WHO AM I?

I PUTU JUNIARTHA SEMARA PUTRA POLTEKKES KEMENKES DENPASAR JURUSAN KEPERAWATAN

Saturday, May 5, 2012

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

Juniartha Semara Putra

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN



MATA AJARAN                     :   KEPERAWATAN ANAK DALAM KONTEKS KELUARGA
KODE MATA AJAR              :   321
BEBAN STUDI                       :   5 SKS
POKOK BAHASAN              :          
SUB POKOK BAHASAN      :   ASUHAN    KEPERAWATAN    PADA    ANAK    DENGAN
                                                    EPILEPSI
SASARAN                              :   PESERTA DIDIK AKPER
TINGKAT / SEMESTER        :   II / IV
WAKTU                                  :   1 X 50 MENIT



I.                    ANALISA DATA
A.     Jumlah Peserta Didik 100 Mahasiswa.
Latar belakang pendidikan SMU dan SPK
Peserta didik telah memiliki pengetahuan tentang :
1.      Konsep dasar tentang penyakit
2.      Pemeriksaan fisik
3.      Proses keperawatan
4.      Anatomi fisiologi

B.     Kelas
1.      Penerangan dan ventilasi cukup.
2.      Prasarana di Ruangan ( White Board, Spidol, OHP ).

C.     Pengajar
Sarjana Keperawatan, D-IV Perawat Pendidik Bidang Kekhususan Anak.

II.                 TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah mengikuti pembelajaran di kelas, peserta didik akademi keperawatan semester IV diharapkan mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada anak dengan Epilepsi dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.



III.               TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah mengikuti proses pembelajaran di kelas peserta didik diharapkan mampu :
1.      Menjelaskan pengertian Epilepsi dengan benar.
2.      Menyebutkan etiologi Epilepsi dengan benar.
3.      Menjelaskan patofisiologi Epilepsi dengan benar dan tepat.
4.      Menyebutkan pengkajian data pada anak dengan Epilepsi.
5.      Menentukan diagnosa keperawatan pada anak dengan Epilepsi.
6.      Menyusun rencana keperawatan pada anak dengan Epilepsi.
7.      Menentukan kriteria evaluasi tindakan keperawatan pada anak dengan Epilepsi.

IV.              MATERI
1.      Pengertian Epilepsi
2.      Etiologi dari Epilepsi
3.      Patofisiologi dari Epilepsi
4.      Pengkajian data pada anak dengan Epilepsi
5.      Diagnosa keperawatan pada anak dengan Epilepsi
6.      Rencana tindakan keperawatan pada anak dengan Epilepsi
7.      Kriteria evaluasi tindakan keperawatan dengan Epilepsi

V.                 METODE
1.      Ceramah / Diskusi
2.      Tanya Jawab

VI.              MEDIA / ALAT
1.      White Board, Spidol
2.      OHP
3.      Transparansi berisi
Ø  Konsep Dasar  :  Pengertian, Etiologi, Patofisiologi.
Ø  Pengkajian, diagnosa, perencanaan, evaluasi keperawatan anak dengan Epilepsi.

VII.            KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

TAHAP / WAKTU
KEGIATAN GURU
KEGIATAN PESERTA DIDIK

Persiapan
5 menit

·        Memberi Salam
·        Menjelaskan judul materi dan menyampaikan tujuan yang akan dicapai oleh peserta didik.

·        Menjawab Salam
·        Mempersiapkan dan men-catat
TAHAP / WAKTU
KEGIATAN GURU
KEGIATAN PESERTA DIDIK

Pelaksanaan
40 menit

·        Menerangkan kepada mahasiswa tentang pengertian, etiologi, patofisiologi

·        Mencatat

·        Menggali pendapat peserta didik tentang pengkajian yang dilakukan pada anak dengan Epilepsi .
·        Menyampaikn pendapatnya tentang pengkajian yang dilakukan pada anak dengan Epilepsi

·        Memberi penguatan pada peserta didik yang menjawab.
·        Mendengarkan

·        Menyimpulkan jawaban peserta
·        Memperhatikan dan men-catat

·        Menjelaskan pasien diagnosa keperawatan pada anak dengan Epilepsi
·        Memperhatikan, mende-ngarkan dan mencatat

·        Menggali pendapat peserta didik tentang diagnosa keperawatan pada anak dengan Epilepsi
·        Peserta didik menyam-paikan pendapat

·        Memberi penguatan pada peserta didik yang menjawab
·        Mendengarkan

·        Menyimpulkan jawaban peserta
·        Memperhatikan dan men-jawab

·        Menjelaskan rencana kepera-watan pada anak dengan Epilepsi
·        Memperhatikan, mende-ngarkan dan mencatat.

