WHO AM I?

I PUTU JUNIARTHA SEMARA PUTRA POLTEKKES KEMENKES DENPASAR JURUSAN KEPERAWATAN

Tuesday, February 18, 2014

Laporan Pendahuluan Menarik Diri

Juniartha Semara Putra
A.   KAJIAN TEORI
I.       PENGERTIAN
1.      Menarik diri merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain (Townsend, M.C, 1998).
2.      Penarikan diri atau withdrawal merupakan suatu tindakan untuk melepaskan diri baik perhatian atuapun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung yang dapat bersifat sementara atau menetap (Depkes RI, 1989).
3.      Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain. Selain itu menarik diri merupakan suatu tindakan melepaskan diri baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri) (Stuart dan Sundeen, 1995).
4.      Perilaku Menarik Diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan degan orang lain. (Rawlins, 1993, hal 336).
5.      Menarik Diri adalah suatu tindakan melepaskan diri dari alam sekitarnya, individu tidak ada minat dan perhatian terhadap lingkungan sosial secara langsung.  (Petunjuk teknis Askep pasien gangguan skizofrenia hal 53).
6.      Perilaku menarik diri adalah suatu usaha menghindari interaksi dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak menyadari kesempatan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain yang dimanifestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup membagi pengalaman dengan orang lain (Budi Anna Keliat, 1999).

Dari ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa menarik diri adalah keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membina hubungan dan menghindari interaksi dengan orang lain secara langsung yang dapat bersifat sementara atau menetap.

II.    PENYEBAB TERJADINYA
Penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah yaitu perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan, yang ditandai dengan adanya perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat, percaya diri kurang, dan juga dapat mencederai diri (Carpenito,L.J,1998:352)
A.    Faktor predisposisi
Beberapa faktor predisosisi (pendukung) terjadi gangguan hubungan sosial yaitu :
1.      Faktor perkembangan
Kemampuan membina hubungan yang sehat tergantung dari pengalaman selama proses tumbuh kembang. Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi akan menghambat masa perkembangan selanjutnya. Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian, dan kehangatan dari orang tua/pengasuh akan memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa tidak percaya.
2.      Faktor biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Kelainan struktur otak, seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta perubahan limbik diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
3.      Faktor sosial budaya
Faktor sosial budaya dapat menjadi faktor pendukung terjadinya gangguan dalam membina hubungan dengan orang lain, misalnya anggota keluarga yang tidak produktif diasingkan dari orang lain (lingkungan sosialnya).
B.     Stressor Presipitasi
1.      Stressor sosial budaya
Stressor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya gangguan dalam membina hubungan dengan orang lain, misalnya anggota keluarga yang labil, yang dirawat di rumah sakit.
2.      Stressor psikologis
Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan menurunnya kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain. Intensitas kecemasan yang ekstrim dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan individu untuk mengatasi masalah diyakini akan menimbulkan berbagai masalah gangguan berhubungan (menarik diri).

III.             RENTANG RESPON SOSIAL
Waktu membina suatu hubungan sosial, setiap individu berada dalam rentang respons yang adaptif sampai dengan maladaptif. Respon adaptif merupakan respons yang dapat diterima oleh norma - norma sosial dan budaya setempat yang secara umum berlaku, sedangkan respons maladaptif merupakan respons yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh norma - norma sosial dan budaya setempat. Respons sosial maladaptif yang sering terjadi dalam kehidupan sehari - hari adalah menarik diri, tergantung (dependen), manipulasi, curiga, gangguan komunikasi, dan kesepian.
Menurut Stuart dan Sundeen, 1999, respon setiap individu berada dalam rentang adaptif sampai dengan maladaptive yang dapat dilihat pada bagan berikut.
a.       Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma –norma sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku di masyarakat. Respon adaptif terdiri dari :
1.      Menyendiri(Solitude)Merupakan respons yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan suatu cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah selanjutnya. Solitude umumnya dilakukan setelah melakukan kegiatan.
2.      Otonomi
Merupakan kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-ide pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.
3.      Bekerja sama (mutualisme)
Adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu tersebut mampu untuk saling memberi dan menerima.
4.      Saling tergantung (interdependen)
Merupakan kondisi saling tergantung antara individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal
b.      Respon maladaptive
Respon maladaptif adalah respon yang menimbulkan gangguan dengan berbagai tingkat keparahan (Stuart dan Sundeen, 1998). Respon maladaptif terdiri dari :

