Juniartha Semara Putra
LAPORAN PENDAHULUAN
BRONKHITIS KRONIS
DEFINISI
Bronkitis kronik adalah inflamasi luas jalan
napas dengan penyempitan/hambatan jalan napas dan peningkatan produksi sputum
mukoid, menyebabkan ketidakcocokan ventilasi-perkusi dan menyebabkan sionasis.
Bronkitis didefinisikan sebagai adanya batuk produktif yang berlangsung 3 bulan
dalam satu tahun selama 2 tahun berturut-turut. Sekresi yang menumpuk dalam
bronkioles mengganggu pernapasan yang efektif. Merokok atau pemajanan terhadap
polusi adalah penyebab utama bronkitis kronik. Pasien dengan bronkitis kronik
lebih rentan terhadap kekambuhan infeksi saluran pernapasan bawah. Kisaran
infeksi virus, bakteri, dan mikoplasma yang luas dapat menyebabkan episode
bronkitis akut. Eksaserbasi bronkitis kronik hampir pasti terjadi selama musim
dingin. Menghirup udara yang dingin pasti dapat menyebabkan bronkospasme bagi
mereka yang rentan.
ETIOLOGI
Penyebab bronkitis
sampai sekarang masih belum diketahui dengan jelas. Pada kenyataannya
kasus-kasus bronkitis dapat timbul secara kongenital maupun didapat. Kelainan
kongenital dalam ini bronkitis terjadi sejak dalam kandungan. Faktor genetik
atau faktor pertumbuhan dan faktor perkembangan fetus memegang peran penting.
PATOFISIOLOGI
Asap mengiritasi jalan
napas, mengakibatkan hipersekresi lendir dan inflamasi. Karena iritasi dyang
konstan ini, kelenjar-kelenjar yang mensekresi lendir dan sel-sel goblet
meningkat jumlahnya, fungsi silia menurun dan lebih banyak lendir yang
dihasilkan. Sebagai akibat, bronkiolus menjadi menyempit dan tersumbat. Alveoli
yang berdekatan dengan bronkiolus dapat menjadi rusak dan membentuk fibrosis,
mengakibatkan perubahan fungsi makrofag alveolar, yang berperan penting dalam
menghancurkan partikel asing termasuk bakteri. Pasien kemudian menjadi lebih
rentan terhadap infeksi pernapasan. Penyempitan bronkial lebih lanjut terjadi
sebagai akibat perubahan fibrotik yang terjadi dalam jalan napas. Pada
waktunya, mungkin terjadi perubahan paru yang ireversibel, kemungkinan
mengakibatkan emfisime dan brokiektasis.
MANIFESTASI KLINIS
Batuk produktif, kronis pada bulan-bulan musim
dingin adalah tanda dini bronkitis kronis. Batuk mungkin dapat diperburuk oleh
cuaca yang dingin, lembab, dan iritan paru. Pasien biasanya mempunyai riwayat
merokok dan sering mengalami infeksi pernapasan.
EVALUASI DIAGNOSTIK
Riwayat kesehatan yang
lengkap, termasuk keluarga, pemajanan terhadap lingkungan, terhadap lingkungan,
terhadap bahan-bahan yang mengiritasi dan riwayan pekerjaan dikumpulkan,
termasuk kebiasaan merokok (jumlah bungkus per hari). Selain itu, pemeriksaan
gas-gas darah arteri, rontgen dada, dan pemeriksaan funsi paru dilakukan, juga
pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit.
Pemeriksaan funsi paru
menunjukkan penurunan kapasitas vital (VC) dan volume ekspirasi kuat (FEV ;
jumlah udara yang diekshalasi) dan peningkatan volume residual (RV ; udara yang
tersisa dalam paru-paru setelah ekshalasi maksimal), dengan kapasitas paru
total (TLC) normal atau sedikit meningkat. Hematokrit dan hemaglobin dapat
sedikit meningkat. Analisa gas darah dapat menunjukkan hipoksia dengan
hiperkapnia. Rontgen dada mungkin menunjukkan perbesaran jantung dengan
diafragma normal atau mendatar. Konsolidasi dalam bidang paru mungkin juga
terlihat.
PENATALAKSANAAN MEDIS
Objektif utama
pengobatan adalah untuk menjaga agar brinkiolus terbuka dan berfungsi untuk
memudahkan pembuangan sekresi bronkial untuk mencegah infeksi dan untuk
mencegah kecacatan. Perubahan dalam pola sputum (sifat, warna, jumlah,
ketebalan) dan dalam batuk adalah tanda yang penting untuk dicatat. Infeksi
bakteri kambuhan diobati dengan terapi antibiotik berdasarkan hasil pemeriksaan
kultur dan sensitivitas.
Untuk membantu membuang
sekresi bronkial, diresepkan bronkodilator untuk menghilangkan bronkospasme dan
mengurangi obstruksi jalan napas sehingga lebih banyak oksigen didistribusikan
ke seluruh bagian paru dan ventilasi alveolardiperbaiki. Drainase postural dan
perkusi dada setelah pengobatan biasanya sangat membantu, terutama jika
terdapat bronkiektasis. Cairan (yang diberikan per oral atau parenteral jika
bronkospasme berat) adalah bagian penting dari terapi, karena hidrasi yang baik
membantu untuk mengencerkan sekresi sehingga dapat mudah dikeluarkan dengan
membatukannya. Terapi kortikosteroid mungkin digunakan ketika pasientidak
menunjukkan keberhasilan terhadap pengukuran yang lebih konservatif. Pasien
harus menghentikan merokok karena menyebabkan brokokonstriksi, melumpuhkan
silia, yang penting dalam menbuang partikel yang mengiritasi dan menginaktivasi
surfaktan, yang memainkan peran penting dalam memudahkan pengembangan
paru-paru. Perokok juga lebih rentan terhadap infeksi bronkial.
PENCEGAHAN
Karena sifat bronkitis
kronik yang menimbulkan ketidakmampuan, setiap upaya diarahkan untuk mencegah
kekambuhan. Satu tindakan esensial adalah untuk menghindari iritan pernapasan
(terutama asap tembakau). Individu yang rentan terhadap infeksi saluran
pernapasan harus diimunisasi terhadap agens virus yang umum dengan vaksin untuk
influenza dan untuk S. pneumoniae. Semua pasien dengan infeksi traktus respiratorius atas akut
harus mendapat pengobatan yang sesuai, termasuk terapi antimikroba berdasarkan
pemeriksaan kultur dan sensitivitas pada tanda pertama sputm purulen.
Komplikasi
Ada beberapa komplikasi bronchitis yang dapat dijumpai pada pasien, antara lain :
Ada beberapa komplikasi bronchitis yang dapat dijumpai pada pasien, antara lain :
1.
Bronchitis kronik
2.
Pneumonia dengan atau
tanpa atelektaksis, bronchitis sering mengalami infeksi berulang biasanya
sekunder terhadap infeksi pada saluran nafas bagian atas. Hal ini sering
terjadi pada mereka drainase sputumnya kurang baik.
3.
Pleuritis. Komplikasi
ini dapat timbul bersama dengan timbulnya pneumonia. Umumnya pleuritis sicca
pada daerah yang terkena.
4.
Efusi pleura atau
empisema
5.
Abses metastasis diotak,
akibat septikemi oleh kuman penyebab infeksi supuratif pada bronkus. Sering
menjadi penyebab kematian.
6.
Haemaptoe terjadi kerena
pecahnya pembuluh darah cabang vena (arteri pulmonalis), cabang arteri (arteri
bronchialis) atau anastomisis pembuluh darah. Komplikasi haemaptoe hebat dan
tidak terkendali merupakan tindakan beah gawat darurat.
7.
Sinusitis merupakan
bagian dari komplikasi bronchitis pada saluran nafas.
8.
Kor pulmonal kronik pada
kasus ini bila terjadi anastomisis cabang-cabang arteri dan vena pulmonalis
pada dinding bronkus akan terjadi arterio-venous shunt, terjadi gangguan
oksigenasi darah, timbul sianosis sentral, selanjutnya terjadi hipoksemia. Pada
keadaan lanjut akan terjadi hipertensi pulmonal, kor pulmoner kronik,.
Selanjutnya akan terjadi gagal jantung kanan.
9.
Kegagalan pernafasan
merupakan komlikasi paling akhir pada bronchitis yang berat da luas.
10.
Amiloidosis keadaan ini
merupakan perubahan degeneratif, sebagai komplikasi klasik dan jarang terjadi.
Pada pasien yang mengalami komplikasi ini dapat ditemukan pembesaran hati dan
limpa serta proteinurea.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1. Bronkografi
2. Bronkoskopi
3. CT-Scan : ada/tidaknya dilatasi bronkial
2 comments:
hendri
http://perawatmasadepanku.blogspot.com
ok gan good articel....visit me back in http://perawatmasadepanku.blogspot.com
ea,,,
nanti saya akan kunjungi
Post a Comment