Juniartha Semara Putra
TINAJAUAN TEORITIS


bagian atas

Nyeri
kepala Ca Nasofaring Akses ke limfa dan pembuluh darah

istirahat tidur

Meningkatkan Hcl dalam lambung
Gangguan
komunikasi Akumulasi sekret Intake nutrisi

Muosa
faring radiasi yang tersu
menerus
jaringan
ASKEP CA
NASOFARING
BAB II
TINAJAUAN TEORITIS
- Konsep Dasar Keganasan
Kanker adalah suatu proses penyakit yang
bermula ketika sel abnormal diubah oleh mutasi genetik dari DNA seluler. Sel
abnormal ini membentuk klon dan mulai berploriferasi secara abnormal mengaaikan
sinyal-sinyal pengatur pertumbuhan dalam lingkungan sekitar sel tersebut,
kemudian dicapai suatu tahap dimana sel mendapatkan ciri-ciri intensif dan
terjadio peruibahan pada jaringan sekitar dan memeperoleh akses ke .limfe dan
pembuluh-pembuluh darah, melelui pem,bul;u darah tersebut sel dapat terbawa ke
daerah lain dalam tubuh untuk bermetastase pada bagian tubuh lain.
Membran sel pada sel kanker mengalami
gangguan yang mempengaruhi perpindahan masuk dan keluar cairan dari sel. Membran
sel dari sel-sel maligna juga mengandung protein yang disebut anti genm
spesifik tumor. Inti sel dari sel kanker seringkali besar dan bentuknya tidak
beraturan. Nukleolus lenih besar dan lebih banyak pada sel-sel maligan karena
meningkatnya sintesis RNA. Mitosis lebih sering pada sel-sel maligna sehingga
meningkatkan fraksi pertumbuhan dari populsi sel tumor. Sel-sel kanker juga
mengalami perubahan dari siklus adenosin monoposfat (AMP) dan siklus Gaunosin
Monoposfat (GMP).
- Konsep Dasar Keperawatan Kanker
Keperawatan kanker adalah suatu area
praktek yang mencakup semua kelompok usia dan spesialisasi keperawtan serta
dilakukan dalam beragam tatanan peraweatan, pelayanan kesehatan, meliputi
rumah, komunitas, institusi perawatan akut dan pusat-pusat rehabilitasi. Bidang
atau spesialisasi keperawatan kanker atau keperawatan onkologi memiliki
perkembangan yang sejajar dengan onkologis medis dan kemajuan terapeutik utama
yang telah terjadi dalam perawatan individu dengan kanker.
Lingkup, tangguang jawab dan tujuan dari perawatyan kanker adalah sama
beragan dan kompleksnya seperti spesialisai lainnya. Terdapat suatu tantangan
khusus yang menyatu dalam merawat individu dengan kanker karena dalam
masyarakat kita kata knker seringkali disamakan dengan nyeri dan kematian.
Mengidentifikasi seseorang terhadap kanker dan membuat tujuan realistik yang
dapat dicapai memungkinkan bekal utuk mendukung pasien dan keluarga melewati
rentang krisis fisik, emosional, budaya dan spiritual yang luas. Pencapaian hasil
yang diinginkan meliputi pemberia dukungan yang realistik pada mereka yang
menerima asuhan keperawatan dan dengan menggunakan standar-stndar praktek dan
proses keperwatan sebagai dasar asuhan.
- Konsep Dasar Ca Nasofaring
1. Pengertian
Kanker nasofarig adalah suatu masa dalam nasofaring dan seringkali
tenang sampai masa ini mencapai ukuran yang cukup mengganggu struktur
sekitarnya ( Boies, 1997: 323 ).
Kanker nasofaring merupakan karsinoma sel skamosa yang mula-mula
terlihat sebagai masa yang berulserasi dan emgerosi kanker nasofaring,
menginvasi ke daerah tengkorak dan bermetastase ke nodus limfatikus dalam
satadium dini. Sehingga sering terlihat sebagai benjolan metastasis di leher
atau sebagai paralisis saraf otak tersendiri (dr. Petrus Andrianto, 1998: 372).
