Juniartha Semara Putra
I.
PENGKAJIAN
Halusinasi ……..


Resiko
menciderai diri, Resiko
Persepsi sensori orang
lain, lingkungan Halusinasi
Tidak efektifnya Defisit

Penatalaksanaan Isolasi
sosial : Perawatan diri

Regiment terapeutik Menarik
Diri
Tidak efektifnya Menurunnya
D. EVALUASI
A. KAJIAN TEORI
I.
PENGERTIAN
1.
Menarik diri merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan
kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain (Townsend,
M.C, 1998).
2.
Penarikan diri atau withdrawal merupakan suatu tindakan untuk melepaskan
diri baik perhatian atuapun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung
yang dapat bersifat sementara atau menetap (Depkes RI, 1989).
3.
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan
orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain. Selain itu menarik diri
merupakan suatu tindakan melepaskan diri baik perhatian maupun minatnya
terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri) (Stuart dan Sundeen,
1995).
4.
Perilaku Menarik Diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi
dengan orang lain, menghindari hubungan degan orang lain. (Rawlins, 1993, hal
336).
5.
Menarik Diri adalah suatu tindakan melepaskan diri dari alam sekitarnya,
individu tidak ada minat dan perhatian terhadap lingkungan sosial secara
langsung. (Petunjuk teknis Askep pasien gangguan skizofrenia hal
53).
6.
Perilaku menarik diri adalah suatu usaha menghindari interaksi dengan
orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak
menyadari kesempatan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain yang
dimanifestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tidak
sanggup membagi pengalaman dengan orang lain (Budi Anna Keliat, 1999).
Dari ketiga
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa menarik diri adalah keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan
dalam membina hubungan dan menghindari interaksi dengan orang lain secara
langsung yang dapat bersifat sementara atau menetap.
II.
PENYEBAB
TERJADINYA
Penyebab dari
menarik diri adalah harga diri rendah yaitu perasaan negatif terhadap diri sendiri,
hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan, yang ditandai dengan
adanya perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri
sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat, percaya diri kurang,
dan juga dapat mencederai diri (Carpenito,L.J,1998:352)
A.
Faktor predisposisi
Beberapa faktor predisosisi (pendukung) terjadi gangguan hubungan sosial
yaitu :
1.
Faktor perkembangan
Kemampuan membina hubungan yang sehat
tergantung dari pengalaman selama proses tumbuh kembang. Setiap tahap tumbuh
kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu dengan sukses, karena
apabila tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi akan menghambat masa
perkembangan selanjutnya. Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian, dan
kehangatan dari orang tua/pengasuh akan memberikan rasa tidak aman yang dapat
menghambat terbentuknya rasa tidak percaya.
2.
Faktor biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung
gangguan jiwa. Kelainan struktur otak, seperti atropi, pembesaran ventrikel,
penurunan berat dan volume otak serta perubahan limbik diduga dapat menyebabkan
skizofrenia.
3.
Faktor sosial budaya
Faktor sosial budaya dapat menjadi faktor
pendukung terjadinya gangguan dalam membina hubungan dengan orang lain,
misalnya anggota keluarga yang tidak produktif diasingkan dari orang lain
(lingkungan sosialnya).
B.
Stressor Presipitasi
1.
Stressor sosial budaya
Stressor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya gangguan dalam
membina hubungan dengan orang lain, misalnya anggota keluarga yang labil, yang
dirawat di rumah sakit.
2.
Stressor psikologis
Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan menurunnya kemampuan
individu untuk berhubungan dengan orang lain. Intensitas kecemasan yang ekstrim
dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan individu untuk mengatasi masalah
diyakini akan menimbulkan berbagai masalah gangguan berhubungan (menarik diri).
III.
RENTANG RESPON SOSIAL
Waktu membina suatu hubungan sosial, setiap
individu berada dalam rentang respons yang adaptif sampai dengan maladaptif.