·        Menggali pendapat peserta didik tentang rencana keperawatan pada anak dengan Epilepsi
·        Peserta didik menyam-paikan pendapat

·        Memberi penguatan pada peserta didik yang menjawab
·        Mendengarkan

·        Menyimpulkan jawaban peserta
·        Memperhatikan dan men-jawab

·        Menjelaskan evaluasi kepera-watan pada anak dengan Epilepsi
·        Memperhatikan, mende-ngarkan dan mencatat.

·        Menggali pendapat peserta didik tentang evaluasi keperawatan pada anak dengan Epilepsi.
·        Peserta didik menyam-paikan pendapat
TAHAP / WAKTU
KEGIATAN GURU
KEGIATAN PESERTA DIDIK


·        Memberi penguatan pada peserta didik yang menjawab

·        Mendengarkan

·        Menyimpulkan jawaban peserta
·        Memperhatikan dan men-jawab
Penutup
10 menit
·        Memberi kesempatan pada peserta untuk menerangkan materi yang telah diberikan
·        Peserta didik menerangkan materi yang diberikan

·        Memberi penguatan pada peserta didik yang menjawab
·        Mendengarkan

·        Menyempurnakan hasil rang-kuman materi yang telah dikemukakan peserta didik
·        Memperhatikan dan men-catat

·        Test tertulis obyektif untuk tiap peserta didik
·        Mengerjakan

·        Memberi salam


VIII.         EVALUASI
1.      Prosedur Evaluasi
a.       Selama proses belajar mengajar tanya jawab secara lisan.
b.      Setelah selesai proses belajar mengajar dengan test formatif.

2.      Jenis Evaluasi
a.       Lisan
b.      Tertulis
c.       Bentuk test
d.      Lisan test
e.       Obyektif test

3.      Alat Test :  Soal test dengan jumlah soal 4.

IX.              DAFTAR PUSTAKA





ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN EPILEPSI



DEFINISI
Epilepsi adalah kejang yang bersifat kronik dengan keadaan yang berulang. (Whaley R.Wong, 1987)

ETIOLOGI

NON RECURRENT (AKUT)
·        Demam
·        Infeksi Intrakranial
·        Perdarahan Intrakranial
·        Edema serebral akut
·        Anoksia
·        Toksin
·        Gangguan Metabolit
-         Hipokalsemia
-         Hipoglikemia
-         Hiponatremia / hipernatremia
-         Hipomagnesemia

RECURRENT (KRONIK)
·        Epilepsi Idiopatik
·        Epilepsi Sekunder
-         Trauma kelahiran
-         Infeksi pada otak
-         Cacat Kongenital
-         Tumor otak
-         Perdarahan
-         Hipoksia
-         Gangguan metabolisme
-         Toksin
·        Hipoglikemia

WEB OF CAUTION

            Non rekuren                                                                                            Rekuren
 


Hantaran Listrik
 

Sel kuat mengaktifkan sel normal (masih berhubungan dengan Sinaps)

Eksitasi neural dari foskus Epilebtogenik
 

Batang otak
 


Kejang / Epilepsi


 



PARTIAL
GENERAL
TIDAK TERKLASIFIKASI
1.      Simple
-    Tidak ada gangguan kesadaran
-    Terjadi pada salah satu bagian tubuh
-    Sifat : sesaat
-    Sentakan bisa menye-bar ke bagian tubuh lain
2.      Kompleks
-    Terjadi gangguan ke-sadaran
-    Bingung / hilang ingatan selama masa kejang
-    Berputar-putar
-    Melakukan kegiatan yang tidak normal
-    Komat-kamit
-    Tidak berespon
-    Ketakutan
 

