WHO AM I?

I PUTU JUNIARTHA SEMARA PUTRA POLTEKKES KEMENKES DENPASAR JURUSAN KEPERAWATAN

Sunday, November 4, 2012

LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN DENGAN KISTA KONJUNGTIVA

Juniartha Semara Putra
LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN DENGAN KISTA KONJUNGTIVA
A.    PENGERTIAN
Kista konjungtiva adalah  kantung konjungtiva berdinding tipis atau vesikel yang berisi cairan. Vesikel ini dapat berkembang baik pada atau di bawah konjungtiva. kista konjungtiva umumnya tidak memerlukan tindakan operasi tetapi cukup diberikan pengobatan anti inflamasi saja. kalaupun natinya tambah membesar maka tindakan operatif perlu direncanakan.
B.     ETIOLOGI
Kista Konjungtiva dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk  faktor  genetik yang  diyakini  ikut berpengaruh terhadap tumbuhnya kista. Sebagian besar kista konjungtiva pada anak-anak bersifat jinak dan  karena  perkembangan abnormal.
C.    PATOFISIOLOGI
Kista Konjungtiva dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk faktor genetik yang diyakini ikut berpengaruh terhadap tumbuhnya kista. Sebagian besar kista konjungtiva bersifat berkembangan abnormal.
Kista konjungtiva meningkatkan volume intraokular dan mempengaruhi masa. Meskipun masa secara histologis jinak, itu dapat mengganggu pada struktur orbital atau yang berdekatan dengan mata. Dan bisa juga dianggap ganas apabila mengenai struktur anatomis. Ketajaman visual atau kompromi lapangan, diplopia, gangguan motilitas luar mata, atau kelainan pupil dapat terjadi dari invasi atau kompresi isi intraorbital sekunder untuk tumor padat atau perdarahan. Tidak berfungsinya katup mata atau disfungsi kelenjar lakrimal dapat menyebabkan keratopati eksposur, keratitis, dan penipisan kornea.
Pertumbuhan kista ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui nervus optikus ke otak, melalui sklera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis jauh ke sumsum tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat, dapat menonjol ke dalam badan kaca. Di permukaan terdapat neovaskularisasi dan pendarahan. Warna iris tidak normal.
D.    MANIFESTASI KLINIS
Beberapa tanda dan gejala kista konjungtiva yaitu :
a.       Nyeri orbital: jelas  pada tumor ganas yang tumbuh  cepat,  namun juga merupakan gambaran khas  'pseudotumor' jinak dan fistula karotid-kavernosa
b.      Proptosis: pergeseran bola mata kedepan adalah gambaran yang  sering dijumpai, berjalan bertahap dan tak  nyeri dalam beberapa bulan atau tahun (tumor jinak) atau  cepat (lesi ganas).
c.       Pembengkakan kelopak: mungkin  jelas pada  pseudotumor, eksoftalmos endokrin atau fistula karotid-kavernosa
d.      Palpasi: bisa  menunjukkan massa yang menyebabkan  distorsi kelopak atau bola mata, terutama dengan tumor kelenjar lakrimal atau dengan mukosel.
e.       Gerak mata: sering  terbatas oleh sebab mekanis,  namun bila nyata, mungkin akibat oftalmoplegia endokrin  atau dari  lesi  saraf III, IV, dan VI pada  fisura  orbital  (misalnya sindroma Tolosa Hunt) atau sinus kavernosus
f.       Ketajaman penglihatan: mungkin terganggu langsung  akibat terkenanya saraf optik atau retina, atau tak  langsung akibat kerusakan vaskuler.

E.     PEMERIKSAAN PENUNJANG DAN DIAGNOSTIK
a.       Foto polos orbit: mungkin menunjukkan erosi lokal (keganasan), dilatasi foramen optik (meningioma, glioma saraf optik) dan terkadang kalsifikasi (retinoblastoma, tumor kelenjar lakrimal). Meningioma sering menyebabkan sklerosis lokal.
b.      CT scan orbit: menunjukkan lokasi tepat patologi intraorbital dan memperlihatkan adanya setiap perluasan keintrakranial.
c.       Venografi orbital: mungkin membantu.

Pemeriksaan diagnostic pada mata secara umum sebagai berikut :
a.       Kartu mata Snellen/ mesin telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan) ; mungkin terganggu dengan kerusaakan kornea, lensa, aqueus atau vitreus
b.      Lapang penglihatan ; penurunanan yang disebabkan oleh CSV, massa tumor pada hipofisis/ otak, karotis atau patologis arteri serebral atau Glaukoma.
c.       Tonografi ; mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg)
d.      Gonioskopi ; membantu membedakan sudut terbuka dan sudut tertutup pada glaukoma.
e.       Oftalmoskopi ; mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optic, papiledema, perdarahan retina dan mikroanurisme.
f.       Pemeriksaan darah lengkah, laju sedimentasi (LED) ; menunjukkan anemia sistemik / infeksi.

F.     PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN
Penatalaksanaan  kista konjungtiva bervariasi bergantung pada ukuran, lokasi, dan tipe kista seperti :
a.       terapi medis (obat-obatan)
b.      tindakan yang lebih radikal yaitu mengangkat secara total massa tumor
c.       lainnya tidak membutuhkan terapi.
d.      radioterapi (sinar) dan kemoterapi.

G.    KOMPLIKASI
v  Glaukoma, adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak normal atau lebih tinggi dari pada normal yang mengakibatkan kerusakan saraf penglihatan dan kebutaan.
v  Keratitis ulseratif, yang lebih dikenal sebagai ulserasi kornea yaitu  terdapatnya destruksi (kerusakan) pada bagian epitel kornea.
v  Keratitis merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrasi sel radang pada kornea yang akan mengakibatkan kornea menjadi keruh.
LANDASAN TEORI ASUHAN KEPERAWATAN KISTA KONJUNGTIVA
1.      PENGKAJIAN
a.      Pengkajian Identitas Pasien
Nama               :
CM                  :
Masuk ke RS   :
Tanggal Lahir :
Umur               :
Jenis kelamin   :
Agama             :
Alamat            :
b.      Pengkajian Riwayat Kesehatan
v  Riwayat kesehatan dahulu
v  Riwayat kesehatan keluarga
v  Riwayat kesehatan sekarang
c.       Pemeriksaan Penunjang
Dasar Data Pengkajian Mata Pada Pasien
1.      Aktivitas/ Istirahat
v  Gejala à perubahan aktivitas biasanya / hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan
2.      Makanan/ cairan
v  Mual / muntah (glaucoma akut)
3.      Neurosensori
v  Gejala à Gangguan penglihatan (kabur/ tak jelas), sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/ merasa di ruang gelap. Penglihatan berawan/ kabur, tampak lingkaran cahaya/ pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotofobia. Perubahan kacamata / pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.
v  Tanda à Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak). Pupil menyempit dan merah / mata keras dengan kornea berawan (glaucoma akut). Peningkatan air mata.

4.      Nyeri/ kenyamanan
v  Gejala à Ketidaknyamanan ringan/ mata berair (glaukoma kronis). Nyeri tiba-tiba/ berat menetap atau tekanan pada sekitar mata, sakit kepala (glaucoma akut)

Pengkajian 11 Fungsional Gordon
1.      Pola Persepsi Dan Penanganan Kesehatan
v  Tanyakan persepsi Pasien terhadap penyakitnya
v  Tanyakan tentang penggunaan obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid, klorokuin , klorpromazin, ergotamine, pilokarpin)
v  Tanyakan tentang penggunaan alcohol, dan tembakau
2.      Pola Nutrisi Metabolik
v  Tanyakan kebiasaan makanan yang dikonsumsi Pasien, apakah Pasien sebelumnya jarang mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin A, dan vitamin E
3.      Pola Eliminasi
v  Tanyakan bagaimana pola BAB  dan karakteristiknya
v  Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin
v  Adakah masalah dalam proses miksi, adakah penggunaan alat bantu untuk miksi
4.      Pola Aktivitas Latihan
v Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan
5.      Pola Istirahat - Tidur
v  Tanyakan apakah terjadi masalah istirahat/tidur yang berhubungan dengan gangguan penglihatan (seperti: pusing)
v  Bagaimana perasaan Pasien setelah bangun tidur? Apakah merasa segar atau tidak?
6.      Pola Kognitif - Persepsi
v  Apakah Pasien mengalami kesulitan saat membaca
v  Apakah menggunakan alat bantu melihat
v  Bagaimana visus
v  Apakah ada keluhan pusing dan bagaimana gambarannya
7.      Pola Persepsi dan Sensori
v  Bagaimana Pasien menggambarkan dirinya
v  Apakah sering merasa marah, cemas, takut, depresi, karena terjadi perubahan dalam penglihatan.
8.      Pola Peran dan Hubungan
v  apa pekerjaan Pasien
v  Tanyakan tentang system pendukung dalam kehidupan Pasien seperti: pasangan, teman.
v  Tanyakan apakah ada masalah keluarga berkenaan dengan perawatan penyakit Pasien
9.      Pola Seksualitas - Reproduksi
v  Tanyakan masalah seksual Pasien yang berhubungan dengan penyakitnya
v  Tanyakan kapan Pasien mulai menopause dan masalah kesehatan terkait dengan menopause
v  Tanyakan apakah Pasien mengalami kesulitan/perubahan dalam pemunuhan kebutuhan seks
10.  Pola Koping dan Toleransi Stres
v  apakah ada perubahan besar dalam kehidupan dalam beberapa tahun terakhir
v  apa yang dilakukan Pasien dalam menghadapi masalah dan apakah tindakan tersebut efektif untuk mengatasi masalah tersebut atau tidak
v  Apakah ada orang lain tempat berbagi dan apakah orang tersebut ada sampai sekarang
v  Apakah ada penggunaan obat untuk penghilang stress
11.  Pola Keyakinan-Nilai
v  Tanyakan apakah ada pengaruh agama dalam kehidupan
v  Tanyakan apakah ada pantangan keagamaan