Respon adaptif merupakan respons yang dapat diterima oleh norma - norma sosial
dan budaya setempat yang secara umum berlaku, sedangkan respons maladaptif
merupakan respons yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang
kurang dapat diterima oleh norma - norma sosial dan budaya setempat. Respons
sosial maladaptif yang sering terjadi dalam kehidupan sehari - hari adalah
menarik diri, tergantung (dependen), manipulasi, curiga, gangguan komunikasi,
dan kesepian.
Menurut Stuart dan Sundeen, 1999, respon
setiap individu berada dalam rentang adaptif sampai dengan maladaptive yang
dapat dilihat pada bagan berikut.
a.
Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang masih dapat
diterima oleh norma –norma sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku di
masyarakat. Respon adaptif terdiri dari :
1.
Menyendiri(Solitude)Merupakan respons yang dibutuhkan seseorang untuk
merenungkan apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan suatu cara
mengevaluasi diri untuk menentukan langkah selanjutnya. Solitude umumnya
dilakukan setelah melakukan kegiatan.
2.
Otonomi
Merupakan kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-ide
pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.
3.
Bekerja sama (mutualisme)
Adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu
tersebut mampu untuk saling memberi dan menerima.
4.
Saling tergantung (interdependen)
Merupakan kondisi saling tergantung antara individu dengan orang lain
dalam membina hubungan interpersonal
b.
Respon maladaptive
Respon maladaptif adalah respon yang
menimbulkan gangguan dengan berbagai tingkat keparahan (Stuart dan Sundeen,
1998). Respon maladaptif terdiri dari :
1.
Menarik diri
Merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan dalam
membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.
2.
Manipulasi
Merupakan gangguan hubungan sosial yang terdapat pada individu yang
menganggap orang lain sebagai objek. Individu tersebut tidak dapat membina
hubungan sosial secara mendalam.
3.
Impulsif
Individu impulsif tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar
dari pengalaman, tidak dapat diandalkan.
4.
Narkisisme
Pada individu narkisisme terdapat harga diri yang rapuh, secara terus
menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian, sikap egosenetris,
pencemburuan, marah jika orang lain tidak mendukung.
5.
Tergantung (dependen)
Terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri atau
kemampuannya untuk berfungsi secara sukses.
6.
Curiga
Terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya dengan orang
lain. Kecurigaan dan ketidakpercayaan diperlihatkan dengan tanda-tanda cemburu,
iri hati, dan berhati-hati. Perasaan individu ditandai dengan humor yang
kurang, dan individu merasa bangga dengan sikapnya yang dingin dan tanpa emosi.
IV.
TANDA DAN GEJALA
a.
Data Subjektif
Sukar didapati jika klien menolak berkomunikasi.
Beberapa data subjektif adalah menjawab pertanyaan dengan singkat, seperti
kata-kata “tidak “, “iya”, “tidak tahu”.
b.
Data Objektif
Observasi yang dilakukan pada klien akan ditemukan
:
1
Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
2
Menghindari orang lain (menyendiri), klien nampak
memisahkan diri dari orang lain, misalnya pada saat makan.
3
Komunikasi kurang / tidak ada. Klien tidak tampak
bercakap-cakap dengan klien lain / perawat.
4
Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk.
5
Berdiam diri di kamar / tempat terpisah. Klien kurang
mobilitasnya.
6
Menolak berhubungan dengan orang lain. Klien
memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap.
7
Tidak melakukan kegiatan sehari-hari. Artinya
perawatan diri dan kegiatan rumah tangga sehari-hari tidak dilakukan.
8
Posisi janin pada saat tidur.
V. PSIKOPATOLOGI
Pada
mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak aman
dalam berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien berasal dari lingkungan
yang penuh permasalahan, ketegangan, kecemasan dimana tidak mungkin
mengembangkan kehangatan emosional dalam hubungan yang positif dengan orang
lain yang menimbulkan rasa aman.
Dunia
merupakan alam yang tidak menyenangkan, sebagai usaha untuk melindungi diri,
klien menjadi pasif dan kepribadiannya semakin kaku (rigid). Klien semakin
tidak dapat melibatkan diri dalam situasi yang baru. Ia berusaha mendapatkan
rasa aman tetapi hidup itu sendiri begitu menyakitkan dan menyulitkan sehingga
rasa aman itu tidak tercapai. Hal ini menyebabkan ia mengembangkan rasionalisasi
dan mengaburkan realitas daripada mencari penyebab kesulitan serta menyesuaikan
diri dengan kenyataan.