-    Resiko tinggi cidera
-    Cemas
-    Intoleransi aktivitas
 

-    Peruahan proses keluarga
-    Gangguan fungsi sensori
-    Resti aspirasi
-    Kurang pengetahuan


1.   Absense Seizure (Petitmal)
-    Gangguan kesadaran total
-    Pandangan kosong
-    Mata berkunang-kunang
-    Mata berkedip cepat
-    Pergerakan mengunyah  di mulut, hipersalivasi
-    Berakhir hanya beberapa detik
2.   Tonik-Klonik (Grandmall)
-    Ditandai oleh aura berupa suatu sensasi penglihatan atau pendengaran
-    Adanya jeritan epileptik
-    Menangis, jatuh, kaku
-    Sentakan otot
-    Nafas dangkal
-    Kontrol bladder dan bowel hilang
-    Terjadi 1’- 3’
-    Gejala sisa : bingung dan kelelahan.
3.   Mioklonik
-    Sentakan otot melibatkan sebagian / seluruh tubuh
-    Jatuh
4.   Atonik
-    Tiba-tiba / Kolaps (10” - 1’)
5.   Akinetik
-    Pergerakan berkurang
 


Masalah Keperawatan :
-    Resti Cidera
-    Pola nafas inefektif
-    Cemas
-    Intoleransi aktifitas

-         Gerakan mata yang berirama
-         Gerakan mengunyah
-         Gerakan berenang
 


Masalah Keperawatan
-         Cidera



PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan Laboratorium
1.      Pemeriksaan Darah : darah tepi, kadar gula darah dan elektrolit.
2.      Pemeriksaan Cairan Serebrospinalis (bila perlu) untuk mengetahui tekanan, warna, kejernihan, perdarahan, jumlah sel, hitung jenis sel, kadar protein dan gula NaCl.

Pemeriksaan Elektroensefalogram (EEG)
Ada hasil tertentu untuk pasien Epilepsi kelainan berupa Epilepsiform discharge atau Epilepsiform activity misalnya spike sharp wave, spike and wave, dsb.

Pemeriksaan Radiologis
Foto thorax untuk mengetahui kelainan tulang tengkorak, destruksi tulang, klasifikasi intrakranium yang abnormal, dan juga tanda peninggian tekanan intrakranial. Seperti pelebaran sutura, erosi sela tursika dan sebagainya.
Pneumoensefalografi dan ventrikulo graf dilakukan atas indikasi tertentu untuk melihat gambaran sistem ventrikel, sisterna, rongga subarachnoid serta gambaran otak. Hasilnya apakah terjadi atrofi otak, tumor serebri, hidrosefalus, araknoiditis dan sebagainya.
Arteriografi dilakukan untuk mengetahui pembuluh darah diotak, apakah ada neoplasma, hematom, abses, penyumbatan (trombosis), dan lain sebagainya.

PENATALAKSANAAN

Medik

a.       Pengobatan Kausal
Jika pasien masih menderita penyakit yang aktif misalnya tumor serebri, hematon subdural kronik diobati dulu.
Pasien epilepsi yang tidak dapat ditemukan lesinya (Idiopatik, kriptogenik) atau lesi tinggal sekuele misalnya sekuele akibat trauma lahir, meningoen sefalitis, diberi pengobatan yang ditujukan terhadap gejala epilepsi.

b.      Pengobatan Rumat
Diberikan obat anti konvulsan secara rumat, biasanya pengobata dilanjutkan sampai 2 tahun bebas serangan, kemudian obat dikurangi secara bertahap dan dihentikan dalam jangka waktu 6 bulan.
Obat yang dipakai untuk epilepsi yang dapat diberikan pada semua bentuk kejang :
  • Fenobarbital, dosis 3 – 8 mg/kg BB/hari
  • Diazepam, dosis 0,2 – 0,5 mg/kg BB/hari
  • Diamox (Asetazolamid), dosis 10 – 90 mg/kg BB/hari
  • Dilantin (difenilhidanton), dosis 5 – 10 mg/kg BB/hari
  • Mysolin (Primidion), dosis 12 – 25 mg/kg BB/hari
Bila menderita Spasme Infasifil diberikan :
  • Predison, dosisnya 2 – 3 mg/kg BB/hari
  • Deksametason, dosis 0,2 – 0,3 mg/kg BB/hari
  • Adrenokortikotropin, dosis 2 – 4 mg/kg BB/hari