Dari kedua pengertin diatas dapat
disimpulkan bahwa kanker nasofaring adalah suatu massa dalam nasofaring yang merupakan
karsinoma sel skuamosa yang menginvasi ke daerah tengkorak dan bermetastase ke
nodus limfatikus sehingga sering terluhat sebagai benjolan metastase di leher
yang cukup mengganggu srtuktur sekitarnya.
2.
Anatomi Fisiologi
Anatomi dan Fisiologi Sistem pernafasan
Pernafasasn (respirasi)
adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen kedalam
tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2. sebagai
sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Penghisapan udara disebut inspirasi dan
menghembuskan disebut ekspirasi.
Fungsi pernafasan
Æ
Mengambil oksigen yang kemudian dibawa oleh
darah seluruh tubuh (sel – selnya) untuk mengadakan pembakaran.
Æ
Mengeluarkan karbon dioksida yang terjadi
sebagai sias adari pembakaran , kemudian di abewa oleh garah ke paru – paru
untuk dibuang
Æ
Menghangatkan dan melembabkan udara
Organ – organ pernafasan
Saluran pernafasan terdiri
dari hidung, faring, laring, trakea,
broncus, broncheolus dan alveolus. Saluran pernafasan dari hidung sampai
bronchiolus dilapisi oleh membrane mukosa yang bersilia.Ketika udara masuk
kdalam rongga hidung disaring, dihangatkan dan dilembabkan, Ketiga proses ini
merupakan fungsi utama dari mukosa respirasi yang terdiri dari epitel torax
bertinglat, bersilia dan bersel goblet
Hidung
Æ
Bekerja sebagai saluran udara pernafasan
Æ
Sebagai penyaring udara pernafasan yang dilakukan
oleh bulu – bulu hidung
Æ
Dapat menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa
Æ
Membunuh kuman – kuman yang masuk, bersama –
samaudara pernafasan oleh lekosit yang terdapat dalam selaput lender (mukosa
atau hidung)
Faring
Faring adalah pipa berotot
yang berjalan dari dasr tengkorak sampai persambungannya dengan esophagus pada
ketinggian kartilago krikoid. Maka letaknya dibelakang hidung (nasofaring),
dibelakang mulut (orofaring), dan dibelakang laring (laringofaring )fungsi
faring adalah Mengalirkan udara dari hidung ke laring
Laring
Laring merupakan rangkaian
cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot dan mengan dung pita suara.
Laring terletak didepan bagian terendah faring yang memisahkannya dari kolumna
vertebra, berjalan dari faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk
kedalam trachea dibawahnya.
Trakea
Trakea disokong oleh cicncin
tulang rawan yang berbentuk sepeti sepatu kuda yang panjangnya kurang lebih 5
inchi/9 cm
Bronchus
Bronchus utama kiri dan
kanan tidak simetris. Bronchus kanan lebih pendek dan lebih lebar dan
merupalkan kelanjutan dari trakea yang arahnya lebih vertical .Sebaliknya ,
bronchus kiri lebih panjang dan lebih sempit dan merupakan kelanjutan dari
trakea dengan sudut yang lebih tajam.
Alveolus
Merupakan inti dari
fungsi pernafasan ,karena pada alveolus
terjadi pertukaran oksigen dengan kapiler darah.
Fisiologi pernafasan :
Empat proses yang berhubungan dengan pernafasan
pulmonary :
1.
Ventilasi pulmonal atau gerak pernafasan yang menukar
udara dalam alveoli dengan udara luar
2. Arus darah melalui paru-paru
3. Distribusi arus udara dan arus darah
sesemikian sehingga jumlah tepat dari setiap udara dapat mencapai semua bagian
tubuh
4. Difusi gas yang menembusi membrane pemisah
alveoli dan kapiler. CO2
lebih nudah berdifusi dari pada O2
Anatomi
Fisiologi Nasofaring
Faring dibagi menjadi 3
bagian utama yaitu : nasofaring, orofaring dan laringofaring atau hipofaring.
Sepertiga bagian atas atau nasofaring
adalah bagian pernapasan dari faring dan tidak dapat bergerak kecuali
palatum mole bagian bawah. Ruang nasofaring yang relatif kecil terdiri dari
atau mempunyai hubungan yang erat dengan beberapa srtuktur yang secara klinis
mempunyai arti penting, yaitu :
a. Pada
dinding posterior meluas ke arah kubah adalah jaringan adenoid
b.Terdapat jaringan limfoid pada
dinding faringeal lateral dan pada resesus faringeus, yang dikenal dengan Fossa
Rosenmuller
c. Torus
tubarrius, refleksi mukosa faringeal di atas bagian kartilago saluran tuba
eustachius yang berbentuk bulat dan menjulang tampak sebagai benjolan seperti
ibu jari ke dinding lateral nasofaring tepat di atas perlekatan palatum mole
d.
Koana posterisor rongga hidung
e. Foramina
kranial, yang terletak berdekatan dan dapat terkena akibat perluasan dari
pnyakit nasofaring, termasuk foramen jugularis yang dilalui oleh saraf kranial
glosofaringeus, vagus dan assesoris spinalis.
f. Struktur
pembuluh daraha yang penting yang letaknya berdekatan termasuk sinus petrosus
inferior, vena jugularis interna, cabang-cabang meningeal dari oksipital dan
arteri faringeal asenden dan foramen hipoglosus yang dilalui saraf hipoglosus.
g.Tulang temporalis bagian petrosa dan
foramen laserum yang terletak dekat bagian lateral atap nasofaring
h.Ostium dari sinus-sinus sfenoid
3. Etiologi
Dapat ditemukan berbagi jenis tumor ganas nasofaring antara lain berbagi
jenis karsinoma epidermoid, adenokarsinoma, karsinoma adenoid kistik dll serta
berbagi jenis sarkoma dan limfoma malignum. Yang paling sering ditemukan
kira-kira 90 % adalah karsinoma epidemoid. Penyebab karsinoma ini masih nelum
diketahui lebih jelas. Kemungkinan bear penyebabnya adalah suatu jenis virus
yang disebut virus Epstein – Bar, akan tetapi selain dari itu juga terdapat
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor ganas ini, antara lain:
Ø
Faktor ras
Banyak ditemukan pada ras mongoloid terutama daerah
Cina bagian selatan, malaysia ,
Singapura dan Indonesia .
Ø
Faktor Genetik
Sering tumor ini atau tumor pada organ lain
ditemukan pada beberapa generasi sutu keluarga
Ø
Faktor Sosial Ekonomi
Faktor yang mempengaruhi adalah keadaan gizi, polusi
dll.
Ø
Faktor Kebudayaan
Kebiasaan hidup, cara memasak makanan serta
pemakaian berbagai bumbu masakan memengaruhi pertumbuhan tumor ini.
Ø
Faktor Geografis
Terdapat banyak di Asia Selatan, Afrka Utara, Eskimo
dan Yunani.
4. Tanda dan Gejala
Gejala
tumor ganas nasofaring dikelompokan dalam berbagai kelompok gejala seperti
telina, mata, hidung, neurologik dan pembesaran kelenjar leher.
Gejala di telinga terjadi
karena seringnya tumor tumbuh di fosa Rosenmuller. Dengan demikian timbul
gejala tinitus, penyumbatan tuba eustachius, otitis media serosa kronis. Gejala
di telina ini merupakan gejala awal. Akan tetapi sering pasien atau dokter yang
pertama memeriksa pasien ini mengabaikan kelainan ini, sehingga yang sering
ditemukan adalah pada stadium lebih lanjut telah terjadi metastase ke jaringan
getah bening leher.
Sering terjadi gejala
sumbatan di hidung yang didahului oleh gejala epistaksis yang berulang. Pada
keadaan lanjut tumor masuk ke dalam rongga hidung atau sinus paranasal.
Gejala di mata terjadi
karena tumor berfiltrasi ke rongga tengkorak, sehingga yang pertama terkena
adalah saraf otak III, IV, dan VI yaitu sarf yang mempersarafi otot mata
sehingga menimbulkan gejala diplopia.
Gejala
yang lebih lanjut adalah gejala neurologi karena infiltrasi tumor ke
intrakranial melalui foramen laserum, dapat mengenai saraf otot ke III, IV, V
dan VI. Pada keadaan lanjut akanmasuk ke foramen jugulare sehingga mengenai
saraf otak IX, X, XI dan XII dan bila keadaan ini terjadi progosisnya buruk.
5.
Patofisiologi
Metastase Nasofaring
saluran nafas Terjadi perubahan pada jaringan






Teraktivasinya RAS Pembesaran
jaringan Metastase
![]() |
|||||
![]() |
![]() |
||||
Gangguan pemenuhan Sumbatan jalan nafas Dilakukan terapi radiasi


Kompresi pita suara Kesulitan bernafas Efek sampingnya



Fungsi pita sura
tergganggu Tindakan trakheostomi mual
![]() |
![]() |
![]() |
Suara tidak terbentuk Peningkatan sekresi sekret Muntah
![]() |
|||||||
![]() |
![]() |
![]() |

Tidak
adekuat
Pengetahuan klien dan
Membutuhkan suction Sinar elektomagnetik
Keluarga kurang yang sering (Sinar alfa dan beta)
![]() |
![]() |
![]() |
Koping tidak efektif
Iritasi jariungan sekitar
Efek samping sinar


![]() |
Gangguan rasa aman cemas perdarahan
Mengakibatkan kerusakan

Timbul
bercak-bercak kehitaman
Kerusakan integritas
Terakumulasi
secret di tenggorokan
Media
masuknya mikroorganisme
Penurunan
daya than tubuh
Resiko
tingi infeksi
kulit
Perubahan pola napas hidung
Ke kanul tracheostomi
Bersihan jalan nafas tidak efektif
Dispneu
Gangguan oksigenasi
6. Penatalaksanaan
Setelah diagnosis dan stadium tumor ditegakkan maka
ditentukan tindakan yang akan diambil sebagai penanggulangannya, yaitu:
a.
Terapi radiasi
Hasil yang memuaskan dapat dicapai dengan terapi radiasi pada pasien yang
hanya mengalami satu gangguan pita suara yang sakit dan normalnya dapat
digerakkan (sat tonasi) selain itu pasien ini masih mempinyai suara yang hampir
normal. Beberapa mungkin mengalami kondritis (inflamasi kartilago) atau
stenosis, sebagian kecil dari mereka yang mengalami stenosis nantinya
membutuhkan laringektomi. Terapi radiasi digunakan untuk preopertif untuk
mengurangi ukuran tumor.
b.
Pemakaian sitostatika
Pemakaian sitostaika belum memuaskan biasanya jadwal
pemberian sitostatika tidak sampai selesai karena keadaan umum memburuk,
disamping harga obat ini yang relatif mahal, sehingga tidak terjangkau oleh
klien. Pengobatan untuk kondisi ini bervariasi sejalan dengan keluasan
malignasinya.
7.
Dampak Ca Nasofaring Terhadap Sistem Tubuh lain
a.
Sistem respiratori
Faring merupakan saluran
nafas bagian atas sebagai jalan udara dari dan ke paru-paru sewaktu bernafas.
Jika ada pembesaran pada daerah tersebut bisa saja mengakibatkan tersumbatnya
saluran pernafasan, bila hal ini teradi akan mengakibatkan jalan nafas tidak
efektif ditandai dengan adanya perubahan frekuensi nafas dan adanya stridor,
jika hal ini makin berat maka bisa saja dilakukan tindakan trakheostomi untuk
kelancaran pernafasan klien.
b.
Sistem cardiovaskuler
Tekanan darah bisa naik
dan bisa juga turun tergantung dari keadaan klien. Trombositopenia sering
terjadi akibat supresi sumsum tulang setelah kemoterapi atau terapi radiasi.
c.
Sistem pencernaan
Pada Ca Nasofaring yang
sudah membesar biasanya terjadi gangguan menelan sehingga diberikan makanan
cair .
d.
Sistem persyarafan
Jika Ca berinfiltrasi
dapat menyebabkan penekanan pada nervus IX, X, dan XI sehingga uvula tidak
dapat bergetar dan dapat mengakibatkan aspirasi, juga terjadi penurunan
pengecapan pada klien.
e.
Sistem penglihatan
Jika Ca bermetastase ke
rongga tengkorak kemungkinan nervus III, IV dan VI akan terganggu seperti
reaksi pupil terhadap cahaya melambat, pergerakan bola mata tidak teratur,
untuk melihat kekiri atau kekanan akan sulit atau tertahan dan juga akan
terjadi penurunan penglihatan.
f.
Sistem pendengaran
Sistem pendengaran akan
terganggu bila Ca bermetastase ke nervus VIII sehingga klien akan mengalami
gangguan pendengaran atau telinga berdenging.
g.
Sistem perkemihan
Bila hasil pemeriksaan
darah untuk fungsi ginjal menunjukan kelainan kemungkinan Ca sudah bermetastase
ke ginjal.
h.
Sistem muskuloskeletal
Metabolisme yang meningkat
pada Ca tonsil, asupan nutrisi yang berkurang mengakibatkan pembentukan energi
menurun sehingga energi yang digunakan untuk melakukan kontraksi berkurang dan
klien terbatas dalam pergerakan.
i.
Sistem integumen
Ca nasofaring bila
dilakukan terapi akan terjadi perubahan warna kulit di area penyinaran.
Sensitifitas kulit mungkin menurun, bila dilakukan tindakan kemoterapi
integritas kulit akan terganggu.
j.
Sistem reproduksi
Biasanya dengan adanya
perasaan nyeri pada klien dapat menyebabkan gangguan pada seksualitas.
- Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan adalah suatu metode
pemberian asuhan keperawatan yang logis dan sistematis, dinamis, dan teratur
yang memerlukan pendekatan, perencanaan, dan pelaksanan asuhan keperawatan yang
metodis dan teratur dengan mempertimbangkan ciri-ciri pasien yang bersifat
bio-psiko-sosial-spiritual maupun masalah kesehatannya. (Depkes R.I, 19942 :2).
Perawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan klien harus melalui proses keperawatan sesuai dengan teori dan
konsep keperawatan dan diimplementasikan secara terpadu dalam tahapan yang
terorganisir meliputi pengkajian, perencanaan keperawatan, tindakan
keperawatan, dan evaluasi.
1.
Pengkajian
- Identitas
·
Identitas klien yang meliputi : nama, umur,
jenis kelamin, agama, suku bangsa, status marital, pendidikan, pekerjaan,
tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, No Medrec, diagnosis dan alamat.
·
Identitas penanggung jawab yang meliputi : nama,
umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.
- Riwayat kesehatan
·
Keluhan utama
Biasanya
didapatkan adanya keluhan suara agak serak, kemampuan menelan terjadi penurunan
dan terasa sakit waktu menelan dan terdapat kekakuan dalam menelan.
·
Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan
informasi sejak timbulnya keluhan sampai klien dirawat di RS. Menggambarkan
keluhan utama klien, kaji tentang proses perjalanan penyakit sampai timbulnya
keluhan, faktor apa saja memperberat dan meringankan keluhan dan bagaimana cara
klien menggambarkan apa yang dirasakan, daerah terasanya keluhan, semua
dijabarkan dalam bentuk PQRST.
·
Riwayat kesehatan dahulu
Kaji
tentang penyakit yang pernah dialami klien sebelumnya yang ada hubungannya
dengan penyakit keturunan dan kebiasaan atau gaya hidup, misalnya pada
penderita Ca tonsil adanya kebiasaan merokok, minum alkohol, terpapar zat-zat
kimia, riwayat stomatitis yang lama, oral hygiene yang jelek, dan yang lainnya.
·
Riwayat kesehatan keluarga
Kaji
apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien atau
adanya penyakit keturunan, bila ada cantumkan genogram.
- Pola aktivitas sehari-hari
- Pemerikasaan fisik
Pemeriksaan fisik
dilakukan meliputi sistem tubuh secara menyeluruh dengan menggunakan tekhnik
inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
1)
Keadaan umum
Kaji
tentang keadaan klien, kesadaran dan tanda-tanda vital.
2)
Sistem respirasi
Jika Ca
sudah membesar dan menyumbat jalan nafas maka klien akan mengalami kesukaran
bernafas, apalagi klien dilakukan Trakheostomi, produksi sekret akan menumpuk
dan mengakibatkan jalan nafas tidak efektif dengan adanya perubahan frekuensi
nafas dan stridor.
3)
Sistem cardiovaskuler
Ca
nasofaring dengan pemasangan Trakheostomi dan produksi sekret meningkat, bila
dilakukan suction yang berlebihan dalam satu waktu dapat merangsang reflek
nerves sehingga mengakibatkan bradikardi dan biasanya terjadi peningkatan JVP.
4)
Sistem gastrointestinal
Dapat
ditemukan adanya mukosa dan bibir kering, nafsu makan menurun, penurunan berat
badan. Jika Ca sudah menyumbat saluran pencernaan dapat dilakukan tindakan
Gastrostomy.
5)
Sistem muskuloskeletal
Kekuatan
otot mungkin penuh atau bisa juga terjadi kelemahan dalam mobilisasi leher
karena adanya pembengkakan bila Ca sudah terlalu parah.
6)
Sistem endokrin
Mungkin
ditemukan adanya gangguan pada hormonal apabila ada metastase pada kelenjar
tiroid.
7)
Sistem persyarafan
Biasanya
ditemukan adanya gangguan pada nervus III, IV, dan VI yaitu syaraf yang
mempersyarafi otot-otot mata, nervus IX, X, XI dan XII yang mempersyarafi
glosofaringeal, vagus, asesorius dan hipoglosus. Biasanya bila ada nyeri yang
dirasakan klien dapat merangsang pada sistem RAS di formatio retikularis
sehingga menyebabkan klien terjaga.
8)
Sistem urinaria
Biasanya
tidak ditemukan adanya masalah, bila ada metastase ginjal, akan terjadi
penurunan fungsi ginjal.
9)
Sistem wicara dan pendengaran
Dapat
terjadi gangguan pendengaran yang disebabkan adanya sumbatan pada tuba
eustacius sehingga menggangu saluran pendengaran. Bila Ca sudah bermetastase
pada pita suara, maka klien tidak dapat berkomunikasi secara verbal.
10) Sistem integumen
Klien
yang mendapat terapi radiasi atau kemoterapi akan terjadi perubahan warna
hiperpigmentasi pada area penyianaran.
11) Sistem
reproduksi
Biasanya
dengan adanya perasaan nyeri, maka dapat menyebabkan gangguan pada sexualitas.
- Data psikologis
Ca tonsil dengan
pemasangan Trakheostomy dan atau Gastrostomy akan menimbulkan perasaan denial,
timbulnya perasaan rendah hati, dengan ditemukan data klien lebih suka diam dan
menarik diri.
- Data spiritual
Kaji tentang keyakinan
atau persepsi klien terhadap penyakitnya. Biasanya klien akan merasa kesulitan
dalam menjalankan ibadahnya.
- Data sosial
Biasanya didapatkan
interaksi klien dengan lingkungannya menjadi menurun dikarenakan adanya
penyakit yang diderita klien.
- Pemeriksaan diagnostik
·
Pemeriksaan radiologis, soft tissue leher AP
lateral.
·
Pemeriksaan CT Svan leher untuk determinasi
klinis ukuran danekstensi tumor.
·
Thorax foto untuk melihat ada tidaknya metastase
ke paru-paru.
·
PA untuk mengetahui jenis keganasan.
·
Laboratorium darah lengkap.
·
Pemeriksaan biopsi.
- Program dan rencana pengobatan
·
Pembedahan
·
Radiasi
·
Chemoterapy
2.
Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu
penyimpanan yang menggunakan respon manusia (status kesehatan, pola interaksi,
baik aktual maupun potensial sebagai individu atau kelompok dimana perawat
dapat mengidentifikasi dan melaksanakan intervensi secara legal untuk
mempertahankan status kesehatan).
Berdasarkan hasil studi kepustakaan dari berbagai
literatur, didapatkan diagnosa keperawatan yang muncul menurut (Doengoes,
marilyn E) :
1.
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
terdapatnya akumulasi sekret yang banyak dan mengental.
2.
Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan :
a.
Insisi bedah
b.
Pembengkakan jaringan
3.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan :
a.
Radiasi atau agen kemoterapi
b.
Pembentukan oedema
4.
Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan :
a.
Hambatan fisik (pemasangan trakheostomy)
b.
Ketidakmampuan berbicra
5.
Gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk menelan.
6.
Gangguan pemenuhan ADL : personal hygiene berhubungan
dengan keterbatasan aktifitas.
7.
Gangguan pemenuhan istirahat tidur berhubungan dengan
teraktivasinya RAS di formatio retikularis.
3.
Perencanaan
Perencanaan adalah keputusan tentang apa
yang dilakukan dalam membantu klien dalam menghadapi masalah yang dihadapinya,
terdiri dari : tujuan, intervensi, rasional, rencana ini disusun dengan
melibatkan klien, keluarga dan tim kesehatan lainnya. Adapun masalah dari intervensinya
adalah sebagai berikut :
1.
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan terdapatnya akumulasi
sekret yang banyak dan mengental.
Tujuan
:
Jalan
nafas efektif dengan kriteria evaluasi :
·
Jalan nafas efektif.
·
Suara nafas bersih.
·
Frekuensi nafas normal (16-20x / menit).
Intervensi
:
·
Tinggikan kepala 300 – 450
.
·
Dorong menelan bila klien mampu.
·
Dorong batuk efektif dan nafas dalam.
·
Hisap sekret melalui lobang Trakheostomy, oral
dan rongga mulut.
·
Observasi jaringan sekitar terhadap adanya perdarahan.
·
Ganti kanule sesuai indikasi.
2.
Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan :
a.
Insisi bedah.
b.
Pembengkakan jaringan.
Tujuan
:
Nyeri
hilang dengan kriteria evaluasi :
·
Klien terlihat rileks dan tidak mengeluh nyeri.
·
Skala nyeri menurun.
Intervensi
:
·
Sokong kepala dan leher dengan bantal.
·
Berikan tindakan yang nyaman, contohnya
memberikan pijatan pada punggung dan aktivitas hiburan seperti nonton TV.
·
Anjurkan penggunaan perilaku manajemen stress,
contoh : teknik relaksasi dan bimbingan imajinasi.
·
Berikan analgetik sesuai indikasi.
3.
Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan :
c.
Insisi bedah.
d.
Pembengkakan jaringan.
Tujuan :
Menentukan waktu
penyembuhan yang tepat komplikasi dengan kriteria evaluasi :
·
Luka didaerah pemasangan gastrostomy bersih.
·
Klien dan keluarga mengatahui cra perawatan
kulit daerah radioterapi.
Intervensi :
·
Beri penjelasan tentang perawatan pada area
eritematosa :
? Hindari penggunaan sabun,
kosmetik, parfum, bedak, lotion, dan salep deodorant.
? Hindari menggosok dan
menggaruk area sekitar leher.
? Hindari menempelkan botol
air panas, es dan plester adhesif pada area sekitar leher.
·
Anjurkan klien untuk menghindari pemakaian baju
yangberkeraj ketat.
4.
Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan :
a.
Hambatan fisik.
b.
Ketidakmampuan berbicara.
Tujuan :
Klien dapat menytakan
kebutuhannya dengan cara efektif dengan kriteria :
·
Klien dapat merencanakan pilihan metode
berbicara yang tepat.
·
Klien dapat menyatakan keinginannya dengan
tepat.
Intervensi
:
·
Berikan cara-cara yang tepat dan kontinue untuk
memenuhi kebutuhannya, misalnya dengan menyediakan bel sebagai alat untuk
memanggil perawat.
·
Berikan pilihan cara komunikasi yang tepat,
misalnya menggunakan pensil dan buku untuk menyatakan keinginan.
·
Berikan waktu yang cukup untuk berkomunikasi.
·
Libatkan keluarga dalam komunikasi dengan
pertanyaan tertutup, misalnya pertanyaan dengan jawaban “ya” atau “tidak”.
5.
Gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk menelan.
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi klien
terpenuhi dengan adekuat dengan kriteria
evaluas:
·
Berat badan meningkat.
·
Porsi makan klien habis.
·
Nilai laboratorium normal.
Intervensi
:
·
Beri penjelasan pada klien dan keluarga tentang
pentingnya makan bagi klien.
·
Anjurkan untuk makan makanan kecil dan tingkatkan
sesuai toleransi.
·
Kembangkan dan dorong lingkungan yang nyaman
untuk makan.
·
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet
sesuai indikasi.
6.
Gangguan pemenuhan ADL : personal hygiene berhubungan
dengan keterbatasan aktifitas.
Tujuan
:
Klien dapat melakukan
personal hygiene secara mandiri dengan kriteria evaluasi :
·
Klien mengetahui tentang pentingnya perawatan
diri.
·
Klien mampu melakukan aktifitas sendiri.
·
Keadaan badan klien bersih.
·
Rambut klien tersisir rapih dan bersih.
·
Kuku pendek dan bersih.
Intervensi
:
·
Berikan informasi pada klien tentang pentingnya
perawatan diri untuk orang yang sedang sakit.
·
Bantu dan fasilitasi klien dalam memenuhi
perawatan dirinya.
·
Bantu klien dalam memenuhi personal hygienenya
seperti : mandi, gosok gigi, dan gunting kuku.
·
Libatkan keluarga dalam menjaga perawatan diri
klien.
7.
Gangguan pemenuhan istirahat tidur berhubungan dengan
teraktivasinya RAS di formatio retikularis.
Tujuan
:
Kebutuhan
istirahat tidur klien terpenuhi dengan kriteria evaluasi :
·
Klien tidak tampak sayu.
·
Tidak tampak lingkaran hitam pada daerah
periorbital.
·
Klien dapat tidur dengan nyenyak.
·
Klien tidak sering terbangun dari tidurnya.
·
Jumlah jam tidur klien cukup 7 – 8 jam / hari.
·
Lingkungan sekitar klien tenang, aman dan nyaman
untuk klien tidur.
Intervensi
:
·
Jelaskan pada klien tentang pentingnya istirahat
tidur bagi klien.
·
Kurangi stimulus yang dapat menyebabkan klien
sulit tidur dengan menciptakan lingkungan yang tenang, aman dan nyaman untuk
klien tidur.
·
Atur posisi klien yang nyaman untuk tidur : berikan
posisi semifowler 300 – 450 untuk klien tidur.
·
Bimbing klien untuk berdo’a sebelum tidur.
4.
Implementasi
Implementasi / pelaksanaan pada klien
dengan gangguan sistem pencernaan post op gastrostomy akibat Ca tonsil
dilaksankan sesuai dengan perencanaan perawatan yang meliputi tindakan-tindakan
yang telah direncanakan oleh perawat maupun hasil kolaborasi dengan tim
kesehatan lainnya serta memperhatikan kondisi dan keadaan klien.
5.
Evaluasi
Evaluasi dilakukan setelah diberikan
tindakan perawatan dengan melihat respon klien, mengacu pada kriteria evaluasi,
tahap ini merupakan proses yang menentukan sejauah mana tujuan telah tercapai.
No comments:
Post a Comment