Juniartha Semara Putra
A.
Anatomi dan Fisiologi Pada Mata
1. Pandangan mata kabur
2. Penglihatan sangat menurun
3. Kadang – kadang terlihat iridoplegia &
iridodialisis
4. Pasien mengeluh sakit atau nyeri
5. Nyeri disertai dengan efipora & blefarospasme
6. Pembengkakan dan perubahan warna pada palpebra
7. Retina menjadi edema & terjadi perubahan pigmen
8. Otot sfingter pupil mengalami kelumpuhan
9. Pupil tetap dilatasi (midriasis)
10. Tidak bereaksi terhadap cahaya beberapa minggu
setelah trauma.
11. Pewarnaan darah (blood staining) pada kornea
12. Kenaikan TIO (glukoma sekunder )
13. Sukar melihat dekat
14. Silau akibat gangguan masuknya sinar pada pupil
15. Anisokor pupil
16. Penglihatan ganda (iridodialisis)
1.
Kartu mata
snellen (tes ketajaman penglihatan) : mungkin terganggu akibat kerusakan
kornea, aqueus humor, iris dan retina.
2.
Lapang penglihatan
: penurunan mungkin disebabkan oleh patologi vaskuler okuler,glukoma.
3.
Pengukuran
tonografi : mengkaji tekanan intra okuler ( TIO ) normal 12-25 mmHg.
4.
Tes provokatif
: digunakan untuk menentukan adanya glukoma bila TIO normal atau meningkat
ringan.
5.
Pemeriksaan
oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, edema retine, bentuk pupil
dan kornea.
6.
Darah lengkap,
laju sedimentasi LED : menunjukkan anemia sistemik/infeksi.
7.
Tes toleransi
glokosa : menentukan adanya /kontrol diabetes.
1.
Pasien tetap
istirahat ditempat tidur (4-7 hari) sampai hifema diserap.
2.
Diberi tetes
mata antibiotika pada mata yang sakit dan diberi bebat tekan.
3.
Pasien tidur
dengan posisi kepala miring 60º diberi koagulasi.
4.
Kenaikan TIO diobati
dengan penghambat anhidrase karbonat. (asetasolamida).
5.
Di beri tetes
mata steroid dan siklopegik selama 5 hari.
6.
Pada anak-anak
yang gelisah diberi obat penenang
7.
Parasentesis
tindakan atau mengeluarkan darah dari bilik mata depan dilakukan bila ada
tanda-tanda imbibisi kornea, glaukoma sekunder, hifema penuh dan berwarna hitam
atau bila setelah 5 hari tidak terlihat tanda-tanda hifema akan berkurang.
8.
Asam
aminokaproat oral untuk bekuan darah.
9.
Evakuasi bedah
jika TIO lebih 35 mmHg selama 7 hari atau lebih 50 mmH selama 5 hari.
10. Vitrektomi dilakukan bila terdapat bekuan sentral
dan lavase kamar anterior.
11. Viskoelastik dilakukan dengan membuat insisi pada
bagian limbus.
a.
Pandangan kabur
atau ganda
b.
Penglihatan
silau
c.
Penglihatan
berkurang atau tidak ada
d.
Kesukaran
melihat dekat
e.
Kelelahan dan
ketegangan mata
f.
Nyeri
g.
Peningkatan air mata (epifora)
a.
Tanda-tanda
vital
b.
Drainase
c.
Haemoragi
d.
Anisokor pupil
e.
Pupil tidak
bereaksi terhadap sinar
f.
Perubahan
kelopak mata, edema, kekakuan, kemerahan
g.
Ketajaman
penglihatan
h.
Pembengkakan
kelopak mata
i.
Edema kornea
kontusio orbita kelopak mata
a.
Diabetes
melitus
b.
Masalah-masalah
sinus
c.
Hipertensi
d.
Glaukoma
e.
Penyakit,
trauma atau tumor yang berhubungan dengan serebral
f.
Robekan retina
g.
Penyakit
autoimun
4.
Pembedahan atau penyakit sebelumnya
a.
Pembedahan atau
penanganan mata
b.
Trauma kepala
atau muka
c.
Koma hipertensi
d.
Degenerasi
retina
e.
Ketergantungan
zat
a.
Glaukoma
b.
Diabetes
melitus
c.
Katarak
d.
Pigmentosa
retinitis
a.
Bahaya
pekerjaan atau rekreasi
b.
Kewaspadaan
keamanan yang digunakan
c.
Ketergantungan
obat atau alkohol
d.
Kerja fisik
yang berat
1. Nyeri
berhubungan dengan terpajannya reseptor nyeri sekunder terhadap trauma tumpul
2. Resiko
terjadi komplikasi dan perdarahan ulang berhubungan dengan patologi vaskuler okuler
a.