Konflik
antara kesuksesan dan perjuangan untuk meraih kesuksesan itu sendiri terus
berjalan dan penarikan diri dari realitas diikuti penarikan diri dari
keterlibatan secara emosional dengan lingkungannya yang menimbulkan kesulitan.
Semakin klien menjauhi kenyataan semakin kesulitan yang timbul dalam
mengembangkan hubungan dengan orang lain.
VI. RENTANG RESPON
1.
Menyendiri (solitude) merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk
merenungkan apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan suatu cara
mengevaluasi diri untuk menentukan langkah selanjutnya.
2.
Otonomi merupakan kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan
ide-ide pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.
3.
Bekerjasama (mutualisme) adalah suatu kondisi dalam hubungan
interpersonal dimana individu tersebut mampu untuk saling memberi dan menerima.
4.
Saling tergantung (interdependen) adalah suatu kondisi saling tergantung
antara individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.
5.
Menarik diri merupakan suatu keadaan dimana seseoramg menemukan
kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.
6.
Tergantung (dependen) terjadi bila seseorang gagal mengambangkan rasa percaya
diri atau kemampuannya untuk berfungsi secara sukses.
7.
Manipulasi merupakan gangguan hubungan sosial yang terdapat pada
individu yang menganggap orang lain sebagai objek. Individu tersebut tidak
dapat membina hubungan sosial secara mendalam.
8.
Curiga terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya dengan
orang lain. Kecurigaan dan ketidakpercayaan diperlihatkan dengan tanda-tanda
cembru, iri hati, dan berhati-hati. Perasaan induvidu ditandai dengan humor
yang kurang, dan individu merasa bangga dengan sikapnya yang dingin dan tanpa
emosi.
VII.
PENATALAKSANAAN
Pendekatan yang utama dalam tindakan
keperawatan klien menarik diri adalah:
1
Memenuhi kebutuhan biologis
ü Memonitor pemasukan dan pengeluaran
ü Memperhatikan kebersihan diri klien
ü Mempertahankan sikap empati dan
kesabaran perawat untuk mengenali kebutuhan klien
2
Komunikasi verbal dan non verbal
ü Pilih topik pembicaraan yang disukai
klien
ü Gunakan pertanyaan terbukaKaji
bahasa tubuh klien
ü Pertahankan kontak mata antara
perawat dan klien
ü Sentuhan halus dapat memperberat
hubungan antara perawat dan klien
ü Tatap klien waktu berbicara, badan
agak membungkuk ke depan untuk memperlihatkan bahwa perawat siap untuk membantu
klien.
3
Melibatkan orang lain dengan klien
ü Diawali dengan membina hubungan
antara perawat dengan klien secara one to one kemudian
dilanjutkan/ditingkatkan dengan orang lain.
4
Intervensi keluarga
ü Bantu keluarga untuk mengerti
kebutuhan klien
ü Bantu keluarga untuk tetap
mempertahankan hubungan dengan klien
ü Berikan pendidikan kesehatan kepada
keluarga maupun klien mengenai proses pengobatan
5
Terminasi
ü Bantu klien untuk melewati perasaan
kehilangannyaBantu klien untuk mengatasi rasa takutnya atas ketidakmampuannya
untuk mempertahankan hubungan yang sehat
B. ASUHAN
KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN ALAM PERASAAN
I.
PENGKAJIAN
1.
Faktor Predisposisi
2.
Faktor Presipitasi
3.
Perilaku
Masalah Keperawatan
1.
Resiko perubahan sensori persepsi : Halusinasi
a.
Data obyektif:
Berbicara dan tertawa sendiri, tersenyum, bersikap seperti
mendengar/melihat sesuatu, berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan
sesuatudisorientasi, menggerakkan bibir tanpa suara, diam dan asyik sendiri.
b.
