Juniartha Semara Putra
E.
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
DAFTAR PUSTAKA
LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN
PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN GLUKOMA
A. DEFINISI
Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran
klinik berupa peninggian tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik dengan
defek lapang pandangan mata.(Sidarta Ilyas,2000).
Galukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan
peningkatan tekanan intraokuler.( Long Barbara, 1996)
B. ETIOLOGI
Penyakit yang ditandai dengan peninggian
tekanan intraokuler ini disebabkan oleh:
v Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan
ciliary
v Berkurangnya
pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah pupil
C. PATOFISIOLOGI
Cairan bilik mata yang dihasilkan oleh epitel badan siliar
akan masuk kedalam bilik mata belakang
dan berjalan melalui pupil ke bilik mata depan.Cairan bilik mata keluar dari
bola mata melalui anyaman traberkulum dalam canal Sclhemm yang terletak disudut
bilik mata.Dari canal Sclhemm yang melingkar disekeliling sudut bilik mata
cairan mata keluar dari canal colektor dan masuk kedalam pembuluh darah vena
episklera.Tekanan intra okuler akan naik bila :
v
badan siliar memproduksi terlalu banyak cairan
mata sedangkan pengeluarannya pad anyaman traberkulm normal.
v
hambatan pengaliran pada pupil waktu pengaliran
cairan dari bilik mata belakang ke bilik mata depan.
v
pengeluaran di sudut bilik mata terganggu.
Jadi bola mata yang dimasuki air terlalu banyak tidak akan
meledak tetapi akan menggelembung didaerah yang paling lemah pada
papil(mangkok) optic atau pada sclera tempat saraf optic keluar.Bila tekanan
bola ata naik,serabut saraf akan tertekan dan rusak serta mati.Kematian sel
akan mengakibatkan hilangnya penglihatan yang permanen
D.
KLASIFIKASI
1.
Glaukoma primer
a. Glaukoma sudut terbuka
Merupakan sebagian besar dari glaukoma (
90-95% ) , yang meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang
secara lambat. Disebut sudut terbuka karena humor aqueousmempunyai pintu
terbuka ke jaringan trabekular. Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif
jaringan rabekular, saluran schleem, dan saluran yg berdekatan. Perubahan saraf
optik juga dapat terjadi. Gejala awal biasanya tidak ada, kelainan diagnose
dengan peningkatan TIO dan sudut ruang anterior normal. Peningkatan tekanan
dapat dihubungkan dengan nyeri mata yang timbul.
b. Glaukoma
sudut tertutup(sudut sempit)
Disebut sudut tertutup karena ruang
anterior secara anatomis menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel
ke jaringan trabekular dan menghambat humor aqueous mengalir ke saluran
schlemm. Pergerakan iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus,
penambahan cairan di ruang posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua.
Gejala yang timbul dari penutupan yang tiba- tiba dan meningkatnya TIO, dapat
berupa nyeri mata yang berat, penglihatan yang kabur dan terlihat hal.
Penempelan iris menyebabkan dilatasi pupil, bila tidak segera ditangani akan
terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.
2. Glaukoma sekunder
Dapat terjadi dari
peradangan mata , perubahan pembuluh darah dan trauma . Dapat mirip
dengan sudut terbuka atau tertutup tergantung pada penyebab.
ü
Perubahan lensa
ü
Kelainan uvea
ü
Trauma
ü
bedah
3. Glaukoma congenital
ü
Primer atau infantile
ü
Menyertai kelainan kongenital lainnya
4. Glaukoma absolut
Merupakan stadium akhir glaukoma ( sempit/ terbuka) dimana
sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan
fungsi lanjut .Pada glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal,
papil atrofi dengan eksvasi glaukomatosa,
mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit.sering mata dengan buta ini
mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa
neovaskulisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat
timbulnya glaukoma hemoragik.
Pengobatan
glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta pada badan siliar, alkohol
retrobulber atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata telah tidak
berfungsi dan memberikan rasa sakit.
Berdasarkan lamanya :
1. Glaukoma Akut
a.
Definisi
Glaukoma akut adalah penyakit mata yang
disebabkan oleh tekanan intraokuler yang meningkat mendadak sangat tinggi.
b.
Etiologi
Dapat terjadi primer, yaitu timbul pada
mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik mata depan yang sempit pada
kedua mata, atau secara sekunder sebagai akibat penyakit mata lain. Yang paling
banyak dijumpai adalah bentuk primer, menyerang pasien usia 40 tahun atau
lebih.
c.
Faktor Predisposisi
Pada bentuk primer, faktor
predisposisinya berupa pemakaian obat-obatan midriatik, berdiam lama di tempat
gelap, dan gangguan emosional. Bentuk sekunder sering disebabkan hifema,
luksasi/subluksasi lensa, katarak intumesen atau katarak hipermatur, uveitis
dengan suklusio/oklusio pupil dan iris bombe, atau pasca pembedahan
intraokuler.
d. Manifestasi klinik
a. Mata terasa sangat sakit. Rasa sakit ini
mengenai sekitar mata dan daerah belakang
kepala .
b. Akibat rasa sakit yang berat terdapat
gejala gastrointestinal berupa mual dan muntah , kadang-kadang dapat mengaburkan
gejala glaukoma akut.
c. Tajam penglihatan sangat menurun.
d. Terdapat halo atau pelangi di sekitar
lampu yang dilihat.
e. Konjungtiva
bulbi kemotik atau edema dengan injeksi siliar.
f. Edema
kornea berat sehingga kornea terlihat keruh.
g. Bilik
mata depan sangat dangkal dengan efek tyndal yang positif, akibat timbulnya
reaksi radang uvea.
h. Pupil
lebar dengan reaksi terhadap sinar yang lambat.
i.
Pemeriksaan funduskopi sukar dilakukan karena
terdapat kekeruhan media penglihatan.
j.
Tekanan
bola mata sangat tinggi.
k. Tekanan bola mata antara dua serangan
dapat sangat normal.
e.
Pemeriksaan Penunjang
Pengukuran dengan tonometri Schiotz
menunjukkan peningkatan tekanan.
Perimetri, Gonioskopi, dan Tonografi
dilakukan setelah edema kornea menghilang.
f.
Penatalaksanaan
Penderita dirawat dan dipersiapkan untuk
operasi. Dievaluasi tekanan intraokuler (TIO) dan keadaan mata. Bila TIO tetap
tidak turun, lakukan operasi segera. Sebelumnya berikan infus manitol 20%
300-500 ml, 60 tetes/menit. Jenis operasi, iridektomi atau filtrasi, ditentukan
berdasarkan hasil pemeriksaab gonoskopi setelah pengobatan medikamentosa.
2. Glaukoma Kronik
a.
Definisi
Glaukoma kronik adalah penyakit mata dengan gejala
peningkatan tekanan bola mata sehingga terjadi kerusakan anatomi dan fungsi
mata yang permanen.
b.
Etiologi
Keturunan dalam keluarga, diabetes melitus, arteriosklerosis,
pemakaian kortikosteroid jangka panjang, miopia tinggi dan progresif.
c. Manifestasi klinik
Gejala-gejala
terjadi akibat peningkatan tekanan bola mata. Penyakit berkembang secara lambat
namun pasti. Penampilan bola mata seperti normal dan sebagian tidak mempunyai
keluhan pada stadium dini. Pada stadium lanjut keluhannya berupa pasien sering
menabrak karena pandangan gelap, lebih kabur, lapang pandang sempit, hingga
kebutaan permanen.
d. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan
tekanan bola mata dengan palpasi dan tonometri menunjukkan peningkatan. Nilai
dianggap abnormal 21-25 mmHg dan dianggap patologik diatas 25 mmHg.
Pada funduskopi ditemukan cekungan papil menjadi lebih lebar
dan dalam, dinding cekungan bergaung, warna memucat, dan terdapat perdarahan
papil. Pemeriksaan lapang pandang menunjukkan lapang pandang menyempit, depresi
bagian nasal, tangga Ronne, atau skotoma busur.
e. Penatalaksanaan
Pasien diminta
datang teratur 6 bulan sekali, dinilai tekanan bola mata dan lapang pandang.
Bila lapang pandang semakin memburuk,meskipun hasil pengukuran tekanan bola
mata dalam batas normal, terapi ditingkatkan. Dianjurkan berolahraga dan minum
harus sedikit-sedikit.
E.
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
a. Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular
(tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan) : Mungkin terganggu dengan
kerusakan kornea, lensa, aquous atau vitreus humor, kesalahan refraksi, atau
penyakit syaraf atau penglihatan ke retina atau jalan optik.
b. Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor
pada hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.
c. Pengukuran tonografi :
Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg)
d. Pengukuran gonioskopi :Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut
tertutup glaukoma.
e. Tes Provokatif :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika
TIO normal atau hanya meningkat ringan.
f. Pemeriksaan oftalmoskopi:Mengkaji struktur
internal okuler, mencatat atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan retina,
dan mikroaneurisma.
g.
Darah lengkap, LED :Menunjukkan
anemia sistemik/infeksi.
h.
EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid:
Memastikan aterosklerosisi,PAK.
i.
Tes
Toleransi Glukosa :menentukan
adanya DM.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Aktivitas / Istirahat:
Perubahan aktivitas biasanya / hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan.
b. Makanan / Cairan:
Mual, muntah (glaukoma akut)
c. Neurosensori:
Gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas),
sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer,
kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap (katarak).
Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran
cahaya/pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer,
fotofobia(glaukoma akut). Perubahan kacamata/pengobatan tidak memperbaiki
penglihatan.
Tanda:
ü
Papil menyempit dan merah/mata keras dengan
kornea berawan.
ü
Peningkatan air mata.
d. Nyeri / Kenyamanan:
ü
Ketidaknyamanan ringan/mata berair (glaukoma
kronis)
ü
Nyeri tiba-tiba/berat menetap atau tekanan pada
dan sekitar mata, sakit kepala (glaukoma akut).
e. Penyuluhan / Pembelajaran
ü
Riwayat keluarga glaukoma, DM, gangguan sistem
vaskuler.
ü
Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor
(contoh: peningkatan tekanan vena), ketidakseimbangan endokrin.
ü
Terpajan
pada radiasi, steroid/toksisitas fenotiazin.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
a.
Nyeri b/d peningkatan tekanan intra okuler
(TIO) yang ditandai dengan mual dan muntah.
Tujuan : Nyeri hilang atau
berkurang
Kriteria hasil :
ü pasien mendemonstrasikan pengetahuan akan
penilaian pengontrolan nyeri
ü pasien mengatakan nyeri berkurang/hilang
ü ekspresi wajah rileks
Intervensi :
ü kaji tipe intensitas dan lokasi nyeri
ü kaji tingkatan skala nyeri untuk
menentukan dosis analgesik
ü anjurkan istirahat ditempat tidur dalam
ruangan yang tenang
ü atur sikap fowler 300 atau
dalam posisi nyaman.
ü Hindari mual, muntah karena ini akan
meningkatkan TIO
ü Alihkan perhatian pada hal-hal yang
menyenangkan
ü Berikan analgesik sesuai anjuran
b.
Gangguan persepsi sensori : penglihatan
b.d gangguan penerimaan;gangguan status organ ditandai dengan kehilangan lapang
pandang progresif.
Tujuan : Penggunaan penglihatan yang optimal
Kriteria Hasil:
ü Pasien akan berpartisipasi dalam program
pengobatan
ü Pasien akan mempertahankan lapang
ketajaman penglihatan tanpa kehilangan lebih lanjut.