Kaji jumlah
perdarahan pada okuli anterior
b. Mata diperiksa untuk melihat adanya perdarahan
sekunder
dan kenaikan TIO
c.
Pertahankan
tirah baring dan pemberian sedasi untuk minimal aktivitas
d.
Posisikan
pasien tetap dalam posisi tegak diam
e.
Berikan balut
tekan pada mata yang sakit dan lakukan penggantian balutan
f.
Beri
koagulansia dan antibiotika
g.
Evakuasi
perdarahan dengan parasentesis
h.
Berikan
anhidrase karbonat (asetasolamide) untuk atasi kenaikan TIO
3. Perubahan
persepsi sensori berhubungan dengan kerusakan penglihatan
4. Ansietas
berhubungan dengan perubahan status kesehatan dan penurunan ketajaman
penglihatan
1.
Vaughan, Dale. Oftalmologi
Umum. Alih bahasa Jan Tambajong dan Brahm U. Ed. 14.
2.
Sidarta, Ilyas.
Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Cet. 5.
3.
Tucker, Susan
Martin et al. Standar Perawatan Pasien : proses keperawatan, diagnosis
dan evaluasi. Alih bahasa Yasmin Asih dkk. Ed. 5.
4.
Darling, Vera H
& Thorpe Margaret R. Perawatan Mata.
5.
Smeltzer
Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8.
6.
Doenges,
Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I Made Kariasa.
Ed. 3.
7.
Douglas,
Raymond S. Hifema. Departement of Ophthalmology, UCLA Menical
Center, Los Angeles, CA. 2002
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN HIFEMA
A.
Anatomi dan Fisiologi Pada Mata
Secara garis besar anatomi
mata dapat dikelompokkan menjadi empat bagian, dan untuk ringkasnya fisiologi
mata akan diuraikan secara terpadu. Keempat kelompok ini terdiri dari :
1)
Palpebra
Dari luar ke
dalam terdiri dari : kulit, jaringan ikat lunak, jaringan otot, tarsus, vasia
dan konjungtiva.
Fungsi
dari palpebra adalah untuk melindungi bola mata, bekerja sebagai jendela
memberi jalan masuknya sinar kedalam bola mata, juga membasahi dan melicinkan
permukaan bola mata.
2)
Rongga mata
Merupakan
suatu rongga yang dibatasi oleh dinding dan berbentuk sebagai piramida
kwadrilateral dengan puncaknya kearah foramen optikum. Sebagian besar dari
rongga ini diisi oleh lemak, yang merupakan bantalan dari bola mata dan alat
tubuh yang berada di dalamnya seperti: urat saraf, otot-otot penggerak bola
mata, kelenjar air mata, pembuluh darah
3)
Bola mata
Menurut
fungsinya maka bagian-bagiannya dapat dikelompokkan menjadi:
o
Otot-otot penggerak bola mata
o
Dinding bola mata yang teriri dari : sklera dan
kornea. Kornea kecuali sebagai dinding juga berfungsi sebagai jendela untuk
jalannya sinar.
o
Isi bola mata, yang terdiri atas macam-macam
bagian dengan fungsinya masing-masing
4)
Sistem kelenjar bola mata
Terbagi menjadi dua bagian:
o
Kelenjar air mata yang fungsinya sebagai
penghasil air mata
o
Saluran air mata yang menyalurkan air mata dari
fornik konjungtiva ke dalam rongga hidung
B. Definisi
Hifema adalah adanya darah di dalam kamera anterior
(Smeltzer,2001). Hifema atau adanya darah dalam bilik mata depan dapat terjadi
karena trauma tumpul (Sidarta,1998). Bila pasien duduk, hifema akan terlihat
mengumpul di bagian bawah bilik mata depan dan hifema dapat memenuhi seluruh
ruang bilik mata depan. Darah dalam cairan aqueus humor dapat membentuk lapisan
yang terlihat. Jenis trauma ini tidak perlu menyebabkan perforasi bola mata.
C. Etiologi
Hifema biasanya disebabkan trauma pada mata, yang
menimbulkan perdarahan atau perforasi (Douglas ,
2002). Inflamasi yang parah pada iris, sel darah yang abnormal dan kanker
mungkin juga bisa menyebabkan perdarahan pada bilik depan mata. Trauma tumpul
dapat merobek pembuluh darah iris atau badan siliar. Gaya-gaya kontusif akan
merobek pembuluh darah iris dan merusak sudut kamar okuli anterior. Tetapi
dapat juga terjadi secara spontan atau pada patologi vaskuler okuler. Darah ini
dapat bergerak dalam kamera anterior, mengotori permukaan dalam kornea.
