Juniartha Semara Putra
Hipertensi

Curah
jantung ↑ Tahanan
perifer ↑









fungsional struktural




Volume
cairan ↑ Kontriksi vena
Retensi Na
Luas Aktivitas Renin Perubahan Hiper-






ginjal
Infiltrasi ↓ Simpatis ↑ Angiotensin
↑ membran sel insulinemia


Genetik Imunologik Lingkungan


Tipe antigen HLA Respon
albumin Virus/toksik
Antibodi




Diabetes Mellitus


Muntah
ekstremitas sering haus
Penurunan BB Banyak minum

Sering kencing
Lemah, letih, cedera
lesu

Perlukaan
Pasien
tampak
ingin didampingi







Keterangan :
:
Laki – laki :
Lansia Teridentifikasi



:
Perempuan :
Tinggal Serumah
: Meninggal : Orang Terdekat Pasien

Kekuatan otot 555
555
: Jawaban dari pasien

IMT =
63,5 Kg
22,77 Kg/m2

555 555
- Mampu menghitung terbalik (20 s/d 1) (skor 1) +
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses menjadi tua merupakan proses alamiah yang tidak
dapat dihindari oleh setiap individu. Pertambahan usia akan menimbulkan
perubahan-perubahan pada struktur dan fisiologi dari tubuh manusia. Perubahan-perubahan
tersebut akan mempengaruhi kemampuan individu untuk betahan dalam fungsi yang
normal sehingga dapat mempengaruhi harapan hidup individu.
Salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa biasanya
dilihat dari harapan hidup penduduknya. Sedangkan umur harapan hidup masyarakat
di Indonesia berdasarkan sensus BPS tahun 1998 masing-masing untuk pria 63
tahun dan wanita 67 tahun. Angka diatas berbeda dengan kajian WHO (1999),
dimana usia harapan hidup orang indonesia
rata-rata adalah 59,7 tahun dan menempati urutan ke 103 dunia.
(htpp://www.inna-ppni.or.id/index.php?name=news&file=article&
sid=33).
Indonesia sebagai suatu negara berkembang, dengan
perkembangan yang cukup baik serta berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi dan kemajuan dalam sosial ekonominya diperkirakan akan mengalami
pertambahan warga lansia terbesar seluruh dunia antara tahun 1990-2025, yaitu
sebesar 414% (Kinsella & Taeuber dalam Boedhi Dharmojo, 2003).
Pada tahun 2002, jumlah lansia di Indonesia berjumlah 16
juta dan diproyeksikan akan bertambah menjadi 25,5 juta pada tahun 2020 atau
sebesar 11.37% penduduk, dan ini merupakan peringkat keempat dunia di bawah
RRC, India, dan Amerika Serikat.
Menua (ageing process) adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri
atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga
tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki
kerusakan yang diderita (Constantinides dalam Boedhi Dharmojo, 2003). Dengan
begitu manusia secara progresif akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan
akan menumpuk makin banyak distorsi metabolic dan struktural yang disebut
penyakit degeneratif seperti hipertensi, arterosklerosis, dibetes mellitus dan
kanker.
Penurunan
kondisi lanjut usia menyebabkan lansia rentan mengalami berbagai penyakit.
Berdasarkan hasil SKRT tahun 1992 urutan
penyakit yang diderita lansia meliputi kardiovaskular, teberkulosa, PPOM, penyakit saluran cerna, diare, infeksi
saluran napas, keganasan dan penyakit metabolisme. Penyakit tersebut yang
paling banyak diderita oleh pasien yang datang ke Poliklinik Geriatri adalah
penyakit kardiovaskuler dan salah satunya adalah hipertensi.
Hipertensi
adalah suatu tekanan darah yang tinggi, bersifat abnormal dan bervariasi sesuai
usia dan jenis kelamin.
Menurut WHO
(1978) batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg dan
tekanan darah sama dengan atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai
hipertensi. Hipertensi disebabkan oleh berbagai faktor risiko antara lain,
obesitas, faktor keturunan, jenis kelamin, usia, asupan garam, dan gaya hidup
yang kurang sehat.
Hipertensi membawa dampak terhadap fungsi organ tubuh
seperti gangguan penglihatan, gangguan fungsi ginjal dan gagal jantung.
Gangguan serebral yang disebabkan oleh hipertensi dapat berupa kejang atau
gejala akibat perdarahan pembuluh darah otak yang berupa kelumpuhan, gangguan
kesadaran bahkan sampai koma.
Melihat semakin banyaknya kasus hipertensi dan dampak
yang ditimbulkan maka kami tertarik untuk melaksanakan asuhan keperawatan
pada lansia “US” dengan Hipertensi + Diabetes
Mellitus Di Poliklinik Geriatri RSUP Sanglah Denpasar.
B. Tujuan penulisan
1.
Tujuan Umum
Mendapatkan
gambaran yang nyata tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada lansia dengan Hipertensi
+ Diabetes Mellitus melalui pendekatan
proses keperawatan.
2.
Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan Pengkajian Keperawatan
pada lansia dengan Hipertensi
+ Diabetes Mellitus.
b. Mampu merumuskan Diagnosa Keperawatan pada
lansia dengan Hipertensi + Diabetes
Mellitus.
c. Mampu menyusun Perencanan Keperawatan lansia dengan Hipertensi + Diabetes Mellitus.
d. Mampu melaksanakan Tindakan Keperawatan
sesuai dengan rencana yang telah disusun pada lansia dengan Hipertensi + Diabetes Mellitus.
e. Mampu melaksanakan Evaluasi hasil asuhan keperawatan pada lansia dengan Hipertensi
s +Diabetes Mellitu.
f. Mampu menemukan dan menganalisa
kesenjangan antara kajian teori dengan kenyataan yang ada di lapangan dalam melaksanakan asuhan
keperawatan pada lansia
dengan Hipertensi + Diabetes
Mellitus..
C. Metode Penulisan.
Penyusunan laporan ini berbentuk laporan kasus dengan menggunakan metode
deskriptif yaitu suatu metode dengan tujuan utama membuat gambaran atau
deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif. Laporan ini menggunakan pendekatan
proses keperawatan yaitu: memberikan asuhan keperawatan pada lansia dengan Hipertensi + Diabetes
Mellitus di lapangan. Menurut Effendy (1998) pengumpulan data dalam proses
keperawatan lansia dalam keluarga menggunakan teknik yaitu :
1. Wawancara
Pengumpulan data ini dapat diperoleh dengan
melakukan anamnesa pada lansia dan keluarga.
2. Observasi.
Pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara melihat secara langsung dimana data yang didapat yang didapat dari hasil
pengamatan ini adalah : data fisik, tingkah laku, keadaan lingkungan, kebiasaan
keluarga dan lansia.
3. Pemeriksaan fisik.
Pengumpulan data ini dilakukan dengan cara
melakukan pemeriksaan keadaan umum lansia.
4. Dokumentasi.
Pengumpulan data yang diperoleh dengan
melihat catatan-catatan yang didapat di Poliklinik Geriatri RSUP Sanglah atau
dari keluarga untuk mengetahui penyakit
yang pernah diderita dan obat-obatan yang pernah diminum.
D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan studi kasus ini terdiri dari empat bab yaitu:
Bab I Pendahuluan, yang meliputi
Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Metode serta Sistematika Penulisan. Bab II
Kajian Teori memuat : Pengertian, Patofisiologi, Klasifikasi atau Penggolongan,
Faktor Risiko, Tanda dan Gejala, Penatalaksanaan, dan Farmakologis. Bab III
Tinjauan Kasus memuat : Pengkajian Keperawatan, Diagnosa Keperawatan,
Perencanaan Keperawatan, Pelaksanaan Keperawatan, dan Evaluasi Keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
HIPERTENSI
1. Pengertian
Hipertensi
dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya
di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Pada populasi
manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
diastolik 90 mmHg (Brunner dan Suddart, 2002).
Hipertensi adalah
tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal, dan diukur paling tidak
pada tiga kesempatan yang berbeda. Tekanan darah abnormal bervariasi sesuai
usia, sehingga setiap diagnosis hipertensi harus bersifat spesifik sesuai usia.
Namun secara umum seseorang dianggap menderita hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari pada 140 mmHg
sistolik atau 90 mmHg sistolik atau 90
mmHg diastolik. (Corwin,2001).
Menurut
Kaplan (1985) dalam Suyono, dkk (2001), batasan hipertensi memperhatikan
perbedaan usia dan jenis kelamin, yaitu:
a. Pria yang berusia <45 tahun dinyatakan
hipertensi jika tekanan darahnya pada waktu berbaring 130/90 mmhg atau lebih,
sedangkan yang berusia >45 tahun dinyatakan hipertensi jika tekanan darahnya
145/95 mmHg atau lebih.
b. Wanita yang mempunyai tekanan darah 160/95
mmHg atau lebih dinyatakan hipertensi.
- Patofisiologi
Secara skematis
patofisiologis dari penyakit hipertensi dapat diuraikan sebagai berikut :