1.      Menarik diri
Merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.
2.      Manipulasi
Merupakan gangguan hubungan sosial yang terdapat pada individu yang menganggap orang lain sebagai objek. Individu tersebut tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam.
3.      Impulsif
Individu impulsif tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari pengalaman, tidak dapat diandalkan.
4.      Narkisisme
Pada individu narkisisme terdapat harga diri yang rapuh, secara terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian, sikap egosenetris, pencemburuan, marah jika orang lain tidak mendukung.
5.      Tergantung (dependen)
Terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri atau kemampuannya untuk berfungsi secara sukses.
6.      Curiga
Terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya dengan orang lain. Kecurigaan dan ketidakpercayaan diperlihatkan dengan tanda-tanda cemburu, iri hati, dan berhati-hati. Perasaan individu ditandai dengan humor yang kurang, dan individu merasa bangga dengan sikapnya yang dingin dan tanpa emosi.
IV. TANDA DAN GEJALA
a.       Data Subjektif
Sukar didapati jika klien menolak berkomunikasi. Beberapa data subjektif adalah menjawab pertanyaan dengan singkat, seperti kata-kata “tidak “, “iya”, “tidak tahu”.
b.      Data Objektif
Observasi yang dilakukan pada klien akan ditemukan :
1        Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
2        Menghindari orang lain (menyendiri), klien nampak memisahkan diri dari orang lain, misalnya pada saat makan.
3        Komunikasi kurang / tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain / perawat.
4        Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk.
5        Berdiam diri di kamar / tempat terpisah. Klien kurang mobilitasnya.
6        Menolak berhubungan dengan orang lain. Klien memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap.
7        Tidak melakukan kegiatan sehari-hari. Artinya perawatan diri dan kegiatan rumah tangga sehari-hari tidak dilakukan.
8        Posisi janin pada saat tidur.

V.       PSIKOPATOLOGI
            Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak aman dalam berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien berasal dari lingkungan yang penuh permasalahan, ketegangan, kecemasan dimana tidak mungkin mengembangkan kehangatan emosional dalam hubungan yang positif dengan orang lain yang menimbulkan rasa aman.
            Dunia merupakan alam yang tidak menyenangkan, sebagai usaha untuk melindungi diri, klien menjadi pasif dan kepribadiannya semakin kaku (rigid). Klien semakin tidak dapat melibatkan diri dalam situasi yang baru. Ia berusaha mendapatkan rasa aman tetapi hidup itu sendiri begitu menyakitkan dan menyulitkan sehingga rasa aman itu tidak tercapai. Hal ini menyebabkan ia mengembangkan rasionalisasi dan mengaburkan realitas daripada mencari penyebab kesulitan serta menyesuaikan diri dengan kenyataan.
            Konflik antara kesuksesan dan perjuangan untuk meraih kesuksesan itu sendiri terus berjalan dan penarikan diri dari realitas diikuti penarikan diri dari keterlibatan secara emosional dengan lingkungannya yang menimbulkan kesulitan. Semakin klien menjauhi kenyataan semakin kesulitan yang timbul dalam mengembangkan hubungan dengan orang lain.

