Juniartha Semara Putra
LAPORAN PENDAHULUAN
KARSINOMA MAMMA
batasan
Karsinoma mamma ialah Karsinoma
yang berasal dari parenkim, stroma, areola dan papilla mamma.
Karsinoma mamma atau Kanker
Payudara adalah terjadinya pertumbuhan sel yang tidak terkendali pada mamma.
Resiko tinggi terkena kanker mamma
terdapat pada wanita :
1.
Umur > 35 tahun.
2.
Menark umur < 13 tahun.
3.
Menopause umur > 50 tahun.
4.
Melahirkan anak pertama umur > 30 tahun.
5.
Tidak/sedikit mempunyai anak.
6.
Tidak/tidak cukup lama menyusui anak.
7.
Tidak/sedikit punya anak.
8.
Displasia mamma.
9.
Obesitas.
10.
Mamma kontralateral pada klien kanker mamma
Keluhan klien kanker mamma dapat :
1.
Mungkin tidak ada.
2.
Tumor mamma, umumnya tidak nyeri.
3.
Ulkus/perdarahan dari ulkus.
4.
Erosi putting susu.
5.
Perdarahan/keluar cairan dari putting susu.
6.
Nyeri pada Payu dara.
7.
Kelainan bentuk payudara.
8.
Keluhan karena metastase.
Kapan Memikirkan Kemungkinan Kanker
Mamma
1.
Tumor pada mamma. Umumnya:
1)
Tumor yang timbul pada umur > 35 tahun.
2)
Tumor yang klinis tidak jelas jinak.
3)
Kista yang berisi cairan berdarah.
2.
Mamma mengkerut atau ada oedema mamma.
3.
Erosi/eksem pada putting susu yang tak mau sembuh.
4.
Darah/ cairan abnormal keluar dari putting susu.
5.
Nyeri mamma yang tidak ada kaitannya dengan mensis.
6.
Mommografi/USG terdapat bayangan tumor mamma berbentuk
bintang atau mikrokalsifikasi yang irreguler.
Tumor pada mamma pada wanita umur
35 tahun atau lebih yang :
1.
Tumbuh progresif
2.
mengadakan infasi atau nekrose:
1)
Batas tidak jelas.
2)
Bentuk tidak teratur.
3)
Mobilitas terbatas.
4)
Retraksi kulit/papil.
5)
Eritema kulit.
6)
“Peau d’orange”
7)
Nodul satelit.
8)
Ulkus.
9)
Tumor melekat dengan :
(1)
Kulit.
(2)
M. pektoralis.
(3)
Dinding thoraks.
3.
Mengadakan metastase
1)
Regional :
(1)
Pembesaran kelenjar limfe aksila.
(2)
Pembesaran kelenjar limfe mammaria interna.
2)
Organ jauh :
(1)
Kelenjar limfe : supraklavikula, aksila kontralateral,
leher dsb.
(2)
Mamma kontralateral : Tumor dengan tanda maligna, “Peau
d’orange”.
(3)
Kulit : nodul satelit diluar kulit mamma,eritema kulit.
(4)
Paru : efusi pleura,atelektase, “coin lesin,
lymphangitic spread”.
(5)
Tulang : nyeri tulang, distruksi tulang (ostiolitik,
ostioblastik, fraktur), alkali fosfatase naik.
(6)
Hati : Hepatomegali, nodus di hati umumnya multipel,
ikterus, dsb.
(7)
Sumsum tulang : anemia, trombositopenia, terdapat sel
kanker di sumsum tulang.
(8)
Otak : sefalgia, neuroplegia, tekanan intra kramial
meninggi, lumpuh dsb.
pemeriksaan
Bila ada dugaan suatu keganasan,
maka dikerjakan pemeriksaan yang teliti.
1.
Pemeriksaan Klinis
1)
Status umum.
2)
Status penampilan.
3)
Status penyakit :
(1)
Penyakit utama.
·
Keluhan utama dll keluhan serta sejak kapan.
·
Riwayat penyakit (perjalanan penyakit,
pengobatan yang telah diberikan).
·
Faktor etiologi / faktor resiko.
·
Keadaan tumor lokal (tofografi) tumor (T) :
§
Banyak.