Emergency Treatment
Kejang Tonik – Klonik
Selama serangan kejang :
·        Waktu episode serangan mendadak
·        Pendekatan dengan tenang
·        Jika anak berdiri / duduk, mengurangi anak turun / jatuh
·        Letakkan bantal / selimut yang terlipat di bawah kepala anak, jika tidak mungkin letakkan tangan kita di bawah kepala anak.
·        Jangan !!! berusaha untuk mengikat anak, memasukkan sesuatu ke dalam mulut anak, memberikan makanan / minuman.
·        Lepaskan pakaian yang membatasi
·        Lepaskan kacamata
·        Bersihkan area dari benda-benda yang membahayakan
·        Biarkan serangan berakhir tanpa interferensi
·        Jika anak muntah, balikkan anak ke satu sisi.

Setelah serangan :
·        Cek pernafasan, cek posisi kepala dan lidah, atur kembali posisi kepala bila kepala hipertensi, jika tidak bernafas beri nafas bantuan.
·        Jaga anak sampai kesadaran pulih seutuhnya
·        Jangan beri makan atau minum hingga sadar sepenuhnya dan reflek menelan kembali
·        Cek dalam mulut untuk melihat bila lidah dan bibir tergigit.

Serangan Kompleks Partial
Selama serangan mendadak :
·        Jangan diikat kecuali bila dalam keadaan bahaya
·        Pindahkan benda berbahaya atau melukai dari lokasi
·        Jangan cemas, bicara dengan tenang

Setelah serangan :
·        Tinggal dengan anak dan memastikan hingga kesadaran pulih sepenuhnya.

Hubungi EMS (Emergency Medical Service), bila :
·        Anak berhenti nafas
·        Serangan berakhir kurang dari 5’
·        Status epilepsi ada
·        Pupil tidak sama setelah serangan
·        Anak muntah terus menerus setelah 30’ serangan berakhir
·        Anak tidak bisa dibangunkan dan tidak berespon terhadap nyeri setelah serangan berakhir.
PENGKAJIAN
1.      Apakah yang terjadi selama serangan :
  • Apakah ada kehilangan kesadaran / pingsan
  • Apakah pasien menangis, hilang kesadaran, jatuh ke lantai
  • Apakah disertai komponen motorik seperti kejang tonik, kejang klonik, kejang tonik – klonik, kejang mioklonik, kejang atonik.
  • Apakah pasien menggigit lidah
  • Apakah mulut berbuih
  • Apakah mata atau kepala menyimpang pada satu posisi
  • Berapa lama gerakan tersebut, apakah lokasi atau sifatnya berubah pada satu sisi atau keduanya.
2.      Sesudah Serangan
  • Apakah pasien : Letargi, bingung, sakit kepala, gangguan bicara, dll.
  • Sesudah serangan apakah pasien masih ingat apa yang terjadi sebelum, selama dan sesudah serangan.
  • Apakah terjadi perubahan tingkat kesadaran, pernafasan atau frekwensi denyut jantung.
  • Evaluasi kemungkinan terjadi cedera selama kejang (memar, luka goresan).
3.      Riwayat Sebelum Serangan
  • Apakah ada rangsangan tertentu misalnya melihat TV, bernafas dalam, lapar, letih, obat-obatan tertentu.
4.      Riwayat Penyakit
  • Sejak kapan serangan terjadi
  • Pada usia berapa serangan pertama terjadi
5.      Riwayat Keluarga
  • Apakah ada yang menderita penyakit saraf dan penyakit lainnya
  • Apakah ada riwayat penyakit yang sama dalam keluarga
6.      Riwayat Kehamilan dan Persalinan
  • Apakah ibu menderita penyakit, perdarahan pervagina atau minum obat
  • Apakah letak sungsang atau melintang
  • Apakah kelahirannya sukar atau melalui bedah cesar, pakai cenam / vacum, apakah terjadi asfiksia.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan neuromuskular dan hipersalivasi
2.      Resiko cidera berhubungan dengan tipe kejang, aktifitas motorik dan kehilangan kesadaran.
3.      Cemas pada orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan keluarga tentang kejang dan manajemen kejang di rumah.
4.      Koping individu tidak efektif berhubungan dengan penyakit kronik, perasaan putus asa.
5.      Isolasi sosial berhubungan dengan malu menderita kejang
6.      Kelemahan berhubungan dengan ketidak mampuan mengontrol kejang.

RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa 1                 :  Bersihan   jalan   nafas   inefektif    berhubungan   dengan    kerusakan
   neuromuskular, Hipersalivasi.
Tujuan             :  Bersihan jalan nafas efektif
Kriteria Evaluasi        :  Aspirasi tidak terjadi, RR 20 – 40 x/menit.

INTERVENSI


RASIONAL
1.      Bantu klien untuk mengosongkan mulut dari benda asing (permen, makanan).

Untuk mengurangi resiko aspirasi atau tersedak  benda asing di faring
2.      Tempatkan klien pada posisi supine pada permukaan yang datar, miringkan kepala ke samping saat kejang

Untuk memudahkan drainase sekresi, mencega lidah jatuh.
3.      Longgarkan pakaian terutama di leher, dada dan abdomen

Memfasilitasi ekspansi dada dan pernafasan
4.      Masukkan spatel lidah/kayu/karet/kain yang lembut permukaannya

Untuk mencegah lidah tergigit dan memfasilitasi pernafasan
5.   Suction bila perlu

Mengurangi resiko aspirasi
6.   Kolaborasi : beri suplemen oksigen

Menghindari hipoksia serebral karena penurunan oksigen akibat spasme vaskuler.

Diagnosa 2                 :  Resiko  cedera  berhubungan  dengan  tipe kejang, aktifitas motorik dan
   kehilangan kesadaran.
Tujuan             :  Cedera tidak terjadi

INTERVENSI


RASIONAL
Tindakan pencegahan pada pasien kejang.
·        Beri penghalang pada sisi tempat tidur, jaga tempat tidur pada posisi yang rendah, hindari mainan yang tajam di tempat tidur.

Supervisi dan lingkungan yang aman akan mengurangi resiko terjadinya cedera yang disebabkan oleh kejang yang tiba-tiba
·        Gunakan termometer rektal/axila jangan dimulut.


·        Awasi pergerakan dan pada waktu makan, gunakan restarin dada ketika anak duduk yang mengindikasikan resiko terjadinya kejang.




·        Sediakan oksigen dan suction di samping tempat tidur

Peralatan tersebut dapat segera digunakan bila terjadi kesulitan napas

Persiapan selama terjadinya kejang :
·        Temani anak
·        Hindari agar tidak jatuh


·        Posisikan kepala ekstensi untuk membebaskan jalan nafas dan untuk drainase sekret

Penanganan jalan nafas dapat mencegah aspirasi dan obstruksi selama kejang
·        Tempatkan bantal yang lunak untuk mencegah cedera kepala


·        Jangan fiksasi anak selama kejang

Dapat terjadi cedera
·        Observasi durasi dan manifestasi spesifik dari kejang



Jika terjadi kejang :
·        Observasi pernafasan, kaji kepatenan jalan nafas, kaji hal-hal yang dapat menyebabkan cedera, sediakan lingkungan yang tenang, jaga privacy, observasi pada fase psictal (tingkat kesadaran, gangguan fungsi motorik, adanya sakit kepala/nyeri)



Observasi pada fase postictal ini mencegah kemungkinan komplikasi, menyediakan data tentang status anak menolong dalam menentukan tipe kejang.
·        Jika kejang tonik-klonik berlanjut atau berulang tanpa adanya kesadaran, rujuk ke gawat darurat untuk mendapat penanganan segera

Status epileptikus yang membutuhkan penanganan kegawatan untuk mencegah komplikasi yang mengancam kehidupan.

Ajarkan keluarga tentang tindakan yang aman dirumah yaitu :


Pengetahuan tentang tindakan penyelamatan menolong keluarga melindungi anak dari cedera
·        Awasi penggunaan tangga, penggunaan kompor, penggunaan alat-alat tajam, selama mandi


·        Adaptasi lingkungan sepert beri bantalan pada tepi meja, beri karpet pada tangga, gunakan kuri yang ada lengannya



Sarankan pada keluarga tentang aktifitas anak yang beresiko besar saat kejang seperti memanjat, berenang sendiri, mengoperasikan mesin-mesin yang berbahaya.





