Juniartha Semara Putra
R/ Menolong mengenali asal
kecemasan/ketakutan yang dialami
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
ARDS (ADULT RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME)
a. Definisi
Gangguan paru yang progresif dan tiba-tiba ditandai
dengan sesak napas yang berat, hipoksemia dan infiltrat yang menyebar dikedua
belah paru.
ARDS adalah cidera terhadap membrane pertukaran
gas, baik dari sisi alveoli ( inhalasi uap atau asap beracun , aspirasi )
maupun sisi kapiler ( sepsis, embolisme lemak ). (Cherniack, 1997)
b. Etiologi
ARDS berkembang sebagai akibat kondisi atau
kejadian berbahaya berupa trauma jaringan paru baik secara langsung maupun
tidak langsung. Peningkatan permeabilitas memungkinkan perembesan dari cairan
kaya protein ke dalam interstisium dan ruang alveolar. ARDS merupakan
manifestasi dari cidera organ multiple, terutama jika disebabkan oleh sepsis
atau trauma. (Cherniack, 1997)
Penyebab lain dari ARDS
adalah :
- Sindroma sepsis
- Aspirasi isi lambung
- Kelebihan dosis obat yang menimbulkan depresi kesadaran dan memerlukan pemantauan di unit perawatan intensif
- Hampir tenggelam
- Kontusi paru – paru
- Fraktur multiple yang berat
- Tranfusi darurat multibel
- Cidera kepala
Jika di temukan dua atau lebih factor resiko
kemungkinan ARDS diperkirakan berganda. Pasien dengan kegagalan organ multiple
seringkali demam, katabolic,dan asidemik. Demikian pula mengalami gangguan
nyata mekanisme inflamasi dan koagulasi. (Cherniack, 1997)
c. Manifestasi Klinik
a. Peningkatan
jumlah pernapasan
b. Klien
mengeluh sulit bernapas, retraksi dan sianosis
c. Pada
Auskultasi mungkin terdapat suara napas tambahan
d. Penurunan
elastisitas paru – paru
e. Penurunan
volume paru – paru
f. Hipoksemia
yang refrakter terhadap suplemen oksigen
d. Patofisiologi
Masalah
fisiologis utama yang ditimbulkan oleh ARDS adalah hipoksemia arteri, gangguan
pengeluaran CO2 dan gangguan kardiovaskuler. Kegagalan pernafasan
diduga sebagai suatu masalah pada satu atau lebih langkah yang diperlukan untuk
mempertahankan produksi pada tingkat mitokondria. Setiap kategori mekanistik
atama hipoksemia menyebabkan pada terjadinya desaturasi arterial ARDS :
hipoventilasi, gangguan difusi oksigen alveolar, ketidaksesuaian ventilasi
perfusi (V/Q), dan shuntdarah vena desaturasi yang abnormal ke sirkuit arteri
sistemik. Kkerusakan terhadap saluran pernafasan kecil dan membrana kapiler
alveoli mengganggu secara serius keseimbangan ventilasi dengan perfusi dengan
meningkatkan jarak antara ruang udara dan darah. Banyak unit paru tertutup atau
kolaps, karena itu menimbulkan shunt yang sebenarnya. Asidosis asam laktat dan
penurunan saturasi oksigen pada campuran darah vena merupakan hal yang khas
pada kegagalan transport oksigen. Kegagalan ambilan O2 berarti
ketidakmampuan jaringan untuk mengekstraksi dan menggunakan oksigen untuk
metabolisme.
Restriksi
cairan, tekanan positif akhir ekspirasi, dan cidera parenkim meningkatkan
ketidaksesuian ventilasi-perfisidan pembentukan ruang mati (dead space).
Barotraumas berhubungan dengan ventilator memperbesar rongga udara yang
terventilasi dengan mengorbankan perfusi, yang membantu terjadinya kegagalan
untuk mengeliminasi CO2.
Karena mekanisme pengiriman oksigen tergantung erat
pada keadekuatan perfusi, tiap kerusakan fungsi kardiovaskuler yang ditampilkan
dengan ARDS memperbesar krisis oksigenasi jaringan.
f. Penata Laksanaan Medis
Tujuan Terapi :
1. Support
pernapasan
2. Mengobati
penyebab jika mungkin
3. Mencegah
komplikasi.