VI. RENTANG RESPON
1.      Menyendiri (solitude) merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan suatu cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah selanjutnya.
2.      Otonomi merupakan kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-ide pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.
3.      Bekerjasama (mutualisme) adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu tersebut mampu untuk saling memberi dan menerima.
4.      Saling tergantung (interdependen) adalah suatu kondisi saling tergantung antara individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.
5.      Menarik diri merupakan suatu keadaan dimana seseoramg menemukan kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.
6.      Tergantung (dependen) terjadi bila seseorang gagal mengambangkan rasa percaya diri atau kemampuannya untuk berfungsi secara sukses.
7.      Manipulasi merupakan gangguan hubungan sosial yang terdapat pada individu yang menganggap orang lain sebagai objek. Individu tersebut tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam.
8.      Curiga terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya dengan orang lain. Kecurigaan dan ketidakpercayaan diperlihatkan dengan tanda-tanda cembru, iri hati, dan berhati-hati. Perasaan induvidu ditandai dengan humor yang kurang, dan individu merasa bangga dengan sikapnya yang dingin dan tanpa emosi.

VII.          PENATALAKSANAAN
      Pendekatan yang utama dalam tindakan keperawatan klien menarik diri adalah:
1        Memenuhi kebutuhan biologis
ü  Memonitor pemasukan dan pengeluaran
ü  Memperhatikan kebersihan diri klien
ü  Mempertahankan sikap empati dan kesabaran perawat untuk mengenali kebutuhan klien
2        Komunikasi verbal dan non verbal
ü  Pilih topik pembicaraan yang disukai klien
ü  Gunakan pertanyaan terbukaKaji bahasa tubuh klien
ü  Pertahankan kontak mata antara perawat dan klien
ü  Sentuhan halus dapat memperberat hubungan antara perawat dan klien
ü  Tatap klien waktu berbicara, badan agak membungkuk ke depan untuk memperlihatkan bahwa perawat siap untuk membantu klien.
3        Melibatkan orang lain dengan klien
ü  Diawali dengan membina hubungan antara perawat dengan klien secara one to one kemudian dilanjutkan/ditingkatkan dengan orang lain.
4        Intervensi keluarga
ü  Bantu keluarga untuk mengerti kebutuhan klien
ü  Bantu keluarga untuk tetap mempertahankan hubungan dengan klien
ü  Berikan pendidikan kesehatan kepada keluarga maupun klien mengenai proses pengobatan
5        Terminasi
ü  Bantu klien untuk melewati perasaan kehilangannyaBantu klien untuk mengatasi rasa takutnya atas ketidakmampuannya untuk mempertahankan hubungan yang sehat


B.     ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN ALAM PERASAAN

             I.      PENGKAJIAN

1.      Faktor Predisposisi
2.      Faktor Presipitasi
3.      Perilaku
Masalah Keperawatan
1.      Resiko perubahan sensori persepsi : Halusinasi
a.       Data obyektif:
Berbicara dan tertawa sendiri, tersenyum, bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu, berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatudisorientasi, menggerakkan bibir tanpa suara, diam dan asyik sendiri.


b.      Data subyektif :
Mendengar suara bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata, melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata, mencium bau tanpa stimulus, takut pada suara/bunyi/gambaran yang didengar, ingin memukul/melempar barang barang
2.      Isolasi sosial: menarik diri
a.       Data obyektif :
Apatis, ekpresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri dikamar, banyak diam, kontak mata kurang (menunduk), menolak berhubungan dengan orang lain, perawatan diri kurang, posisi menekur.
b.      Data subyektif :
Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab dengan singkat, ya atau tidak.
3.      Harga diri rendah
a.       Data obyektif :
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri.
b.      Data subyektif :
Klien mengatakan : saya tidak bisa, tidak mampu, bodoh/tidak tahu apa -apa, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri.



 II.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Pohon Masalah
Resiko Perubahan Sensori-persepsi :
Halusinasi ……..

 


Isolasi sosial : menarik diri                  Core Problem
 



Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
( Budi Anna Keliat, 1999)

                  Resiko menciderai diri,                       Resiko Persepsi sensori                                   orang lain, lingkungan                        Halusinasi

Tidak efektifnya                                                                           Defisit
Penatalaksanaan                            Isolasi sosial :                  Perawatan diri
Regiment terapeutik                      Menarik Diri   

Tidak efektifnya                                                                   Menurunnya
Koping keluarga:                           Gangguan                           Motivasi
Ketidakmampuan                    Harga Diri Rendah                Perawatan
Keluarga merawat                                                                     Diri
Anggota keluarga
Yang sakit

2.      Diagnosa Keperawatan
Ø  Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi …. berhubungan dengan menarik diri.
Ø  Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.




RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa 1
Tujuan Umum :
·         Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi
Tujuan Khusus :
·         Klien dapat membina hubungan saling percaya
Rasional : Hubungan saling percaya merupakan landasan utama untuk hubungan selanjutnya.
Tindakan:
ü  Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik dengan cara :
-    Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.
-    Perkenalkan diri dengan sopan.
-    Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai.
-    Jelaskan tujuan pertemuan.
-    Jujur dan menepati janji.
-    Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
-    Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien.
·         Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Rasional : Memberi kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya dapat membantu mengurangi stres dan penyebab perasaaan menarik diri.
Tindakan :
ü  Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya.
ü  Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri atau mau bergaul.
ü  Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab yang muncul.
ü  Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya
a.       Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
Rasional : Untuk mengetahui keuntungan dari bergaul dengan orang lain, untuk mengetahui akibat yang dirasakan setelah menarik diri.
Tindakan :
ü  Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang lain.
a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain.
b.Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain.
c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain.
ü  Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.
a.       Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan orang lain.
b.      Biskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
c.       Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
b.      Klien dapat melaksanakan hubungan sosial.
Rasional :Mengeksplorasi perasaan klien terhadap perilaku menarik diri yang biasa dilakukan. Untuk mengetahui perilaku menarik diri yang dilakukan dan dengan bantuan perawat bisa membedakan perilaku konstruktif dan destruktif.
Tindakan :
ü  Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain.
ü  Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap :
a. K – P
b.K – P – P lain
c. K – P – P lain – K lain
d.     K – Kel/Klp/Masyarakat
ü  Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai.
ü  Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan.
ü  Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu.
ü  Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan.
ü  Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan.
c.       Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain.
Rasional : Dapat membantu klien dalam menemukan cara yang dapat menyelesaikan masalah.
Tindakan :
ü  Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain.
ü  Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan orang lain.
ü  Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain.
d.      Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga.
Rasional : memberikan penanganan bantuan terapi melalui pengumpulan data yang lengkap dan akurat kondisi fisik dan non fisik klien serta keadaan perilaku dan sikap keluarganya.
Tindakan :
ü  Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
a. Salam, perkenalan diri.
b.Jelaskan tujuan.
c. Buat kontrak.
d.     Eksplorasi perasaan klien.
ü  Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
1.      Perilaku menarik diri.
2.      Penyebab perilaku menarik diri.
3.      Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi.
4.      Cara keluarga menghadapi klien menarik diri.
ü  Dorong anggota keluarga untuk memberikan dukungan kepada klien untuk berkomunikasi dengan orang lain.
ü  Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien minimal satu kali seminggu.
ü  Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga.
Diagnosa 2
Tujuan umum :
·         Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal tanpa merasa rendah diri
   Tujuan khusus :
·         Klien dapat membina hubungan saling percaya
Rasional : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan interaksi selanjutnya
Tindakan :
ü  Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik :
a.       sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b.      Perkenalkan diri dengan sopan
c.       Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
d.      Jelaskan tujuan pertemuan
e.       Jujur dan menepati janji
f.       Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g.      Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.
·         Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
Rasional : Diskusikan tingkat kemampuan klien seperti menilai realitas, kontrol diri atau integritas ego ini diperlakukan sebagai dasar asuhan keperawatannya. Reinforcement positif akan meningkatkan harga diri klien. Pujian yang realistik tidak menyebabkan klien melakukan kegiatan hanya karena ingin mendapatkan pujian.
Tindakan:
ü  Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
ü  Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negatif.
ü  Utamakan memberikan pujian yang realistik.
·         Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
Rasional : Keterbukaan dan pengertian tentang kemampuan yang dimiliki adalah prasyarat untuk berubah. Pengertian tentang kemampuan yang dimiliki diri memotivasi untuk tetap mempertahankan penggunaannya.
Tindakan:
ü  Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit.
ü  Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.
·         Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Rasional : Membentuk individu yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.Klien perlu bertindak secara realistis dalam kehidupannya. Contoh peran yang dilihat klien akan memotivasi klien untuk melaksanakan kegiatan.
Tindakan:
ü  Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan.
ü  Kegiatan mandiri.
ü  Kegiatan dengan bantuan sebagian.
ü  Kegiatan yang membutuhkan bantuan total.
·         Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.
Rasional : Memberikan kesempatan kepada klien mandiri dapat meningkatkan motivasi dan harga diri klien. Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien. Memberikan kesempatan kepada klien ntk tetap melakukan kegiatan yang bisa dilakukan.
Tindakan:
ü  Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
ü  Beri pujian atas keberhasilan klien.
ü  Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.
·         Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
Rasional: Mendorong keluarga untuk mampu merawat klien mandiri di rumah. Support sistem keluarga akan sangat berpengaruh dalam mempercepat proses penyembuhan klien. Meningkatkan peran serta keluarga dalam merawat klien di rumah.
Tindakan:
ü  Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah.
ü  Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.
ü  Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.