![]() |


![]() |
![]() |
Preload ↑ Kontraktilitas ↑ Kontriksi
Hipertrofi
























Asupan
Na↑ Faktor
endotel
Faktor
Stres Faktor
Obesitas
genetik
genetik
Gambar 1. Patofisiologi Penyakit Hipertensi (Suyono, dkk,
2001)
Dari skema diatas
tampak bahwa tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer.
Kestabilan tekanan darah dalam jangka waktu yang panjang dipertahankan oleh
sistem yang mengatur jumlah cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ
terutama ginjal. Berbagai faktor seperti faktor genetik yang menimbulkan
perubahan pada ginjal dan membran sel, aktivitas saraf simpatis dan sistem
rennin-angiotensin yang mempengaruhi keadaan hemodinamik, asupan natrium dan
metabolisme natrium dalam ginjal, serta obesitas, stress, kurang olahraga dan
faktor endotel mempunyai peran dalam peningkatan tekanan darah pada hipertensi
primer.
Pada tahap awal
hipertensi primer curah jantung meninggi sedangkan tahanan perifer normal.
Keadaan ini disebabkan oleh peningkatan aktivitas simpatik. Pada tahap
selanjutnya curah jantung kembali normal sedangkan tahanan perifer meningkat
yang disebabkan oleh reflek autoregulasi. Yang dimaksud dengan reflek autoregulasi adalah mekanisme tubuh
untuk mempertahankan keadaan hemodinamik yang normal. Oleh karena curah jantung
yang meningkat terjadi kontriksi sfingter rekapiler yang mengakibatkan penurunan
curah jantung dan peninggian tahanan perifer.
Peningkatan
tahanan perifer pada hipertensi primer terjadi secara bertahap dalam waktu yang
lama, sedangkan proses autoregulasi tejadi dalam waktu yang singkat. Kelainan
hemodinamik itu dipengaruhi oleh kelainan struktural pada pembuluh darah dan
jantung. Pada pembuluh darah terjadi hipertropi dinding sedangkan pada jantung
terjadi penebalan dinding ventrikel.
Folkow (1987)
dalam Suyono (2001) menunjukkan bahwa stress dengan peninggian aktivitas saraf
simpatis dapat menyebabkan kontriksi fungsional dan hipertrofi struktural.
Berkaitan dengan ini Swales 1990 dalam Suyono (2001) mengemukakan bahwa
perubahan fungsi membran sel juga dapat mengakibatkan hal yang sama sehingga
tahanan perifer meningkat. Faktor yang lain yang diduga ikut berperan adalah
endotelin yang bersifat vasokontriktor.
Mengenai perubahan
yang terjadi pada intraseluler, kenaikan kadar natrium intraseluler yang
disebabkan oleh penghambatan pompa natrium akan meninggikan kadar kalsium
intrasel. Berbagai faktor tersebut diatas, baik akibat perubahan dinding
pembuluh darah maupun kontriksi fungsional akibat peninggian kadar natrium
intrasel akan menyebabkan peninggian tahanan perifer dan peningkatan tekanan
darah yang menetap.
Sistem rennin, angiotensin,
dan aldosteron berperan pada timbulnya hipertensi. Produksi rennin dipengaruhi
oleh berbagai faktor antara lain stimulasi saraf simpatis. Renin berperan pada
proses konversi angiotensin I menjadi angiotensin II yang mempunyai efek
vasokontriksi. Angiotensin II menyebabkan sekresi aldosteron yang mengakibatkan
retensi natrium dan air. Keadaan tersebut berperan dalam timbulnya hipertensi.
Hipertrofi
struktural dipengaruhi pula oleh intoleransi glukosa yang terjadi bersamaan
dengan peningkatan kadar insulin dalam plasma yang disebut sebagai
hiperinsulinemia.
- Klasifikasi atau Penggolongan Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi
dibedakan menjadi dua bagian :
a. Hipertensi
Essensial / Primer
Hipertensi essensial atau
primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik.
Banyak faktor yang mempengaruhi seperti gangguan emosi, obesitas, konsumsi
alkohol dan kopi yang berlebihan, tembakau dan obat-obatan yang merangsang
dapat berperan di sini. Selain itu dipengaruhi juga oleh faktor keturunan.
b. Hipertensi
Sekunder
Hipertensi sekunder dapat
disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :
1)
Penyakit – penyakit ginjal
a).
Stenosis arteri renalis
b).
Pyelonefrosis
c).
Glomerulonefritis
d).
Tumor – tumor ginjal
e). Penyakit batu ginjal dan bendungan dari
saluran kemih
f).
Terapi radiasi yang mengenai ginjal
g). Penyakit ginjal polikista (biasanya
diturunkan)
h). Trauma pada ginjal (luka yang mengenai
ginjal)
2)
Kelainan hormonal
a).
Hiperaldosteronisme
b).
Sindrom Cushing
c).
Feokromositoma
3)
Obat – obatan
a).
Pil KB
b).
Kortikosteroid
c).
Siklosporin
d).
Kokain
e).
Penyalahgunaan alcohol
f).
Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)
4) Penyebab lainnya
a). Koartasio aorta
b). Preeklamsi pada kehamilan
c). Porfisia intermiten akut
d). Keracunan timbal akut
Klasifikasi tekanan darah (orang dewasa berusia 18 tahun
ke atas)
No
|
Kategori
|
Sistolik
|
Diastolik
|
1
|
Optimal
|
< 120
|
<80
|
2
|
Normal
|
<130
|
<85
|
3
|
Normal - tinggi
|
130-139
|
85-89
|
4
|
Hipertensi :
|
|
|
|
Derajat I
|
140-159
|
90-99
|
|
Derajat II
|
160-179
|
100-109
|
|
Derajat III
|
≥180
|
≥110
|
- Faktor Risiko
Faktor risiko terjadinya hipertensi adalah
sebagai berikut :
a.
Obesitas (kegemukan)
Merupakan ciri khas penderita hipertensi. Walaupun belum
diketahui secara pasti hubungan antara hipertensi dan obesitas, namun terbukti
daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan
hipertensi lebih tinggi daripada penderita hipertensi dengan berat badan
normal.
b.
Stress
Diduga melalui aktivitas
saraf simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas). Peningkatan
aktivitas saraf simpatis mengakibatkan meningkatnya tekanan darah secara intermitten
(tidak menentu).
c.
Faktor keturunan (genetik)
Apabila riwayat hipertensi didapat pada kedua orangtua,
maka dugaan hipertensi essensial akan sangat besar. Demikian pula pada kembar
monozigot (satu sel telur) apabila salah satunya adalah penderita hipertensi.
d.
Jenis kelamin (gender)
Pria lebih
banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi daripada wanita. Hipertensi
berdasarkan gender ini dapat pula dipengaruhi oleh faktor psikologis. Pada
wanita sering kali dipicu oleh perilaku tidak sehat seperti merokok, kelebihan
berat badan, depresi dan rendahnya status pekerjaan. Sedangkan pada pria lebih berhubungan dengan
pekerjaan, seperti perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan dan pengangguran
e.
Usia
Peningkatan tekanan darah pada usia lanjut yang semula
dianggap normal sebagai akibat perubahan fisiologi ternyata meningkatkan risiko
morbiditas dan mortalitas serebro kardiovaskuler.
f.
Asupan garam
Melalui peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan sehingga
kembali pada keadaan hemodinamik (sistem pendarahan) yang normal. Pada
hipertensi essensial mekanisme inilah yang terganggu.
g.
Gaya
hidup yang kurang sehat
Walaupun tidak terlalu jelas hubungannya dengan
hipertensi namun kebiasaan seperti merokok, minum – minuman alkohol dan kurang
berolahraga dapat pula mempengaruhi peningkatan tekanan darah.
- Tanda dan Gejala
Tanda :
a.
Frekuensi jantung meningkat
b.
Perubahan irama janutng
c.
Takipnea
d.
Kenaikan tekanan darah
e. Nadi: denyutan jelas dari arteri karotis,
jugularis, radialis
Gejala :
a.
Kelemahan
b.
Letih
c.
Nafas pendek
d.
Riwayat hipertensi
e.
Atherosklerosis
f.
Episode palpitasi
g.
Riwayat perubahan kepribadian
h.
Ansietas
i.
Depresi
j.
Marah kronik
- Penatalaksanaan
Secara garis besar ada dua bentuk
penatalaksanaan terhadap hipertensi, yaitu :
a.
Non farmakologis
1)
Pengurangan asupan garam dan upaya penurunan barat
badan tampaknya dapat mengurangi tekanan darah yaitu dengan mengurangi beban
kerja jantung sehingga kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup juga
kurang.
2)
Olahraga dapat mengurangi timbulnya hipertensi yang
terkait dengan adanya aterosklerosis.
3)
Teknik relaksasi dapat mengurangi denyut jantung dan
Total Perifer Resisten (TPR) dengan cara menghambat respon stress saraf
simpatis.
4)
Menghindari kebiasaan merokok penting untuk mengurangi
efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan aliran
darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja jantung.
5)
Menghindari alkohol, telah dibuktikan tekanan darah
naik semakin cepat apabila alkohol yang diminum semakin banyak.
b.
Farmakologis
1)
Diuretik bekerja melalui berbagai mekanisme untuk
mengurangi curah jantung dengan menyebabkan ginjal meningkatkan ekskresi garam
dan airnya. Sebagian diuretik tampaknya juga menurunkan TPR.
2)
Penghambat saluran kalsium menurunkan kontraksi otot
polos jantung dan atau arteri dengan mengintervensi influks kalsium yang
dibutuhkan untuk kontraksi. Sebagian penghambat saluran kalsium bersifat lebih
spesifik untuk saluran lambat kalsium otot jantung, sebagian lagi lebih
spesifik untuk saluran kalsium otot polos vaskuler. Dengan demikian berbagai
penghambat kalsium memiliki kemampuan yang berbeda – beda dalam menurunkan
kecepatan denyut jantung, volume sekuncup dan TPR.
3)
Penghambat enzim pengubah angiotensin II berfungsi
untuk menurunkan angiotensin II dengan menghambat enzim yang diperlukan untuk
mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II. Hal ini menurunkan tekanan darah
baik secara langsung menurunkan TPR, dan karena angiotensin II diperlukan untuk
sintetis aldosteron, maupun dengan meningkatkan pengeluaran natrium melalui
urin sehingga volume plasma dan curah jantung menurun. Karena enzim pengubah
tersebut juga menguraikan vasodilator bradikinin, maka inhibitor enzim pengubah
akan menurunkan tekanan darah dengan memperpanjang efek bradikinin.
4)
Antagonis (penyekat) reseptor-beta, terutama penyekat β1
selektif, bekerja pada reseptor beta di jantung untuk menurunkan kecepatan
denyut jantung dan curah jantung.
5)
Antagonis reseptor-alfa menghambat reseptor alfa di
otot polos vaskuler yang secara normal berespon terhadap rangsangan simpatis
dengan vasokontriksi. Hal ini akan menurunkan TPR.
6) Dapat digunakan vasodilator arteriol
langsung untuk menurunkan TPR.
- Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
