Juniartha Semara Putra
LIPID
Percobaan
II : Sifat Tidak Jenuh
Percobaan III : Pembentukan
Akrolein

CH2
– OH KHSO4 CH2




CH
– OH CH
+ H2O
Percobaan
IV : Grease Spot Test
Percobaan V : Menunjukkan Kristal Kolesterol
Percobaan
VI : Percobaan Salkowski
Korelasi Klinis Secara Umum
LIPID
Lipid mempunyai sifat nonpolar sehingga lipid larut dalam
larutan-larutan yang bersifat non polar seperti eter, kloroform, benzena,
karbontetraklorida, xylena, alkhol, dan aseton.
A.
Fungsi Reagen :
1.
Kloroform dan eter
Merupakan bahan yang bersifat
nonpolar, sehingga dapat melarutkan minyak kelapa yang juga bersifat nonpolar.
2.
Air
Berfungsi sebagai pelarut yang bersifat polar.Karena sifatnya yang polar,
air tidak dapat melarutkan lipid yang bersifat nonpolar.
3.
Larutan Na2CO3 1 %
Na2CO3
merupakan larutan yang bersifat alkali. Alkali berfungsi untuk menghidrolisis
minyak kelapa (lipid) menjadi gliserol dan sabun (garam alkali dari asam
lemak). Reaksii ini disebut reaksi penyabunan.
4.
Larutan empedu encer
Empedu terdiri atas tiga
komponen : kolesterol, garam empedu dan lesitin. Ketiga senyawa ini merupakan
senyawa amfipatik (lipid amfipatik/polar), yaitu senyawa yang mempunyai bagian
hidrofobik yang berinteraksi dengan lemak dan bagian hidrofilik yang berinteraksi
dengan air. Karena itu, senyawa tersebut sering ditemukan di pertemuan antara
lemak dan air. Jika lipid polar yang berada dalam media aquous telah mencapai
konsentrasi tertentu maka akan terbentuk misel. (gambar harper hal. 158).
Emulsi adalah lipid nonpolar
(dalam bentuk partikel besar) yang terdapat dalam medium aquous. Bentuk emulsi
ini akan distabilkan oleh lipid amfipatik seperti lesitin. Jadi di sini lesitin
berfungsi sebagai emulgator.
B.
Korelasi Klinik
Lipid amfipatik sangat diperlukan unutk membantu mengabsorbsi hasil
pencernaan lipid dalam usus halus. Selain itu lipid amfipatik juga merupakan
struktur penting penyusun membran sel biologik.
Percobaan
II : Sifat Tidak Jenuh
Asam lemak terutama ditemukan sebagai bentuk ester di
dalam lemak dan minyak alami, tetai juga ditemukan dalam bentuk tidak
terseterifikasi sebagai asam lemak bebas, suatu bentuk pengangkut yang ada di
dalam plasma darah. Asam lemak yang terdapat di dalam lemak alami biasanya
merupakan derivat rantai lurus dan mengandung atom karbon dalam jumlah genap
karena senyawa tersebut di sintesis dari unit dua-karbon. Rantai tersebut bisa
berupa rantai jenuh (tidak mengandung ikatan rangkap) atau rantai takjenuh
(mengandung satu atau lebih ikatan rangkap).
A. Fungsi Reagen
1.
Kloroform
Berfungsi
sebagai pelarut lemak (seperti pada percobaan I).
2.
Reagen Hubble Iod
Terdiri atas larutan iod dalam
alkohol yang mengandung sedikit HgCl2. Larutan Iod berfungsi sebagai
sumber iod bebas yang nantinya akan berikatan dengan ikatan rangkap pada lipid.
Sedangkan HgCl2 berfungsi sebagai katalisator reaksi.
3.
Minyak kelapa, minyak wijen, minyak kacang dan lemak
binatang
Merupakan lemak dengan tingkat
kejenuhan yang berbeda, yang akan diuji tingkat kejenuhannya pada praktikum
ini. Semakin tidak jenuh suatu lipid berarti ikatan rangkap dalam lipid tersebut semakin banyak, semakin
banyak jumlah tetes minyak yang diperlukan untuk mengikat semua Iod bebas yang
ada. Sifat cair asam lemak berkurang menurut panjang rantai dan bertambah
menurut derajad ketidakjenuhannya.
B. Korelasi Klinis
Kebanyakan asam lemak tidak
jenuh berperan sebagai asam lemak essensial, karena tubuh manusia tidak dapat
memproduksinya.
Percobaan III : Pembentukan
Akrolein
A. Fungsi Reagen
1.
Gliserol
Merupakan hasil pemecahan
lemak pada suhu tinggi. Gliserol merupakan komponen pokok pembentukan akrolein.
Akrolein mempunyai bau spesifik yang merangsang.
2.
Minyak
Sebagai kontrol negatif,
karena minyak tidak membentuk akrolein dengan penambahan KHSO4.
3.
Kristal KHSO4
KHSO4 dalam sebuah
reaksi dapat berfungsi :
§
Mengikat air
§
Sebagai katalisator
§
Sebagai oksidator
Pada percobaan ini yang
digunakan adalah sifat KHSO4 yang mengikat air dari gliserol.
Reaksinya adalah sebagai berikut :