Intervensi :
ü Pastikan derajat/tipe kehilangan
penglihatan
ü Dorong mengekspresikan perasaan tentang
kehilangan / kemungkinan kehilangan penglihatan
ü Tunjukkan
pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, menikuti jadwal, tidak salah
dosis
ü Lakukan tindakan untuk membantu pasien
menanganiketerbatasan penglihatan, contoh, kurangi kekacauan,atur perabot,
ingatkan memutar kepala ke subjek yang terlihat; perbaiki sinar suram dan
masalah penglihatan malam.
ü Kolaborasi obat sesuai dengan indikasi
c.
Ansitas b. d faktor fisilogis, perubahan status
kesehatan, adanya nyeri, kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai
dengan ketakutan, ragu-ragu, menyatakan masalah tentang perubahan kejadian
hidup.
Tujuan : Cemas hilang atau berkurang
Kriteria Hasil:
ü
Pasien
tampak rileks dan melaporkan ansitas menurun
sampai tingkat dapat
diatasi.
ü
Pasien
menunjukkan ketrampilan pemecahan masalah
ü
Pasien
menggunakan sumber secara efektif
Intervensi :
ü
Kaji tingkat
ansitas, derajat pengalaman nyeri/timbul nya gejala tiba-tiba dan pengetahuan
kondisi saat ini.
ü
Berikan
informasi yang akurat dan jujur. Diskusikan kemungkinan bahwa
pengawasan dan pengobatan mencegah kehilangan penglihatan tambahan.
ü
Dorong pasien
untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan.
ü
Identifikasi
sumber/orang yang menolong.
d.
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi,
prognosis, dan pengobatan b.d kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang
mengingat, salah interpretasi, ditandai dengan ;pertanyaan, pernyataan salah
persepsi, tak akurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dapat
dicegah.
Tujuan : Klien mengetahui tentang kondisi,prognosis
dan pengobatannya.
Kriteria
Hasil:
ü
pasien menyatakan pemahaman kondisi,
prognosis, dan pengobatan.
ü
Mengidentifikasi hubungan antar gejala/tanda dengan
proses penyakit
ü
Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan
tindakan.
Intervensi :
ü
Diskusikan perlunya menggunakan identifikasi,
ü
Tunjukkan tehnik yang benar pemberian tetes mata.
ü
Izinkan pasien mengulang tindakan.
ü
Kaji pentingnya mempertahankan jadwal obat, contoh
tetes mata. Diskusikan obat yang harus dihindari, contoh midriatik, kelebihan
pemakaian steroid topikal.
ü
Identifikasi efek samping/reaksi merugikan dari
pengobatan (penurunan nafsu makan,
mual/muntah, kelemahan, jantung tak teratur dll.
ü
Dorong pasien membuat perubahan yang perlu untuk pola
hidup
ü
Dorong menghindari aktivitas,seperti mengangkat
berat/men dorong,
menggunakan baju ketat dan sempit.
ü
Diskusikan pertimbangan diet, cairan adekuat dan
makanan berserat.
ü
Tekankan pemeriksaan rutin.
ü
Anjurkan anggota keluarga memeriksa secara teratur
tanda glaukoma.
- IMPLEMENTASI
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan oleh
perawat terhadap pasien.
- EVALUASI
5.
Evaluasi dilaksanakan berdasarkan
tujuan dan outcome.
DAFTAR PUSTAKA
- Junadi P. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius,
FK-UI, 1982
- Sidarta Ilyas, Ilmu Penyakit Mata, FKUI, 2000.
- Long C Barbara. Medical surgical Nursing. 1992
- Doungoes, marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan Dan pendokumentasian perawatan pasien. Ed 3, EGC, Jakarta,
2000
- Susan Martin Tucker, Standar Perawatan Pasien : Proses
Keperawatan, Diagnosisi dan Evaluasi. Ed 5 Vol3 EGC. Jakarta 1998
- Brunner & Suddart. Keperawatan Medical Bedah EGC.
Jakarta 2002
No comments:
Post a Comment