Juniartha Semara Putra


Glucoronil acid Aksi dari glucoronil
transferase
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA BAYI DENGAN HIPERBILIRUBINEMIA
Pengertian :
Heperbilirubinemia
adalah : peningkatan konsentrasi bilirubin tak terkonjugasi yang
ditunjukan dengan ikterik ..
Etiologi :
Beberapa penyebabb hiperbilirubin pada bayi BBL adalah :
- Faktor fisiologik / prematuritas
- Berhubungan dengan air susu ibu
- Meningkatnya produksi bilirubin / hemolitik,
- Ketidak mampuan hepar liver untuk mensekresi bilirubin conjugata/ deficiensi ensim dan obstruksi duktus biliaris
- Campuran antara meningkatnya produksi dan menurunnya ekskresi / sepsis
- Adanya penyalit / hipothiroidism, galaktosemia, bayi dengan ibu DM.
- Predisposisi Genetik untuk meningkatkan produksi.
Pathofisiologi :
Bilirubin adalah produk pemecahan hemoglobin yang berasal
dari pengrusakan sel darah merah /RBCs. Ketika
RBCs rusak maka produknya kan masuk sirkulasi, diimana hemoglobin pecah
menjadi heme dan globin. Gloobin { protein } digunaka kembali oleh tubuh
sedangkan heme akan diruah menjadi bilirubin unkonjugata dan berikatan dengan
albumin.
Didalam liver bilirubin berikatan dengan protein plasma dan
dengan bantuan ensim glukoronil transferase dirubah menjadi bilirubin
konjugata yang akan ddikeluarkan lewat
saluran empedu ke saluran intestinal. Di
Intestinal dengan bantuan bakteri saluran intestinal akan ddirubah menjadi
urobilinogen dan starcobilin yang akan memberi warna pada faeces. Umumnya
bilirubin akan diekskresi lewat faeces
dalam bentuk stakobilin dan sedikit melalui urine dalam bentuk
urobilinogen.
Red Blood Cell

Hemoglobin

Heme globin
![]() |
|||
![]() |
Iron unconjugated bilirubin


Conjugated bilirubin
Glucoronil
![]() |
Exkresi lewat faeces dan urine
Pada BBL bbilirubin
direk dapat dirubah menjadi bilirubin indirek didalam usus karena terdapat beta –glukoronidase yang berperan
penting terhadap perubahan tersebut. Bilirubin inddirek diserap lagi oleh usus
kemudian masuk kembali ke hati .
Keadaan ikterus di pengaruhi oleh :
- Faktor produksi yng berlebihan melampaui pengeluaran : hemolitik yang meningkat
- Gangguan uptake dan konjugasi hepar karena imaturasi hepar.
- Gangguan transportasi ikatan bilirubin + albumin menuju hepar , defiiensi albumin menyebabkan semakin banyak bilirubin bebas ddalam darah yang mudah melewati sawar otak sehingga terjadi kernicterus
- Gangguan ekskresi akibat sumbatan ddalam hepar atau diluar hepar, karena kelainan bawaan/infeksi atau kerusakan hepar karena penyakit lain.
Ikterus pada neonatorum dapat dibagi dua :
1. Ikterus
fisiologi
Ikterus muncul pada hari ke 2 atau
ke 3, dan tampak jjelas pada hari 5-6 dan menghilang hari ke 10. Bayi tampak
biasa , minum baik , BB naik biasa. Kadar bilirubin pada bayi aterm tidak lebih dari 12 mg /dl, pada BBLR 10
mg/dl, dan akan hilang pada hari ke-14.
Penyebab ikterus fisiologik
diantaranya karena kekurang protein Y dan
, ensim glukoronil transferase yang cukup jumlahnya.
2. Ikterus
Patologis
a. Ikterus
yang muncul dalam 24 jam kehidupan ,, serum bilirubin total lebih dari 12
mg/dl.
b. Peningkatan
bilirubin 5 mg persen atau lebih dalam 24 jam
c. Konsentrasi
bilirubin serum melebihi 10 mg/dl pada
bayi premature atau 12 mg/dl pada bayi aterm.
d. Ikterus
yang disertai proses hemolisis
e. Bilirubin
Derek lebih dari mg/dl, atau kenaikan
bilirubin serum mg/dl/jam atau 5
mg/dl/hari.
f. Ikterus
menetap setelah bayi berumur 10
hari pada bayi aterm dan 14 hari pada BBLR.
Keadaan yang mnyebabkan
ikterus patologis adalah
- Penyakit hemolitik
- Kelainan sel darah merah
- Hemolisis : hematoma, Polisitemia, perdarahan karena trauma jalan lahir.
- Infeksi
- Kelainan metabolic : hipoglikemia, galaktosemia
- Obat—obatan yang menggantikan ikatan bbilirubin dengan albumin seperti : sulfonaamida, salisilat, sodium bensoat, gentamisin,
- Pirau enterohepatik yang meninggi : obstruksi usus letak tinggi, hirschsprung, stenosis pylorus, mekonium illeus.
Komplikasi
Terjadi kernicterus yaitu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak dengan gambaran klinik :
Terjadi kernicterus yaitu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak dengan gambaran klinik :
- Letargi/lemas
- Kejang
- tak mau menghisap
- tonus otot meninggi, leher kaku dan akhirnya opistotonus
- Bila bayi hidup pada umur lebih lanjut dapat terjadi spasme otot, epistotonus, kejang
- dapat tuli, gangguan bicara, retardasi mental.
Pengkajian Keperawatan :
1. Kepala : tampak ikterik
- Mata : sclera tampak ikterik, konjungtiva anemis bila ikterus patologik karena hemmolisis.
- Hidung : tidak ada kelainan
- Mulut : mukosa mulut dan bibir tampak ikterik
- Telinga tidak ada kelainan
2. Leher
: tampak ikterik , leher kaku dan akhirnya epistotonus pada kernicterus.
3. Dada
: simetris, tampak ikterik pada seluruh
dada atau tidak tergantung kadar
bilirubin.
- Paru-paru : apne, cyanosis, dispnea pada keadaan kernikterus. Aspiksia dan pulmonary effusi pada hidrops fetalis
- Jantung : Edema umum atau berkurangnya volume darah gagal jjantung pada kondisi hidrops fetalis
4. Abdomen :
tampak ikterik, palpasi supel , distensi -, dapat ditemukan hepatospleno megali.
5. Ginjal
: warna urine gelap dengan meningkatnya konsentrasi bilirubin.
6. Genitalia
: tidak ada masalah
7. Rektum
: anus +,
8. Ekstremitas
: tampak ikterik pada seluruh ektermitas atau hanya sebagian , letargi, tonus
otot meninggi.
9. Punggung
: tampak ikterik, tidak ada kelainan bentuk tulang belakang.
10. Neurologi :
hipotonia, tremor, reflek moro dan menghisap tidak ada, diminished reflek
tendon, kejang.
11. Endokrin :
tidak gangguan pada system endokrin.
Pemeriksaan penunjang :
- Bilirubin serum , indirek dan indirek : peningkatan bilirubin diatas 10 mg/dl pada bayi aterm atau 12 mg/dl padda BBLR
- Golongan darah ibu dan bayi, serologi darah tali pusat.
- Hb dan HCT : Hb kurang dari 14 gr persen dan HCT kurang dari 42 persen menandakan adanya proses hemolitik. Hb dari tali pusat kurang dari 12 g/dl indikasi diperlukaannya transfusi tukar.
- Protein total.
- Leukosit darah untuk memantau adanya infeksi
- BJ urine
- comb test [ indirek dan direk ]
Diagnosa Keperawatan :
- Resiko tinggi cedera : MR, kematian b.d. meningkatnya kadar bilirubin
- Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d. phototerapi.
- Kerusakan integritas kulit b.d. efek dari phototerapi.
- Resiko terjadi gangguan regulasi suhu tubuh b d efek prototerapi
- Resiko tinggi injuri : side efek pengobatan terhadap kehidupan b.d.. transfusi tukar
- Resiko tinggi perubahan peran orang tua b.d. pemisahan
- Kurangnya pengetahuan tentang kondisi anak dam perawatan di rumah.
Rencana keperawatan :
1. Resiko
tinggi cedera b.d. meningkatnya kadar
bilirubin toksik dan komplikasi
berkenaan phototerapi.
Tujuan :
Klien tidak menunjukan gejala sisa neurologis
ddan berlanjutnya komplikasi phototerapi.
Kriteria
hasil :
Rencana
|
Rational
|
1.Identifikasi
adanya factor resiko :
-
bruising
-
sepsis
-
delayed ord clamping
-
ibu dengan DM
-
Rh, ABO antagonis
-
Pletora
-
SGA
2.Kaji
BBL terhadap adanya hiperbilirubinemia
setia 2-4 jam lima hari pertama
kehidupan
3.Perhatikan
dan dokumentasikan warna kulit dari
kepala, sclera dan tubuh secara progresif
terhadap ikterik setiap pergantian shift
4.
Monitor kadar bilirubin dan kolaborasi bila ada peningkatan kadar
5.Monittor
kadar Hb, Hct ata adanya penurunan
6.Monitor
retikulosit, kolaborasi bila ada peningkatan
7.Berikan
phototerapi :
- sesuai
protocol untu waktu, prosedur, dan durasi.