Data subyektif :
Mendengar suara bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata,
melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata, mencium bau tanpa stimulus,
takut pada suara/bunyi/gambaran yang didengar, ingin memukul/melempar barang
barang
2.
Isolasi sosial: menarik diri
a.
Data obyektif :
Apatis, ekpresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri dikamar,
banyak diam, kontak mata kurang (menunduk), menolak berhubungan dengan orang
lain, perawatan diri kurang, posisi menekur.
b.
Data subyektif :
Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab dengan
singkat, ya atau tidak.
3.
Harga diri rendah
a.
Data obyektif :
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri.
b.
Data subyektif :
Klien mengatakan : saya tidak bisa, tidak mampu, bodoh/tidak tahu apa
-apa, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri.
II.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Pohon Masalah
Resiko
Perubahan Sensori-persepsi :

![]() |
Isolasi sosial : menarik diri Core Problem
![]() |
Gangguan
Konsep Diri : Harga Diri Rendah
( Budi Anna Keliat, 1999)









Koping keluarga: Gangguan Motivasi
Ketidakmampuan Harga Diri
Rendah Perawatan
Keluarga merawat Diri
Anggota keluarga
Yang sakit
2.
Diagnosa Keperawatan
Ø
Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi …. berhubungan dengan
menarik diri.
Ø
Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa 1
Tujuan Umum :
·
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi
halusinasi
Tujuan Khusus :
·
Klien dapat membina hubungan saling percaya
Rasional : Hubungan saling percaya merupakan landasan utama untuk hubungan selanjutnya.
Rasional : Hubungan saling percaya merupakan landasan utama untuk hubungan selanjutnya.
Tindakan:
ü
Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik dengan cara :
-
Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.
-
Perkenalkan diri dengan sopan.
-
Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai.
-
Jelaskan tujuan pertemuan.
-
Jujur dan menepati janji.
-
Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
-
Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien.
·
Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Rasional : Memberi kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya dapat membantu mengurangi stres dan penyebab perasaaan menarik diri.
Rasional : Memberi kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya dapat membantu mengurangi stres dan penyebab perasaaan menarik diri.
Tindakan :
ü
Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya.
ü
Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik
diri atau mau bergaul.
ü
Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda
serta penyebab yang muncul.
ü
Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya
a.
Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
Rasional : Untuk mengetahui keuntungan dari bergaul dengan orang lain, untuk mengetahui akibat yang dirasakan setelah menarik diri.
Rasional : Untuk mengetahui keuntungan dari bergaul dengan orang lain, untuk mengetahui akibat yang dirasakan setelah menarik diri.
Tindakan :
ü
Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan
orang lain.
a. Beri kesempatan kepada klien untuk
mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain.
b.Diskusikan bersama klien tentang manfaat
berhubungan dengan orang lain.
c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan
mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain.
ü
Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan
orang lain.
a.
Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan orang
lain.
b.
Biskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang
lain.
c.
Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
b.
Klien dapat melaksanakan hubungan sosial.
Rasional :Mengeksplorasi perasaan klien terhadap perilaku menarik diri yang biasa dilakukan. Untuk mengetahui perilaku menarik diri yang dilakukan dan dengan bantuan perawat bisa membedakan perilaku konstruktif dan destruktif.
Rasional :Mengeksplorasi perasaan klien terhadap perilaku menarik diri yang biasa dilakukan. Untuk mengetahui perilaku menarik diri yang dilakukan dan dengan bantuan perawat bisa membedakan perilaku konstruktif dan destruktif.
Tindakan :
ü Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan
orang lain.
ü Dorong dan bantu kien untuk berhubungan
dengan orang lain melalui tahap :
a. K – P
b.K – P – P lain
c. K – P – P lain – K lain
d. K – Kel/Klp/Masyarakat
ü Beri reinforcement positif terhadap
keberhasilan yang telah dicapai.
ü Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat
berhubungan.
ü Diskusikan jadwal harian yang dilakukan
bersama klien dalam mengisi waktu.
ü Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan
ruangan.
ü Beri reinforcement positif atas kegiatan
klien dalam kegiatan ruangan.
c.
Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang
lain.
Rasional : Dapat membantu klien dalam
menemukan cara yang dapat menyelesaikan masalah.
Tindakan :
ü Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya
bila berhubungan dengan orang lain.
ü Diskusikan dengan klien tentang perasaan
masnfaat berhubungan dengan orang lain.
ü Beri reinforcement positif atas kemampuan
klien mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain.
d.
Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga.
Rasional : memberikan penanganan bantuan terapi melalui pengumpulan data yang lengkap dan akurat kondisi fisik dan non fisik klien serta keadaan perilaku dan sikap keluarganya.
Rasional : memberikan penanganan bantuan terapi melalui pengumpulan data yang lengkap dan akurat kondisi fisik dan non fisik klien serta keadaan perilaku dan sikap keluarganya.
Tindakan :
ü Bina hubungan saling percaya dengan keluarga
:
a. Salam, perkenalan diri.
b.Jelaskan tujuan.
c. Buat kontrak.
d. Eksplorasi perasaan klien.
ü Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
1. Perilaku menarik diri.
2. Penyebab perilaku menarik diri.
3. Akibat yang terjadi jika perilaku menarik
diri tidak ditanggapi.
4. Cara keluarga menghadapi klien menarik diri.
ü Dorong anggota keluarga untuk memberikan
dukungan kepada klien untuk berkomunikasi dengan orang lain.
ü Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan
bergantian menjenguk klien minimal satu kali seminggu.
ü Beri reinforcement positif positif atas
hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga.
Diagnosa 2
Tujuan umum :
·
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal tanpa merasa
rendah diri
Tujuan
khusus :
·
Klien dapat membina hubungan saling percaya
Rasional : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan interaksi selanjutnya
Rasional : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan interaksi selanjutnya
Tindakan :
ü Bina hubungan saling percaya dengan
menggunakan prinsip komunikasi terapeutik :
a. sapa klien dengan ramah baik verbal maupun
non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama
panggilan yang disukai klien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa
adanya
g. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan
dasar klien.
·
Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
Rasional : Diskusikan tingkat kemampuan klien seperti menilai realitas, kontrol diri atau integritas ego ini diperlakukan sebagai dasar asuhan keperawatannya. Reinforcement positif akan meningkatkan harga diri klien. Pujian yang realistik tidak menyebabkan klien melakukan kegiatan hanya karena ingin mendapatkan pujian.
Rasional : Diskusikan tingkat kemampuan klien seperti menilai realitas, kontrol diri atau integritas ego ini diperlakukan sebagai dasar asuhan keperawatannya. Reinforcement positif akan meningkatkan harga diri klien. Pujian yang realistik tidak menyebabkan klien melakukan kegiatan hanya karena ingin mendapatkan pujian.
Tindakan:
ü Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki klien.
ü Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi
penilaian negatif.
ü Utamakan memberikan pujian yang realistik.
·
Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
Rasional : Keterbukaan dan pengertian tentang kemampuan yang dimiliki adalah prasyarat untuk berubah. Pengertian tentang kemampuan yang dimiliki diri memotivasi untuk tetap mempertahankan penggunaannya.
Rasional : Keterbukaan dan pengertian tentang kemampuan yang dimiliki adalah prasyarat untuk berubah. Pengertian tentang kemampuan yang dimiliki diri memotivasi untuk tetap mempertahankan penggunaannya.
Tindakan:
ü Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat
digunakan selama sakit.
ü Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan
penggunaannya.
·
Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki.
Rasional : Membentuk individu yang
bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.Klien perlu bertindak secara
realistis dalam kehidupannya. Contoh peran yang dilihat klien akan memotivasi
klien untuk melaksanakan kegiatan.
Tindakan:
ü Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat
dilakukan setiap hari sesuai kemampuan.
ü Kegiatan mandiri.
ü Kegiatan dengan bantuan sebagian.
ü Kegiatan yang membutuhkan bantuan total.
·
Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.
Rasional : Memberikan kesempatan kepada klien mandiri dapat meningkatkan motivasi dan harga diri klien. Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien. Memberikan kesempatan kepada klien ntk tetap melakukan kegiatan yang bisa dilakukan.