D. Tanda dan Gejala
1. Pandangan mata kabur
2. Penglihatan sangat menurun
3. Kadang – kadang terlihat iridoplegia &
iridodialisis
4. Pasien mengeluh sakit atau nyeri
5. Nyeri disertai dengan efipora & blefarospasme
6. Pembengkakan dan perubahan warna pada palpebra
7. Retina menjadi edema & terjadi perubahan pigmen
8. Otot sfingter pupil mengalami kelumpuhan
9. Pupil tetap dilatasi (midriasis)
10. Tidak bereaksi terhadap cahaya beberapa minggu
setelah trauma.
11. Pewarnaan darah (blood staining) pada kornea
12. Kenaikan TIO (glukoma sekunder )
13. Sukar melihat dekat
14. Silau akibat gangguan masuknya sinar pada pupil
15. Anisokor pupil
16. Penglihatan ganda (iridodialisis)
E. Patofisiologi / Pathways
Terlampir
F. Pemeriksaan Diagnostik
1.
Kartu mata
snellen (tes ketajaman penglihatan) : mungkin terganggu akibat kerusakan
kornea, aqueus humor, iris dan retina.
2.
Lapang penglihatan
: penurunan mungkin disebabkan oleh patologi vaskuler okuler,glukoma.
3.
Pengukuran
tonografi : mengkaji tekanan intra okuler ( TIO ) normal 12-25 mmHg.
4.
Tes provokatif
: digunakan untuk menentukan adanya glukoma bila TIO normal atau meningkat
ringan.
5.
Pemeriksaan
oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, edema retine, bentuk pupil
dan kornea.
6.
Darah lengkap,
laju sedimentasi LED : menunjukkan anemia sistemik/infeksi.
7.
Tes toleransi
glokosa : menentukan adanya /kontrol diabetes.
G. Penatalaksanaan Medis
1.
Pasien tetap
istirahat ditempat tidur (4-7 hari) sampai hifema diserap.
2.
Diberi tetes
mata antibiotika pada mata yang sakit dan diberi bebat tekan.
3.
Pasien tidur
dengan posisi kepala miring 60º diberi koagulasi.
4.
Kenaikan TIO diobati
dengan penghambat anhidrase karbonat. (asetasolamida).
5.
Di beri tetes
mata steroid dan siklopegik selama 5 hari.
6.
Pada anak-anak
yang gelisah diberi obat penenang
7.
Parasentesis
tindakan atau mengeluarkan darah dari bilik mata depan dilakukan bila ada
tanda-tanda imbibisi kornea, glaukoma sekunder, hifema penuh dan berwarna hitam
atau bila setelah 5 hari tidak terlihat tanda-tanda hifema akan berkurang.
8.
Asam
aminokaproat oral untuk bekuan darah.
9.
Evakuasi bedah
jika TIO lebih 35 mmHg selama 7 hari atau lebih 50 mmH selama 5 hari.
10. Vitrektomi dilakukan bila terdapat bekuan sentral
dan lavase kamar anterior.
11. Viskoelastik dilakukan dengan membuat insisi pada
bagian limbus.
H. Pengkajian
1. Data subyektif
a.
Pandangan kabur
atau ganda
b.
Penglihatan
silau
c.
Penglihatan
berkurang atau tidak ada
d.
Kesukaran
melihat dekat
e.
Kelelahan dan
ketegangan mata
f.
Nyeri
g.
Peningkatan air mata (epifora)
2. Data obyektif
a.
Tanda-tanda
vital
b.
Drainase
c.
Haemoragi
d.
Anisokor pupil
e.
Pupil tidak
bereaksi terhadap sinar
f.
Perubahan
kelopak mata, edema, kekakuan, kemerahan
g.
Ketajaman
penglihatan
h.
Pembengkakan
kelopak mata
i.
Edema kornea
kontusio orbita kelopak mata
3. Kondisi / penyakit yang menyertai
a.
Diabetes
melitus
b.
Masalah-masalah
sinus
c.
Hipertensi
d.
Glaukoma
e.
Penyakit,
trauma atau tumor yang berhubungan dengan serebral
f.
Robekan retina
g.
Penyakit
autoimun
4.
Pembedahan atau penyakit sebelumnya
a.
Pembedahan atau
penanganan mata
b.
Trauma kepala
atau muka
c.
Koma hipertensi
d.
Degenerasi
retina
e.
Ketergantungan
zat
5. Riwayat keluarga
a.
Glaukoma
b.
Diabetes
melitus
c.
Katarak
d.
Pigmentosa
retinitis
6. Riwayat sosial
a.
Bahaya
pekerjaan atau rekreasi
b.
Kewaspadaan
keamanan yang digunakan
c.
Ketergantungan
obat atau alkohol
d.