- Monitor
kadar bilirubin setia 6 – 12 jam under therapy
- Tutup
mata dengan tameng mata , hindari tekanan pada hidung
- Ganti
bantalan mata sedikitnya 2 kali sehhari
- Inspeksi
mata dengan lampu sedikit nya 8 jam sekali
- Pertahankan
teraapi cairan parenteral untuk hidrasi kolabborasi medis
- Pertahankan
suhu axial 36.5 dderajat celsius
8.Lakukan
transfusi tukar kolaborasi medis
- Monitoe
vital sign selama dan setelah transfusi tukar
- Periksa
darah yang keluar dan masuk
|
1.Adanya
factor resiko membimbing perawat untuk
waspada terhadap kemung kinan munculnya hiperbilirubinemia
2. BBL sangat rentan terhadap hiperbilirubinemia.
2.Mengetahui
addanya hiperbilirubinemi secara dini sehingga dapat dilakukan tindakan
penanganan segera.
3.Peningkatan
kadar bilirubin tang tinggi
5.Adanya penurunan Hb,Hct menunjukan adanya hemolitik
7. phototerapi berfungsi mendekomposisi kan bilirubin dengan photoisomernya. Selama photooterapi perlu diperhatikan adanya komplikasi
seperti : hipertermi, Konjungtivitis, dehidrasi.
8. Transfusi tukar dilakukan bila terjadi hiperbilirubinemia pathologis karena
terjadinya proses hemoliitik berlebihan yang disebabkan oleh ABO antagonis.
|
2. Resiko
tinggi kekurangan volume cairan b.d. phototerapi.
Tujuan : Klien tiidak menunjjukan
tanda-tanda kekurangan volume cairan
Rencana
|
Rasional
|
1.pertahankan
intake cairan :
- Timbang
BB perhari
- Ukur
intake output
- Berikan
intake extra peroral atau per IV jika ada kehilangan BB progresif, meningkatnya suhu, diare,
onsentrasi urine,
2.Kaji
Output :
-
kaji jumlah, warna urine setiap 4 jam
-
Kaji
-
Diare yang berlebihan
3.Kaji
Hidrasi :
- Monitor
suhu tubuh tiap 4 jam
- Inspeksi membran mukosa dan pontanel
|
1.Intake
cairan yang adekuat metabolisme bilirubin akan berlangsung sempurna dan
terjadii keseimbangan dengan caairan yang keluar selama photo terapi karena
penguapan
2.Output yang berlebihan
atau tidak seimbang dengan intake akan menyebabkan gangguan keseimbangan
cairan.
3. Hidrasi yang adekuat menunjukan keseimbangna cairan tubuh baik yang
ditunjukan dengan suhu tubuh 36-37 derajat Celsius dan membran mukosa
mulut lembab dan fontaanela datar.
|
3. Kerusakan
integritas kulit b.d. efek dari phototerapi.
Tujuan : Klien tidak menunjukan gangguan integritas
kulit
|
|
1.Monitor
adanya kerusakan integritas kulit
2.Bersihkan
kulit bayi dari kotoran setelah BAB, BAK
3.Pertahankan
suhu lingkungan netral dan suhu axial 36.5 derajat Celsius
4.Lakukan
perubahan posisi setiap 2 jam.
5.Berikan
istirahat setelah 24 jam phototerapi
|
1.
Deteksi dini kerusakjan integritas kulit
2.
Faeces dan urine yang bersifat asam dapat mengiritasi
kulit
3.
Suhu yang tinggi menyebabkan kulit kering sehingga
kulit mudah pecah
4.
Perubahab posisi mempertahankan sirkulasi yang
adekuat dan mencegah penekanan yang berlebihan pada satu sisi
|
Daftar Pustaka :
- Melson Kathryn A.,1999, Maternal Infant Health Care Planning, edisi kedua,Springhouse, Pennsylvania
- Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.
- Tucker Susan Martin, at al.,1999, Standar Perawatan Pasien , Proses Keperawatan, Diagnosis, dan evaluasi, EGC, Jakarta.
Diagnosa Keperawatan :
- Resiko tinggi cedera : MR, kematian b.d. meningkatnya kadar bilirubin
- Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d. phototerapi.
- Kerusakan integritas kulit b.d. efek dari phototerapi.
- Resiko terjadi gangguan regulasi suhu tubuh b d efek prototerapi
Rencana keperawatan :
- Resiko tinggi cedera b.d. meningkatnya kadar bilirubin toksik dan komplikasi berkenaan phototerapi.
Tujuan :
Klien tidak menunjukan gejala sisa neurologis
ddan berlanjutnya komplikasi phototerapi.
Rencana
|
Rational
|
9.Identifikasi
adanya factor resiko :
-
bruising
-
sepsis
-
delayed ord clamping
-
ibu dengan DM
-
Rh, ABO antagonis
-
Pletora
-
SGA
10.
Kaji BBL terhadap adanya hiperbilirubinemia setia 2-4 jam lima hari pertama kehidupan
11.
Perhatikan dan dokumentasikan warna kulit dari kepala, sclera dan tubuh secara
progresif terhadap ikterik setiap
pergantian shift
12.
Monitor kadar
bilirubin dan kolaborasi bila ada peningkatan kadar
13.
Monittor kadar Hb, Hct ata adanya penurunan
14.
Monitor retikulosit, kolaborasi bila ada peningkatan
15.
Berikan phototerapi :
- sesuai
protocol untu waktu, prosedur, dan durasi.
- Monitor
kadar bilirubin setia 6 – 12 jam under therapy
- Tutup
mata dengan tameng mata , hindari tekanan pada hidung
- Ganti
bantalan mata sedikitnya 2 kali sehhari
- Inspeksi
mata dengan lampu sedikit nya 8 jam sekali
- Pertahankan
teraapi cairan parenteral untuk hidrasi kolabborasi medis
- Pertahankan
suhu axial 36.5 dderajat celsius
16.
Lakukan transfusi tukar kolaborasi medis
- Monitoe
vital sign selama dan setelah transfusi tukar
- Periksa
darah yang keluar dan masuk
|
4.Adanya
factor resiko membimbing perawat untuk
waspada terhadap kemung kinan munculnya hiperbilirubinemia
2. BBL sangat rentan terhadap hiperbilirubinemia.
4.Mengetahui
addanya hiperbilirubinemi secara dini sehingga dapat dilakukan tindakan
penanganan segera.
5.Peningkatan
kadar bilirubin tang tinggi
5.Adanya penurunan Hb,Hct menunjukan adanya hemolitik
7. phototerapi berfungsi mendekomposisi kan bilirubin dengan photoisomernya.
Selama photooterapi perlu diperhatikan adanya komplikasi
seperti : hipertermi, Konjungtivitis, dehidrasi.
8. Transfusi tukar dilakukan bila terjadi hiperbilirubinemia pathologis karena
terjadinya proses hemoliitik berlebihan yang disebabkan oleh ABO antagonis.
|
- Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d. phototerapi.
Tujuan : Klien tiidak menunjjukan
tanda-tanda kekurangan volume cairan
Rencana
|
Rasional
|
4.pertahankan
intake cairan :
- Timbang
BB perhari
- Ukur
intake output
- Berikan
intake extra peroral atau per IV jika ada kehilangan BB progresif, meningkatnya suhu, diare,
onsentrasi urine,
5.Kaji
Output :
-
kaji jumlah, warna urine setiap 4 jam
-
Kaji
-
Diare yang berlebihan
6.Kaji
Hidrasi :
- Monitor
suhu tubuh tiap 4 jam
- Inspeksi membran mukosa dan pontanel
|
2.Intake
cairan yang adekuat metabolisme bilirubin akan berlangsung sempurna dan
terjadii keseimbangan dengan caairan yang keluar selama photo terapi karena
penguapan
2.Output yang berlebihan
atau tidak seimbang dengan intake akan menyebabkan gangguan
keseimbangan cairan.
3. Hidrasi yang adekuat menunjukan keseimbangna cairan tubuh baik yang
ditunjukan dengan suhu tubuh 36-37 derajat Celsius dan membran mukosa
mulut lembab dan fontaanela datar.
|
- Kerusakan integritas kulit b.d. efek dari phototerapi.
Tujuan : Klien tidak menunjukan gangguan integritas
kulit
|
|
6.Monitor
adanya kerusakan integritas kulit
7.Bersihkan
kulit bayi dari kotoran setelah BAB, BAK
8.Pertahankan
suhu lingkungan netral dan suhu axial 36.5 derajat Celsius
9.Lakukan
perubahan posisi setiap 2 jam.
10.
Berikan istirahat setelah 24 jam phototerapi
|
5.
Deteksi dini kerusakjan integritas kulit
6.
Faeces dan urine yang bersifat asam dapat mengiritasi
kulit
7.
Suhu yang tinggi menyebabkan kulit kering sehingga
kulit mudah pecah
8.
Perubahab posisi mempertahankan sirkulasi yang
adekuat dan mencegah penekanan yang berlebihan pada satu sisi
|
No comments:
Post a Comment