Rasional : Memberikan kesempatan kepada klien mandiri dapat meningkatkan motivasi dan harga diri klien. Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien. Memberikan kesempatan kepada klien ntk tetap melakukan kegiatan yang bisa dilakukan.
Tindakan:
ü Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan
yang telah direncanakan.
ü Beri pujian atas keberhasilan klien.
ü Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.
·
Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
Rasional: Mendorong keluarga untuk mampu merawat klien mandiri di rumah. Support sistem keluarga akan sangat berpengaruh dalam mempercepat proses penyembuhan klien. Meningkatkan peran serta keluarga dalam merawat klien di rumah.
Rasional: Mendorong keluarga untuk mampu merawat klien mandiri di rumah. Support sistem keluarga akan sangat berpengaruh dalam mempercepat proses penyembuhan klien. Meningkatkan peran serta keluarga dalam merawat klien di rumah.
Tindakan:
ü Beri pendidikan kesehatan pada keluarga
tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah.
ü Bantu keluarga memberikan dukungan selama
klien dirawat.
ü Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di
rumah.
III.
PRIORITAS
INTERVENSI
Pada dasarnya intervensi
difokuskan pada :
1. Lingkungan
2. Hubungan
perawat klien
3. Afektif
4. Kognitif
5. Intervensi
Perilaku
6. Intervensi
Sosial
7. Intervensi
Fisiologis
Intervensi khusus pada penderita depresi :
Masalah : Menarik Diri
Tujuan jangka panjang : klien tidak mengalami menarik diri
Tujuan jangka
pendek :
TUK 1 : Klien dapat membina
hubungan saling percaya
TUK 2 : Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
TUK 3 : Klien dapat
menyebutkan keuntungan berinteraksi dengan orang lain
TUK 4 : Klien dapat memberdayakan system pendukung atau
keluarga mampu mengembangkan kemampuan pasien untuk berhubungan dengan orang
lain
Rencana
tindakan :
1
Bina hubungan
saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik.
Rasional : Kejujuran, kesediaan, dan penerimaan
meningkatkan kepercayaan hubungan antara klien dan perawat.
2
Dorong dan beri
kesempatan kepada klien untuk menyebutkan penyebab menarik diri
Rasional : Mengurangi beban pikiran yang
dirasakan oleh klien dan perawat dapat mengetahui tindakan terapeutik yang akan
dilakukan.
3
Dorong dan beri
kesempatan kepada klien untuk menyebutkan keuntungan
berinteraksi dengan orang lain serta dengarkan dengan empati
Rasional : Klien mengetahui keuntungan yang
diperoleh ketika berinteraksi dan termotivasi untuk lebih bersosialisasi dengan
orang lain.
4
Bantu klien dengan system
pendukung atau keluarga mampu mengembangkan kemampuan pasien untuk berhubungan
dengan orang lain
Rasional : Klien mendapatkan dorongan dari pihak terdekat(dalam hal
ini keluarga), sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan secara psikis.
D. EVALUASI
Adanya perubahan respon maladaptif kearah adaptif klien dapat :
Ø Menerima dan mengakhiri perasaannya dan perasaan orang lain
Ø
Memulai komunikasi dengan orang lain
Ø
Mengontrol perilaku sesuai
keterbatasannya
Ø
Menggunakan proses pemecahan masalah
DAFTAR PUSTAKA
1.
Azis R, dkk. 2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang
: RSJD Dr. Amino Gondoutomo
2.
Boyd MA, Hihart MA. 1998.
Psychiatric Nursing : Contemporary
Practice. Philadelphia : Lipincott-Raven Publisher
3.
Budi Anna Keliat. 1999.
Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial:
Menarik Diri. Jakarta : FIK UI
4.
Keliat BA. 1999. Proses Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta
: EGC
5.
Stuart GW, Sundeen SJ. 1998.
Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3.
Jakarta : EGC.
6.
Tim Direktorat Keswa. 2000.
Standar Asuhan Keperawatan Kesehatan
Jiwa. Edisi 1. Bandung : RSJP Bandung
No comments:
Post a Comment