Kerja fisik
yang berat
I. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri
berhubungan dengan terpajannya reseptor nyeri sekunder terhadap trauma tumpul
Tujuan :
Rasa nyeri berkurang
Kriteria hasil :
a.
Pasien mendemonstrasikan pengetahuan pengontrolan nyeri
b.
Pasien mengalami dan mendemonstrasikan periode tidur
yang tidak terganggu
c.
Pasien mengatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri
ringan (1-3)
Intervensi :
b.
Kaji tipe, intensitas dan lokasi nyeri
c.
Gunakan tingkatan skala nyeri untuk menentukan dosis
analgetik
d.
Pertahankan tirah baring dengan posisi tegak atau
posisi kepala 60º
e.
Lakukan bebat mata pada bagian yang sakit
f.
Berikan kompres dingin untuk mengurangi nyeri dan
pembengkakan
g.
Berikan sedasi untuk meminimalkan aktivitas
h.
Berikan analgetik dan kortikosteroid
i.
Berikan gosok punggung, perubahan posisi untuk
meningkatkan kenyamanan
j.
Bantu ajarkan teknik relaksasi
2. Resiko
terjadi komplikasi dan perdarahan ulang berhubungan dengan patologi vaskuler okuler
Tujuan : Tidak terjadi perdarahan ulang
Kriteria hasil :
a.
Perdarahan utama segera berhenti dan dapat diserap
kembali
b.
Jumlah darah dalam kamera okuli anterior tidak bertambah
c.
Tidak terjadi obstruksi pada jaringan trabekular
Intervensi :
a.
Kaji jumlah
perdarahan pada okuli anterior
b. Mata diperiksa untuk melihat adanya perdarahan
sekunder
dan kenaikan TIO
c.
Pertahankan
tirah baring dan pemberian sedasi untuk minimal aktivitas
d.
Posisikan
pasien tetap dalam posisi tegak diam
e.
Berikan balut
tekan pada mata yang sakit dan lakukan penggantian balutan
f.
Beri
koagulansia dan antibiotika
g.
Evakuasi
perdarahan dengan parasentesis
h.
Berikan
anhidrase karbonat (asetasolamide) untuk atasi kenaikan TIO
3. Perubahan
persepsi sensori berhubungan dengan kerusakan penglihatan
Tujuan :
Pasien mampu beradaptasi dengan perubahan
Kriteria hasil :
a.
Pasien menerima dan mengatasi sesuai dengan
keterbatasan penglihatan
b.
Menggunakan penglihatan yang ada atau indra lainnya
secara adekuat
Intervensi :
a.
Perkenalkan pasien dengan lingkungan sekitarnya
b.
Beritahu pasien untuk mengoptimalkan alat indera yang
lain
c.
Bantu pasien untuk beradaptasi menggunakan indera
lainnya yang tidak mengalami trauma
d.
Kunjungi dengan sering untuk menentukan kebutuhan dan
menghilangkan ansietas
e.
Anjurkan untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran
f.
Libatkan orang terdekat dalam perawatan dan aktivitas
g.
Kurangi bising dan berikan istirahat yang seimbang
4. Ansietas
berhubungan dengan perubahan status kesehatan dan penurunan ketajaman
penglihatan
Tujuan :
Ansietas dapat teratasi
Kriteria hasil :
a.
Pasien mendemonstrasikan penilaian penanganan adaptif
untuk mengurangi ansietas
b.
Pasien mendemonstrasikan pemahaman proses penyakit
Intervensi :
a.
Kaji tingkat ansietas pasien
b.
Diskusikan metode penanganan ansietas
c.
Dorong mengungkapkan ansietas
d.
Pertahankan limgkungan yang tenang
e.
Berikan dukungan emosional
f.
Tempatkan seluruh barang-barang yang dibutuhkan dalam
jarak yang dapat dijangkau
g.
Pastikan bahwa bantuan terhadap aktivitas sehari-hari
akan ada
h.
Bantu atau ajarkan teknik relaksasi, nafas dalam,
meditasi
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan
kurangnya informasi mengenai perawatan diri dan proses penyakit
Tujuan :
Pasien memiliki pengetahuan yang cukup mengenai penyakitnya
Kriteria hasil :
a.
Pasien memahami instruksi pengobatan
b.
Pasien memverbalisasikan gejala-gejala untuk dilaporkan
Intervensi :
a.
Beritahu pasien tentang penyakit yang diderita
b.
Ajarkan perawatan diri selama sakit
c.
Ajarkan prosedur penetesan obat tetes mata dan
penggantian balutan
d.
pada pasien dan keluarga
e.
Diskusikan gejala-gejala terjadinya perdarahan ulang
dan kenaikan TIO
DAFTAR
PUSTAKA
No comments:
Post a Comment