a.
Pengkajian
1) Aktivitas/istirahat
Gejala :
kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : frekuensi jantung meningkat,
perubahan irama jantung, takipnea
2) Sirkulasi
Gejala : riwayat hipertensi, aterosklerosis,
penyakit jantung koroner/katup dan penyakit serebrovaskuler
Tanda : kenaikan tekanan darah, hipertensi postural,
nadi:denyutan jelas dari karotis;jugulari;radialis, murmur stenosis valvular,
pengisian kapiler mungkin lambat/tertunda, kulit pucat, sianosis, diaforesis
(kongesti, hipoksemia/kemerahan)
3) Integritas ego
Gejala : riwayat perubahan
kepribadian, ansietas, depresi
Tanda : letupan suasana hati,
gelisah, penyempitan kontinu perhatian, gerak tangan empati, otot muka tegang,
pernafasan menghela, peningkatan pola bicara
4) Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat
ini atau yang lain (seperti infeksi/obstruksi,riwayat penyakit ginjal masa
lalu)
5) Makanan/cairan
Gejala : makanan yang disukai
yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol,
kandungan tinggi kalori, mual dan muntah, perubahan berat badan, riwayat
penggunaan diuretik
Tanda : berat badan normal/obesitas, adanya oedema
6) Neurosensori
Gejala : keluhan
pening/pusing, berdenyut, sakit kepala sub oksipital, gangguan penglihatan,
episode epistaksis
Tanda : status mental orientasi, pola/isi bicara,
afek, proses pikir, atau memori (ingatan), respon motorik:penurunan kekuatan
genggaman
7) Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : angina (penyakit
arteri koroner/keterlibatan jantung), nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit
kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya, nyeri
abdomen/massa
8) Pernafasan
Gejala : dispnea yang berkaitan
dengan aktivitas/kerja, takipnea, ortopnea, dispnea noktural paroksimal, batuk
dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok
Tanda : distres respiratory/penggunaan otot aksesori
pernafasan, bunyi nafas tambahan, sianosis
9) Keamanan
Gejala: gangguan koordinasi,
episode parestesia unilateral transien, hipotensi postural
10) Pembelajaran/penyuluhan
Gejala: faktor-faktor resiko
keluarga:hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM, penyakit ginjal
b.
Diagnosa Keperawatan
1) Risiko tinggi terhadap penurunan curah
jantung b/d Peningkatan afterload, vasokonstriksi, Iskemia miokardia, Hipertropi/rigiditas
(kekakuan ventrikular)
2) Intoleransi aktivitas b/d Kelemahan umum, Ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen
3) Nyeri akut, sakit kepala b/d Peningkatan
tekanan vaskular serebral
4) Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan
tubuh b/d Masukan berlebihan sehubungan dengan kebutuhan metabolik, Pola hidup
monoton, Keyakinan budaya
5) Koping individu inefektif b/d Tidak
adekuatnya support sistem, Tidak adekuatnya relaksasi, Perubahan cara hidup
6) Kurang pengetahuan tentang kondisi,
rencana pengobatan b/d Kurang pengetahuan/daya ingat, Mis-interpretasi
informasi, Keterbatasan kognitif, Menyangkal diagnosa
c.
Perencanaan dan Evaluasi
1) Diagnosa Keperawatan (1)
Tujuan/kriteria evaluasi :
a) Berpartisipasi dalam aktivitas yang
menurunkan TD/beban kerja jantung
b) Mempertahankan TD dalam rentang individu
yang dapat diterima
c) Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung
stabil dalam rentang normal pasien
Intervensi :
a) Pantau TD
b) Catat keberadaan, kualitas denyutan
sentral dan perifer
c) Auskultasi tonus jantung dang bunyi nafas
d) Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan
massa pengisian kapiler
e) Pertahankan pembatasan aktivitas
f) Anjurkan teknik relaksasi
g) Pantau respon terhadap obat untuk
mengontrol tekanan darah
2) Diagnosa Keperawatan (2)
Tujuan/kriteria
evaluasi :
a) Berpartisipasi dalam aktivitas yang
diinginkan/diperlukan
b) Melaporkan peningkatan dalam toleransi
aktivitas yang dapat diukur
c) Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda
intoleransi fisiologi
Intervensi :
a) Kaji respon pasien terhadap aktivitas,
dispnea/nyeri dada, keletihan/kelemahan yang berlebihan, pusing/pingsan
b) Instruksikan pasien tentang teknik
penghematan energi, melakukan aktivitas dengan perlahan
c) Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas
dan berikan bantuan sesuai kebutuhan
3) Diagnosa Keperawatan (3)
Tujuan/kriteria
evaluasi :
a) Melaporkan nyeri/ketidaknyamanan
hilang/terkontrol
b) Mengungkapkan metode yang memberikan
pengurangan
c) Mengikuti regimen farmakologi yang
diresepkan
Intervensi :
a) Mempertahankan tirah baring pada fase akut
b) Berikan tindakan nonfarmakologis untuk
menghilangkan sakit kepala dengan kompres dingin
c) Hilangkan/minimalkan aktivitas
4) Diagnosa Keperawatan (4)
Tujuan/kriteria
evaluasi :
a) Menunjukkan perubahan pola makan,
mempertahankan berat badan yang diinginkan dengan pemeliharaan kesehatan
optimal
b) Melakukan/mempertahankan program olah raga
yang tepat secara individual
Intervensi :
a) Kaji pemahaman pasien tentang hubungan
langsung antara hipertensi dan kegemukan
b) Tetapkan keinginan pasien untuk menurunkan
berat badan
c) Kaji ulang pemasukan kalori harian dan
pilihan diit
d) Instruksikan dan bantu memilih makanan
yang tepat, hindari makanan dengan kejenuhan lemak tinggi
5) Diagnosa Keperawatan (5)
Tujuan/kriteria
evaluasi :
a) Mengidentifikasi perilaku koping efektif
dan konsekuensinya
b) Menyatakan kesadaran kemampuan
koping/kekuatan pribadi
c) Mengidentifikasi potensial situasi stres
dan mengambil langkah untuk mengubahnya
Intervensi :
a) Kaji keefektifan strategi koping, misal :
kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam
rencana pengobatan
b) Catat laporan gangguan tidur, peningkatan
keletihan, kerusakan konsentrasi
c) Bantu pasien untuk mengidentifikasi
stresor spesifik dan strategi untuk mengatasi
d) Dorong pasien untuk mengevaluasi prioritas/tujuan
hidup
6) Diagnosa Keperawatan (6)
Tujuan/kriteria
evaluasi :
a) Menyatakan pemahaman tentang proses
penyakit dan regimen pengobatan
b) Mengidentifikasi efek samping obat dan
kemungkinan komplikasi yang perlu diperhatikan
c) Mempertahankan TD dalam parameter normal
Intervensi :
a) Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar
b) Tetapkan dan nyatakan batas TD normal
c) Hindari ”TD normal” dan gunakan istilah
”terkontrol dengan baik”
d) Bantu pasien untuk mengidentifikasi faktor
resiko kardiovaskular yang dapat diubah seperti obesitas, diit tinggi lemak
jenuh dan pola hidup sehat
e) Sarankan untuk sering mengubah posisi dan
olah raga kaki saat berbaring
B.
DIABETES MELITUS
1.
Pengertian
Diabetes Mellitus
adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai dengan kenaikan kadar
glukosa dalam darah atau hipeglikemia (Brunner dan Suddart, 2002).
Diabetes Mellitus
adalah suatu kumpulan gejala yang ditandai oleh adanya kadar glukosa darah yang
tinggi atau hiperglikemi yang disebabkan oleh kekurangan hormon pengatur kadar
glukosa darah (insulin) baik secara mutlak yaitu memang kadarnya berkurang dan
dapat juga jumlah insulinnya sendiri mencukupi tetapi kerja insulin yang kurang
baik dalam mengatur kadar glukosa darah (Waspadji, 2005).
Diabetes melitus
adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat
gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronis pada mata,
ginjal, saraf dan pembuluh darah disertai lesi pada membrane basalis dalam
pemeriksaan dengan mikroskop elektron (FKUI, 1998).
2.
Etiologi
Menurut Price (1995) ada beberapa etiologi
Diabetes Mellitus secara umum :
a. Faktor genetik : berarti satu profil
genetik yang menyebabkan mereka mengidap diabetes melitus atau mungkin penyakit
autoimun lainnya dan faktor ini berhubungan dengan perkembangan antibodi
terhadap sel-sel beta atau degenerasi sederhana sel-sel ini.
b. Faktor immunologi : adanya suatu respon
autoimun yang abnormal, dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh
dengan cara tereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah
sebagai jaringan asing autoantibodi terhadap sel-sel Pulau Langerhans dan
insulin endogen (internal). Terdeteksi pada saat diagnosis dibuat dan bahkan
beberapa tahun sebelum timbulnya tanda-tanda klinis diabetes tipe I.
c. Faktor lingkungan : infeksi virus atau
toksin tertentu dapat pula merusak secara langsung sel-sel beta dalam pankreas.
d. Peningkatan berat badan yang disebabkan
oleh makan makanan yang berlebihan atau banyak lemak serta kurangnya olah raga
dan gerak.
e. Retensi insulin, dimana kemampuan insulin
untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer berkurang.
f. Penurunan fungsi sel beta pankreas
(penurunan produksi insulin) yang dapat disebabkan oleh tindakan pankreastomi
atau pankreastitis.
g. Kehamilan, pada saat hamil untuk memenuhi
kebutuhan janinnya seorang ibu secara naluri akan menambah jumlah konsumsi
makanannya sehingga pada umumnya berat badan ibu hamil akan naik 7 – 10 kg.
Pada saat penambahan jumlah konsumsi tersebut terjadi, jika jumlah produksi
insulinnya tidak mencukupi, maka akan menimbulkan penyakit diabetes melitus.
Menurut Corwin
(2000) etiologi pada masing-masing tipe Diabetes Mellitus yaitu :
a. DM tipe I -Insulin Dependen Diabetes
melitus (IDDM)
DM tipe
ini diperkirakan timbul karena destruksi autoimun sel-sel beta langerhans yang
dicetuskan oleh lingkungan, serangan autoimun dapat timbul setelah infeksi
virus misalnya Mumps, Rubella, Sitomegalo, atau setelah pajanan obat atau
toksin.
b. DM tipe II- Non Insulin Dependen Diabetes
Melitus
DM tipe
ini berkaitan dengan faktor genetik dan faktor-faktor resiko tertentu : usia
(resistensi insulin meningkat pada usia lebih dari 40 tahun), obesitas, riwayat
keluarga kelompok etnik, diit.
c. DM Gestasional
Penyebabnya
berkaitan dengan peningkatan kebutuhan energi dan kadar estrogen dan hormon
pertumbuhan yang terus-menerus tinggi dalam masa kehamilan.
3.
Patofisiologi







Sel
beta pulau langerhans dan
insulin
endogen





Hilangnya nafsu makan Kesemutan pada Bisa
mengulur diit




|

drastis


|
|


|


![]() |
||||||||||
|
|
|
||||||||
Pasien
bertanya
tentang penyakitnya

gelisah
Pasien
selalu

|
4.
Pengkajian
Data subjektif :
a. Pasien mengeluh lemas
b. Letih dan lesu
c. Sering haus
d. Banyak minum
e. Sering kencing
f. Penurunan BB secara drastis
g. Kesemutan pada ekstremitas
h. Mata kabur atau gangguan penglihatan
i.
Kulit
kering
j.
Hilang
nafsu makan
Data objektif :
a. Demam
b. Disorientasi
c. Mengantuk
d. Letargi
e. Stupor
f. Koma
g. Muntah
h. Gelisah
i.
Luka
yang sulit sembuh
5.
Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
b/d defisiensi insulin (penurunan ambilan dan penggunaan glukosa oleh jaringan)
b. Kekurangan volume cairan b/d diuresis
osmotik
c. Risiko terhadap penurunan suhu tubuh b/d
efektifnya termoregulasi sekunder akibat infeksi
d. Risiko tinggi infeksi (sepsis) b/d kadar
glukosa tinggi, penurunan fungsi leukosit
e. Kelelahan b/d penurunan produksi energi
metabolik
f. Risiko tinggi terhadap perubahan sensori
perseptual b/d gangguan penglihatan
g. Ansietas b/d pengobatan atau kurang
informasi
h. Penatalaksanaan terapeutik tak efektif b/d
kurang pengetahuan
i.
Kerusakan
integritas kulit b/d luka atau ulkus diabetik
j.
Nyeri
b/d kerusakan integritas kulit
6.
Perencanaan
a. Diagnosa Keperawatan (a)
Intervensi :
1) Timbang BB setiap hari
2) Tentukan program diit dan pola makan
pasien
3) Observasi tanda-tanda hipoglikemi
(perubahan tingkat kesadaran, kulit lembab/dingin, nadi cepat, sakit kepala)
4) Kolaberasi dalam pemberian insulin secara
teratur
b. Diagnosa Keperawatan (b)
Intervensi :
1) Pantau tanda vital
2) Pantau masukan dan pengeluaran, catat
berat jenis urine
3) Pertahankan untuk memberikan cairan 250
cc/hari dalam batas yang dapat ditoleransi oleh jantung
4) Beri terapi cairan sesuai dengan indikasi
c. Diagnosa Keperawatan (c)
Intervensi :
1) Kaji tanda-tanda vital
2) Observasi keadaan kulit dan sirkulasi
3) Kaji tanda-tanda dehidrasi
4) Observasi masalah yang dapat memberatkan
hipotermi/hipertermi
d. Diagnosa Keperawatan (d)
Intervensi :
1) Gunakan teknik steril sewaktu penggantian
pembalutan
2) Gunakan sarung tangan sewaktu merawat luka
3) Pantau kecenderungan suhu
4) Berikan obat anti infeksi sesuai dengan
petunjuk
e. Diagnosa Keperawatan (e)
Intervensi :
1) Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan
aktivitas
2) Bentuk aktivitas alternatif dengan periode
istirahat yang cukup
3) Pantau nadi, frekuensi pernafasan, dan
tekanan darah sebelum dan sesudah melakukan aktivitas
4) Tingkatkan partisipasi pasien dalam
melakukan aktivitas
f. Diagnosa Kperawatan (f)
Intervensi :
1) Pantau tanda-tanda vital dan status mental
2) Lindungi pasien dari cedera
3) Selidiki adanya keluhan parastesia,
nyeri/kehilangan sensori pada kaki/paha
4) Berikan pengobatan sesuai dengan obat yang
ditentukan
g. Diagnosa Keperawatan (g)
Intervensi :
1) Evaluasi tingkat ansietas
2) Berikan informasi tentang proses penyakit
dan antisipasi tindakan
3) Kurangi stimulasi dari luar
4) Berikan obat anti ansietas
h. Diagnosa Keperawatan (h)
Intervensi :
1) Ciptakan lingkungan saling percaya
2) Diskusikan topik-topik utama yang
berhubungan dengan penyakitnya
3) Hindari kesan menekan
4) Usahakan untuk menemukan kecocokan
i.
Diagnosa
Keperawatan (i)
Intervensi :
1) Pantau kulit untuk luka terbuka
2) Ganti balutan sesering mungkin
3) Kolaberasi dalam irigasi luka, bantu dalam
melakukan debridement sesuai kebutuhan
4) Berikan antibiotik sesuai indikasi
j.
Diagnosa
Keperawatan (j)
Intervensi :
1) Pantau lokasi nyeri
2) Dorong menggunakan teknik management stres
seperti nafas dalam
3) Ubah posisi secara periode dan berikan
latihan gerak
4) Berikan obat sesuai indikasi (analgetik)
7.
Evaluasi
a. Diagnosa 1
Nutrisi pasien adekuat
b. Diagnosa 2
Kebutuhan cairan pasien
adekuat
c. Diagnosa 3
Tidak terjadi
hipertermi/hipotermi
d. Diagnosa 4
Tidak terjadi infeksi
e. Diagnosa 5
Pasien lebih bertenaga
f. Diagnosa 6
Tidak terjadi perubahan
persepsi sensori
g. Diagnosa 7
Tidak cemas
h. Diagnosa 8
Pasien dapat melaksanakan
terapeutik secara efektif
i.
Diagnosa
9
Integritas kulit baik
j.
Diagnosa
10
Nyeri berkurang
atau terkontrol
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan di rumah lansia
”US” di Jalan Pulau Selayar No. 36, Sanglah, Denpasar pada tanggal 19 April
2007 pukul 14.30 WITA. Data
diperoleh melalui teknik wawancara
dengan lansia beserta keluarga, obsevasi dan pemeriksaan fisik pada
lansia.
1.
Identitas Lansia
Nama : ’US’
Umur : 64 tahun
Jenis
Kelamin : Laki- laki
Status Perkawinan : Sudah menikah
Agama :
Islam
Bangsa/Ras :
Indonesia/Madura
Pendidikan :
Tamat SMP
Pekerjaan :
Pensiunan Dinas Perhubungan Laut
Alamat :
Jln. Pulau Selayar No. 36, Sanglah, Denpasar
CM :
00.38.40.74
Tanggal pertama berobat : Tahun 2005
Dirawat di :
Poliklinik Geriatri RSUP Sanglah Denpasar
Nama istri :
‘NUR’
Jumlah anak : 3 orang laki-laki, 1
orang perempuan masih hidup, 1 orang laki-laki sudah meninggal.
Jumlah cucu : 3 orang laki-laki, 2 orang perempuan
Suku bangsa ayah : Madura
Suku bangsa ibu : Madura
Dirujuk oleh : Puskesmas Sesetan
2. 
Genogram


![]() |










|






Penjelasan :
Pasien adalah anak pertama dari 3
bersaudara, pasien berumur 64 tahun, ibu dan 2 paman dari ibu pasien menderita
Diabetes Mellitus dan sudah meninggal. Kedua saudara pasien menderita Diabetes
Mellitus dan saudara bungsu pasien sudah meninggal. Pasien memiliki satu orang
istri yang juga menderita Diabetes Mellitus. Dari perkawinan mereka pasien
memiliki 5 orang anak yang terdiri dari 4 anak laki-laki dan 1 anak perempuan.
Salah satu anak laki-laki pasien yaitu anak ke 4 meninggal karena kecelakaan
lalu lintas. Ketiga anak laki-lakinya yang masih hidup semuanya sudah menikah dan kini tinggal di luar
negeri. Pasien memiliki 2 cucu perempuan dan 3 cucu laki-laki. Kini pasien
tinggal serumah dengan isteri dan anak
perempuanya (anak ke 2).
3. Riwayat Medis
a. Keluhan utama pasien :
Saat pengkajian pasien
mengeluh pusing-pusing dan nyeri kepala serta merasa kaku pada bagian tengkuk.
b. Riwayat penyakit sekarang
Tanggal 19 April 2007 Pasien
datang ke poliklinik Geriatri untuk kontrol, Pasien mengatakan rajin kontrol ke
Poliklinik Geriatri sebulan sekali dengan diagnosa medis : Hipertensi +
Diabetes Mellitus. Adapun terapi yang didapatkan yaitu :
-
Mixtard
30 Novelet (pagi 10 IU, siang 0 IU, sore 6 IU)
-
Metformin
3 x 500 mg
-
Adalat
Oros 1 x 30 gr
-
Saka
Neuron 2 x 1 tablet
c.
Riwayat penyakit terdahulu
Pada tahun 1976 pasien pernah
menderita batu saluran kencing. Pada tahun 1997 pasien juga sempat mengalami
stroke dengan gejala lemas dan gemetar seluruh tubuh bagian kiri dan akhirnya
pasien dirawat inap di Ruang Flamboyan RSUP Sanglah Denpasar selama 10 hari.
Pada saat pasien dirawat di rumah sakit saat itu pasien baru juga mengetahui
kalau dia menderita Diabetes Mellitus. Pasien juga pernah menderita Hernia pada
tahun 1998. Pada tahun 2000 saat pasien pergi ke Mekah pasien mengalami pecah
pembuluh darah perifer pada langit-langit (Palatum Durum) karena tekanan darah
tinggi. Tahun 2001 pasien mengalami TB dan menjalani pengobatan selama 6 bulan
dan dinyatakan sudah sembuh. Pasien mengatakan enam bulan yang lalu pasien
sempat di operasi benjolan kecil (tumor) pada kepala bagian kanan belakang dan
di rawat inap selama 2 hari di RSUP Sanglah Denpasar.
d.
Riwayat Pembedahan
Pasien mengatakan enam bulan yang lalu pasien sempat di operasi benjolan
kecil (tumor) pada kepala bagian kanan belakang dan di rawat inap di RSUP
Sanglah Denpasar.
e.
Riwayat Rawat Inap Rumah Sakit
Pasien mengatakan pernah
dirawat inap di ruang Flamboyang RSUP Sanglah Denpasar pada tahun 1997 karena
mengalami stroke. Pasien juga mengatakan enam bulan yang lalu pasien sempat di
operasi benjolan kecil (tumor) pada kepala bagian kanan belakang dan di rawat
inap di RSUP Sanglah Denpasar selama 2 hari.
f.
Riwayat Kesehatan Lain
Selama 1 bulan terakhir,
pasien melakukan pemeriksaan tekanan darah dan laboratorium.
g. Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki alergi
terhadap obat-obatan, kontak dengan logam, debu atau yang lainnya.
h. Kebiasaan Hidup
Pasien mengatakan minum kopi 2
kali sehari. Pasien mengatakan jarang berolah raga. Pasien hanya berolah raga
disaat diadakannya posyandu lansia di lingkungannya (senam lansia). Pasien
rutin mengikuti posyandu lansia.
i.
Obat-obatan
Saat ini
Obat- obat dengan resep dokter yang di pakai oleh
pasien adalah :
-
Mixtard
30 Novelet (pagi 10 IU, siang 0 IU, sore 6 IU)
-
Metformin
3 x 500 mg
-
Andlat
Oros 1 x 30 gr
-
Saka
Neuron 2 x 1 tablet
Sedangkan obat yang dikonsumsi pasien tanpa resep
dari dokter yaitu Antalgin dengan pemakaian 2 x seminggu.
j.
Riwayat
sosial-kemasyarakatan-keagamaan
Pasien mengatakan jarang berekreasi, pasien lebih sering melakukan
kegiatan keagamaan seperti kegiatan sembahyang bersama di masjid dan
bersilahturahmi dengan keluarga serta sesama lanjut usia (posyandu lansia).
Pasien jarang berolah raga karena pasien sering mengalami nyeri sendi kaki kiri
saat beraktivitas.
k. Analisa Finansial
Pasien adalah pensiunan dari pegawai
negeri yaitu pensiunan dinas perhubungan laut provinsi Bali. Saat ini Pasien
menerima uang pensiunan setiap bulan dan pasien tidak perlu bekerja lagi.
Penghasilan pasien dari uang pensiunannya kurang lebih Rp. 1.500.000, 00 dan
ditambah tunjangan lain yang tidak berbentuk uang. Pasien mengatakan
pengeluarannya setiap bulan jika dijumlahkan kurang lebih Rp. 2.000.000,00,
pasien mengatakan penghasilannya mencukupi untuk mengimbangi pengeluarannya
setiap bulan. Pasien saat ini tidak lagi membiayai hidup orang lain karena
semua anaknya sudah berkerja.
l.
Assesment
Nutrisi
Pasien mengatakan 1-2 bulan
terkahir berat badannya naik 3 Kg. Pasien mengatakan saat ini tidak ada
perubahan dalam pengecapan lidah tetapi pasien kesulitan saat mengunyah makanan
yang agak keras. Makanan pasien disediakan oleh isterinya sendiri, pasien tidak
pernah mecari makanan di luar rumah. Pasien mengkonsumsi makanan tambahan
seperti vitamin yang di dapat dari rumah sakit (Saka Neuron 2 x 1 tablet).
Pasien mengatakan pernah konsultasi ke ahli gizi. Pasien tidak pernah
mengkonsumsi minuman beralkohol dan tidak merokok tetapi pasien minum kopi 2
kali sehari. Pola makan pasien seperti halnya orang lain yaitu makan 3 kali
sehari (pagi, siang, sore). Dengan bahan makanan yang sering dikonsumsi pasien
adalah nasi, ikan laut, buah-buahan seperti pisang, pir, jeruk dan apel.
Minuman yang biasa di minum adalah air putih dan kopi. Makanan selingan yang
biasanya dikonsumsi oleh pasien yaitu jajan-jajanan, ubi, pisang dan
kripik-kripikan.
4. Anamesis Sistem
a. Sistem Kardiovaskuler
Pasien mengatakan tidak pernah
merasakan nyeri atau rasa berat dada.. Pasien tidak mengeluhkan sesak, bengkak
pada kaki dan tungkai tidak ada.
b. Sistem Pernafasan
Pasien mengatakan tidak pernah
mengalamai gangguan sesak nafas, demam atau batuk berdahak. pernafasan 22 x/mnt.
c. Sistem Gastro Intestinal
Pasien mengatakan tidak
mengalami penurunan nafsu makan. BAB lancar 1-2x / hari dengan konsistensi
lembek. Pasien tidak pernah mengeluh sakit perut ataupun mencret.
d. Sistem Genitourinaria
Pasien mengatakan kadang mengalami
gangguan BAK yaitu tidak bisa menahan kencing saat ingin kencing secara
tiba-tiba, pasien kadang mengelurkan kencing sebelum sampai di kamar mandi/WC.
BAK ± 8x/hr dengan warna kunin bening dan bau khas urine dengan jumlah setiap
kali kencing ± 200 cc. Darah (-), nanah (-).
e. Sistem Hematologi
Pasien mengalami hipertensi,
pada paat pengkajian pasien mengeluh pusing-pusing dan nyeri kepala serta merasa
kaku pada bagian tengkuk skala nyeri 5 (0-10).
f. Sistem Rematologi
Pasien mengatakan mengalami
nyeri pada persendian lutut dan pergelangan kaki jika beraktivitas.
g. Sistem Endokrin
Pasien menderita Diabetes
Mellitus. Tidak ada benjolan dileher depan samping pasien, pasien mengatakan
tidak gemetaran, tetapi pasien mengeluh lekas lemas/lelah, mudah mengantuk,
sering lupa, sulit berkonsentrasi dan lambat berpikir. Pasien mengatakan lebih
suka udara dingin dan banyak berkeringat.
h. Sistem Neurologi
Pasien mengeluh kadang-kadang
mengalami pusing. Pasien mengatakan kesulitan mengingat sesuatu, pasien
mengalami sedikit gangguan pengelihatan dan pendengaran. Kadang-kadang pasien
juga mengalami kesemutan pada kaki. Pasien tidak pernah mengalami kesulitan
tidur, kelumpuhan atau kejang-kejang.