CH2
– OH CH
= O
B. Korelasi Klinis
Gliserol merupakan jenis lipid
yang secara kuantitatif sangat bermakna bagi tubuh manusia. Contohnya :
¨
triasilgliserol sebagai cadangan lipid dalam jaringan
adiposa.
¨
fosfoasilgliserol sebagai prekusor second messenger dan sebagai
pelapis terluar dari surfaktan paru.
Percobaan
IV : Grease Spot Test
Fungsi Reagen
1.
Eter
Digunakan untuk melarutkan zat
zat selain lemak yang terkandung dalam zat yang akan diselidiki pada praktikum.
Zat selain lemak tersebut akan menguap secara cepat bersama eter. Zat-zat
tersebut perlu dihilangkan agar tidak mengganggu jalannya reaksi.
2.
Pengusapan menggunakan kertas biasa
Kertas terbuat dari serat
selulosa membentuk pori-pori yang sangat kecil sehingga cukup sukar ditembus
cahaya. Bila selulosa berikatan dengan partikel lemak, pori-pori tersebut akan
meregang sehingga kertas menjadi lebih mudah ditembus cahaya dan tampak
transparan.
Percobaan V : Menunjukkan Kristal Kolesterol
A. Fungsi Reagen
1.
Alkohol
Digunakan untuk melarutkan
kolesterol sehingga mudah untuk diamati di bawah mikroskop.
Bentuk kristal kolesterol :
![]() |
B.
Korelasi Klinis
Kolesterol merupakan lipid amfipatik yang berperan sebagai komponen memran
sel yang penting. Selain itu kolesterol juga merupakan senyawa induk bagi sitesis
berbagai steroid dalam tubuh seperti hormon korteks adrenal, hormon seks,
vitamin D dan asam empedu serta glikosida jantung.
Percobaan
VI : Percobaan Salkowski
Steroid adalah gugus senyawa
yang mengandung struktur cincin yang terdiri dari cincin fenantren (cincin A,
B, dan C) serta cincin siklopentana (cincin D). kolesterol merupakan senyawa
induk yang merupakan asal dari semua steroid yang dihasilkan di dalam tubuh
manusia.
A. Fungsi Reagen
1.
Kolesterol
Berfungsi sebagai sumber sterol jenuh
2.
Kloroform
Berfungsi sebagai pelarut
kolesterol agar lebih mudah bereaksi
3.
H2SO4
Berfungsi
sebagai oksidator
Dalam percobaan ini, akan
terbentuk 3 lapisan dalam tabung reaksi, dari permukaan bawah :
1.
warna merah kebiruan sampai merah cerah dan ungu
(purple), merupakan hasil dari reaksi antara kloroform dan kolesterol yang
berupa kolestadiena.
2.
fluoresensi hijau, merupakan hasil reaksi antara
kolestadiena dan asam sulfat yang berupa asam sulfonat.
3.
kuning, merupakan sisa asam sulfat yang tidak ikut
bereaksi.
B. Korelasi Klinis
Sterol adalah senyawa yang
mempunyai lebih dari satu gugus hidroksil dan tidak memiliki gugus karbonil
maupun karboksil. Fungsinya dalam tubuh sama dengan fungsi steroid di dalam
tubuh manusia.
Percobaan VII : Kelarutan Cu(OH)2
Fungsi Reagen
1.
Cu(OH)2
Dibentuk dari CuSO4
+ NaOH. Cu(OH)2 yang terbentuk tidak larut dalam air (berupa endapan).
2.
Gliserol
Untuk melarutkan kembali
Cu(OH)2 yang terbentuk.
Korelasi Klinis Secara Umum
Makna klinikopatologis dari pengukuran
lipida , baik total maupun fraksi fraksinya masih kontroversial. Kalau
mempelajari hubungan antara kadar tinggi kolesterol total dan penyakit
kardiovaskular atherosklerosis atas dasar penyebaran geografis, jelas ada
korelasi positif, tetapi untuk menyatakan hal yang sam terhadap satu individu
tetap sukar. Usaha untuk membuktikan bahwa menurunkan lemak dalam makanan atau
kadar lipida dalam darah dapat menurunkan resiko atau beratnya atherosklerosis
masih kontroversial. Belum juga jelas
apa sebabnya kadar tinggi kolesterol- HDL mempunyai korelasi negatif dengan
penyakit kardiovaskular. Yang jelas, Kolesterol-LDL tinggi dan koesterol-HDL
yang rendah merupakan faktor resiko untuk penyakit atherosklerosis dan di lain
pihak kolesterol-HDL tinggi dan kolesterol-LDL rendah meramalkan kurangnya
resiko penyakit kardiovaskular.
No comments:
Post a Comment