Menghindari aktifitas-aktifitas tersebut dapat mengurangi resiko terjadinya injuri
Kolaborasi :
·        Berikan obat-obatan luminal 4 – 6 mg/kgBB/hari sesuai dengan tipe kejang

Untuk mencegah defisiensi vit. D akibat pemakaian luminal
·        Berikan Vit. D sesuai indikasi



Diagnosa 3                 :  Cemas  berhubungan  dengan kurang  pengetahuan  orang  tua  tentang 
   kejang dan manajemen kejang di rumah.
Tujuan             :  Menurunkan tingkat kecemasan orang tua

INTERVENSI


RASIONAL
·        Ajarkan anak dan keluarga tentang gangguan, prinsip treatment dan pencegahan terjadinya cedera; membetulkanpersepsi yang salah tentang etiologi, faktor pencetus, kerusakan mental; jelaskan apa yang terjadi selama kejang, berikan informasi tentang tipe-tipe kejang.

Informasi yang akurat dapat menurunkan cemas pada orang tua dan mendukung pemberian manajemen kejang yang tepat.
·        Ajarkan keluarga cara merawat anak selama kejang

Pengetahuan cara menangani kejang menolong keluarga merasa yakin dan ketakutan akan berkurang dalam merawat anak
·        Anjurkan keluarga untuk mencatat waktu dan lamanya kejang dan laporkan hal tersebut pada dokter anak

Gambaran tentang tipe dan frekuensi kejang merupakan data penting dalam mengkaji gangguan dan menentukan terapi pengobatan
·        Informasikan kepada dokter anak bila terjadi peningkatan dalam aktifitas kejang atau perubahan dalam tipe kejang

Perubahan pada pola atau frekuensi kejang merupakan tanda kondisi mempercepat terjadinya kejang atau membutuhkan pengobatan
·        Beri gambaran tentang status epilepsi dan anjurkan keluarga untuk memanggil Emergency jika ini terjadi

Mengenal perawatan yang dibutuhkan selama darurat dapat menolong mencegah komplikasi yang parah
·        Ajarkan anak dan keluarga tentang pengobatan dan efeknya. Menekankan pentingnya pemberian obat antikonvulsan secara konsisten

Pengertian tentang kebutuhan untuk mempertahankan level obat yang tetap mencegah kejang
·        Sarankan pada keluarga untuk mengecek pada dokter anak pengobatan yang lain (khususnya antihistamin)

Beberapa pengobatan dapat mempercepat timbulnya kejang atau interaksi yang berlawanan dengan obat antikonvulsi
·        Ajarkan keluarga tentang kemungkinan efek yang dapat dilihat : mual, muntah, perubahan tingkah laku, ataksia, skin rash, mengantuk dan hipertropi gusi



Pengetahuan tentang efek dapat menolong keluarga mengenali dan dapat melaporkan lebih awal
·        Jelaskan pada keluarga tentang pentingnya tes lab. Untuk memonitor efek; sarankan kepada keluarga untuk melakukan oral hygiene untuk menolong mengontrol hipertropi ginggival dari pheny thoin


Pengetahuan tentang komplikasi dari obat dapat menolng keluarga mengerti dengan kebutuhan

SOAL EVALUASI



1.      Etiologi dari epilepsi yang Nonrecurent adalah …
A.     Hipoglikemia
B.     Edema serebral
C.     Perdarahan ekstrakranial
D.     Cacat kongenital

2.      Epilepsi yang ditandai dengan adanya jerit epileptik adalah …
A.     Grand mall
B.     Petit mall
C.     Tonik
D.     Mioklonik

3.      Gangguan metabolik yang bisa menyebabkan epilepsi adalah …
A.                             Hiperglikemia
B.                             Hipoglikemia
C.                             Hipermagnesemia
D.                             Hiperkalsemia

4.      Masalah yang mungkin terjadi pada anak dengan penurunan kesadaran adalah …
A.     Bersihan jalan nafas tidak efektif
B.     Isolasi sosial
C.     Resiko cidera
D.     Cemas pada orang tua



KUNCI JAWABAN :
1.      B
2.      A
3.      B
4.      C

No comments: