan alat sebelum prosedur pembedahan atau pada kedaruratan selama
periode pascaoperasi segera.
Intervensi Keperawatan :
1)
Kaji
pemahaman pasien tentang diagnosis,
prosedur bedah, ritunitas preoperasi dan program pascaoperasi. Evaluasi tenatang hasrat pasien terhadap informasi tentang diagnosa dan prosedur.
R/.Memberikan
dasar pengetahuan pada pasien yang memungkinkan membuat pilihan utk informasi.
2)
Jelaskan
tentang diagnosa dan prosedu pembedahan sesuai kebutuhan.
R/
Informasi me3nurunkan cemas.
3)
Jelaskan
tentang peristiwa preoperasi :
w Dimana pasien akan berada sebelum, selama dan segera
setelah operasi.
w Obat – obatan preoperasi dan waktu pembedahan.
w Penatalaksanaan nyeri, termasuk sensasi yang akan
dirasakan.
w Pemasangan kateter, selang dan ala pemberian oksigen.
w Perubahan aktivitas posisi.
w Perlunya menghindari merokok selama periode preoperasi.
w Jam kunjungan dan lokasi ruang tunggu.
R/
Mengetahui apa yg diharapkan dapat menurunkan kecemasan.
4)
Jelaskan
aktivitas, latihan dan kewaspadaan pascaoperasi. Izinkan pasien kembali
mendemonstrasikan alat dan latihan berikut dengan cepat :
§ Napas dalam dan latihan batuk. .
§ Gerakkan naik turun dari tempat tidur.
R/
Mencegah kelemahan dan perasaan sehat.
5) Sebelum pasiena pulang, anjurkan tentang aktivitas yang akan dilakukan :
Meningkatkan aktivitas secara bertahap, menghindari
secara bertahap sesuai toleransi, menghindari mengangkat beban (> 5Kg),
menghindari mengemudi mobil (sering selama 4 – 6 minggu).
R/
Menghindari peningkatan tekanan intra abdomen yg tidak perlu.
6. Berikan waktu pada pasien untuk mengajukan pertanyaan dan
mengekspresikan perasaan.
R/
Meningkatkan proses belajar dan mengambil keputusan dan menurunkan kecemasan.
4.
IMPLEMENTASI
Implementasi disesuaikan dengan
perencanaan yang telah di buat.
5.
EVALUASI
Evaluasi disesuaikan dengan outcome.
DAFTAR PUSTAKA
Dougthy, D. B. et al
(1993) Gastrointestinal Disorders, Mosby, Toronto
Doengoes, M. E.
(2000), Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Perencanaan untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC, Jakarta.
Engram, Barbara.
(1991) Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Alih bahasa
Suharyati Samba, Volume I, EGC, Jakarta
Reeves, J. C. dkk
(2001), Keperawatan Medikal Bedah,
Penerjemah Joko Setyono, Salemba Medika, Jakarta.
1 comment:
LIKE THIS YA!!!
Post a Comment