§
Lokasi Kwadran.
§
Besar (sm)
§
Batas.
§
Konsistensi.
§
Infintrasi (kulit, m. pekt. Dinding thoraks).
§
Ulserasi.
§
Operabilitas.
·
Ada/tidaknya metastase (nodus) regional (N).
·
Ada/tidaknya metastase jauh (M).
·
Stadium Kanker
(2)
Komplikasi Penyakit.
(3)
Penyakit sekunder.
2.
Pemeriksaan Penunjang Klinis
1)
Pemeriksaan radiologis :
(1)
Mammografi / USG mamma.
(2)
X-foto thoraks.
(3)
Kalau perlu :
·
Galaktografi.
·
USG Abdomen.
·
CT-scan.
·
Tulang-tulang.
·
Bone scan. dsb
2)
Pemeriksaan Laboratoriun :
(1)
Rutin : darah lengkap, urin.
(2)
Gula darah : puasa dan 2 jam pp.
(3)
Enzym : alkali fosfatase, LDH.
(4)
Petanda tumor : CEA, MCA, AFP.
(5)
Hormon reseptor : ER, PR.
(6)
Kalau perlu : aktivitas estrogen/”vaginal smear”.
3)
Pemeriksaan Sitologis :
(1)
FNA dari tumor.
(2)
Cairan kista.
(3)
Cairan pleura.
(4)
Sekret putting susu.
3.
Pemeriksaan /patologis
1)
Durante operase : “Vries coupe”.
2)
Pasca operasi : dari spesimen operasi
pT :
(1)
Banyak tumor.
(2)
Besar tumor dalam sm.
(3)
Tipe histologis.
(4)
Derajat diferensiasi sel.
(5)
Invasi pembuluh darah.
(6)
Invasi keluar jaringan mamma.
(7)
Histologi lain disekitar tumor.
pN :
(1)
Banyak nodus yang ditemukan.
(2)
Banyak nodus yang mengandung metastase.
(3)
Banyak nodus dalam sm.
(4)
Tinggi level meta (Berg level)
(5)
Ada/tidak invasi sel ganas ke kapsul.
(6)
Ada/tidak metastase ekstra nodul.
(7)
Ada/tidak reaksi immunologis.
terapi
terapi kuratif
Untuk kanker mamma stadium 0, I, II
dan III.
1.
Terapi utama : Mastektomi radikal modifikasi.
Alternatif :
Tumorektomi + diseksi aksila.
2.
Terapi ajuvan :
1)
Radioterapi paska bedah 4000 – 6000 rads.
2)
Kemoterapi untuk pra menopause dengan CMF atau CAF
untuk 6 siklus.
3)
Hormon terapi untuk paska menopause dengan Tamoksifen
untuk 1 – 2 tahun.
3.
Terapi bantuan : Roboransia, bila perlu.
4.
Terapi sekunder : bila perlu.
5.
Terapi komplikasi pasca bedah : bila perlu.
Misalnya
gangguan gerak lengan : Fisioterapi.
terapi paliatif
Untuk kanker mamma stadium IIIB dan
IV.
1.
Terapi utama :
1)
Pra menopause :
bilateral ovariektomi.
2)
Pasca menopause :
(1)
Hormon reseptor positif :
Tamoksifen.
(2)
Hormon reseptor negatif :
Kemoterapi dengan CMF atau CAF.
2.
Terapi ajuvan : bila perlu :
1)
Operabel :
mastektomi simpel.
2)
Inoperabel :
radioterapi.
3.
Terapi bantuan : Roboransia
4.
Terapi komplikasi pasca bedah : bila ada :
1)
Patah : Reposisi-fiksasi-immobilisasi dan radioterapi
pada tempat patah.
2)
Oedema lengan :
(1)
Diuretika.
(2)
“Pneumatic sleeve”.
(3)
Operasi transposisi omentum atau Kondoleon.
3)
Efusi pleura :
(1)
Aspirasi cairan atau drainase Bulleau.
(2)
Bleomicin 30 mg + Teramisin 1000 mg. Intra pleura.
4)
Hiperkalsemia :
(1)
Diuretika. + rehidrasi.
(2)
Kortikosteroid.
(3)
Mitramisin, ¼ - ½ mg/kg BB, iv.
5)
Nyeri : Terapi nyeri sesuai WHO.
6)
Borok : Perawatan borok.
5.
Terapi sekunder : bila ada.
asuhan keperawatan klien DENGAN
pra bedah karsinoma mamma
tujuan perawatan penanganan
karsinoma mamma
Tujuan umum :
1.
Menurunkan angka kematian karsinoma mamma.
2.
Meningkatkan kualitas hidup klien karsinoma mamma.
3.
Mengurangi permasalahan psiko-sosial klien karsinoma
mamma.
Tujuan khusus :
1.
Mempersiapkan mental klien pre operatif.
2.
Mengurangi perasaan nyeri pra dan post operatif.
3.
Mengurangi bau busuk ulkus yang tidak mengenakkan.
4.
Melatih pergerakan sendi bahu supaya tidak mengalami
kontraktur.
5.
Menghindari pembengkakan lengan.
6.
Mencegah infeksi luka operasi.
masalah dalam pembahasan
Persiapan dan Perawatan Sebelum
operasi
1.
Persiapan Psikologis.
Persiapan
Psikologis sudah dipersiapkan sejak dokter menegakkan diagnose yang ditindak
lanjuti dengan pembedahan dengan tujuan membantu klien mempersiapkan diri dalam
menghadapi operasi. Perawat hendaknya mengetahui informasi dokter kepada klien
maupun keluarga tentang macam tindakan yang akan dilakukan, manfaat dan akibat
yang mungkin terjadi serta memberikan penjelasan tentang prosedur- prosedur
yang akan dilakukan sebelum operasi.
2.
Persiapan Psikososial.
Pada karsinoma
mamma stadium lanjut dimana terjadi perubahan kondisi kesehatan akan
berpengaruh terhadap hubungan interpersonal dan peran dimasyarakat. Klien
seolah-olah tidak bisa merasakan simpati dari orang lain, menarik diri dari
pergaulan dan merasa canggung untuk bersosialisasi di masyarakat dalam
kehidupan sehari-hari. Perawat hendaknya memperhatikan juga keluhan klien, dan
menyarankan untuk tetap menjaga kebersihan diri.
3.
Mengurangi Rasa Nyeri.
Karsinoma mamma
umumnya tidak memberi rasa nyeri pada stadium dini. Nyeri terjadi bila ada
penyebaran lokal ke jaringan sekitarnya, seperti : otot pektoralis costa
(tulang iga), dan kelenjar-kelenjar getah bening axilla dan supraklavikula.
Nyeri juga ditemukan jika sudah ada penyebaran jauh ke organ-organ vital
seperti tulang, hati, otak, kulit dan kontralateral mamma. Untuk mengatasi
nyeri yang sifatnya simtomatis dapat diberikan obat anti nyeri sesuai pedoman
yang dianjurkan oleh WHO atau Kep. Menkes 324/99.
4.
Persetujuan Pembedahan.
Pembedahan
mastektomi sebagai terapi kuratif yang berarti klien akan kehilangan mamma
dapat mempengaruhi psikologis klien. Kecemasan yang dialami oleh klien adalah
takut kehilangan rasa kewanitaan karena simbol yang dibanggakan akan hilang,
takut apakah dirinya tetap normal dan menarik, takut kehilangan suami, takut
mati dan berbagai tekanan emosi yang lain. Oleh karena itu seyogyanya klien dan
keluarga diberitahu lebih dahulu tentang bagaimana prosedur pembedahan yang
akan dikerjakan agar pasca operasi klien dapat menerima kondisi seperti itu.
Disini peranan perawat sangat dominan untuk melakukan konsultasi dengan klien
sehubungan dengan rencana-rencana pembedahan manfaat dan akibat-akibat yang
mungkin terjadi setelah pembedahan.
5.
Persiapan Fisik
Sebelum operasi harus
dipersiapkan supaya klien secara fisik siap menjalani operasi.
a.
Perawatan ulkus pada karsinoma mamma.
