Juniartha Semara Putra
American Academy of Pediatrics & American College
of Emergency Physicians. (1993). Advanced pediatric life support: The
pediatric emergency medicine course. Dallas :
Author.
AIRWAYS POSITIONING
Tujuan
• Untuk mempertahankan dan memelihara kepatenan
jalan napas.
• Untuk menghilangkan obstruksi parsial
maupun total akibat kesalahan letak dimana lidah jatuh kebelakang
pharynx dan/atau epiglotis setingkat larynx.
Indikasi
Diinsikasikan
untuk klien tidak sadar dimana jalan napasnya tidak adekuat.
Kontraindikasi dan Perhatian
• Pada pasien trauma yg tidak
sadar atau pasien yang diketahui atau dicurigai mengalami cedera/trauma
leher, maka kepala dan leher harus dipertahankan dalam posisi netral
tanpa hiperekstensi leher. Gunakan jaw thrust atau chin-lift
utk membuka jalan napas pd situasi tsb.
• Positioning saja mungkin belum/tidak
mencukupi untuk mencapai, mempertahankan dan memelihara jalan napas agar tetap
terbuka. Intervensi tambahan, seperti suction atau intubasi, mungkin
diperlukan.
Macam
Airway Positioning
1. Head-tilt,
chin-lift
2. Jaw
thrust
3. Chin-lift
4. Sniffing
position
Prosedur
Airway Positioning ”Head-tilt, chin-lift”
1. Letakan/tempatkan pasien dalam posisi supine/terlentang.
2. Angkat dagu ke depan untuk memindahkan
mandibula ke depan sementara gerakan kepala pasien ke belakang dengan satu
tangan yang berada di dahi (lihat gbr. 1). Manuver ini mengakibatkan
hiperekstensi leher dan (kontraindikasi jika diketahui/dicurigai adanya trauma
leher)
Prosedur
Airway Positioning ”Jaw thrust” dan “Chin lift”
1. Jika manuver head-tilt, chin-lift
tidak berhasil atau tidak dapat digunakan, maka lakukan jaw thrust atau chin
lift.
2. Prosedur
jaw thrust:
a. Letakan/tempatkan pasien dalam posisi supine/terlentang.
b. Angkat mandibula ke depan dengan jari
telunjuk sambil mendorong melawan arkus zigomatik dengan ibu jari (lihat gbr.
2). Ibu jari memberikan
tekanan berlawanan untuk mencegah pergerakan kepala saat mandibula didorong ke
depan.
- Prosedur chin lift:
a. Letakan satu lengan (lengan kiri anda)
pada dahi untuk menstabilkan kepala dan leher pasien.
b. Pegang/tangkaplah mandibula pasien dengan
ibu jari dan jari lainnya (lengan kanan anda), kemudian angkat mendibula ke
arah depan (ligar gbr. 3).
c. Keji kembali (kaji ulang) kepatenan jalan
napas setelah dilakukan tindakan.
Pertimbangan Untuk Usia Tertentu
1. Untuk tindakan head-tilt, chin-lift
pada bagi (infant), tempatkan satu lengan pada dahi bayi dan angkat
kepala secara hati-hati ke belakang dalam suatu posisi netral. Leher akan
sedikit ekstensi. Ini disebut sebagai sniffing position (lihat
gbr. 4). Hiperekstensi pada leher bayi dapat menyebabkan gangguan atau
obstruksi jalan napas. Tempatkan
jari-jari di bawah bagian tulang dagu bawah, kemudian angkat mandibula ke atas
dan ke luar. Perhatikan agar mulut tidak tertutup atau terdorong pada jaringan
lunak di bawah dagu, karena dapat mengobstruksi jalan napas
2. Pada anak yang memperlihatkan gejala
epiglottitis, seperti demam tinggi, drolling, distres pernapasan, dsb,
jangan dipaksa pada posisi supine, yang akan menyebabkan obstruksi komplit
jalan napas. Biarkan anak untuk memelihara/mempertahankan posisi nyaman sampai
tindakan definitif pada jalan napas tersedia.
Komplikasi
• Jika jalan napas terteap terobstruksi,
suction perlu dilakukan, dan kemudian lakukan pemasangan OPA (oropharyngeal
airway, misal: gudel) atau nasopharyngeal airway.
• Cedera pada spinal dapat terjadi jika
dilakukan pergerakan pada kepala dan/atau leher pada pasien dengan cedera
servical.
• Jika jari-jari anda menekan terlalu dalam jaringan lunak di bawah dagu,
maka jalan napas akan terobstruksi.
Daftar Pustaka
Proehl, J.A. (1999). Eemergency
nursing procedures. (2nd ed.). Philadelphia :
W.B. Saunder Company.
Further
Reading :
American
Heart Association. (1994). Basic life support for healthcare providers. Dallas : Author.
Emergency
Nursing Association. (1993). Trauma nursing core course: Provider manual. (4th
ed.). Park Ridge :
Author
No comments:
Post a Comment