Juniartha Semara Putra
LAPORAN
PENDAHULUAN INFERTILITY
1. DEFINISI
Infertilitas
adalah ketidakmampuan sepasang suami istri untuk memiliki keturunan dimana
wanita belum mengalami kehamilan setelah bersenggama secara teratur 2-3 x /
minggu, tanpa mamakai matoda pencegahan selama 1 tahun.
Menurut ahli reproduksi
endokrinologi, infertilitas adalah (en.wikipedia.org, www.emedicine health.com,
inasoengkowo, 2009):
1. Tidak hamil setelah 12 bulan
melakukan hubungan intim secara rutin (1-3 kali seminggu) dan bebas kontrasepsi
bila perempuan berumur kurang dari 34 tahun.
2. Tidak hamil setelah 6 bulan
melakukan hubungan intim secara rutin (1-3 kali seminggu) dan bebas kontrasepsi
bila perempuan berumur lebih dari 35 tahun.
3. Perempuan yang bisa hamil namun
tidak sampai melahirkan sesuai masanya (37-42 minggu).
Ada 2 jenis
infertilitas :
Ø Infertilitas
primer : bila pasangan tersebut belum pernah mengalami kehamilan sama sekali.
Ø Infertilitas
sekunder : bila pasangan tersebut sudah pernah melahirkan namun setelah itu
tidak pernah hamil lagi.
2. ETIOLOGI
Pada wanita :
1. Gangguan organ reproduksi:
a) Infeksi vagina sehingga meningkatkan
keasaman vagina yang akan membunuh sperma dan pengkerutan vagina yang akan
menghambat transportasi sperma ke vagina
b) Kelainan pada serviks akibat
defesiensi hormon esterogen yang mengganggu pengeluaran mukus serviks. Apabila
mukus sedikit di serviks, perjalanan sperma ke dalam rahim terganggu. Selain
itu, bekas operasi pada serviks yang menyisakan jaringan parut juga dapat
menutup serviks sehingga sperma tidak dapat masuk ke rahim
c) Kelainan pada uterus, misalnya
diakibatkan oleh malformasi uterus yang mengganggu pertumbuhan fetus, mioma
uteri dan adhesi uterus yang menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah untuk
perkembangan fetus dan akhirnya terjadi abortus berulang
d) Kelainan tuba falopii akibat infeksi
yang mengakibatkan adhesi tuba falopii dan terjadi obstruksi sehingga ovum dan
sperma tidak dapat bertemu.
2. Gangguan ovulasi
Gangguan ovulasi ini dapat terjadi
karena ketidakseimbangan hormonal seperti adanya hambatan pada sekresi hormon
FSH dan LH yang memiliki pengaruh besar terhadap ovulasi. Hambatan ini dapat
terjadi karena adanya tumor kranial, stress, dan penggunaan obat-obatan yang
menyebabkan terjadinya disfungsi hipothalamus dan hipofise. Bila terjadi
gangguan sekresi kedua hormon ini, maka folikel mengalami hambatan untuk matang
dan berakhir pada gangguan ovulasi.
3. Kegagalan implantasi
Wanita dengan kadar progesteron yang
rendah mengalami kegagalan dalam mempersiapkan endometrium untuk nidasi.
Setelah terjadi pembuahan, proses nidasi pada endometrium tidak berlangsung
baik. Akibatnya fetus tidak dapat berkembang dan terjadilah abortus.
4. Endometriosis
Kondisi menebalnya lapisan
endometrium di tuba falopii atau ovarium. Kondisi ini sering menimbulkan kista.
Kista dapat mengganggupematangan folikel dan pelepasan sel telur.
5. Abrasi genetis
Translokasi
Robertsonian menyebabkan aborsi spontan atau infertilitas primer
6. Faktor immunologis
Apabila embrio memiliki antigen yang
berbeda dari ibu, maka tubuh ibu memberikan reaksi sebagai respon terhadap
benda asing. Reaksi ini dapat menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.
7. Lingkungan
Paparan radiasi dalam dosis tinggi,
asap rokok, gas ananstesi, zat kimia, dan pestisida dapat menyebabkan toxic
pada seluruh bagian tubuh termasuk organ reproduksi yang akan mempengaruhi
kesuburan.
8. Usia
Usia 35 tahun peluang seorang wanita
akan hamil adalah 95% setelah rutin melakukan hubungan seks selama 3 tahun,
pada wanita 38 tahun peluangnya akan turun menjadi 75%.
Pada Pria
Ada beberapa kelainan umum yang
dapat menyebabkan infertilitas pada pria yaitu :
1) Abnormalitas sperma; morfologi,
motilitas
2) Abnormalitas ejakulasi; ejakulasi
retrograde, hipospadia
3) Abnormalitas ereksi
4) Abnormalitas cairan semen; perubahan
pH dan perubahan komposisi kimiawi
5) Infeksi pada saluran genital yang
meninggalkan jaringan parut sehingga terjadi penyempitan
pada obstruksi pada saluran genital
6) Lingkungan; Radiasi, obat-obatan
anti kanker
7) Abrasi genetik
3. MANIFESTASI KLINIS
1. Wanita
· Terjadi
kelainan system endokrin
· Hipomenore dan
amenore
· Diikuti dengan
perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat menunjukkan masalah pada aksis
ovarium hipotalamus hipofisis atau aberasi genetik
· Wanita dengan
sindrom turner biasanya pendek, memiliki payudara yang tidak berkembang,dan
gonatnya abnormal
· Wanita infertil
dapat memiliki uterus
· Motilitas tuba
dan ujung fimbrienya dapat menurun atau hilang akibat infeksi, adhesi, atau
tumor
· Traktus
reproduksi internal yang abnormal
2. Pria
· Riwayat
terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas, radiasi,
rokok, narkotik, alkohol, infeksi)
· Status gizi dan
nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu
Riwayat infeksi genitorurinaria
Riwayat infeksi genitorurinaria
· Hipertiroidisme
dan hipotiroid
· Tumor hipofisis
atau prolactinoma
· Disfungsi
ereksi berat
· Ejakulasi
retrograt
· Hypo/epispadia
· Mikropenis
· Andesensus
testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha
· Gangguan
spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma)
· Hernia
scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
· Varikhokel
(varises pembuluh balik darah testis)
· Abnormalitas
cairan semen
4. PATOFISIOLOGI
a. Wanita
Beberapa
penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita diantaranya gangguan stimulasi
hipofisis hipotalamus yang mengakibatkan pembentukan FSH dan LH tidak adekuat
sehingga terjadi gangguan dalam pembentukan folikel di ovarium. Penyebab lain
yaitu radiasi dan toksik yng mengakibatkan gangguan pada ovulasi. Gangguan
bentuk anatomi sistem reproduksi juga penyebab mayor dari infertilitas,
diantaranya cidera tuba dan perlekatan tuba sehingga ovum tidak dapat lewat dan
tidak terjadi fertilisasi dari ovum dan sperma. Kelainan bentuk uterus
menyebabkan hasil konsepsi tidak berkembang normal walapun sebelumnya terjadi
fertilisasi. Abnormalitas ovarium, mempengaruhi pembentukan folikel. Abnormalitas
servik mempegaruhi proses pemasukan sperma. Faktor lain yang mempengaruhi
infertilitas adalah aberasi genetik yang menyebabkan kromosom seks tidak
lengkap sehingga organ genitalia tidak berkembang dengan baik.
Beberapa
infeksi menyebabkan infertilitas dengan melibatkan reaksi imun sehingga terjadi
gangguan interaksi sperma sehingga sperma tidak bisa bertahan, infeksi juga
menyebebkan inflamasi berlanjut perlekatan yang pada akhirnya menimbulkan
gangguan implantasi zigot yang berujung pada abortus.
b. Pria
Abnormalitas
androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi hipotalamus dan hipofisis
yang mengakibatkan kelainan status fungsional testis. Gaya hidup memberikan
peran yang besar dalam mempengaruhi infertilitas dinataranya merokok,
penggunaan obat-obatan dan zat adiktif yang berdampak pada abnormalitas sperma
dan penurunan libido. Konsumsi alkohol mempengaruhi masalah ereksi yang
mengakibatkan berkurangnya pancaran sperma. Suhu disekitar areal testis juga
mempengaruhi abnormalitas spermatogenesis. Terjadinya ejakulasi retrograt
misalnya akibat pembedahan sehingga menyebebkan sperma masuk ke vesika urinaria
yang mengakibatkan komposisi sperma terganggu.
5. TANDA DAN GEJALA
Infertilitas ditunjukkan dengan kehamilan yang tidak kunjung tiba. Secara lebih
lanjut akan muncul stress berkepanjangan pada pasutri. Apabila pasutri sudah
mempunyai anak maka akan dijadikan tumpuan emosional.
6. KOMPLIKASI
OHSS (Ovarian hyperstimulation syndrome) muncul karena pengobatan yang
dipergunakan untuk menstimulasi ovarium, gejalanya:
1) mual
2) muntah
3) nyeri abdomen
4) konstipasi
5) diare
6) urine keruh
7) thrombosis
8) disfungsi ginjal dan hati
9) sulit bernapas
7. PEMERIKSAAN
Pemeriksaan Fisik:
Hirsutisme diukur dengan skala Ferriman dan Gallway,
jerawat
a)
Pembesaran kel. Tiroid
b)
Galaktorea
c)
Inspeksi lendir serviks ditunjukkan
dengan kualitas mukus
d)
PDV untuk menunjukkan adanya tumor
uterus / adneksa
Pemeriksaan System Reproduksi:
1. Wanita
·
Deteksi Ovulasi
1. Meliputi
pengkajian BBT (basal body temperature )
2. Uji lendir
serviks metoda berdasarkan hubungan antara pertumbuhan anatomi dan fisiologi
serviks dengan siklus ovarium untuk mengetahui saat terjadinya keadaan optimal
getah serviks dalam menerima sperma
·
Analisa hormon
Mengkaji fungsi
endokrin pada aksis ovarium – hipofisis – hipotalamus. Dengan pengambilan
specimen urine dan darah pada berbagai waktu selama siklus menstruasi.
·
Sitologi vagina
Pemeriksaan
usap forniks vagina untuk mengetahui perubahan epitel vagina
·
Uji pasca senggama
Mengetahui ada
tidaknya spermatozoa yang melewati serviks ( 6 jam pasca coital).
·
Biopsy endometrium terjadwal
Mengetahui pengaruh progesterone
terhadap endometrium dan sebaiknya dilakukan pada 2-3 hr sebelum haid.
·
Histerosalpinografi
Radiografi
kavum uteri dan tuba dengan pemberian materi kontras. Disini dapat dilihat
kelainan uterus, distrosi rongga uterus dan tuba uteri, jaringan parut dan
adesi akibat proses radang. Dilakukan secara terjadwal.
·
Laparoskopi
Standar emas
untuk mengetahui kelainan tuba dan peritoneum.
·
Pemeriksaan pelvis ultrasound
Untuk
memvisualisasi jaringan pelvis, misalnya untuk identifikasi kelainan,
perkembangan dan maturitas folikuler, serta informasi kehamilan intra uterin.
2. Pria
·
Analisa Semen
Parameter
Warna Putih keruh
Bau Bunga akasia
PH 7,2 – 7,8
Volume 2 – 5 ml
Viskositas 1,6 – 6,6 centipose
Jumlah sperma 20 juta / ml
Sperma motil > 50%
Bentuk normal > 60%
Kecepatan gerak sperma 0,18-1,2 detik
persentase gerak sperma motil > 60%
Aglutasi Tidak ada
Sel – sel Sedikit,tidak ada
Uji fruktosa 150-650 mg/dl
·
Pemeriksaan endokrin
Pemeriksaan ini
berguna untuk menilai kembali fungsi hipothalamus, hipofisis jika kelainan ini
diduga sebagai penyebab infertilitas. Uji yang dilakukan bertujuna untuk
menilai kadar hormon tesrosteron, FSH, dan LH.
·
USG
Pemeriksaan ini
dilakukan untuk melihat struktur kelenjar prostat, vesikula seminalis, atau
seluran ejakulatori.
·
Biopsi testis
Pemeriksaan ini
dilakukan dengan mengambil sampel jaringan testis memakai metoda invasif untuk
mengidentifikasi adanya kelainan patologi.
·
Uji penetrasi sperma
·
Uji hemizona
8. PENATALAKSANAAN
A. Wanita
· Pengetahuan
tentang siklus menstruasi, gejala lendIr serviks puncak dan waktu yang tepat
untuk coital
· Pemberian terapi obat, seperti;
1. Stimulant
ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan oleh supresi hipotalamus,
peningkatan kadar prolaktin, pemberian tsh .
2. Terapi
penggantian hormon
3.
Glukokortikoid jika terdapat hiperplasi adrenal
4. Penggunaan
antibiotika yang sesuai untuk pencegahan dan penatalaksanaan infeksi dini yang
adekuat
· GIFT ( gemete intrafallopian transfer )
· Laparatomi dan bedah mikro untuk
memperbaiki tuba yang rusak secara luas
· Bedah plastic misalnya penyatuan uterus
bikonuate,
· Pengangkatan tumor atau fibroid
· Eliminasi vaginitis atau servisitis
dengan antibiotika atau kemoterapi
B. Pria
· Penekanan produksi sperma untuk
mengurangi jumlah antibodi autoimun, diharapkan kualitas sperma meningkat
· Agen antimikroba
· Testosterone Enantat dan Testosteron
Spionat untuk stimulasi kejantanan
· HCG secara i.m memperbaiki
hipoganadisme
· FSH dan HCG untuk menyelesaikan
spermatogenesis
· Bromokriptin, digunakan untuk mengobati
tumor hipofisis atau hipotalamus
· Klomifen dapat diberikan untuk
mengatasi subfertilitas idiopatik
· Perbaikan varikokel menghasilkan
perbaikan kualitas sperma
· Perubahan gaya hidup yang sederhana dan
yang terkoreksi. Seperti, perbaikan nutrisi, tidak membiasakan penggunaan
celana yang panas dan ketat
· Perhatikan penggunaan lubrikans saat
coital, jangan yang mengandung spermatisida.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
A. Identitas klien
Termasuk data etnis, budaya dan agama
B. Riwayat kesehatan
1) Wanita
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
• Riwayat terpajan benda – benda mutan
yang membahayakan reproduksi di rumah
• Riwayat infeksi genitorurinaria
• Hipertiroidisme dan hipotiroid
• Infeksi bakteri dan virus ex:
toksoplasama
• Tumor hipofisis atau prolaktinoma
• Riwayat penyakit menular seksual
• Riwayat kista
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
• Endometriosis dan endometrits
• Vaginismus (kejang pada otot vagina)
• Gangguan ovulasi
• Abnormalitas tuba falopi, ovarium, uterus, dan servik
• Autoimun
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
• Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi
genetik
d. Riwayat Obstetri
• Tidak hamil dan melahirkan selama
satu tahun tanpa alat kontrasepsi
• Mengalami aborsi berulang
• Sudah pernah melahirkan tapi tidak
hamil selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi
2) Pria
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
• Riwayat terpajan benda – benda mutan
yang membahayakan reproduksi (panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol,
infeksi)
• Status gizi dan nutrisi terutama
kekurangan protein dan vitamin tertentu
• Riwayat infeksi genitorurinaria
• Hipertiroidisme dan hipotiroid
• Tumor hipofisis atau prolactinoma
• Trauma, kecelakan sehinga testis
rusak
• Konsumsi obat-obatan yang mengganggu spermatogenesis
• Pernah menjalani operasi yang berefek
menganggu organ reproduksi contoh : operasi prostat, operasi tumor saluran
kemih
• Riwayat vasektomi
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
• Disfungsi ereksi berat
• Ejakulasi retrograt
• Hypo/epispadia
• Mikropenis
• Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat
paha
• Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan
motilitas sperma)
• Saluran sperma yang tersumbat
• Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis
)
• Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
• Abnormalitas cairan semen
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
• Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi
genetik
C. Pemeriksaan Fisik
Terdapat berbagai kelainan pada organ genital, pria
atupun wanita.
D. Pemeriksaan penunjang
a. Wanita
• Deteksi Ovulasi
• Analisa hormon
• Sitologi vagina
• Uji pasca senggama
• Biopsy endometrium terjadwal
• Histerosalpinografi
• Laparoskopi
• Pemeriksaan pelvis ultrasound
b. Pria
• Analisa Semen
• Parameter
• Warna Putih keruh
• Bau Bunga akasia
• PH 7,2 – 7,8
• Volume 2 – 5 ml
• Viskositas 1,6 – 6,6 centipose
• Jumlah sperma 20 juta / ml
• Sperma motil > 50%
• Bentuk normal > 60%
• Kecepatan gerak sperma 0,18-1,2 detik
• persentase gerak sperma motil > 60%
• Aglutasi Tidak ada
• Sel – sel Sedikit,tidak ada
• Uji fruktosa 150-650 mg/dl
• Pemeriksaan endokrin
• USG
• Biopsi testis
• Uji penetrasi sperma
• Uji hemizona
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN (Struart,
2007)
1. Ansietas berhubungan dengan
ketidaktahuan tentang akhir proses diagnostik
2. Gangguan konsep diri ; harga diri
rendah berhubungan dengan gangguan fertilitas
3. Berduka dan antisipasi berhubungan
dengan prognosis yang buruk
4. Nyeri akut berhubungan dengan efek
test diagnostik
5. Ketidakberdayaan berhubungan dengan
kurang kontrol terhadap prognosis
6. Resiko tinggi terhadap kerusakan
koping induvidu / keluarga berhubungan dengan metode yang digunakan dalam
investigasi fertilitas
3. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa
Keperawatan:
1.Ansietas
berhubungan dengan ketidaktahuan tentang akhir proses diagnostik
Tujuan :
Mengurangi ansietas / rasa takut
Kriteria
Hasil:
1. Klien
mampu mengungkapkan tentang infertilitas dan bagaimana treatmentnya
2. Klien memperlihatkan adanya peningkatan kontrol diri terhadap diagnosa infertil 3. Klien mampu mengekspresikan perasaan tentang infertil |
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Jelaskan
tujuan test dan prosedur
|
Menurunkan
cemas dan takut terhadap diagnosis dan prognosis
|
Tingkatkan
ekspresi perasaan dan takut, contoh : menolak, depresi, dan marah.
|
Biarkan
pasien / orang terdekat mengetahui ini sebagai reaksi yang normal Perasaan
tidak diekspresikan dapat menimbulkan kekacauan internal dan efek gambaran
diri
|
Dorong
keluarga untuk menganggap pasien seperti sebelumnya
|
Meyakinkan
bahwa peran dalam keluarga dan kerja tidak berubah
|
Kolaborasi
: berikan sedative, tranquilizer sesuai indikasi
|
Mungkin
diperlukan untuk membantu pasien rileks sampai secara fisik mampu untuk
membuat startegi koping adekuat
|
Diagnosa
Keperawatan:
2.
Gangguan konsep diri ; harga diri rendah berhubungan dengan gangguan
fertilitas
Tujuan :
Memfasilitasi integritas diri konsep pribadi dan perubahan gambaran
Diri
Kriteria
Hasil:
1. Klien
mampu mengekspresikan perasaan tentang infertil
2.Terjalin
kontak mata saat berkomunikasi
3. Mengidentifikasi aspek positif diri |
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Tanyakan
dengan nama apa pasien ingin dipanggil
|
Menunjukan
kesopan santunan / penghargaan dan pengakuan personal
|
Identifikasi
orang terdekat dari siapa pasien memperoleh kenyaman dan siapa yang harus
memberitahuakan jika terjadi keadaan bahaya
|
Memungkinkan
privasi untuk hubungan personal khusus, untuk mengunjungi atau untuk tetap
dekat dan menyediakan kebutuhan dukungan bagi pasien
|
Dengarkan
dengan aktif masalah dan ketakutan pasien
|
Menyampaikan
perhatian dan dapat dengan lebih efektif mengidentifikasi kebutuhan dan
maslah serta strategi koping pasien dan seberapa efektif
|
Dorong
mengungkapkan perasaan, menerima apa yang dikatakannya
|
Membantu
pasien / orang terdekat untuk memulai menerima perubahan dan mengurangi
ansietas mengenai perubahan fungsi / gaya hidup
|
Diskusikan
pandangan pasien terhadap citra diri dan efek yang ditimbulkan dari penyakit
/ kondisi
|
Persepsi
pasien mengenai perubahan pada citra diri mungkin terjadi secara tiba- tiba
atau kemudian
|
Diagnosa
Keperawatan:
3.
Berduka dan antisipasi berhubungan dengan prognosis yang buruk
Tujuan : Memfasilitasi proses berduka
Kriteria
Hasil:
1.Menunjukan
rasa pergerakan kearah resolusi dan rasa berduka dan harapan untuk masa depan
2. Klien menunjukkan fungsi pada tingkat adekuat, ikut serta dalam pekerjaan |
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Berikan
lingkungan yang terbuka pasien merasa bebas untuk dapat mendiskusikan perasaan
dan masalah secara realitas
|
kemampuan
komunikasi terapeutik seperti aktif mendengarkan, diam, selalu bersedia, dan
pemahaman dapat memberikan pasien kesempatan untuk berbicara secara bebas dan
berhadapan dengan perasaan
|
Identifikasi
tingkat rasa duka / disfungsi : penyangkalan, marah, tawar - menawar,
depresi, penerimaan
|
Kecermatan
akan memberikan pilihan intervensi yang sesuai pada waktu induvidu menghadapi
rasa berduka dalam berbagai cara yang berbeda
|
Dengarkan
dengan aktif pandangan pasien dan selalu sedia untuk membantu jika diperlukan
|
Proses
berduka tidak berjalan dalam cara yang teratur, tetapi fluktuasainya dengan
berbagai aspek dari berbagai tingkat yang muncul pada suatu kesempatan yang
lain
|
Identifikasi
dan solusi pemecahan masalah untuk keberadaan respon – respon fisik, misalnya
makan, tidur, tingkat aktivitas dan hasrat seksual
|
Mungkin
dibutuhkan tambahan bantuan untuk berhadapan dengan aspek – aspek fisik dari
rasa berduka
|
Kaji
kebutuhan orang terdekat dan bantu sesuai petunjuk
|
Identifikasi
dari masalah – masalah berduka disfungsional akan mengidentifikasi intervensi
induvidual
|
Kolaborasi
: rujuk sumber – sumber lainnya misalnya konseling, psikoterapi sesuai
petunjuk
|
Mungkin
dibutuhkan bantuan tambahan untuk mengatasi rasa berduka, membuat rencana,
dan menghadapi masa depan
|
Diagnosa
Keperawatan:
4. Nyeri
akut berhubungan dengan efek test diagnostik
Tujuan : nyeri dapat teratasi
Kriteria
Hasil:
1.
Ekspresi klien terlihat tenang
2. Napas
klien teratur
|
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Lakukan
komunikasi terapeutik
|
kemampuan
komunikasi terapeutik seperti aktif mendengarkan, diam, selalu bersedia, dan
pemahaman dapat memberikan pasien kesempatan untuk berbicara secara bebas dan
berhadapan dengan perasaan
|
Pantau
lokasi, lamanya intensitas dan penyebaran (PQRST)
|
Perhatikan
tanda nonverbal, contoh peningkatan TD dan nadi, gelisah, merintih
Untuk menentukan intervensi selanjutnya |
Jelaskan
penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan ke staff terhadap karakteristik
nyeri
|
Memberikan
kesempatan untuk pemberian analgesik sesuai waktu
|
Berikan
tindakan relaksasi, contoh pijatan, lingkungan istirahat
|
Menurunkan
tegangan otot dan meningkatan koping efektif
|
Bantu
atau dorong penggunaan nafas efektif
|
Mengarahkan
kembali perhatian dan membantu dalam relaksasi otot
|
Bimbingan
imajinasi
|
Mengontrol
aktivitas terapeutik
|
Diagnosa
Keperawatan:
5.
Ketidakberdayaan berhubungan dengan kurang kontrol terhadap prognosis
Tujuan : mengembalikan kemandirian pasien
Kriteria
Hasil:
1.Mendemonstrasikan
teknik / perubahan gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri
2.Melakukan aktivitas perawatan diri sesuai tingkat kemampuan sendiri 3.Mengidentifikasi sumber pribadi dan komunitas dalam memberikan bantuan sesuai kebutuhan |
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Kaji
kemampuan dan tingkat kekurangan untuk melaukan kebutuhan sehari – hari
|
Membantu
dalam mengantisipasi / merencanakan pemenuhan kebutuhan secara individual
|
Hindari
melaukan sesuatu untuk pasien yang dapat dilakukan pasien sendiri, tetapi
berikan bantuan sesuai kebutuhan
|
Pasien
ini mungkin menjadi sangat ketakutan dan sangat tergantung dan meskipun
bantuan yang diberikan bermamfaat dalam mencegah frustasi, adalah penting
bagi pasien untuk diri sendiri untuk mempertahankan harga diri
|
Sadari
perilaku / aktivitas impulsif karena gangguan dalam mengambil keputusan
|
Dapat
menunjukan kebutuhan intervensi dan pengawasan tambahan untuk meningkatakan
keamanan pasien
|
Pertahankan
dukungan, sikap yang tegas, beri pasien waktu yang cukup untuk mengerjakan
tugasnya
|
Pasien
akan memerlukan empati tetapi perlu untuk mengetahui pemberi asuhan yang akan
membantu pasien secara konsisten
|
Dx 6.
Resiko tinggi terhadap kerusakan koping induvidu / keluarga berhubungan
dengan metode yang digunakan dalam investigasi fertilitas
Tujuan : Mendorong kemampuan koping yang efektif dari pasien / keluarga
Kriteria
Hasil:
1.Mengidentifikasi
tingkah laku koping yang tidak efektif dan konsekuensi
2.Menunjukan kewaspadaan dari koping pribadi / kemampuan memecahkan masalah 3.Memenuhi kebutuhan psikologis yang ditunjukan dengan mengekspresikan perasaan yang sesuai, identifikasi pilihan dan pengguanaan sumber – sumber 4. Membuat keputusan dan menunjukan kepuasaan dengan pilihan yang diambil. |
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Kaji
keefektifan strategi koping dengan mengobservasi prilaku
|
kemampuan
menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam rencana
pengobatan
|
Kembangkan
mekanisme adaptif
|
mengubah
pola hidup seseorang, mengatasi hipertensi kronik, dan mengintegrasikan
terapi yang diharuskan kedalam kehidupan sehari – hari
|
Bantu
klien untuk mengidentifikasi stresor spesifik dan kemungkinan strategi untuk
mengatasinya
|
Pengenalan
terhadap stressor adalah langkah pertama dalam mengubah respons seseorang
terhadap stresor
|
Libatkan
pasien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan partisipasi maksimal
dalam rencana pengobatan
|
Keterlibatan
memberikan pasien perasaan kontrol diri yang berkelanjutan, memperbaiki
keterampilan koping dan dapat meningkatkan kerjasama dalam regimen terapeutik
|
Dorong
pasien untuk mengevaluasi prioritas / tujuan hidup
|
Fokus
perhatian pasien pada realitas situasi yang ada.
|
Bantu
pasien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup yang
perlu.
|
Perubahan
yang perlu harus diprioritaskan secara realisti untuk menghindari rasa tidak
menentu dan tidak berdaya
|
4. Implementasi
Setelah rencana keperawatan di susun, maka rencana
tersebut diharapkan dalam tindakan nyata untuk mencapai tujuan yang diharapkan,
tindakan tersebut harus terperinci sehingga dapat diharapkan tenaga pelaksanaan
keperawatan dengan baik dan sesuai dengan waktu yang ditentukan
Implementasi
ini juga dilakukan oleh si pembuat rencana keperawatan dan di dalam pelaksanaan
keperawatan itu kita harus menjunjung tinggi harkat dan martabat sebagai
manusia yang unik
5. Evaluasi
Evaluasi adalah hasil akhir dari proses keperawatan
dilakukan untuk mengetahui sampai dimana keberhasilan tindakan yang diberikan
sehingga dapat menentukan intervensi yang akan dilanjutkan.
No comments:
Post a Comment