Terapi :
1. Intubasi
untuk pemasangan ETT
2. Pemasangan
Ventilator mekanik (Positive end expiratory pressure) untuk mempertahankan
keadekuatan level O2 darah.
3. Sedasi
untuk mengurangi kecemasan dan kelelahan akibat pemasangan ventilator
4. Pengobatan
tergantung klien dan proses penyakitnya :
Inotropik
agent (Dopamine ) untuk meningkatkan curah jantung & tekanan darah.
Antibiotik
untuk mengatasi infeksi
Kortikosteroid
dosis besar (kontroversial) untuk mengurangi respon inflamasi dan
mempertahankan stabilitas membran paru.
- Kirimkan jumlah oksigen yang adekuat ke jaringan vital, tetapi tekankanlah resiko kerusakan iatrogenic pada paru-paru.
- Pemeriksaan ulang yang sering mengenal kebutuhan akan PEEP, tingkat kebutuhan ventilatorterakhir, FiO2 adlah penting
- Jagalah pasien dengan observasi ketat di sepanjang waktu dan pantau dengan cermat adanya perkembangan yang merugikan.
- Ingatlah kegagalan oksigenasi seringkali merupakan penyakit multisistem. Pembatasan cairan yang berat dapat menurunkan cairan paru – paru dan meningkatkan pertukaran oksigen tetapi secara bersama – sama mengganggu perfusi keginjal dan usus. (Cherniack, 1997)
g. tinjauan keperawatan
Pengkajian
Keadaan-keadaan
berikut biasanya terjadi saat periode
latent saat fungsi paru relatif masih terlihat normal (misalnya 12 – 24 jam
setelah trauma/shock atau 5 – 10 hari setelah terjadinya sepsis) tapi secara
berangsur-angsur memburuk sampai tahapan kegagalan pernafasan. Gejala fisik
yang ditemukan amat bervariasi, tergantung daripada pada tahapan mana diagnosis
dibuat.
Aktivitas & Istirahat
Subyektif : Menurunnya
tenaga/kelelahan
Insomnia
Sirkulasi
Subyektif : Riwayat
pembedahan jantung/bypass cardiopulmonary, fenomena embolik (darah, udara,
lemak)
Obyektif : Tekanan
darah bisa normal atau meningkat (terjadinya hipoksemia), hipotensi terjadi
pada stadium lanjut (shock).
Heart rate : takikardi biasa terjadi
Bunyi
jantung : normal pada fase awal, S2 (komponen pulmonic) dapat terjadi
Disritmia dapat terjadi, tetapi ECG
sering menunjukkan normal
Kulit
dan membran mukosa : mungkin pucat, dingin. Cyanosis biasa terjadi (stadium
lanjut)
Integritas Ego
Subyektif : Keprihatinan/ketakutan,
perasaan dekat dengan kematian
Obyektif : Restlessness,
agitasi, gemetar, iritabel, perubahan
mental.
Makanan/Cairan
Subyektif : Kehilangan selera makan, nausea
Obyektif : Formasi edema/perubahan berat badan
Hilang/melemahnya bowel sounds
Neurosensori
Suby./Oby. : Gejala truma kepala
Kelambanan mental, disfungsi motorik
Respirasi
Subyektif : Riwayat aspirasi, merokok/inhalasi gas,
infeksi pulmolal diffuse
Kesulitan bernafas akut atau
khronis, “air hunger”
Obyektif : Respirasi : rapid, swallow, grunting
Peningkatan kerja
nafas ; penggunaan otot bantu pernafasan seperti retraksi intercostal atau
substernal, nasal flaring, meskipun kadar oksigen tinggi.
Suara nafas : biasanya
normal, mungkin pula terjadi crakles, ronchi, dan suara nafas bronkhial
Perkusi
dada : Dull diatas area konsolidasi
Penurunan
dan tidak seimbangnya ekpansi dada
Peningkatan
fremitus (tremor vibrator pada dada yang ditemukan dengan cara palpasi.
Sputum
encer, berbusa
Pallor
atau cyanosis
Penurunan
kesadaran, confusion
Rasa aman
Subyektif : Adanya
riwayat trauma tulang/fraktur, sepsis, transfusi darah, episode anaplastik
Seksualitas
Suby./Oby. : Riwayat
kehamilan dengan komplikasi eklampsia
Kebutuhan belajar
Subyektif : Riwayat
ingesti obat/overdosis
Discharge Plan : Ketergantungan
sebagai efek dari kerusakan pulmonal, mungkin membutuhkan asisten saat
bepergian, shopping, self-care.
Study Diagnostik
-
Chest X-Ray
-
ABGs/Analisa gas darah
-
Pulmonary Function Test
-
Shunt Measurement (Qs/Qt)
-
Alveolar-Arterial Gradient (A-a gradient)
-
Lactic Acid Level
Prioritas Keperawatan
1.
Memperbaiki/mempertahankan fungsi respirasi optimal dan
oksigenasi
2.
Meminimalkan/mencegah komplikasi
3.
Mempertahankan nutrisi adekuat untuk
penyembuhan/membantu fungsi pernafasan
4.
Memberikan support emosi kepada pasien dan keluarga
5.
Memberikan informasi tentang proses penyakit, prognose,
dan kebutuhan pengobatan
Tujuan Keperawatan
1.
Bernafas spontan dengan tidal volume adekuat
2.
Suara nafas bersih/membaik
3.
Bebas sari terjadinya komplikasi
4.
Memandang secara realistis terhadap situasi
5.
Proses penyakit, prognosis dan therapi dapat dimengerti
Diagnosa Keperawatan
1. Tidak
efektifnya jalan nafas berhubungan dengan hilangnya fungsi jalan nafas,
peningkatan sekret pulmonal, peningkatan resistensi jalan nafas ditandai dengan
: dispneu, perubahan pola nafas, penggunaan otot pernafasan, batuk dengan atau
tanpa sputum, cyanosis.
2. Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan alveolar hipoventilasi, penumpukan cairan di
permukaan alveoli, hilangnya surfaktan pada permukaan alveoli ditandai dengan :
takipneu, penggunaan otot-otot bantu pernafasan, cyanosis, perubahan ABGs, dan
A-a Gradient.
3. Resiko
tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan penggunaan deuritik, ke-luaran
cairan kompartemental
4. Resiko
tinggi kelebihan volome cairan berhubungan dengan edema pulmonal non Kardia.
5. Gangguan
perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran balik vena dan penurunan
curah jantung,edema,hipotensi.
6. Pola
napas tidak efektif berhubungan dengan pertukaran gas tidak adekuat,pening
katan sekresi,penurunan kemampuan untuk oksigenasi dengan adekuat atau
kelelahan.
7. Cemas/takut
berhubungan dengan krisis situasi, pengobatan , perubahan status kesehatan,
takut mati, faktor fisiologi (efek hipoksemia) ditandai oleh mengekspresikan
masalah yang sedang dialami, tensi meningkat, dan merasa tidak berdaya,
ketakutan, gelisah.
8. Defisit
pengetahuan , mengenai kondisi , terafi yang dibutuhkan berhubungan dengan kurang informasi, salah
presepsi dari informasi yang ditandai dengan mengajukan pertanyaan , menyatakan
masalahnya.
PERENCANAAN
Dx 1.
Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan hilangnya fungsi jalan nafas,
peningkatan sekret pulmonal, peningkatan resistensi jalan nafas ditandai dengan
: dispneu, perubahan pola nafas, penggunaan otot pernafasan, batuk dengan atau
tanpa sputum, cyanosis.
Tujuan :
-
Pasien dapat mempertahankan jalan nafas dengan
bunyi nafas yang jernih dan ronchi (-)
-
Pasien bebas dari dispneu
-
Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan
-
Memperlihatkan tingkah laku mempertahankan jalan
nafas
Intervensi :
Independen
1. Catat
perubahan dalam bernafas dan pola nafasnya
R/ Penggunaan otot-otot
interkostal/abdominal/leher dapat meningkatkan usaha dalam bernafas
2. Observasi
dari penurunan pengembangan dada dan peningkatan fremitus
R/ Pengembangan dada dapat menjadi
batas dari akumulasi cairan dan adanya cairan dapat meningkatkan fremitus
3. Catat
karakteristik dari suara nafas
R/ Suara nafas terjadi karena
adanya aliran udara melewati batang tracheo branchial dan juga karena adanya
cairan, mukus atau sumbatan lain dari saluran nafas
4. Catat
karakteristik dari batuk
R/ Karakteristik batuk dapat
merubah ketergantungan pada penyebab dan etiologi dari jalan nafas. Adanya
sputum dapat dalam jumlah yang banyak, tebal dan purulent
5. Pertahankan
posisi tubuh/posisi kepala dan gunakan jalan nafas tambahan bila perlu
R/ Pemeliharaan jalan nafas bagian
nafas dengan paten
6. Kaji
kemampuan batuk, latihan nafas dalam, perubahan posisi dan lakukan suction bila
ada indikasi
R/ Penimbunan sekret mengganggu
ventilasi dan predisposisi perkembangan atelektasis dan infeksi paru
7. Peningkatan
oral intake jika memungkinkan
R/ Peningkatan cairan per oral
dapat mengencerkan sputum
Kolaboratif
1. Berikan
oksigen, cairan IV ; tempatkan di kamar humidifier sesuai indikasi
R/ Mengeluarkan
sekret dan meningkatkan transport oksigen
2. Berikan
therapi aerosol, ultrasonik nabulasasi
R/ Dapat
berfungsi sebagai bronchodilatasi dan mengeluarkan sekret
3. Berikan
fisiotherapi dada misalnya : postural drainase, perkusi dada/vibrasi jika ada
indikasi
R/ Meningkatkan drainase sekret
paru, peningkatan efisiensi penggunaan otot-otot pernafasan
4. Berikan
bronchodilator misalnya : aminofilin, albuteal dan mukolitik
R/ Diberikan untuk mengurangi bronchospasme,
menurunkan viskositas sekret dan meningkatkan ventilasi
Dx 2. Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan alveolar hipoventilasi, penumpukan cairan di permukaan
alveoli, hilangnya surfaktan pada permukaan alveoli ditandai dengan : takipneu,
penggunaan otot-otot bantu pernafasan, cyanosis, perubahan ABGs, dan A-a
Gradient.
Tujuan :
-
Pasien dapat memperlihatkan ventilasi dan
oksigenasi yang adekuat dengan nilai ABGs normal
-
Bebas dari gejala distress pernafasan
Intervensi :
Independen
1. Kaji
status pernafasan, catat peningkatan respirasi atau perubahan pola nafas
R/ Takipneu adalah mekanisme
kompensasi untuk hipoksemia dan peningkatan usaha nafas
2. Catat
ada tidaknya suara nafas dan adanya bunyi nafas tambahan seperti crakles, dan
wheezing
R/ Suara nafas mungkin tidak sama
atau tidak ada ditemukan. Crakles terjadi karena peningkatan cairan di
permukaan jaringan yang disebabkan oleh peningkatan permeabilitas membran
alveoli – kapiler. Wheezing terjadi karena bronchokontriksi atau adanya mukus
pada jalan nafas
3. Kaji
adanya cyanosis
R/ Selalu berarti bila diberikan
oksigen (desaturasi 5 gr dari Hb) sebelum cyanosis muncul. Tanda cyanosis dapat
dinilai pada mulut, bibir yang indikasi adanya hipoksemia sistemik, cyanosis
perifer seperti pada kuku dan ekstremitas adalah vasokontriksi.
4. Observasi
adanya somnolen, confusion, apatis, dan ketidakmampuan beristirahat
R/ Hipoksemia dapat menyebabkan
iritabilitas dari miokardium
5. Berikan
istirahat yang cukup dan nyaman
R/ Menyimpan
tenaga pasien, mengurangi penggunaan oksigen
Kolaboratif
1. Berikan
humidifier oksigen dengan masker CPAP jika ada indikasi
R/ Memaksimalkan pertukaran oksigen
secara terus menerus dengan tekanan yang sesuai
2. Berikan
pencegahan IPPB
R/ Peningkatan
ekspansi paru meningkatkan oksigenasi
3. Review
X-ray dada
R/
Memperlihatkan kongesti paru yang progresif
4. Berikan
obat-obat jika ada indikasi seperti steroids, antibiotik, bronchodilator dan
ekspektorant
R/ Untuk
mencegah ARDS
Dx 3
Resiko tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan penggunaan deuritik, keluaran cairan
kompartemental
Tujuan :
Pasien dapat menunjukkan keadaan volume cairan
normal dengan tanda tekanan darah, berat badan, urine output pada batas normal.
Intervensi :
Independen
1. Monitor
vital signs seperti tekanan darah, heart rate, denyut nadi (jumlah dan volume)
R/ Berkurangnya volume/keluarnya
cairan dapat meningkatkan heart rate, menurunkan tekanan darah, dan volume
denyut nadi menurun.
2. Amati
perubahan kesadaran, turgor kulit, kelembaban membran mukosa dan karakter
sputum
R/ Penurunan cardiac output
mempengaruhi perfusi/fungsi cerebral. Deficit cairan dapat diidentifikasi
dengan penurunan turgor kulit, membran mukosa kering, sekret kental.
3. Hitung
intake, output dan balance cairan. Amati “insesible loss”
R/ Memberikan informasi tentang
status cairan. Keseimbangan cairan negatif merupakan indikasi terjadinya
deficit cairan.
4. Timbang
berat badan setiap hari
R/ Perubahan
yang drastis merupakan tanda penurunan total body water
Kolaboratif
1. Berikan
cairan IV dengan observasi ketat
R/ Mempertahankan/memperbaiki
volume sirkulasi dan tekanan osmotik. Meskipun cairan mengalami deficit,
pemberian cairan IV dapat meningkatkan kongesti paru yang dapat merusak fungsi
respirasi
2. Monitor/berikan
penggantian elektrolit sesuai indikasi
R/ Elektrolit khususnya pottasium
dan sodium dapat berkurang sebagai efek therapi deuritik.
Dx 4.
Cemas/takut berhubungan dengan krisis situasi, pengobatan , perubahan status
kesehatan, takut mati, faktor fisiologi (efek hipoksemia) ditandai oleh
mengekspresikan masalah yang sedang dialami, tensi meningkat, dan merasa tidak
berdaya, ketakutan, gelisah.
Tujuan :
-
Pasien dapat mengungkapkan perasaan cemasnya
secara verbal
-
Mengakui dan mau mendiskusikan ketakutannya,
rileks dan rasa cemasnya mulai berkurang
-
Mampu menanggulangi, mampu menggunakan
sumber-sumber pendukung untuk memecahkan masalah yang dialaminya.
Intervensi
:
Independen:
1.
Observasi peningkatan pernafasan, agitasi, kegelisahan
dan kestabilan emosi.
R/ Hipoksemia dapat menyebabkan kecemasan.
2.
Pertahankan lingkungan yang tenang dengan meminimalkan
stimulasi. Usahakan perawatan dan prosedur tidak menggaggu waktu istirahat.
R/ Cemas berkurang
oleh meningkatkan relaksasi dan pengawetan energi yang digunakan.
3.
Bantu dengan teknik relaksasi, meditasi.
R/ Memberi
kesempatan untuk pasien untuk mengendalikan kecemasannya dan merasakan sendiri
dari pengontrolannya.
4. Identifikasi
persepsi pasien dari pengobatan yang dilakukan
R/ Menolong mengenali asal
kecemasan/ketakutan yang dialami
5. Dorong
pasien untuk mengekspresikan kecemasannya.
R/ Langkah
awal dalam mengendalikan perasaan-perasaan yang teridentifikasi dan terekspresi.
6. Membantu
menerima situsi dan hal tersebut harus ditanggulanginya.
R Menerima
stress yang sedang dialami tanpa denial, bahwa segalanya akan menjadi lebih
baik.
7. Sediakan
informasi tentang keadaan yang sedang dialaminya.
R/ Menolong pasien untuk menerima
apa yang sedang terjadi dan dapat
mengurangi kecemasan/ketakutan apa yang tidak diketahuinya. Penentraman hati
yang palsu tidak menolong sebab tidak ada perawat maupun pasien tahu hasil
akhir dari permasalahan itu.
8. Identifikasi
tehnik pasien yang digunakan sebelumnya untuk menanggulangi rasa cemas.
R/
Kemampuan yang dimiliki pasien akan meningkatkan sistem pengontrolan terhadap
kecemasannya
Kolaboratif
1. Memberikan
sedative sesuai indikasi dan monitor efek yang merugikan.
R/ Mungkin dibutuhkan untuk
menolong dalam mengontrol kecemasan dan meningkatkan istirahat. Bagaimanapun
juga efek samping seperti depresi pernafasan mungkin batas atau kontraindikasi
penggunaan.
Dx 5. Defisit
pengetahuan , mengenai kondisi , terafi yang dibutuhkan berhubungan dengan kurang informasi, salah
presepsi dari informasi yang ditandai dengan mengajukan pertanyaan , menyatakan
masalahnya.
Tujuan :
-
Pasien dapat menerangkan hubungan antara proses
penyakit dan terafi
-
Menjelaskan secara verbal diet, pengobatan dan
cara beraktivitas
-
Mengidentifikasi
dengan benar tanda dan gejala yang membutuhkan perhatian medis
-
Memformulasikan rencana untuk follow –up
Intervensi
:
Independen
1. Berikan
pembelajaran dari apa yang dibutuhkan pasien. Berikan informasi dengan jelas
dan dimengerti. Kaji potensial untuk kerjasama dengan cara pengobatan di rumah.
Meliputi hal yang dianjurkan.
R/
Penyembuhan dari gagal nafas mungkin memerlukan perhatian, konsentrasi dan
energi untuk menerima informasi baru. Ini meliputi tentang proses penyakit yang
akan menjadi berat atau yang sedang mengalami penyembuhan.
2. Sediakan
informasi masalah penyebab dari penyakit yang sedang dialami pasien.
R/ ARDS
adalah sebuah komplikasi dari penyakit lain, bukan merupakan diagnosa primer.
Pasien sering bingung oleh perkembangan itu, dalam k esehatan sistem respirasi
sebelumnya.
3. Instruksikan
tindakan pencegahan, jika dibutuhkan. Diskusikan cara menghindari overexertion
dan perlunya mempertahankan pola istirahat yang periodik. Hindari lingkungan
yang dingin dan orang-orang terinfeksi.
R/
Pencegahan perlu dilakukan selama tahap penyembuhan. Hindari faktor yang
disebabkan oleh lingkungan seperti merokok. Reaksi alergi atau infeksi yang
mungkin terjadi untuk mencegah komplikasi berikutnya.
4. Sediakan
informasi baik secara verbal atau tulisan mengenai pengobatan misalnya: tujuan,
efek samping, cara pemberian , dosis dan kapan diberikan
R/
Merupakan instruksi bagi pasien untuk keamanan pengobatan dan cara-cara pengobatan
dapat diikutinya.
5. Kaji
kembali konseling tentang nutrisi ; kebutuhan makanan tinggi kalori
R/ Pasien
dengan masalah respirasi yang berat biasanya kehilangan berat-badan dan
anoreksia sehingga kebutuhan nutrisi meningkat untuk penyembuhan.
6.
Bimbing dalam melakukan aktivitas.
R/ Pasien
harus menghindari kelelahan dan menyelingi waktu istirahat dengan aktivitas
dengan tujuan meningkatkan stamina dan cegah hal yang membutuhkan oksigen
yang banyak
7. Demonstrasikan
teknik adaptasi pernafasan dan cara untuk menghemat energi selama aktivitas.
R/ Kondisi
yang lemah mungkin membuat kesulitan untuk pasien mengatur aktivitas yang
sederhana.
8. Diskusikan
follow-up care misalnya kunjungan dokter, test fungsi sistem pernafasan dan
tanda/gejala yang membutuhkan evaluasi/intervensi.
R/ Alasan mengerti dan butuh untuk
follow up care sebaik dengan apa yang merupakan kebutuhan untuk meningkatkan
partisipasi pasien dalam hal medis dan mungkin mempertinggi kerjasama dengan
medis.
9.
Kaji rencana untuk mengunjungi pasien seperti kunjungan
perawat
R/
Mendukung selama periode penyembuhan
DAFTAR PUSTAKA
Cherniack.
1997. Terapi Mutakhir Penyakit Saluran Pernafasan. Dr. Lyndon Saputra (Ed). EGC
: Jakarata
Doengoes, M.E. 2000. Rencana
Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC. Jakarta.
Hudak, Gallo. 1997. Keperawatan
Kritis. Pendekatan Holistik.Ed.VI. Vol.I. EGC. Jakarta.
No comments:
Post a Comment