2.      DIAGNOSA
v  Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori dariorgan penerima.
v  Gangguan citra tubuh berhubungandengan pembedahan kepala leher,efek samping penanganan, factorbudaya atau spiritual yangberpengaruh pada perubahanpenampilan
v  Kecemasan atau ansietas b.d kurangnya pemahaman terhadap perawatan pascaoperatif..
v  Nyeri akut berhubungan dengan trauma, peningkatan TIO, imflamasi, intervensi bedah, atau pemberian tets mata dilator.
v  Resiko tinggi cedera yang berhubungan dengan penurunan lapang pandang.
v  Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang kondisi prognosis dan pengobatan proses penyakit ditandai dengan keluarga merasa bingung

3.      INTERVENSI
No
Dx. Keperawatan
Tujuan Dan Criteria Hasil
Intervensi
1
Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan imflamasi pascabedah

Setelah diberikan asuhan keperawatan  diharapkan klien dapat melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri/fotofobia/eksudasi. Dan menunjukkan perbaikan keluhan dengan criteria hasil:
-       penurunan skala nyeri

-      Pasien tidak tampak gelisah
-      TTV normal

1.    Kompres tepi palpebra atau mata dalam keadaan tertutup dengan larutan salin selama kurang lebih 3 menit.
2.    Usap eksudat secara perlahan dengan kapas yang sudah dibasahi salin dan setiap mengusap hanya dipakai satu kali.

3.    Beritahu klien agar tidak menutup mata yang sakit

4.    Anjurkan pada klien wanita dengan konjungtivitis alergi agar menghindari atau mengurangi penggunaan taarias hingga semua gejala konjungtivitis hilang. Bantu klien mengidentifikasi sumber allergen yang lain. Tekankan pentingnya kacamata pelindung bagi klien yang bekerja dengan bahan kimia iritan.
2
Resiko tinggi cedera yang berhubungan dengan penurunan lapang pandang.


Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan tidak terjadi gangguan penglihatan pada pasien.
1.    Bersihkan sekret mata dengan cara yang benar.

2.    Perhatikan keluhan penglihatan kabur yang dapat terjadi setelah penggunaan tetes mata dan salep mata

3.    Gunakan kaca mata gelap
3
Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan actual dalam penampilan ditandai dengan mata merah dan edema kelopak mata.

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 X 24 jam diharapkan klien tidak merasa malu dan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan fisiknya dengan criteria hasil:
- pasien menyatakan gambaran diri lebih nyata.

1.    Buat hubungan terapiutik perawat pasien.



2.                 Tingkatkan konsep diri tanpa penilain moral
3.    Dorong pasien untuk menghargai hidup sendiri dengan cara lebih sehat dengan membuat sendiri dan menerima diri sebagai diri sendiri saat ini.


4.      IMPLEMENTASI
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan oleh perawat terhadap pasien.

5.      EVALUASI
Evaluasi dilaksanakan berdasarkan tujuan dan outcome.



DAFTAR PUSTAKA
ü Bruce, James. 2007.Lecture notes oftamologi hal 44-45. Erlangga Medical Series:Jakarta.
ü Carpenito ,Lynda Juall.2006.Buku Saku Diagnosis Keperawatan Ed 10.Jakarta:EGC
ü Istiqomah,Indriana N.2005.Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. Jakarta:EGC
ü Sidarta, ilyas.2002.Dasar teknik pemeriksaan dalam ilmu penyakit mata. Fakultas Kedokteran UI:Jakarta.
ü Sidarta, ilyas.2002.Ilmu penyakit mata Edisi ke-2 hal. 88-89. Sagung seto:Jakarta.

No comments: