Juniartha Semara Putra
A.
PENGERTIAN
B.
ETIOLOGI
C.
PATOFISIOLOGI
COLOSTOMI
Gangguan Integritas Resiko Infeksi
D.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
E.
UJI LABORATORIUM
F.
PENATALAKSANAAN
G.
PENGKAJIAN
H.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
I.
INTERVENSI KEPERAWATAN
DAFTAR PUSTAKA
ASUHAN KEPERAWATAN
IMPERFORATA
ANI
A.
PENGERTIAN
Imperforata anus adalah tidak komplit perkembangan
embrionik pada distal usus (anus) atau tetutupnya anus secara abnormal.
B.
ETIOLOGI
- Secara pasti belum diketahui
- Merupakan anomaly gastrointestinal
dan genitourinary
C.
PATOFISIOLOGI
KONGENITAL
![]() |
Inkonteninsia ATRESIA ANI
Bowel
COLOSTOMI
![]() |
|||||
![]() |
![]() |
Gangguan Integritas Resiko Infeksi
Kulit
D.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
- Pemeriksaan fisik rektum,
kepatenan rektal dan dapat dilakukan colok dubur dengan menggunakan selang
satu jari.
E.
UJI LABORATORIUM
- Pemeriksaan rectal digital dan
visual adalah pemeriksaan diagnostic yang umum dilakukan pada ganguan ini
- Jika ada fistula, urin dapat dapat
diperiksa untuk memeriksa adanya sel – sel epitelia mekonium
- Pemeriksan sinar-X lateral inverse
(teknik wangensten-rice) dapat menujukkan kumpulan udara dalam ujung
rectum yang buntu pada atau dekat perineum, dapat menyesatkan jika rectum
penuh dengan mekonium yang mencegah udara sampai ke ujung kantong rectal.
- Ultra sound dapat digunakan untuk
menentukan letak kantong rectal
- Aspirasi jarum untuk mendeteksi
kantong rectal dengan cara menusukkan jarum tersebut sambil melakukan
aspirasi, jika mekonium tidak keluar pada saat jarum sudah masuk 1,5 cm,
defek tersebut dianggap sebagai defek tingkat tinggi.
- Ultrasound dan Ct scan untuk
menentukan lesi
F.
PENATALAKSANAAN
- Pembedahan fisik rektum;
transversokolostomi (kolostomi di kolon transversum) dan sigmoidostomi
(kolostomi di sigmoid). Bentuk yang aman adalah double barrel atau laran
ganda
G.
PENGKAJIAN
- Kaji bayi setelah lahir;
pemeriksaan fisik
- Tanpa mekonium dalam 24 jam
setelah lahir
- Gunakan termometer rektal untuk
menentukan kepatenan rektal
- Adanya tinja dalam urine, dan
vagina
- Kaji psikososial keluarga
H.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Inkontinen bowel b/d tidak
lengkapnya pembentukan anus
- Gangguan integritas kulit b/d
kolostomi
- Resiko tinggi infeksi b/d prosedur
pembedahan
I.
INTERVENSI KEPERAWATAN
- Dx : Inkontinen bowel b/d tidak
lengkapnya pembentukan anus
Tujuan : Membuat pola eliminasi
sesuai kebutuhan fisik dan gaya hidup
dengan ketepatan jumlah dan konsistensi
Kriteria Hasil : Anak akan
menunjukan konsistensi tinja lembek, terbentuknya tinja, tidak nyeri, dan tidak
ada perdarahan.
Intervensi :
1.
Berikan perawatan kulit pada
anoplasty dan jaga area tetap bersih
R : Mencegah terjadinya luka lecet
2.
Kaji adanya kemerahan, bengkak
dan drainage
R : Adanya bengkak dan kemerahan
mengindikasikan sirkulasi yang tidak lancar
3.
Posisikan bayi miring ke
samping dengan kaki fleksi atau dengan posisi prone dan panggul ditinggikan
R : Untuk mengurangi edema dan
tekanan pada area pembedahan
4.
Gunakan kantong kolostomi yang
hipoalergi
R : Melindungi kulit yang sensitif
5.
Pertahankan puasa dan berikan
terapi hidrasi melalui iv sampai fungsi usus normal
R : Mempertahankan isi usus
6.
Kaji kolostomi, pembengkakan
atau kerusakan kulit
R : Adanya pembengkakan atau
kerusakan kulit menunjukkan tejadinya infeksi
7.
Dilatasikan anal setelah
pembedahan sesuai program
R : Merangsang fungsi anal
2.
Dx : Gangguan integritas kulit
b/d kolostomi
Tujuan : Meningkatkan penyembuhan yang tepat waktu dan
bebas tanda infeksi
Kriteria hasil : Sekeliling kulit
area kolostomi tampak kering, dan bebas dari kerusakan kulit.
Intervensi :
1.
Observasi luka dan catat
karakteristik drainase
R : perdarahan pasca operasi sering terjadi selama 48
jam pertama dimana infeksi dapat terjadi kapan saja.
2.
Ganti balutan sesuai dengan
kebutuhan, gunakan teknik aseptik
R : sejumlah besa drainase serosa menuntut penggantian
dengan sering untuk mengurangi iritasi kulit dan potensial infeksi
3.
Dorong posisi miring dengan
kepala tinggi, hindari duduk lama
R : meningkatkan drainase dari luka drain menurunkan
resiko pengumpulan. Duduk lama meningkatkan tekanan perineal, menurunkan
sirkulasi ke luka, dan dapat memperlambat penyembuhan
4.
Irigasi luka sesuai indikasi,
gunakan cairan garam faal, larutan hidrogen perioksida, atau larutan antibiotik
R : di perlukan untuk mengobati inflamasi / infeksi pra
operasi atau pun kontaminasi intra operasi
5.
Berikan rendam duduk
R : Meningkatkan kebersihan dan memudahkan penyembuhan
khususnya setelah tampon diangkat.
3.
Dx : Resiko tinggi infeksi b/d
prosedur pembedahan
Tujuan : tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil : tidak terdapat tanda tanda infeksi
misal bengkak, berwarna merah,
luka mengering
Intervensi :
- Kaji tanda – tanda infeksi
R : agar dapat memberikan tindakan keperawatan yang
tepat
- Mengganti balutan dengan teknik
steril
R : menghindari resiko infeksi
- Hindari bahan – bahan yang dapat
mengkontaminasi insisi pembedahan
R : adanya bahan yang tekontaminasi dalam insisi dapat
mengakibatkan infeksi
- Jaga kulit tetap kering dan tidak
ada perembesan
R : kulit yang lembab dapat menjadi media untuk bakteri
- Pantau kolostomi dengan kontan
R : kemunduran keadaan kolostomi mengindikasikan kurang
tepatnya intervensi
DAFTAR PUSTAKA
Doengus, Moorhouse, Geisler. 1999. Rencana
Asuhan Keperawatan (edisi 3). Jakarta : EGC.
Suriadi, Rita, Yuliani. 2001. Asuhan
Keperawatan Pada Anak (edisi 1). Jakarta : PT Fajar Interpratama
Betz. Cecily L. 2002. Keperawatan Pedriati
(edisi 3). Jakarta : EGC
No comments:
Post a Comment