       III.      PRIORITAS INTERVENSI
Pada dasarnya intervensi difokuskan pada :
1.  Lingkungan
2.  Hubungan perawat klien
3.  Afektif
4.  Kognitif
5.  Intervensi Perilaku
6.  Intervensi Sosial
7.  Intervensi Fisiologis
Intervensi khusus pada penderita depresi :
Masalah                                       : Menarik Diri
Tujuan jangka panjang                :  klien tidak mengalami menarik diri
Tujuan jangka pendek                 :
TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya
TUK 2 : Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
TUK 3 : Klien dapat menyebutkan keuntungan berinteraksi dengan orang lain
TUK 4 : Klien dapat memberdayakan system pendukung atau keluarga mampu mengembangkan kemampuan pasien untuk berhubungan dengan orang lain

Rencana tindakan       :
1        Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik.
Rasional          : Kejujuran, kesediaan, dan penerimaan meningkatkan kepercayaan hubungan antara klien dan perawat.
2        Dorong dan beri kesempatan kepada klien untuk menyebutkan penyebab menarik diri
Rasional          : Mengurangi beban pikiran yang dirasakan oleh klien dan perawat dapat mengetahui tindakan terapeutik yang akan dilakukan.
3        Dorong dan beri kesempatan kepada klien untuk menyebutkan keuntungan berinteraksi dengan orang lain serta dengarkan dengan empati
Rasional          : Klien mengetahui keuntungan yang diperoleh ketika berinteraksi dan termotivasi untuk lebih bersosialisasi dengan orang lain.
4        Bantu klien dengan system pendukung atau keluarga mampu mengembangkan kemampuan pasien untuk berhubungan dengan orang lain
Rasional          : Klien mendapatkan dorongan dari pihak terdekat(dalam hal ini keluarga), sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan secara psikis.

D. EVALUASI

     Adanya perubahan respon maladaptif kearah adaptif klien dapat :
Ø  Menerima dan mengakhiri perasaannya dan perasaan orang lain
Ø  Memulai komunikasi dengan orang lain
Ø  Mengontrol perilaku sesuai keterbatasannya
Ø  Menggunakan proses pemecahan masalah




DAFTAR PUSTAKA

1.              Azis R, dkk. 2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang : RSJD Dr. Amino Gondoutomo
2.              Boyd MA, Hihart MA. 1998. Psychiatric Nursing : Contemporary Practice. Philadelphia : Lipincott-Raven Publisher
3.              Budi Anna Keliat. 1999. Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial: Menarik Diri. Jakarta : FIK UI
4.              Keliat BA. 1999. Proses Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC
5.              Stuart GW, Sundeen SJ. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC.
6.              Tim Direktorat Keswa. 2000. Standar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Bandung : RSJP Bandung


No comments: