Juniartha Semara Putra



Gambar3. Posisi kolumna vertebralis saat melakukan gerakan sederhana. A=pada saat beristirahat, B=pada saat kolumna teregang, C=pada saat kolumna terkompresi. D=saatekstensi, tulang vertebra di atas bergerak ke arah posterior, sehingga nucleus terdorong ke anterior. E= pada saat fleksi, tulang vertebrae di atas bergerak ke anterior, sehingga nucleus bergerak ke posterior. F= pada saat laterofleksi. G= pada saat terdapat tekanan oblique pada kolumna. H= pada saat rotasi aksial. Pada gerakan ini sering merobekkan annulus dan, diskus keluar ke posterior melalui robekan annulus. (KAPANDJI 1974)

Gambar 4. Ligamentum longitudinale posterior mulai menyempit setinggi L1 sampai setinggi L5. Pada L5 lebarnya hanya setengah lebar diskus, sehingga hemiasi diskus biasa terjadi di kiri-kanannya (CAILLIET 1981)
ASUHAN KEPERAWATAN HERNIA
NUCLEUS PULPOSUS (HNP)
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Begitu
banyak penyakit yang ada di masyarakat saat ini. Kadangkala berakhir buruk pada orang
tersebut. Beberapa faktor yang
menyebabkan yaitu kurangnya pengetahuan tentang penyakit tersebut, tidak peduli
dengan anggapan nantinya akan sembuh sendiri dan minimnya perekonomian
masyarakat.
Salah satu
penyakit yang cukup sering ada pada masyarakat dengan “syaraf terjepit” yang dalam istilah medis disebut
Hernia Nucleus Pulposus. Salah satu
gejalanya yaitu nyeri hebat yang menjalar dari punggung sampai kaki. Mungkin disebabkan orang tersebut setelah
mengangkat beban berat. Komplikasi dari
penyakit ini cukup berbahaya yaitu gangguan pada saluran pernafasan dan juga
pencernaan.
1.2
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini
terbagi menjadi:
1.2.1
Secara
Umum
Untuk memperoleh gambaran umum
tentang penyakit Hernia Nucleus Pulposus (HNP) meliputi tanda dan gejala, serta
komplikasinya terhadap fungsi organ tubuh yang lain
1.2.2
Secara
Khusus
Mahasiswa mampu:
a. Memahami konsep dasar anatomi dan
fisiologi sistem Vertebrae
b. Memahami konsep dasar penyakit Hernia
Nuclues Pulposus secara teoritis.
c. Menentukan diagnosa keperawatan yang
berhubungan dengan penyakit Hernia Nucleus Pulposus (HNP)
1.3
Ruang Lingkup
Dalam
penulisan makalah ini, kami hanya membahas tentang penyakit Hernia Nucleus
Pulposus (HNP) saja.
1.4
Metode Penulisan
Dalam
penulisan makalah ini, kami menggunakan metode deskriptif yaitu dengan mencari
sumber buku (literatur) dan juga sumber lain (internet) yang ada sebagai pedoman.
1.5
Sistematika Penulisan
Makalah ini terbagi menjadi 4
Bab, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penulisan
1.3 Ruang Lingkup
1.4 Metode Penulisan
1.5 Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN
TEORITIS
2.1 Anatomi dan Fisiologi Vertebrae
2.2 Definisi Hernia Nukleus Pulposus
2.3 Klasifikasi Hernia Diskus Vertebra
2.4 Etiologi
2.5 Patofisiologi
2.6 Manifestasi klinis
2.7 Penatalaksanaan
2.8 Pemeriksaan Diagnostik
2.9 Komplikasi
BAB III ASKEP
TEORITIS HERNIA DISKUS INTERVERTEBRALIS
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB
II
TINJAUAN TEORITIS
2.1
Anatomi dan Fisiologi Vertebrae
Tulang vertebrae terdri dari 33 tulang : 7
buah tulang servikal, 12 buah tulang torakal, 5 buah tulang lumbal, 5 buah
tulang sacral. Tulang servikal, torakal dan lumbal masih tetap dibedakan sampai
usia berapapun, tetapi tulang sacral dan koksigeus satu sama lain menyatu
membentuk dua tulang yaitu tulang sakum dan koksigeus. Diskus intervertebrale
merupkan penghubung antara dua korpus vertebrae. Sistem otot ligamentum
membentuk jajaran barisan (aligment) tulang belakang dan memungkinkan mobilitas
vertebrae. (CAILLIET 1981).
Fungsi kolumna vertebralis adalah menopang
tubuh manusia dalam posisi tegak, yang secara mekanik sebenarnya melawan
pengaruh gaya gravitasi agar tubuh secara seimbang tetap tegak. (CAILLIET
1981).
Vertebra servikal, torakal, lumbal bila
diperhatikan satu dengan yang lainnya ada perbedaan dalam ukuran dan bentuk,
tetapi bila ditinjau lebih lanjut tulang tersebut mempunyai bentuk yang sama.
Korpus vertebrae merupakan struktur yang terbesar karena mengingat fungsinya
sebagai penyangga berat badan. Prosesus transverses terletak pada ke dua sisi
korpus vertebra, merupakan tempat melekatnya otot-otot punggung. Sedikit ke
arah atas dan bawah dari prosesus transverses terdapat fasies artikularis
vertebrae dengan vertebrae yang lainnya. Arah permukaan facet join
mencegah/membatasi gerakan yang berlawanan arah dengan permukaan facet join.
Pada daerah lumbal facet etak pada bidang vertical sagital memungkinkan gerakan
fleksi dan ekstensi ke arah anterior dan posterior. Pada sikap lordosis
lumbalis (hiperekstensi lubal) kedua facet saling mendekat sehingga gerakan
kalateral, obique dan berputar terhambat, tetapi pada posisi sedikit fleksi
kedepan (lordosis dikurangi) kedua facet saling menjauh sehingga memungkinkan
gerakan ke lateral berputar. (lihat gambar 1 dan 2).

Gambar 1. Arah pergerakan
vertebrae ditentukan oleh arah facet-facetnya A= Thoracics facets, B= Lumbar
facets. + = gerakan dimungkinkan , – = gerakan dihambat. (CAILLIET 1981).

Bagian lain dari
vertebrae, adalah “lamina” dan “predikel” yang membentuk arkus tulang vertebra,
yang berfungsi melindungi foramen spinalis. Prosesus spinosus merupakan bagian
posterior dan vertebra yang bila diraba terasa sebagai tonjolan, berfungsi
tempat melekatnya otot-otot punggung. Diantara dua buah buah tulang vertebrae
terdapat ntervertebralis yang berfungsi sebagai bentalan atau “shock absorbers”
bila vertebra bergerak.

Gambar3. Posisi kolumna vertebralis saat melakukan gerakan sederhana. A=pada saat beristirahat, B=pada saat kolumna teregang, C=pada saat kolumna terkompresi. D=saatekstensi, tulang vertebra di atas bergerak ke arah posterior, sehingga nucleus terdorong ke anterior. E= pada saat fleksi, tulang vertebrae di atas bergerak ke anterior, sehingga nucleus bergerak ke posterior. F= pada saat laterofleksi. G= pada saat terdapat tekanan oblique pada kolumna. H= pada saat rotasi aksial. Pada gerakan ini sering merobekkan annulus dan, diskus keluar ke posterior melalui robekan annulus. (KAPANDJI 1974)
Diskus intervertebralis terdiri dari annulus fibrosus yaitu masa
fibroelastik yang membungkus nucleus pulposus, suatu cairan gel kolloid yang
mengandung mukopolisakarida. Fungsi mekanik diskus intervertebralis mirip
dengan balon yang diisi air yang diletakkan diantara ke dua telapak tangan .
Bila suatu tekanan kompresi yang merata bekerja pada vertebrae maka tekanan itu
akan disalurkan secara merata ke seluruh diskus intervertebralis. Bila suatu
gaya bekerja pada satu sisi yang lain, nucleus polposus akan melawan gaya
tersebut secara lebih dominan pada sudut sisi lain yang berlawanan. Keadaan ini
terjadi pada berbagai macam gerakan vertebra seperti fleksi, ekstensi,
laterofleksi (CAILLIET 1981) (lihat gambar
3).
Karena proses penuaan pada diskus intervebralis, maka kadar cairan dan
elastisitas diskus akan menurun. Keadaan ini mengakibatkan ruang diskus
intervebralis makin menyempit, “facet join” makin merapat, kemampuan kerja
diskus menjadi makin buruk, annulus menjadi lebih rapuh.

Gambar 4. Ligamentum longitudinale posterior mulai menyempit setinggi L1 sampai setinggi L5. Pada L5 lebarnya hanya setengah lebar diskus, sehingga hemiasi diskus biasa terjadi di kiri-kanannya (CAILLIET 1981)
Akibat proses penuaan ini mengakibatkan seorang individu menjadi rentan
mengidap nyeri punggung bawah. Gaya yang bekerja pada diskus intervebralis akan
makin bertambah setiap individu tersebut melakukan gerakan membungkuk, gerakan
yang berulang-ulang setiap hari yang hanya bekerja pada satu sisi diskus
intervebralis, akan menimbulkan robekan kecil pada annulus fibrosus, tanpa rasa
nyeri dan tanpa gejala prodromal. Keadaan demikian merupakan “locus minoris
resistensi” atau titik lemah untuk terjadinya HNP (Hernia Nukleus Pulposus).
Sebagai contoh, dengan gerakan yang sederhana seperti membungkuk memungut surat
kabar di lantai dapat menimbulkan herniasi diskus. Ligamentum spinalis berjalan
longitudinal sepanjang tulang vertebrae. Ligamentum ini berfungsi membatasi
gerak pada arah tertentu dan mencegah robekan. (CAILLIET 1981)
Diskus intervebralis dikelilingi oleh ligamentum anterior dan ligamnetum
posterior. Ligamentum longitudinal anterior berjalan di bagian anterior corpus
vertebrae, besar dan kuat, berfungsi sebagai alat pelengkap penguat antara
vertebrae yang satu dengan yang lainnya. ligamentum longitudinal posterior
berjalan di bagian posterior corpus vertebrae, yang juga turut memebntuk
permukaan anterior kanalis spinalis. Ligamentum tersebut melekat sepanjang
kolumna vertebralis, sampai di daerah lumbal yaitu setinggi L 1, secara
progresif mengecil, maka ketika mencapai L 5 – sacrum ligamentum tersebut
tinggal sebagian lebarnya, yang secara fungsional potensiil mengalami
kerusakan. Ligamentum yang mengecil ini secara fisiologis merupakan titik lemah
dimana gaya statistik bekerja dan dimana gerakan spinal yang terbesar terjadi,
disitulah mudah terjadi cidera kinetik. (CAILLIET 1981) (lihat gambar 4).
Otot punggung bawah dikelompokkan kesesuai dengan fungsi gerakannya. Otot
yang berfungsi mempertahankan posisi tubuh tetap tegak dan secara aktif
mengekstensikan vertebrae lumbalis adalah : M. quadraus lumborum, M.
sacrospinalis, M. intertransversarii dan M. interspinalis. Otot fleksor lumbalis adalah muskulus abdominalis
mencakup : M. obliqus eksternus abdominis, M. internus abdominis, M.
transversalis abdominis dan M. rectus abdominis, M. psoas mayor dan M. psoas
minor. Otot latero fleksi lumbalis
adalah M. quadratus lumborum, M. psoas mayor dan minor, kelompok M. abdominis
dan M. intertransversarii.
Jadi dengan
melihat fungsi otot di atas otot punggung di bawah berfungsi menggerakkan
punggung bawah dan membantu mempertahankan posisi tubuh berdiri. Medulla spinalis dilindungi oleh vertebrae.
Radix saraf keluar melalui canalis spinalis, menyilang discus intervertebralis
di atas foramen intervertebralis.
2.2
Definisi Hernia Nukleus Pulposus
1. HNP (Hernia Nukleus Pulposus) yaitu: nukleus pulposus suatu zat yang berada di
antara ruas-ruas tulang belakang, ke arah belakang baik lurus maupun ke arah
kanan atau kiri yang akan menekan sumsum tulang belakang atau serabut-serabut
sarafnya dengan mengakibatkan terjadinya rasa sakit yang sangat hebat
(www.google.co.id)
2. Hernia Diskus (cakram) Intervertebralis
(HNP) merupakan penyebab utama nyeri punggung bawah yang berat, kronik dan
berulang (kambuh). Hernia dapat parsial
atau komplit, dari massa nukleus pada daerah vertebrae L4-L5, L5-S1 atau C5-C6,
C6-C7 adalah paling banyak terjadi dan mungkin sebagai dampak trauma atau
perubahan degeneratif yang berhubungan dengan proses penuaan.
2.3
Klasifikasi Hernia Diskus Intervertebralis
1. Hernia Diskus Intervertebra Servikalis
Biasanya terjadi antar ruang
C5-C6 dan C6-C7 (sekitar 10%). Nyeri dan
kekakuan dapat terjadi pada leher, bagian atas pundak dan daerah skapula. Kadang-kadang px menginterpretasikan tanda
ini sebagai gejala masalah jantung atau bursitis. Nyeri dapat juga disertai dengan parestesia
dan ketas pada ekstremitas atas.
2. Hernia Diskus Lumbal
Banyak terjadi pada L4-L5 atau
ruang antara L5-S1 (70-90%). Hernia
diskus lumbal menimbulkan nyeri punggung bawah disertai berbagai derajat
gangguan sensori dan motorik. Px
mengeluh nyeri punggung bawah dengan spare otot yang diikuti dengan penyebaran
nyeri ke dalam satu pinggul dan turun ke arah kaki (skiatika). Nyeri diperberat oleh kegiatan yang menaikkan
tekanan cairan intraspinal (membengkok, mengangkat/mengejan (batuk dan bersin),
dan biasanya berkurang dengan tirah baring.
Jika px dibaringkan terlentang dan diusahakan unguk meninggikan satu
kaki dengan posisi lurus, maka nyeri menyebar ke arah kaki. Karena gerakan yang dilakukan menegangkan
saraf skiatik. Tanda tambahan mencakup
kelemahan otot, perubahan reflek rendah, dan kehilangan sensori.
2.4
Etiologi
1.
Ruda paksa (trauma/kecelakaan)
Yang mana terdorongnya nukleus pulposus, suatu zat yang berada di antara
ruas tulang belakang, ke arah belakang baik lurus maupun ke arah kanan atau
kiri yang akan menekan sumsum tulang belakang atau serabut-serabut sarafnya
yang menimbulkan rasa sakit yang sangat hebat.
2.
Proses penuaan
Karena proses penuaan pada
diskus intervertebralis, maka kadar cairan dan elastisitas diskus akan menurun.
Keadaan ini mengakibatkan ruang diskus intervertebralis makin menyempit, facet
joint merapat. Kemampuan kerja diskus menjadi makin buruk, anulus menjadi lebih
rapuh.
3.
Mengangkat beban berat
Pengangkatan beban yang berat
pada posisi yang tidak benar akan menyebabkan hernia nukleus pulposus terjadi
pada berbagai arah :
a. Bila menjebolnya nukleus ke arah anterior,
hal ini tidak mengakibatkannya munculnya gejala yang berat kecuali nyeri.
b. Bila menjebolnya nukleus ke arah anterior
medial maka dapat menimbulkan penekanan medulla spinalis dengan akibatnya
gangguan fungsi motorik maupun sensorik pada ektremitas, begitu pula gangguan
miksi dan defekasi.
c. Bila menonjolnya ke arah lateral atau
dorsal lateral, maka hal ini dapat menyebabkan tertekannya radiks saraf tepi
yang keluar dari sana dan menyebabkan gejala neuralgia radikuler.
d. Kadangkala protrusi nukleus terjadi ke
atas atau ke bawah masuk ke dalam korpus vetrebal dan disebut dengan nodus Schmorl.
4.
Stres mental
Suatu keadaan kejiwaan yang
menyebabkan pasien tidak merasa tertekan.
5.
Sebab lain :
-
Tumor
-
Infeksi
-
Batu ginjal
2.5
Patofisiologi Hernia Nukleus Pulposus
|
|||||||
![]() |
|||||||
![]() |
|||||||
![]() |
2.6
Manifestasi Klinis
1. Kompresi Radiks L3
a. Daerah nyeri dan hipestasi samping panggul
dan bagian depan paha
b. Kelemahan kuadriseps femoris
c. Refleks tendon patella (RTP) menurun
2. Kompresi Radiks L4
a. Daerah nyeri dan hipestasi samping panggul
dan bagian depan paha
b. Kelemahan kuadriseps femoris
c. Refleks tendon patella (RTP) menurun
d. Tanda lasseque positif pada 50% penderita
3. Kompresi Radiks L5
a. Daerah nyeri/hipestasi sepanjang samping
tungkai sampai ibu jari kaki
b. Otot ekstensi/fleksi ibu jari kaki melemah
c. Tanda lasseque positif
4. Kompresi Radiks S1
a. Daerah nyeri/hipestasi sepanjang samping
tungkai sampai ibu jari kaki
b. Refleks tendon patella (RTP) menurun
c. Tanda lasseque positif
2.7
Penatalaksanaan
a.
Hernia Nukleus Pulposus
Penanganan HNP dapat dilakukan
dalam beberapa langkah penatalaksanaan di antaranya adalah:
1. Perawatan konservatif non-farmakologis
2. Bed rest mutlak di tempat tidur yang padat
dengan posisi yang relaks, lutut agak ditekuk dan di bawah pinggang untuk HNP
lumbalis selama 2-3 minggu tergantung keparahannya sedangkan pada HNP
servikalsi dipakai bantal yang “comfort” untuk mengurangi strain dari otot
leher
3. Aplikasi pemanasan di area yang
nyeri/sakit
4. Traksi tidak banyak membantu kecuali
pasien menjadi lebih patuh di tempat tidur
5. Bila nyeri sudah berkurang dapat dilakukan
latihan secara bertahap
6. Pada mobilisasi diperlukan korset lumbal dan
servikal
7. Berenang baik untuk pasca-HNP lumbalis
namun tidak baik untuk HNP servikal
8. Perawatan koservatif farmakolig
9. Pemberian obat analgesik
10. Obat-obatan NSAID
11. Obat-obatan pelemas otot (muscle relasant)
12. Penenang minor atau major bila diperlukan
(arsep p)
-
Pembedahan
Diskus
Indikasi yang dilakukan
pembedahan apabila terjadi defisit neurologic (kelemahan dan atrafi otot,
kehilangan fungsi motorik dan sensorik, kehilangan kontrol spingter), dan nyeri
yang terus menerus dan skiatika yang tidak berespon terhadap penatalaksanaan
konservatif. Tujuan tindakan pembedahan
adalah mengurangi tekanan pada radiks saraf untuk mengurangi nyeri dan mengubah
defisit
-
Disektomi
Mengangkat fragmen herniasi
atau yang keluar dari diskus intervertebralis
-
Laminektomi
Mengangkat lamina untuk
memajankan elemen neural pada kanalis spindis, memungkinkan untuk menginspeksi
kanalis spinalis, mengangkat patologi dan menghilangkan kompresi medulla dan
radiks
-
Laminatomi
Pembagian lamina vertebra
-
Disektomi
dengan pelebaran dari krista iliaka yang digunakan untuk menyatukan dengan
prosesus spinosus vertebra
b. Hernia Diskus Intervertebra Servikalis
Tujuan tindakan:
-
Untuk
mengistirahatkan dan imobilisasi spinal servikal untuk memberikan kesempatan
jaringan lunak untuk sembuh
-
Untuk
menurunkan radang pada jaringan yang membantu dan radiks saraf yang terkena di
dalam spinal servikal
Imobilisasi/Tirah Baring
Spinal servikal dapat
diistirahatkan menggunakan kolar servikal, traksi servikal atau brace. Kolar
memungkinkan pembukaan fonamina intervertebra maksimal dan menahan kepala dalam
posisi fleksi atau netral.
Traksi
Kepala pada tempat tidur
ditinggikan untuk memberikan keadaan netral.
Tindakan ini meningkatkan pemisahan vertebral dan juga mengurangi
tekanan pada radiks saraf.
Meredakan nyeri
-
Kompres
lembab panas (10-20 menit)
Pada daerah belakang leher
untuk menaikan aliran darah ke otak dan menolong relaksasi otot dengan baik
jika terdapat spasme otot.
-
Analgetik
Diberikan pada fase akut untuk
mengurangi nyeri
-
Sedatif
Untuk mengontrol kecemasan
yang sering ditimbulkan oleh penyakit diskus vert-serv
-
Relaksan
otot
Untuk menghentikan siklus
spaspe otot dan menaikan kenyamanan pasien
-
Obat
anti-inflamasi (aspirin, fenilbutazon, kortikosteroid)
Untuk mengatasi proses
inflamasi yang biasanya terjadi pada jaringan penyokong dan radiks saraf yang
terkena.
-
Agens
anti-inflamasi diberikan dengan makanan dan antioksidan
Untuk mencegah iritasi
gastrointestinal
Tindakan Pembedahan
Diperlulan bila ada bukti
kompresi medula, nyeri yang memburuk dan progresi defisit neurologik.
-
Insisi
transversal di leher
Untuk mengangkat material yang
telah megalami herniasi ke dalam kanalis spinaus dan foramina
-
Bedah
mikro
MLL insisi kecil dan
menggunakan teknik magnifikasi
c. Hernia Diskus Lumbal
Tujuan tindakan:
-
Mengurangi
nyeri
-
Memperlambat
perkembangan penyakit
-
Meningkatkan
kemampuan fungsi bagi pasien
§ Tirah baring dengan kasur yang keras
(untuk membatasi flesksi spinal)
Untuk mengurangi beban berat
dan kekuatan gravitasi sehingga membebaskan diskus dari stres
§ Posisi semi-fowter dengan fleksi sedang
panggul dan lutut untuk merileksasikan otot punggung.
§ Relaksan otot
§ Agens anti-inflamasi kadang di dalam
jaringan penyokong dan akar saraf yang terkena
§ Kompres lembab hangat dan masase
Untuk membantu otot-otot yang
kaku menjadi rileks dan menghasilkan pengaruh sedatif pada pasien.
Tindakan Pembedahan:
-
Laminotomi
-
Mikrodisektomi
Menggabungkan penggunaan
operasi dengan mikroskop untuk melihat potongan yang mengganggu dan menekan
akar saraf
-
Disektomi
perkutaneus
Merupakan pengobatan
alternatif pada herniasi potongan intervertebral pada spinal lumbal tingkat
L4-L5.
2.8
Pemeriksaan Diagnostik
-
MRI
Untuk
melokalisasi protusi diskus
-
CT
Scan
-
Mielogram
-
Pemeriksaan
Neurologik
Untuk menentukan jika ada
kerusakan refleks, sensori, motorik karena kompresi radiks
-
EMG
(elektromiografi)
Untuk
melokalisasi radiks saraf spinal khusus yang terkena
2.9
Komplikasi
Komplikasi pasca operasi
§ Komplikasi potensial untuk pendekatan
anterior
-
Cedera
arteri karotid atau a vertebral
-
Disfungsi
saraf laringeus berulang
-
Perforasi
esofagus
-
Obstruksi
jalan nafas
§ Komplikasi pendekatan posterior
-
Retraksi/kontusio
salah satu struktur
-
Kelemahan
otot-otot yang dipersyarafi radiks saraf atau medula
§ Komplikasi bedah diskus
-
Terjadi
pengulangan herniasi pada tempat yang sama atau tempat lain
-
Radang
pada mebran arachnoid
-
Rasa
nyeri seperti terbakar pada derah belakang bagian bawah yang menyebar ke daerah bokong
-
Sayatan
pada potonan dapat meninggalkan perlekatan dan jaringan parut di sekitar saraf
spinal dan dura, yang akibat radang dapat menyebabkabn neurotik kronik atau
neurofibrosis
-
Cedera
syaraf dan jaringan
-
Sindrom
diskus gagal (pegal berulang pada pinggul setelah disektomi lumbal) dapat
menetap dan biasanya menyebabkan ketidakmampuan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
HERNIA DISKUS INTERVERTEBRALIS
A Data Dasar
pengkajian
- Aktivitas/istirahat
Gejala :
§ Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat
benda berat, duduk, mengemuai dalam waktu lama
§ Membutuhkan papan/matras yang keras saat
tidur
§ Penurunan rentang gerak dari ekstrimitas
pada salah satu bagian tubuh
§ Tidak mampu melakukan aktivitas yang biasa
dilakukan
Tanda :
§ Atrovi otot pada bagian tubuh yang terkena
§ Gangguan dalam perjalanan
- Eliminasi
Gejala :
§ Konstipasi, mengalami kesulitan dalam
devekasi
§ Adanya inkontenensia atau retensi urin
- Neurosensori
Gejala :
§ Kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan
dan kaki
Tanda :
§ Penurunan reflek tendon atau kekakuan
otot, hipotonia. Nyeri tekan atau spasme otot paravetebralis, penurunan
persepsi nyeri (sensori)
- Integritas
ego
Gejala :
§ Ketakutan akan menimbulkan paralysis
ansientas masalah pekerjaan, financial keluarga
Tanda :
§ Tampak jelas kecemasan, depresi,
menghindar dari keluarga atau orang terdekat
- Nyeri/kenyamanan
Gejala :
§ Nyeri seperti tertusuk pisau yang akan
semakin memburuk dengan adanya batuk, bersin, membengkokkan badan, mengangkat,
defekasi/fleksi leher
§ Nyeri yang menjalar kekaki, bokong
(lumbal)/bahu/lengan:kaku pada leher (servikal)
§ Terdengar suara ‘krek’ saat nyeri baru
timbul/saat trauma atau merasa “punggung patah” keterbatasan untuk mobilisasi
atau punggung kedepan
Tanda :
§ Perubahan cara berjalan, berjalan dengan
terpincang pincang
§ Pinggang terangkat pada bagian tubuh yang
terkena
§ Nyeri saat palpasi
- Keamanan
Gejala :
§ Adanya riwayat masalah “punggung” yang
baru saja terjadi
B. Diagnosa keperawatan
- Nyeri akut
atau kronis berhubungan dengan agen pencederaan fisik (kompresi saraf,
spasme otot).
- Kerusakan
mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan ketidak nyamanan, spasme otot.
- Ansietas
berhubungan dengan gangguan ber ulang dengan nyeri terus menerus.
- Kurangnya
pengetahuan mengenai proses penyakit berhubungan dengan kurangnya
informasi.
C. Tujuan dan kriteria hasil, intervensi dan
rasional
Diagnosa 1
- Tujuan dan
criteria hasil
v Melaporkan nyeri hilang atau terkontol
v Menetapkan metode yang memberikan
penghilang
v Mendemonstrasikan penggunaan intervene
therapeutic untk menghilangkan nyeri
- Tindakan /
intervensi
v Kaji adanya keluhan nyeri, catat lokasi,
lamanya serangan, factor pencetus yang memperberat
Rasional: Membantu menentukan pilihan intervensi dan
memberikan dasar dasar untuk perbandingan dan evaluasi terhadap therapy
v Pertahankan tirah baring selama fase akut
Rasional: Tirah barin dalam posisi yang nyaman
memungkinkan pasien untuk menurunkan spasme otot dan memfasilitast terjadinya
reduksi dan tonjola diskus
v Gunakan logroll (papa) selama melakukan
perubahan posisi
Rasional:
Menurunkan fleksi, perputaran, desakan pada daerah belakang tubuh
v Anjurkan pasien untuk melakukan teknik
relaksasi
Rasional:
Memfokuskan perhatian pasien, membantu menurunkan tegangan otot dan
meningkatkan proses penyembuhan
v Anjurkan untuk melakukan mekanika tubuh
atau gerakn yang tepat
Rasional:
Menghilangkan atau mengurangi stress pada otot dan mencegah trauma lebih lanjut
v Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
obat sesuai dengan kebutuhan
Rasional: Untuk menghilangkan
atau mengurangi rasa nyeri pada pasien
Diagnosa 2
- Tujuan dan
criteria hasil
v Mengungkapkan pemahaman tentang situasi
atau factor resiko dan aturan pengobatan individual
v Mendemonstrasikan teknik perilaku yang
mungkin
v Mempertahankan ataumeningkatkan kekuatan
dam fungsi bagian tubuh yang sakit dan atau komponsasi
- Tindakan /
intervensi
v Anjurkan pasien untuk melatih aki bagian
bawah atau lutut
Rasional: Stimulasi sirkulasi vena pada arus pda arus
balik vena menurunkan keadaan vena yang statis dan kemungkinan ternentuknya
trombus
v Bantu pasien dalam melakukan aktivitas
ambulasi progresif
Rasional: Keterbatasan aktivitas tergantung pada kondisi
yang khusus tetapi biasanya berkembang dengan lambat sesuai toleransi
v Berikan atau bantupasien untuk melakukan
latihan rentang gerak pasif dan aktif
Rasional:
Memperkuat otot abdomen dan fleksor tulang belkang, memperbaiki mekanika tubuh
v Berikan obat untuk menghillangkan nyeri
kira kira tiga puluh menit untuk memindahkan atau melakukan ambulansi pasien
Rasional: Antisipasi terhadap
nyeri dapat meningkatkan ketegagan otot
Diagnosa 3
- Tujuan dan
criteria hasil
v Tampak rileks dan melaporkan ansietas
berkurang
v Mengidentifikasi ketidak efektifan prilaku
koping dan konsekuensi
v Mengkaji situasi terbaru dengan akurat
v Mendemontasikan ketrampilan pemecahan
masalah
v Mengembangkan rencana untuk perubahan gaya
hidup yang perlu
- Tindakan /
intervensi
v Kaji tingkat ansietas pasien
Rasional: Untuk membantu mengidentivikasi kekuatan dan
ketrampilan yang mungkin membntu pasien dalam mengatasi keadaannya
v Kaji adanya masalah sekunder yang mungkin
merintangi keinginan untuk sembuh dan mungkin menghalangi proses pemyembuhan
Rasional: Pasien mungkin secara tidak sadar memperoleh
keuntungan terlepas dari tanggung jawab, perhatian dan kontroldari orang lain
v Rujuk pada kelompok penyokong yang ada,
pelayanan sosilalkonselor financial atau kerja, psikotherapi dansebagainya
Rasional: Memberikan dukungan untuk beradaptasi dengan
perubahan pada memnberikan sumber sumber untuk mengatasi masalah
Diagnosa 4
- Tujuan dan
criteria hasil
v Mengungkapkan tentang pemahaman tentang
kondisi, prognosis dan tindakan
v Melakukan kembali perubahan gaya hidup
v Berpartisipsi dalam aturan tindakan
- Tindakan /
intervensi
v Jelaskan kembali tentang prognosis serta
pembatasan penyakit
Rasional: Dapat meningkatkan kerjasama pasien mengenai
program pengobatan dan mendapatkan penyembuhan yang optimal
v Berikan informasi tentang berbagai hal dan
intruksikan unuk melakukan perubahan “mekanika tubuh”
Rasional: Menurunkan resiko terjadinya trauma berulang
dari leher atau punggung dan menggunakan otot otot bokong
v Anjurkan untuk mengunakan papan atau
matras yang kuat
Rasional: Dapat menurunkan regangan otot melalui
dukungan stuktural dan mencegah terdapat hiperekstensi dari tulang belakang
v Berikan informasi untuk tanda tanda yang
perlu dilaporkan
Rasional: Perkembangan dari proses penyakit mungkin
memerlukan tindakan pembedahan atau lebih
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hernia Nukleus Pulposus merupakan
terdorongnya pulposus yaitu suatu zat yang berada di ruas- ruas tulang
belakang, ke arah belakang baik lurus maupn ke arah kanan atau kiri yang akan
menekan sumsum tulang belakang atau serabut- serabut sarafnya dan mengakibatkan
terjadinya rasa sakit yang sangat hebat. HNP ada dua yaitu HNP Lumbal dan
Servikal,yang mana kejadian HNP Lumbal merupakan yang paling sering terjadi.HNP
dapat menyebabkan komplikasi yang serius yaitu komplikasi pasca operasi yaitu
pendekatan anterior dan posterior dan komplikasi bedah diskus.
4.2 Saran
Bagi para pembaca diharapkan dapat
menerapkan tindakan pencegahan terhadap penyakit HNP minimal pada dirinya
sendiri serta pada masyarakat pada umumnya.Bagi mahasiswa keperawatan
diharapkan agar dapat meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan kliennya. Bagi
dunia kesehatan diharapkan makalah ini dapat menambah sumber teoritis dalam
menangani penyakt khususnya HNP.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges,
Marylin E. Rencana Asuhan Keperawatan
Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawat dan Pasien, 1999,
Jakarta : EGC
Hinchliff, Sue, Kamus Keperawatan
Edisi 17, 1999, Jakarta : EGC
Price.
Sylvia Anderson, Patofisiologi Konsep
Klinis proses Penyakit Buku 2 Edisi 4, 1994, Jakarta : EGC
S
Meltzer, Suzane C, Buku Ajara Keperawatan
Medikal Bedah Burner & Suddarth, Edisi
8 Vol 2 , 2001, Jakarta : EGC
Soeparman,
Waspadji Sarewono, Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, 1990, Jakarta : Balai
Penerbit FKUI
http : www. Google.co.id Diakses
tanggal 10 November 2006
http : www.medicastore.com Diakses tanggal 9
November 2006
No comments:
Post a Comment