Ulkus karsinoma mamma umumnya memberikan bau yang
tidak sedap yang dapat mengganggu lingkungan sekitarnya, karena itu perlu
perawatan yang intensif sebelum operasi. Bau ini terjadi karena adanya jaringan
nekrotik yang disertai sekunder infeksi. Untuk mengurangi bau tersebut
silakukan nekrotomi dan pencucian luka, bisa dengan BWC 3%, Bethadine 10% atau
antiseptik lainnya. Jangan lupa mengerjakan pemeriksan kultur pus dan
sensitiviti tes bakterinya.
b.
Mengontrol data-data laboratorium, seperti pemeriksaan
darah, fungsi lever, fungsi ginjal, faal hemostasis, gula darah dan urine.
c.
Mengontrol kelengkapan data-data radiologi, seperti
foto thoraks, USG mamma, mammografi dan bone scan.
d.
Pengosongan saluran pencernaan : 6 – 8 jam dipuasakan
kemudian 3 – 4 jam dilakukan lavemen.
e.
Pencukuran rambut ketiak dilakukan 2 jam sebelum
operasi.
f.
Mandi bersih dan keramas.
g.
Bila akan di;lakukan skin graf, maka kulit donor paha
dikompres alkohol 70%.
h.
Baju klien diganti dengan baju operasi.
i.
Klien tidak boleh memakai lipstik, cat kuku dan
perhiasan saat berada di kamar operasi.
j.
Obat, alat kesehatan, foto dan status klien harus disertakan.
Asuhan Keperawatan
Asuhan Keperawatan menggunakan
proses keperawatan dengan pengkajian, perencanan, pelaksanaan dan evaluasi.
A.
Pengkajian Data
Pada saat pre operasi digunakan
data subjektif dan objektif.
a.
Data Subjektif :
Klien mengeluh adanya benjolan
atau ulkus pada mamma dan kadang-kadang timbul nyeri serta perasaan takut atau
cemas.
b.
Data Objektif :
·
Karsinoma mamma terdapat adanya borok atau
nodul-nodul yang mengeras serta bau tidak enak yang menyengat.
·
Klien tampak enggan bergaul dan berinteraksi
dengan klien lain.
·
Klien terlihat sedih dan sering melamun.
·
Observasi gejala kardinal : tensi, nadi suhu dan
pernafasan.
·
Klien sering memegangi payudara dan wajah tampak
menyeringan.
B.
Diagnosa Keperawatan & Tindakan Pada Pasien Dengan
Karsinoma Mammaa
1.
Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis
(kanker), perubahan kesehatan, sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk
interaksi, persiapan kematian, pemisahan dengan keluarga ditandai dengan
peningkatan tegangan, kelelahan, mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan
tergantung, tidak adekuat kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik.
Tujuan :
1.
Klien dapat mengurangi rasa cemasnya
2.
Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif.
3.
Menunjukkan koping yang efektif serta mampu
berpartisipasi dalam pengobatan.
Tindakan :
a.
Tentukan pengalaman klien sebelumnya terhadap penyakit
yang dideritanya.
b.
Berikan informasi tentang prognosis secara akurat.
c.
Beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan rasa
marah, takut, konfrontasi. Beri informasi dengan emosi wajar dan ekspresi yang
sesuai.
d.
Jelaskan pengobatan, tujuan dan efek samping. Bantu
klien mempersiapkan diri dalam pengobatan.
e.
Catat koping yang tidak efektif seperti kurang
interaksi sosial, ketidak berdayaan dll.
f.
Anjurkan untuk mengembangkan interaksi dengan support
system.
g.
Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman.
h.
Pertahankan kontak dengan klien, bicara dan sentuhlah
dengan wajar.
Rasional:
a.
Data-data mengenai pengalaman klien sebelumnya akan
memberikan dasar untuk penyuluhan dan menghindari adanya duplikasi.
b.
Pemberian informasi dapat membantu klien dalam memahami
proses penyakitnya.
c.
Dapat menurunkan kecemasan klien.
d.
Membantu klien dalam memahami kebutuhan untuk
pengobatan dan efek sampingnya.
e.
Mengetahui dan menggali pola koping klien serta
mengatasinya/memberikan solusi dalam upaya meningkatkan kekuatan dalam
mengatasi kecemasan.
f.