555 555
i.
Jiwa
Pasien mengatakan sering lupa
dan sulit mengingat sesuatu. Keluarga Pasien mengatakan Pasien tidak memiliki
kelakuan aneh seperti sering murung, menangis dan tertawa tanpa sebab.
5. Penapisan Depresi
Dari hasil penelitian depresi pasien,
pasien menjawab pertanyaan Skala Depresi Geriatri sebagai berikut :
Pertanyaan
|
Jawaban px
|
|
Ya
|
Tdk
|
|
Apakah anda pada dasarnya puas dengan kehidupan anda ?
|
0
|
1
|
Apakah anda tidak bisa melakukan sebagian besar kegiatan anda?
|
1
|
0
|
Apakah anda merasa bahwa hidup anda tidak berguna?
|
1
|
0
|
Apakah anada sering merasa bosan?
|
1
|
0
|
Apakah anda hampir selalu bersemangat tinggi?
|
0
|
1
|
Apakah anda takut akan sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda?
|
1
|
0
|
Apakah anda merasa bahagia hampir sepajang waktu?
|
0
|
1
|
Apakah anda sering merasa bahwa tidak ada yang membantu anda?
|
1
|
0
|
Apakah anda lebih memilih untuk diam di rumah dari pada keluar rumah dan
mencoba hal-hal yang baru?
|
1
|
0
|
Apakah anda memiliki lebih banyak masalah dengan ingatan anda dibanding
biasanya?
|
1
|
0
|
Apakah anda merasa bahwa hidup anda saat ini menyenagkan?
|
0
|
1
|
Apakah anda merasa tidak berharga dengan keadaan saat ini?
|
0
|
1
|
Apakah anda merasa bahwa situasi tanpa harapan?
|
1
|
0
|
Apakah anda merasa bahwa kebanyakan orang lebih baik dari pada anda?
|
1
|
0
|
Jumlah
|
1*
|
Ket :

*Nilai : 3 atau
lebih pada jumlah nilai GDS mendeteksi adanya kasus Depresi (100% sensitive)
Dari jawaban yang diberikan pasien dapat
di jumlahkan nilai Skala Depresi Geriatri pada pasien adalah 1, yang artinya
pasien tidak mengalami depresi.
6. Indeks ADL Barthel (BAI)
Dari hasil pengukuran Indeks Barthel
sehari-hari menggunakan BAI didapat jumlah skor 19 yang berarti ketergantungan
ringan dalam memenuhi ADL. Adapun uraiannya :
a. Mengontrol BAB : kontinen teratur (skor 2)
b. Mengontrol BAK : kadang inkontinen (skor 1)
c. Membersihkan diri : mandiri (skor 1)
d. Penggunaan toilet : mandiri (skor 2)
e. Makan :
mandiri (skor 2)
f. Berpindah tempat dari tidur ke duduk : mandiri (skor 3)
g. Mobilisasi/berjalan : mandiri (skor 3)
h. Berpakaian :
mandiri (skor 2)
i.
Naik
turun tangga :
mandiri (skor 2)
j.
Mandi :
mandiri (skor 1)

Jumlah skor 19
7. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda vital
1) Kesadaran : Compos mentis, GCS E4V5M6
2) Tekanan darah dengan tiga posisi:
a) Berbaring :
148/94 mmHg
b) Duduk :
149/93 mmHg
c) Berdiri :
153/95 mmHg
3) Nadi dengan tiga posisi
a) Berbaring :
86x/mnt
b) Duduk :
88x/mnt
c) Berdiri :
92x/mnt
4) Laju respirasi : 22x/mnt
5) Suhu tubuh : 37,1 0 C
6) Berat badan : 63,5 Kg
7) Tinggi badan pada lansia yang didapat dari
perhitungan dengan mempergunakan tinggi lutut kiri (TL), adapun rumus yang
digunakan yaitu: 

Dari hasil pengukuran tinggi
lutut didapatkan :
TL kanan 52 cm
TL kiri 52 cm
Maka tinggi badan Pasien
didapatkan :
TB = 59,01 + ( 2,08
x 52 )
= 59,01 + 108,16
= 167,17cm
= 1,67 m


(1, 67)² m²

b. Kulit
Warna kulit sawo matang,
kekeringan (-), bercak kemerahan (-), dikubitus (-), lesi (-).
c. Pendengaran
Pasien mengatakan agak mengalami
gangguan pendengaran, pasien tidak memakai alat bantu dengar.
d. Penglihatan
Pasien mengatakan kemampuan
penglihatannya menurun. Pasien tidak bisa membaca pada jarak dekat. Pasien
membaca huruf di koran dengan kaca mata.
e. Mulut
Hygiene mulut cukup. Pasien
tidak menggunakan gigi palsu. Kelainan (-).
f. Leher
Pembesaran kelenjar tiroid (-),
massa(-), kelainan (-),pembesaran kelenjar limfe (-), bekas luka pada tiroid
(-).
g. Dada
Dada simetris, massa (-), lesi (-)
h. Paru-paru
Perkusi : sonor kiri dan kanan
Auskultasi : suara dasar
vesikuler +/+
Auskultasi : suara tambahan
ronchi -/-, wheezing -/-
i.
Jantung
dan pembuluh darah
Irama reguler, bising arteri
karotis dan arteri femoralis kiri dan kanan (-),denyut nadi perifer arteri
dorsalis pedis (+), edema pedis (-), edema tibia (-), edema sacrum (-).
j.
Perut
Pembesaran hati (-),massa
perut (-), nyeri tekan (-), asites (-), pembesaran limpa (-).
k. Rektum atau anus
Tidak dilakukan pemeriksaan.
l.
Alat
kelamin
Tidak dilakukan
pemeriksaan.
m. Otot dan kerangka
Deformitas (-), keterbatasan
gerak (-), nyeri (+) pada persendian lutut dan pergelangan bagian kaki kiri
jika beraktivitas, benjolan/ radang (-).
n. Saraf
Penciuman pasien masih baik,
ketajaman penglihatan menurun, refleks pupil +/+, gerakan bola mata N, otot
mengunyah baik, fungsi pendengaran menurun. Pengecapan pasien masih baik.
o. Motorik
Keadaan ekstremitas atas dan
bawah normal dengan kekuatan otot


555 555
p. Sensorik
Aktivitas sensorik seperti
rasa tajam, getar dan suhu di kedua ekstremitas atas dan bawah masih baik.
q. Koordinasi
Fungsi koordinasi yang di
periksa dengan test jari-hidung, tumit-lutut dan test Romberg didapatkan hasil
yang normal.
r.
Kognisi
Fungsi kognitif pasien masih baik diuji dengan AMT
(Abviated Mental Test) meliputi:
- Mampu menyebutkan umur (skor 1)
- Mampu menyebutkan waktu/jam sekarang (skor
1)
- Mampu menyebutkan alamat tempat tinggal (skor
1)
- Mampu menyebutkan tahun sekarang (skor
1)
- Mampu menyebutkan saat ini di mana (skor
1)
- Mampu mengenali orang lain di RS (skor 1)
- Mengetahui tahun Kemerdekaan RI (skor 1)
- Mengetahui nama presiden RI (skor 1)
- Mengetahui tahun kelahiran anak terakhir (skor 1)

JUMLAH SKOR
9
Hal ini meyatakan status mental pasien masih
normal (skor 8-10).
s. Perasaan Hati (Afeksi)
Perasaan pasien saat
pengkajian masih baik.
t.
Kuisioner
Mini Mental State Exam (MMSE)
|
Nilai
maks
|
Nilai
Lansia
|
Pertanyaan
|
Orientasi
|
5
|
5
|
Tahun, musim, tanggal, hari, bulan apa sekarang?
|
5
|
5
|
Dimana kita sekarang (jalan, nomor rumah, kota,
kabupaten, provinsi)
|
|
Registrasi
|
3
|
3
|
Pewawancara menyebutkan 3 nama benda (meja,
sepatu, buku), 1 detik untuk mengatakan nama masing-masing benda. Kemudian
tanyakan kepada klien ketiga objek setelah mengatakannya. Beri 1 poin untuk
setiap jawaban yang benar. Kemudian ulangi sampai pasien mempelajarinya
ketiganya. Jumlahkan percobaan dapat dilakukan pasien 1 kali.
|
Perhatian dan kalkulasi
|
5
|
5
|
Pasien mengitung pengurangan angka 100 dengan
angka 7 terus menerus 1 point untuk setiap kebenaran. Berhenti setiap 5
jawaban. Kemudian pasien mengeja “kata” ke belakang
(dunia=a-i-n-u-d).
|
Mengingat
|
3
|
3
|
Minta untuk mengulang ketiga objek diatas. Berikan 1 poin untuk setiap kebenaran.
|
Bahasa
|
9
|
9
|
Apakah nama
benda-benda ini?perlihatkan pulpen dan buku (2 angka)
Ulangi kata berikut : “jika tidak, dan atau tapi”(1
angka)
Melaksanakan 3 buah perintah (3 angka)
Membaca perintah ”PEJAMKAN MATA ANDA” (1 angka)
Menulis sebuah kalimat (1angka)
Meniru gambar (1angka)
|
Nilai total
|
30
|
|
Dari hasil kuisioner pasien dapat menjawab
semua pertanyaan dengan benar dan menghasilkan nilai 30 angka yang artinya
tidak terjadi gangguan mental pada pasien.
8. Assesmen Lingkungan
Lingkungan rumah pasien cukup bersih,
jarak kamar tidur dengan kamar mandi dekat kurang lebih 5 meter. Lantai kamar
mandi agak licin dan tidak ada pegangan untuk di kamar mandi, kamar tidur cukup
luas, ventilasi cukup, penerangan di hampir seluruh kamar cukup baik
(menggunakan lampu neon), tetapi hanya di kamar tidur pasien yang peneranganya kurang
(menggunakan lampu 25 watt). Terdapat keset yang terbuat dari permadani di
depan kamar mandi dan di depan tempat tidur yang dapat menyebabkan terpeleset.
9. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan Bone Mass Density yang
dilakukan pasien saat kontrol ke Poliklinik Geriatri RSUP Sanglah Denpasar pada
tanggal 19 April 2007 didapatkan nilai -1,7 yang artinya pasien telah mengalami
Osteopeni (nilai -1 sampai dengan -2,5).
b. Pemeriksaan Urine lengkap di laboratorium
RSUP Sanglah Denpasar pada tanggal 17 April 2007 dengan hasil :
Speciment
|
Hasil
|
Standar normal
|
Satuan
|
PH
Spesific Gravity
Leukosit
Sel epitel gepeng
Sel epitel bulat
Sel epitel berekor
Bakteri
Eritrosit
Silinder
Kristal
|
7,0
1,015
3-4
3-4
-
-
+
-
-
-
|
5-8
1,005-1,020
-
-
-
-
-
-
-
-
|
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
|
c. Pemeriksaan
Serologi di laboratorium RSUP Sanglah Denpasar pada tanggal 17 April 2007
dengan hasil :
Pemeriksaan
|
Hasil
|
Standar normal
|
Satuan
|
Uric
Glu
AST
ALT
Chol
TG
BUN
Crea
HDL
LDL
Ureum
BS 2 JPP
|
5,9
68
24
18
226
74
13,4
1,2
52,3
159
28,7
216/+1
|
3,4-7
70-100
14-50
11-60
150-250
50-200
5,0-23,0
0,5-1,2
29-71
91-180
10,0-46,0
-
|
mg/dl
mg/dl
IU/L
IU/L
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
|
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Analisa Data
No
|
Data Subyektif & Obyektif
|
Standar
|
Masalah
|
1
|
DS :
Saat pengkajian pasien mengeluh pusing-pusing
dan nyeri kepala serta merasa kaku pada bagian tengkuk dengan nilai nyeri
5(0-10).
DO :
Tekanan darah dengan tiga posisi:
Berbaring:148/94 mmHg
Duduk :149/93 mmHg
Berdiri: 153/95mmHg
Nadi dengan tiga posisi
Berbaring: 86x/mnt
Duduk : 88x/mnt
Berdiri : 92x/mnt
|
Mengungkapkan nyeri/ketidaknyamanan
hilang/terkontrol
nilai nyeri 0-1
Tekanan Darah dalam batas normal (sistolik = 130-139 mmHg dan diastolik = 85-89 mmHg)
|
Nyeri [akut]
|
2
|
DS :
Pasien mengatakan kadang mengalami gangguan BAK
yaitu tidak bisa menahan kencing saat ingin kencing secara tiba-tiba, pasien
kadang mengelurkan kencing sebelum sampai di kamar mandi/WC
DO :
BAK ± 8x/hr dengan warna kuning jernih dan bau
khas urine dengan jumlah setiap kali kencing ± 200 cc. Darah (-), nanah (-).
|
Melaporkan adanya penurunan episode inkontinen
BAK 6-7x/hr dengan warna kunin bening dan bau khas urine. Darah (-),
nanah (-)
|
Inkontinensia Dorongan
|
4
|
DS : -
DO :
Lingkungan rumah pasien
cukup bersih, jarak kamar tidur dengan kamar mandi dekat kurang lebih 5
meter. Lantai kamar mandi agak licin dan tidak ada pegangan untuk di kamar
mandi, kamar tidur cukup luas, ventilasi cukup, penerangan di hampir seluruh
kamar cukup baik (menggunakan lampu neon), tetapi hanya di kamar tidur pasien
yang peneranganya kurang (menggunakan lampu 25 watt). Terdapat keset yang
terbuat dari permadani di depan kamar mandi dan di depan tempat tidur yang
dapat menyebabkan terpeleset.
|
-
Keadaan lingkungan rumah tangga yang dapat menyebabkan cedera pada lansia
dapat diidentifikasi
|
Risiko Cedera
|
2. Rumusan Masalah
a. Nyeri [akut]
b. Inkontinensia dorongan
c. Risiko Cedera
3. Analisa Masalah
a. Problem
Nyeri [akut]
Symtom
Saat pengkajian pasien
mengeluh pusing-pusing dan nyeri kepala serta merasa kaku pada bagian tengkuk
nilai nyeri 5 (0-10). Tekanan darah dengan tiga posisi: Berbaring:148/94 mmHg,
Duduk :149/93 mmHg, Berdiri : 153/95 mmHg. Nadi dengan tiga posisi Berbaring:
86x/mnt, Duduk : 88x/mnt, Berdiri : 92x/mnt
Etiology
Peningkatan tekanan vaskuler cerebral
Process
Peningkatan tekanan cerebral
akibat peningkatan tekanan darah pada saat beraktivitas menyebabkan peregangan
pembuluh darah intrakranium dan ekstrakranium yang dapat menyebabkan impuls
nyeri pada kepala dan bagian terdekat dengan kepala seperti leher dan tengkuk.
Effect
Jika tidak diberikan intervensi pasien berisiko
mengalami stroke yang dapat menyebabkan kelumpuhan bahkan kematian.
b. Problem
Inkontinensia dorongan
Symtom
Pasien mengatakan kadang
mengalami gangguan BAK yaitu tidak bisa menahan kencing saat ingin kencing
secara tiba-tiba, pasien kadang mengelurkan kencing sebelum sampai di kamar
mandi/WC. BAK ± 8x/hr dengan warna kuning jernih dan bau khas urine dengan
jumlah setiap kali kencing ± 200 cc. Darah (-), nanah (-).
Etiology
Penurunan kapasitas kandung
kemih akibat penuaan.
Process
Menua (ageing process) adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri
dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita
(Constantinides dalam Boedhi Dharmojo, 2003). Begitu pula pada sistem
perkemuhan akan mengalami penurunan fungsi dan kapasitas kandung kemih sehingga
terjadi inkotinensia pada sisstem perkemihan.
Effect
Jika tidak diberikan
intervensi akan menyebabkan inkotinensia secara total yaitu keadaan di mana individu
mengalami kehilangan urine terus menerus, yang tidak dapat diperkirakan.
c. Problem
Risiko Cedera
Symtom
Lingkungan rumah pasien cukup
bersih, jarak kamar tidur dengan kamar mandi dekat kurang lebih 5 meter. Lantai
kamar mandi agak licin dan tidak ada pegangan untuk di kamar mandi, kamar tidur
cukup luas, ventilasi cukup, penerangan di hampir seluruh kamar cukup baik
(menggunakan lampu neon), tetapi hanya di kamar tidur pasien yang peneranganya
kurang (menggunakan lampu 25 watt). Terdapat keset yang terbuat dari permadani
di depan kamar mandi dan di depan tempat tidur yang dapat menyebabkan
terpeleset.
Risk Factor
Bahaya di lingkungan rumah
tangga
Process
Bahaya di lingkungan rumah
tangga seperti keadaan lingkungan yang kurang aman dapat menimbulkan risiko
terjadinya kecelakaan yang dapat terjadi pada anggota keluarga khususnya
lansia.
Effect
Jika tidak diberikan
intervensi akan menyebabkan terjadinya kecelakaan pada anggota keluarga
khususnya lansia yang tinggal di rumah tangga tersebut.
4.
Rumusan Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri [akut], sakit kepala berhubungan
dengan peningkatan tekanan vaskuler cerebral ditandai dengan saat pengkajian
pasien mengeluh pusing-pusing dan nyeri kepala serta merasa kaku pada bagian
tengkuk dengan nilai nyeri 5 (0-10). Tekanan darah dengan tiga posisi:
Berbaring:148/94 mmHg, Duduk :149/93 mmHg, Berdiri : 153/95 mmHg. Nadi dengan
tiga posisi Berbaring: 86x/mnt, Duduk : 88x/mnt, Berdiri : 92x/mnt
b. Inkontinensia dorongan berhubungan dengan
penurunan kapasitas kandung kemih akibat penuaan ditandai dengan pasien
mengatakan kadang mengalami gangguan BAK yaitu tidak bisa menahan kencing saat
ingin kencing secara tiba-tiba, pasien kadang mengeluarkan kencing sebelum
sampai di kamar mandi/WC. BAK ± 8x/hr dengan warna kuning jernih dan bau khas
urine dengan jumlah setiap kali kencing ± 200 cc. Darah (-), nanah (-).
c. Risiko Cedera dengan faktor risiko bahaya
di lingkungan rumah tangga ditandai dengan lingkungan rumah pasien cukup
bersih, jarak kamar tidur dengan kamar mandi dekat kurang lebih 5 meter. Lantai
kamar mandi agak licin dan tidak ada pegangan untuk di kamar mandi, kamar tidur
cukup luas, ventilasi cukup, penerangan di hampir seluruh kamar cukup baik
(menggunakan lampu neon), tetapi hanya di kamar tidur pasien yang peneranganya
kurang (menggunakan lampu 25 watt). Terdapat keset yang terbuat dari permadani
di depan kamar mandi dan di depan tempat tidur yang dapat menyebabkan
terpeleset.
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Prioritas Diagnosa Keperawatan :
1.
Diagnosa
Keperawatan a
2.
Diagnosa
Keperawatan b
3.
Diagnosa
Keperawatan c
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
PADA LANSIA ”US” DENGAN HIPERTENSI + DIABETES MELLITUS
DI POLIKLINIK GERIATRI RSUP SANGLAH DENPASAR
TANGGAL 19-23 APRIL 2007
WAKTU
|
NO DX
|
TUJUAN
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
Kamis, 19 April 2007
Pk. 14.30 WITA
|
a
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan pasien
dapat mengontrol nyeri yang dirasakannya, dengan kriteria evaluasi :
o
Pasien
melaporkan nyeri terkontrol atau hilang
o
Mengungkapkan
metode yang memberikan pengurangan
o
Mengikuti
regimen farmakologi yang diresepkan.
|
o
Kaji
karakteristik nyeri yang dirasakan
o
Anjurkan
pasien untuk tirah baring saat fase akut
o
Beritahukan
teknik nonfarmakologis pada pasien untuk mengurangi nyeri misalnya dengan
menenangkan diri, pijat punggung dan teknik relaksasi.
|
o
Mengetahui
tingkat nyeri yang dirasakan pasien
o
Meminimalkan
stimulasi dan meningkatkan relaksasi.
o
Tindakan
yang menurunkan tekanan vaskular cerebral dan memperlambat/memblok respon
simpatis efektif dalam meghilangkan sakit kepala dan komplikasinya
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
b
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan pasien
dapat mengontrol terjadinya inkontinensia, dengan kriteria evaluasi :
o
Melaporkan
adanya penurunan episode inkontinen
o
BAK
6-7x/hr dengan warna kuning jernih dan bau khas urine.
|
o
Kaji
episode inkontinen yang terjadi pada pasien
o
Jelaskan
faktor penyebab atau faktor yang memperberat (mis : konsumsi caffein,
konsumsi cairan yang berlebih)
o
Ajarkan
pasien mengidentifikasi otot dinding pelvis dan kekuatanya dengan latihan
(Kegel Exercise)
|
o
Mengetahui
episode terjadinya inkontinensia
o
Meningkatkan
pengetahuan pasien tentang faktor penyebab atau yang memperberat
inkontinensia
o
Melatih
dinding pelvis untuk mengoptimalkan kerja sfingter kandung kemih untuk mengurangi
terjadinya episode inkontinen.
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
c
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 30 menit diharapkan
keluarga dan pasien mengetahui cara mencegah terjadinya kecelakaan yang dapat
terjadi di rumah tangga, dengan kriteria evaluasi sebagai berikut :
o
Keadaan
lingkungan rumah tangga yang dapat menyebabkan cedera pada lansia dapat
diidentifikasi
|
o
Kaji
keadaan lingkungan rumah pasien terhadap faktor risiko yang dapat menyebabkan
cedera pada lansia
o
Jelaskan
keadaan lingkungan rumah yang dapat menyebabkan terjadinya cedera pada lansia
|
o
Mengetahui
faktor risiko yang dapat menyebabkan cedera pada lansia yang terdapat di
rumah pasien
o
Meningkatkan
pengetahuan pasien dan keluarga tentang faktor risiko yang dapat menyebabkan
cedera pada lansia
|
D. PELAKSANAAN TINDAKAN
PELAKSANAAN TINDAKAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA LANSIA ”US” DENGAN HIPERTENSI + DIABETES MELLITUS
DI POLIKLINIK GERIATRI RSUP SANGLAH DENPASAR
TANGGAL 19-23 APRIL 2007
WAKTU
|
NO DX
|
TINDAKAN
|
EVALUASI RESPON
|
PARAF
|
Kamis, 19 April 2007
Pk. 14.30 WITA
Pk. 15.00 WITA
Pk. 15.15 WITA
Pk. 15.30 WITA
|
a.
a.
b.
c.
|
oMengukur tanda vital pasien
oMengkaji karakteristik nyeri yang
dirasakan
oMengkaji episode inkontinen yang terjadi
pada pasien
oMengkaji keadaan lingkungan rumah pasien
terhadap faktor risiko yang dapat menyebabkan cedera pada lansia
|
S :
Pasien kooperaatif
O :
Tekanan darah dengan tiga posisi:
Berbaring148/94mmHg
Duduk :
149/93 mmHg
Berdiri :
153/95 mmHg
Nadi dengan tiga posisi
Berbaring: 86x/mnt
Duduk : 88x/mnt
Berdiri : 92x/mnt
Laju respirasi : 22x/mnt
Suhu tubuh : 37,1 0 C
S :
Pasien mengatakan pusing-pusing dan nyeri kepala serta merasa kaku pada
bagian tengkuk dengan nilai nyeri 5 (0-10)
O :
Tekanan darah dengan tiga posisi:
Berbaring148/94mmHg
Duduk :
149/93 mmHg
Berdiri :
153/95 mmHg
Nadi dengan tiga posisi
Berbaring: 86x/mnt
Duduk : 88x/mnt
Berdiri : 92x/mnt
S :
Pasien mengatakan kadang mengalami gangguan BAK
yaitu tidak bisa menahan kencing saat ingin kencing secara tiba-tiba, pasien
kadang mengelurkan kencing sebelum sampai di kamar mandi/WC
O :
BAK ± 8x/hr dengan warna kuning jernih dan bau
khas urine dengan jumlah setiap kali kencing ± 200 cc. Darah (-), nanah (-)
S :
Pasien Kooperatif
O :
Lingkungan rumah pasien cukup bersih, jarak kamar tidur dengan kamar
mandi dekat kurang lebih 5 meter. Lantai kamar mandi agak licin dan tidak ada
pegangan untuk di kamar mandi, kamar tidur cukup luas, ventilasi cukup,
penerangan di hampir seluruh kamar cukup baik (menggunakan lampu neon),
tetapi hanya di kamar tidur pasien yang peneranganya kurang (menggunakan
lampu 25 watt). Terdapat keset yang terbuat dari permadani di depan kamar
mandi dan di depan tempat tidur yang dapat menyebabkan terpeleset
|
Mhs
Mhs
Mhs
Mhs
|
Jumat, 20 April 2007
Pk. 14.30 WITA
Pk. 14.40 WITA
Pk. 15.00 WITA
Pk. 15.10 WITA
Pk. 15.40 WITA
|
a.
b.
c.
|
o
Menganjurkan
pasien untuk tirah baring saat fase akut terjadi
o
Memberitahukan
teknik nonfarmakologis pada pasien untuk mengurangi nyeri misalnya dengan
menenangkan diri, pijat punggung dan teknik relaksasi.
o
Menjelaskan
faktor penyebab atau faktor yang memperberat (mis : konsumsi caffein,
konsumsi cairan yang berlebih)
o
Mengajarkan
pasien mengidentifikasi otot dinding pelvis dan kekuatanya dengan latihan
(Kegel Exercise)
o
Menjelaskan
keadaan lingkungan rumah yang dapat menyebabkan terjadinya cedera pada lansia
|
S :
Pasien kooperatif dan mau melaksanakan
O :
Pasien tampak mengangguk
S :
Pasien kooperatif dan mau melaksanakan
O :
Pasien tampak mengangguk
S :
Pasien kooperatif dan mau melaksanakan
O :
Pasien tampak mengangguk
S :
Pasien kooperatif dan mau melaksanakan
O :
Pasien tampak mengangguk dan mencoba melaksanakan
S :
Pasien kooperatif dan mengerti. pasien berjanji akan memodifikasi lingkungan
yang membahayakan
O :
Pasien tampak mengerti dengan menjelaskan kembali
|
Mhs
Mhs
Mhs
Mhs
Mhs
|
E. EVALUASI KEPERAWATAN
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA LANSIA ”US” DENGAN HIPERTENSI + DIABETES MELLITUS
DI POLIKLINIK GERIATRI RSUP SANGLAH DENPASAR
23 APRIL 2007
WAKTU
|
NO DX
|
EVALUASI
|
PARAF
|
Senin, 23 April 2007
Pk. 15.30 WITA
|
a
|
S :
Pasien mengatakan pusing-pusing dan nyeri kepala serta merasa kaku pada
bagian tengkuk masih dapat terjadi tetapi pasien dapat megontrol jika terjadi
nyeri.
O :
Tekanan darah dengan tiga posisi:
Berbaring138/89mmHg
Duduk :
140/93 mmHg
Berdiri :
143/90 mmHg
Nadi dengan tiga posisi
Berbaring: 84x/mnt
Duduk : 84x/mnt
Berdiri : 89x/mn
A :
Tujuan tercapai sebagian
P :
Lanjutkan intervensi
|
Mhs
|
Senin, 23 April 2007
Pk. 15.30 WITA
|
b
|
S :
Pasien mengatakan kadang masih inkotnen jika keinginan BAKnya sangat
kuat, pasien mengatakan sudah mencoba
setiap hari latihan Kegel
O :
BAK ± 8x/hr dengan warna kuning jernih dan bau
khas urine dengan jumlah setiap kali kencing ± 200 cc. Darah (-), nanah (-)
A :
Tujuan tercapai sebagian
P :
Lanjutkan intervensi, beri dorongan agar tetap melaksanakan latihan Kegel
|
Mhs
|
Senin, 23 April 2007
Pk. 15.30 WITA
|
c
|
S :
Pasien mengatakan sudah memindahkan benda benda yang dapat membahayakan
di lingkungan rumahnya.
O :
Lingkungan rumah pasien cukup bersih, jarak kamar tidur dengan kamar
mandi dekat kurang lebih 5 meter. Lantai kamar mandi sudah tidak licin, kamar
tidur cukup luas, ventilasi cukup, penerangan di hampir seluruh kamar cukup
baik (menggunakan lampu neon), di kamar tidur pasien yang peneranganya sudah
mencukupi dengan menggunakan lampu neon. Keset yang ditempatkan di depan
kamar mandi dan di depan tempat tidur sudah dipindahkan.
A :
Tujuan tercapai
P :
Lanjutkan intervensi yang lain
|
Mhs
|
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pada lansia “US ” dengan Hipertensi + Diabetes
Mellitus didapatkan keluhan utama yaitu pasien mengeluh pusing-pusing dan nyeri kepala serta merasa kaku pada
bagian tengkuk dengan nilai nyeri 5 (0-10). Tekanan darah dengan tiga posisi:
Berbaring:148/94 mmHg, Duduk :149/93 mmHg, Berdiri : 153/95 mmHg. Nadi dengan
tiga posisi Berbaring: 86x/mnt, Duduk : 88x/mnt, Berdiri : 92x/mnt. Setelah diberikan intervensi keperawatan
selama 3 x 24 jam didapatkan hasil : Pasien mengatakan
pusing-pusing dan nyeri kepala serta merasa kaku pada bagian tengkuk masih
dapat terjadi tetapi pasien dapat megontrol jika terjadi nyeri. Tekanan darah
dengan tiga posisi:, Berbaring138/89mmHg, Duduk : 140/93 mmHg, Berdiri : 143/90
mmHg, Nadi dengan tiga posisi, Berbaring: 84x/mnt, Duduk : 84x/mnt, Berdiri :
89x/mnt.
B.
Saran
Sebaiknya keluarga dan pasien saling bekerja sama dalam
mengontrol dampak dari Hipertensi baik dalam hal proses pencegahan dan juga proses
pengobatan agar tercapai tujuan yang diharapkan demi tercapainya kesehatan yang
optimal dari lansia yang memiliki penyakit Hipertensi.
No comments:
Post a Comment