Agar klien memperoleh dukungan dari orang yang
terdekat/keluarga.
g.
Memberikan kesempatan pada klien untuk
berpikir/merenung/istirahat.
h.
Klien mendapatkan kepercayaan diri dan keyakinan bahwa
dia benar-benar ditolong.
2.
Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit
(penekanan/kerusakan jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf,
obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek samping therapi kanker ditandai dengan
klien mengatakan nyeri, klien sulit tidur, tidak mampu memusatkan perhatian,
ekspresi nyeri, kelemahan.
Tujuan :
1.
Klien mampu mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas
2.
Melaporkan nyeri yang dialaminya
3.
Mengikuti program pengobatan
4.
Mendemontrasikan tehnik relaksasi dan pengalihan rasa
nyeri melalui aktivitas yang mungkin
Tindakan :
1.
Tentukan riwayat nyeri, lokasi, durasi dan intensitas
2.
Evaluasi therapi: pembedahan, radiasi, khemotherapi,
biotherapi, ajarkan klien dan keluarga tentang cara menghadapinya
3.
Berikan pengalihan seperti reposisi dan aktivitas
menyenangkan seperti mendengarkan musik atau nonton TV
4.
Menganjurkan tehnik penanganan stress (tehnik
relaksasi, visualisasi, bimbingan), gembira, dan berikan sentuhan therapeutik.
5.
Evaluasi nyeri, berikan pengobatan bila perlu.
Kolaboratif:
6.
Disusikan penanganan nyeri dengan dokter dan juga
dengan klien.
7.
Berikan analgetik sesuai indikasi seperti morfin,
methadone, narcotik dll
Rasional:
a.
Memberikan informasi yang diperlukan untuk merencanakan
asuhan.
b.
Untuk mengetahui terapi yang dilakukan sesuai atau
tidak, atau malah menyebabkan komplikasi.
c.
Untuk meningkatkan kenyamanan dengan mengalihkan
perhatian klien dari rasa nyeri.
d.
Meningkatkan kontrol diri atas efek samping dengan
menurunkan stress dan ansietas.
e.
Untuk mengetahui efektifitas penanganan nyeri, tingkat
nyeri dan sampai sejauhmana klien mampu menahannya serta untuk mengetahui
kebutuhan klien akan obat-obatan anti nyeri.
f.
Agar terapi yang diberikan tepat sasaran.
g.
Untuk mengatasi nyeri.
3.
Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan
dengan hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker, konsekwensi khemotherapi,
radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa kecap, nausea),
emotional distress, fatigue, ketidakmampuan mengontrol nyeri ditandai dengan
klien mengatakan intake tidak adekuat, hilangnya rasa kecap, kehilangan selera,
berat badan turun sampai 20% atau lebih dibawah ideal, penurunan massa otot dan
lemak subkutan, konstipasi, abdominal cramping.
Tujuan :
1.
Klien menunjukkan berat badan yang stabil, hasil lab
normal dan tidak ada tanda malnutrisi
2.
Menyatakan pengertiannya terhadap perlunya intake yang
adekuat
3.
Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diet yang
berhubungan dengan penyakitnya
Tindakan :
a.
Monitor intake makanan setiap hari, apakah klien makan
sesuai dengan kebutuhannya.
b.
Timbang dan ukur berat badan, ukuran triceps serta
amati penurunan berat badan.
c.
Kaji pucat, penyembuhan luka yang lambat dan pembesaran
kelenjar parotis.
d.
Anjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori
dengan intake cairan yang adekuat. Anjurkan pula makanan kecil untuk klien.
e.
Kontrol faktor lingkungan seperti bau busuk atau
bising. Hindarkan makanan yang terlalu manis, berlemak dan pedas.
f.
Ciptakan suasana makan yang menyenangkan misalnya makan
bersama teman atau keluarga.
g.
Anjurkan tehnik relaksasi, visualisasi, latihan
moderate sebelum makan.
h.
Anjurkan komunikasi terbuka tentang problem anoreksia
yang dialami klien.
Kolaboratif
i.
Amati studi laboraturium seperti total limposit, serum
transferin dan albumin
j.
Berikan pengobatan sesuai indikasi
Phenotiazine,
antidopaminergic, corticosteroids, vitamins khususnya A,D,E dan B6, antacida
k.
Pasang pipa nasogastrik untuk memberikan makanan secara
enteral, imbangi dengan infus.
Rasional:
a.
Memberikan informasi tentang status gizi klien.
b.
Memberikan informasi tentang penambahan dan penurunan
berat badan klien.
c.
Menunjukkan keadaan gizi klien sangat buruk.
d.
Kalori merupakan sumber energi.
e.
Mencegah mual muntah, distensi berlebihan, dispepsia
yang menyebabkan penurunan nafsu makan serta mengurangi stimulus berbahaya yang
dapat meningkatkan ansietas.
f.
Agar klien merasa seperti berada dirumah sendiri.
g.
Untuk menimbulkan perasaan ingin makan/membangkitkan
selera makan.
h.
Agar dapat diatasi secara bersama-sama (dengan ahli
gizi, perawat dan klien).
i.
Untuk mengetahui/menegakkan terjadinya gangguan nutrisi
sebagi akibat perjalanan penyakit, pengobatan dan perawatan terhadap klien.
j.
Membantu menghilangkan gejala penyakit, efek samping
dan meningkatkan status kesehatan klien.
k.
Mempermudah intake makanan dan minuman dengan hasil
yang maksimal dan tepat sesuai kebutuhan.
4.
Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi, misinterpretasi,
keterbatasan kognitif ditandai dengan sering bertanya, menyatakan masalahnya,
pernyataan miskonsepsi, tidak akurat dalam mengikiuti intruksi/pencegahan
komplikasi.
Tujuan :
1.
Klien dapat mengatakan secara akurat tentang diagnosis
dan pengobatan pada ting-katan siap.
2.
Mengikuti prosedur dengan baik dan menjelaskan tentang
alasan mengikuti prosedur tersebut.
3.
Mempunyai inisiatif dalam perubahan gaya hidup dan
berpartisipasi dalam pengo- batan.
4.
Bekerjasama dengan pemberi informasi.
Tindakan :
a.
Review pengertian klien dan keluarga tentang diagnosa,
pengobatan dan akibatnya.
b.
Tentukan persepsi klien tentang kanker dan
pengobatannya, ceritakan pada klien tentang pengalaman klien lain yang
menderita kanker.
c.
Beri informasi yang akurat dan faktual. Jawab
pertanyaan secara spesifik, hindarkan informasi yang tidak diperlukan.
d.
Berikan bimbingan kepada klien/keluarga sebelum
mengikuti prosedur pengobatan, therapy yang lama, komplikasi. Jujurlah pada
klien.
e.
Anjurkan klien untuk memberikan umpan balik verbal dan
mengkoreksi miskonsepsi tentang penyakitnya.
f.
Review klien /keluarga tentang pentingnya status nutrisi
yang optimal.
g.
Anjurkan klien untuk mengkaji membran mukosa mulutnya
secara rutin, perhatikan adanya eritema, ulcerasi.
h.
Anjurkan klien memelihara kebersihan kulit dan rambut.
Rasional:
a.
Menghindari adanya duplikasi dan pengulangan terhadap
pengetahuan klien.
b.
Memungkinkan dilakukan pembenaran terhadap kesalahan
persepsi dan konsepsi serta kesalahan pengertian.
c.
Membantu klien dalam memahami proses penyakit.
d.
Membantu klien dan keluarga dalam membuat keputusan
pengobatan.
e.
Mengetahui sampai sejauhmana pemahaman klien dan
keluarga mengenai penyakit klien.
f.
Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga mengenai
nutrisi yang adekuat.
g.
Mengkaji perkembangan proses-proses penyembuhan dan
tanda-tanda infeksi serta masalah dengan kesehatan mulut yang dapat
mempengaruhi intake makanan dan minuman.
h.
Meningkatkan integritas kulit dan kepala.
5.
Resiko tinggi kerusakan membran mukosa mulut
berhubungan dengan efek samping kemotherapi dan radiasi/radiotherapi.
Tujuan :
1.
Membrana mukosa tidak menunjukkan kerusakan, terbebas
dari inflamasi dan ulcerasi
2.
Klien mengungkapkan faktor penyebab secara verbal.
3.
Klien mampu mendemontrasikan tehnik
mempertahankan/menjaga kebersihan rongga mulut.
Tindakan :
a.
Kaji kesehatan gigi dan mulut pada saat pertemuan
dengan klien dan secara periodik.
b.
Kaji rongga mulut setiap hari, amati perubahan mukosa
membran. Amati tanda terbakar di mulut, perubahan suara, rasa kecap, kekentalan
ludah.
c.
Diskusikan dengan klien tentang metode pemeliharan oral
hygine.
d.
Intruksikan perubahan pola diet misalnya hindari makanan
panas, pedas, asam, hindarkan makanan yang keras.
e.
Amati dan jelaskan pada klien tentang tanda
superinfeksi oral.
Kolaboratif
f.
Konsultasi dengan dokter gigi sebelum kemotherapi
g.
Berikan obat sesuai indikasi, analgetik, topikal
lidocaine, antimikrobial mouthwash
preparation.
h.
Kultur lesi oral.
Rasional:
a.
Mengkaji perkembangan proses penyembuhan dan
tanda-tanda infeksi memberikan informasi penting untuk mengembangkan rencana
keperawatan.
b.
Masalah dengan kesehatan mulut dapat mempengaruhi
pemasukan makanan dan minuman.
c.
Mencari alternatif lain mengenai pemeliharaan mulut dan
gigi.
d.
Mencegah rasa tidak nyaman dan iritasi lanjut pada
membran mukosa.
e.
Agar klien mengetahui dan segera memberitahu bila ada
tanda-tanda tersebut.
f.
Meningkatkan kebersihan dan kesehatan gigi dan gusi.
g.
Tindakan/terapi yang dapat menghilangkan nyeri,
menangani infeksi dalam rongga mulut/infeksi sistemik.
h.
Untuk mengetahui jenis kuman sehingga dapat diberikan
terapi antibiotik yang tepat.
6.
Resiko tinggi kurangnya volume cairan berhubungan
dengan output yang tidak normal (vomiting, diare), hipermetabolik, kurangnya
intake
Tujuan :
Klien menunjukkan
keseimbangan cairan dengan tanda vital normal, membran mukosa normal, turgor
kulit bagus, capilarry refill normal, urine output normal.
Tindakan :
a.
Monitor intake dan output termasuk keluaran yang
tidak normal seperti emesis, diare,
drainase luka. Hitung keseimbangan selama 24 jam.
b.
Timbang berat badan jika diperlukan.
c.
Monitor vital signs. Evaluasi pulse peripheral,
capilarry refil.
d.
Kaji turgor kulit dan keadaan membran mukosa. Catat
keadaan kehausan pada klien.
e.
Anjurkan intake cairan samapi 3000 ml per hari sesuai
kebutuhan individu.
f.
Observasi kemungkinan perdarahan seperti perlukaan pada
membran mukosa, luka bedah, adanya ekimosis dan pethekie.
g.
Hindarkan trauma dan tekanan yang berlebihan pada luka
bedah.
Kolaboratif
h.
Berikan cairan IV bila diperlukan.
i.
Berikan therapy antiemetik.
j.
Monitor hasil laboratorium : Hb, elektrolit, albumin
Rasional:
a.
Pemasukan oral yang tidak adekuat dapat menyebabkan
hipovolemia.
b.
Dengan memonitor berat badan dapat diketahui bila ada
ketidakseimbangan cairan.
c.
Tanda-tanda hipovolemia segera diketahui dengan adanya
takikardi, hipotensi dan suhu tubuh yang meningkat berhubungan dengan
dehidrasi.
d.
Dengan mengetahui tanda-tanda dehidrasi dapat mencegah
terjadinya hipovolemia.
e.
Memenuhi kebutuhan cairan yang kurang.
f.
Segera diketahui adanya perubahan keseimbangan volume
cairan.
g.
Mencegah terjadinya perdarahan.
h.
Memenuhi kebutuhan cairan yang kurang.
i.
Mencegah/menghilangkan mual muntah.
j.
Mengetahui perubahan yang terjadi.
7.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak
adekuatnya pertahanan tubuh sekunder dan sistem imun (efek
kemotherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur invasif.
Tujuan :
1.
Klien mampu mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam
tindakan pecegahan infeksi
2.
Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi dan penyembuhan
luka berlangsung normal
Tindakan :
a.
Cuci tangan sebelum melakukan tindakan. Pengunjung juga
dianjurkan melakukan hal yang sama.
b.
Jaga personal hygine klien dengan baik.
c.
Monitor temperatur.
d.
Kaji semua sistem untuk melihat tanda-tanda infeksi.
e.
Hindarkan/batasi prosedur invasif dan jaga aseptik
prosedur.
Kolaboratif
f.
Monitor CBC, WBC, granulosit, platelets.
g.
Berikan antibiotik bila diindikasikan.
Rasional:
a.
Mencegah terjadinya infeksi silang.
b.
Menurunkan/mengurangi adanya organisme hidup.
c.
Peningkatan suhu merupakan tanda terjadinya infeksi.
d.
Mencegah/mengurangi terjadinya resiko infeksi.
e.
Mencegah terjadinya infeksi.
f.
Segera dapat diketahui apabila terjadi infeksi.
g.
Adanya indikasi yang jelas sehingga antibiotik yang
diberikan dapat mengatasi organisme penyebab infeksi.
8.
Resiko tinggi gangguan fungsi seksual berhubungan
dengan deficit pengetahuan/keterampilan tentang alternatif respon terhadap
transisi kesehatan, penurunan fungsi/struktur tubuh, dampak pengobatan.
Tujuan :
1.
Klien dapat mengungkapkan pengertiannya terhadap efek
kanker dan therapi terhadap seksualitas
2.
Mempertahankan aktivitas seksual dalam batas kemampuan
Tindakan :
a.
Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang proses
seksualitas dan reaksi serta hubungannya dengan penyakitnya.
b.
Berikan advise tentang akibat pengobatan terhadap
seksualitasnya.
c.
Berikan privacy kepada klien dan pasangannya. Ketuk pintu sebelum masuk.
Rasional:
a.
Meningkatkan ekspresi seksual dan meningkatkan
komunikasi terbuka antara klien dengan pasangannya.
b.
Membantu klien dalam mengatasi masalah seksual yang dihadapinya.
c.
Memberikan kesempatan bagi klien dan pasangannya untuk
mengekspresikan perasaan dan keinginan secara wajar.
9.
Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan efek radiasi dan kemotherapi, deficit imunologik, penurunan intake
nutrisi dan anemia.
Tujuan :
1.
Klien dapat mengidentifikasi intervensi yang
berhubungan dengan kondisi spesifik
2.
Berpartisipasi dalam pencegahan komplikasi dan
percepatan penyembuhan
Tindakan :
a.
Kaji integritas kulit untuk melihat adanya efek samping
therapi kanker, amati penyembuhan luka.
b.
Anjurkan klien untuk tidak menggaruk bagian yang gatal.
c.
Ubah posisi klien secara teratur.
d.
Berikan advise pada klien untuk menghindari pemakaian
cream kulit, minyak, bedak tanpa rekomendasi dokter.
Rasional:
a.
Memberikan informasi untuk perencanaan asuhan dan
mengembangkan identifikasi awal terhadap perubahan integritas kulit.
b.
Menghindari perlukaan yang dapat menimbulkan infeksi.
c.
Menghindari penekanan yang terus menerus pada suatu
daerah tertentu.
d.
Mencegah trauma berlanjut pada kulit dan produk yang
kontra indikatif.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito,
Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan
& Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarata.
Carpenito, Lynda Juall. (2000.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan.
Edisi 8. (terjemahan). Penerbit
buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan
Medikal Bedah. Volume 2, (terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Junadi, Purnawan. (1982). Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta:
Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Long, Barbara C.
(1996). Perawatan Medikal
Bedah. Volume I. (terjemahan). Yayasan Ikatan
Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.
Mansjoer,
Arif., et all. (1999). Kapita Selekta
Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI : Media Aescullapius.
(1994). Pedoman
Diagnosis Dan Terapi Ilmu Bedah. Fakultas Kedokteran Unair & RSUD
dr Soetomo Surabaya
No comments:
Post a Comment