Juniartha Semara Putra
LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN DENGAN
KISTA KONJUNGTIVA
A.
PENGERTIAN
Kista konjungtiva adalah kantung konjungtiva berdinding tipis atau
vesikel yang berisi cairan. Vesikel ini dapat berkembang baik pada atau di
bawah konjungtiva. kista konjungtiva umumnya tidak memerlukan tindakan operasi
tetapi cukup diberikan pengobatan anti inflamasi saja. kalaupun natinya tambah
membesar maka tindakan operatif perlu direncanakan.
B.
ETIOLOGI
Kista Konjungtiva dapat disebabkan oleh berbagai
faktor, termasuk faktor genetik yang
diyakini ikut berpengaruh
terhadap tumbuhnya kista. Sebagian besar kista konjungtiva pada anak-anak
bersifat jinak dan karena perkembangan abnormal.
C.
PATOFISIOLOGI
Kista Konjungtiva dapat disebabkan oleh berbagai
faktor, termasuk faktor genetik yang diyakini ikut berpengaruh terhadap
tumbuhnya kista. Sebagian besar kista konjungtiva bersifat berkembangan
abnormal.
Kista konjungtiva meningkatkan volume intraokular
dan mempengaruhi masa. Meskipun masa secara histologis jinak, itu dapat
mengganggu pada struktur orbital atau yang berdekatan dengan mata. Dan bisa
juga dianggap ganas apabila mengenai struktur anatomis. Ketajaman visual atau
kompromi lapangan, diplopia, gangguan motilitas luar mata, atau kelainan pupil
dapat terjadi dari invasi atau kompresi isi intraorbital sekunder untuk tumor
padat atau perdarahan. Tidak berfungsinya katup mata atau disfungsi kelenjar
lakrimal dapat menyebabkan keratopati eksposur, keratitis, dan penipisan
kornea.
Pertumbuhan kista ini dapat menyebabkan metastasis
dengan invasi tumor melalui nervus optikus ke otak, melalui sklera ke jaringan
orbita dan sinus paranasal, dan metastasis jauh ke sumsum tulang melalui
pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat, dapat menonjol ke
dalam badan kaca. Di permukaan terdapat neovaskularisasi dan pendarahan. Warna
iris tidak normal.
D.
MANIFESTASI
KLINIS
Beberapa
tanda dan gejala kista konjungtiva yaitu :
a. Nyeri
orbital: jelas pada tumor ganas yang tumbuh cepat,
namun juga merupakan gambaran khas
'pseudotumor' jinak dan fistula karotid-kavernosa
b. Proptosis: pergeseran bola mata kedepan adalah
gambaran yang sering dijumpai, berjalan
bertahap dan tak nyeri dalam beberapa
bulan atau tahun (tumor jinak) atau
cepat (lesi ganas).
c. Pembengkakan
kelopak: mungkin jelas pada
pseudotumor, eksoftalmos endokrin atau fistula karotid-kavernosa
d. Palpasi: bisa menunjukkan massa yang menyebabkan distorsi kelopak atau bola mata, terutama
dengan tumor kelenjar lakrimal atau dengan mukosel.
e. Gerak
mata: sering terbatas oleh sebab mekanis, namun bila nyata, mungkin akibat
oftalmoplegia endokrin atau dari lesi
saraf III, IV, dan VI pada
fisura orbital (misalnya sindroma Tolosa Hunt) atau sinus
kavernosus
f. Ketajaman
penglihatan: mungkin
terganggu langsung akibat terkenanya
saraf optik atau retina, atau tak
langsung akibat kerusakan vaskuler.
E.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG DAN DIAGNOSTIK
a. Foto
polos orbit: mungkin menunjukkan erosi lokal (keganasan), dilatasi foramen
optik (meningioma, glioma saraf optik) dan terkadang kalsifikasi
(retinoblastoma, tumor kelenjar lakrimal). Meningioma sering menyebabkan
sklerosis lokal.
b. CT
scan orbit: menunjukkan lokasi tepat patologi intraorbital dan memperlihatkan
adanya setiap perluasan keintrakranial.
c. Venografi
orbital: mungkin membantu.
Pemeriksaan
diagnostic pada mata secara umum sebagai berikut :
a. Kartu
mata Snellen/ mesin telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral
penglihatan) ; mungkin terganggu dengan kerusaakan kornea, lensa, aqueus atau
vitreus
b. Lapang
penglihatan ; penurunanan yang disebabkan oleh CSV, massa tumor pada hipofisis/
otak, karotis atau patologis arteri serebral atau Glaukoma.
c. Tonografi
; mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg)
d. Gonioskopi
; membantu membedakan sudut terbuka dan sudut tertutup pada glaukoma.
e. Oftalmoskopi
; mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optic, papiledema,
perdarahan retina dan mikroanurisme.
f. Pemeriksaan
darah lengkah, laju sedimentasi (LED) ; menunjukkan anemia sistemik / infeksi.
F.
PENATALAKSANAAN
MEDIS DAN KEPERAWATAN
Penatalaksanaan
kista konjungtiva bervariasi bergantung pada ukuran, lokasi, dan tipe
kista seperti :
a. terapi
medis (obat-obatan)
b. tindakan
yang lebih radikal yaitu mengangkat secara total massa tumor
c. lainnya
tidak membutuhkan terapi.
d. radioterapi
(sinar) dan kemoterapi.
G.
KOMPLIKASI
v Glaukoma, adalah suatu keadaan
dimana tekanan bola mata tidak normal atau lebih tinggi dari pada normal yang
mengakibatkan kerusakan saraf penglihatan dan kebutaan.
v Keratitis ulseratif, yang lebih dikenal sebagai ulserasi
kornea yaitu terdapatnya destruksi
(kerusakan) pada bagian epitel kornea.
v Keratitis
merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrasi sel radang pada kornea yang
akan mengakibatkan kornea menjadi keruh.
LANDASAN
TEORI ASUHAN KEPERAWATAN KISTA KONJUNGTIVA
1.
PENGKAJIAN
a.
Pengkajian
Identitas Pasien
Nama :
CM :
Masuk ke RS :
Tanggal Lahir :
Umur :
Jenis kelamin :
Agama :
Alamat :
b.
Pengkajian
Riwayat Kesehatan
v Riwayat
kesehatan dahulu
v Riwayat
kesehatan keluarga
v Riwayat
kesehatan sekarang
c.
Pemeriksaan
Penunjang
Dasar Data Pengkajian Mata Pada Pasien
1.
Aktivitas/
Istirahat
v Gejala
à
perubahan aktivitas biasanya / hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan
2.
Makanan/
cairan
v Mual
/ muntah (glaucoma akut)
3.
Neurosensori
v Gejala
à
Gangguan penglihatan (kabur/ tak jelas), sinar terang menyebabkan silau dengan
kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan
dekat/ merasa di ruang gelap. Penglihatan berawan/ kabur, tampak lingkaran
cahaya/ pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotofobia.
Perubahan kacamata / pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.
v Tanda
à
Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak). Pupil menyempit dan
merah / mata keras dengan kornea berawan (glaucoma akut). Peningkatan air mata.
4.
Nyeri/
kenyamanan
v Gejala
à
Ketidaknyamanan ringan/ mata berair (glaukoma kronis). Nyeri tiba-tiba/ berat
menetap atau tekanan pada sekitar mata, sakit kepala (glaucoma akut)
Pengkajian 11 Fungsional Gordon
1. Pola Persepsi Dan Penanganan
Kesehatan
v Tanyakan
persepsi Pasien terhadap penyakitnya
v Tanyakan
tentang penggunaan obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid, klorokuin ,
klorpromazin, ergotamine, pilokarpin)
v Tanyakan
tentang penggunaan alcohol, dan tembakau
2. Pola Nutrisi Metabolik
v Tanyakan
kebiasaan makanan yang dikonsumsi Pasien, apakah Pasien sebelumnya jarang
mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin A, dan vitamin E
3. Pola Eliminasi
v Tanyakan
bagaimana pola BAB dan karakteristiknya
v Berapa
kali miksi dalam sehari, karakteristik urin
v Adakah
masalah dalam proses miksi, adakah penggunaan alat bantu untuk miksi
4. Pola Aktivitas Latihan
v Perubahan
aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan
5. Pola Istirahat - Tidur
v Tanyakan
apakah terjadi masalah istirahat/tidur yang berhubungan dengan gangguan
penglihatan (seperti: pusing)
v Bagaimana
perasaan Pasien setelah bangun tidur? Apakah merasa segar atau tidak?
6. Pola Kognitif - Persepsi
v Apakah
Pasien mengalami kesulitan saat membaca
v Apakah
menggunakan alat bantu melihat
v Bagaimana
visus
v Apakah
ada keluhan pusing dan bagaimana gambarannya
7. Pola Persepsi dan Sensori
v Bagaimana
Pasien menggambarkan dirinya
v Apakah
sering merasa marah, cemas, takut, depresi, karena terjadi perubahan dalam
penglihatan.
8. Pola Peran dan Hubungan
v apa
pekerjaan Pasien
v Tanyakan
tentang system pendukung dalam kehidupan Pasien seperti: pasangan, teman.
v Tanyakan
apakah ada masalah keluarga berkenaan dengan perawatan penyakit Pasien
9. Pola Seksualitas - Reproduksi
v Tanyakan
masalah seksual Pasien yang berhubungan dengan penyakitnya
v Tanyakan
kapan Pasien mulai menopause dan masalah kesehatan terkait dengan menopause
v Tanyakan
apakah Pasien mengalami kesulitan/perubahan dalam pemunuhan kebutuhan seks
10. Pola Koping dan Toleransi Stres
v apakah
ada perubahan besar dalam kehidupan dalam beberapa tahun terakhir
v apa
yang dilakukan Pasien dalam menghadapi masalah dan apakah tindakan tersebut
efektif untuk mengatasi masalah tersebut atau tidak
v Apakah
ada orang lain tempat berbagi dan apakah orang tersebut ada sampai sekarang
v Apakah
ada penggunaan obat untuk penghilang stress
11. Pola Keyakinan-Nilai
v Tanyakan
apakah ada pengaruh agama dalam kehidupan
v Tanyakan
apakah ada pantangan keagamaan
2.
DIAGNOSA
v Gangguan persepsi
sensori penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori dariorgan penerima.
v Gangguan citra
tubuh berhubungandengan pembedahan
kepala leher,efek samping penanganan, factorbudaya atau
spiritual yangberpengaruh pada perubahanpenampilan
v Kecemasan atau ansietas
b.d kurangnya pemahaman terhadap perawatan pascaoperatif..
v Nyeri akut berhubungan dengan
trauma, peningkatan TIO, imflamasi, intervensi bedah, atau pemberian tets mata
dilator.
v Resiko
tinggi cedera yang berhubungan dengan penurunan lapang pandang.
v Kurang pengetahuan
berhubungan dengan kurangnya informasi tentang kondisi prognosis dan pengobatan
proses penyakit ditandai dengan keluarga merasa bingung
3.
INTERVENSI
No
|
Dx.
Keperawatan
|
Tujuan
Dan Criteria Hasil
|
Intervensi
|
1
|
Gangguan
rasa nyaman berhubungan dengan imflamasi pascabedah
|
Setelah
diberikan asuhan keperawatan
diharapkan klien dapat melakukan tindakan untuk mengurangi
nyeri/fotofobia/eksudasi. Dan menunjukkan perbaikan keluhan dengan criteria
hasil:
-
penurunan skala nyeri
-
Pasien tidak tampak gelisah
-
TTV normal
|
1.
Kompres tepi palpebra atau mata dalam keadaan tertutup dengan larutan
salin selama kurang lebih 3 menit.
2.
Usap eksudat secara perlahan dengan kapas yang sudah dibasahi salin dan
setiap mengusap hanya dipakai satu kali.
3.
Beritahu klien agar tidak menutup mata yang sakit
4.
Anjurkan pada klien wanita dengan konjungtivitis alergi agar menghindari
atau mengurangi penggunaan taarias hingga semua gejala konjungtivitis hilang.
Bantu klien mengidentifikasi sumber allergen yang lain. Tekankan pentingnya
kacamata pelindung bagi klien yang bekerja dengan bahan kimia iritan.
|
2
|
Resiko
tinggi cedera yang berhubungan dengan penurunan lapang pandang.
|
Setelah
diberikan asuhan keperawatan diharapkan tidak terjadi gangguan penglihatan
pada pasien.
|
1.
Bersihkan sekret mata dengan cara yang benar.
2.
Perhatikan keluhan penglihatan kabur yang dapat terjadi setelah
penggunaan tetes mata dan salep mata
3. Gunakan
kaca mata gelap
|
3
|
Harga
diri rendah berhubungan dengan perubahan actual dalam penampilan ditandai
dengan mata merah dan edema kelopak mata.
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 X 24 jam
diharapkan klien tidak merasa malu dan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan
fisiknya dengan criteria hasil:
- pasien menyatakan gambaran diri lebih nyata.
|
1. Buat
hubungan terapiutik perawat pasien.
2.
Tingkatkan konsep diri tanpa penilain moral
3.
Dorong pasien untuk menghargai hidup sendiri dengan cara lebih sehat
dengan membuat sendiri dan menerima diri sebagai diri sendiri saat ini.
|
4.
IMPLEMENTASI
Implementasi
dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan oleh perawat terhadap pasien.
5.
EVALUASI
Evaluasi
dilaksanakan berdasarkan tujuan dan outcome.
DAFTAR
PUSTAKA
ü Bruce,
James. 2007.Lecture notes oftamologi hal 44-45. Erlangga Medical
Series:Jakarta.
ü Carpenito
,Lynda Juall.2006.Buku Saku Diagnosis Keperawatan Ed 10.Jakarta:EGC
ü Istiqomah,Indriana
N.2005.Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. Jakarta:EGC
ü Sidarta,
ilyas.2002.Dasar teknik pemeriksaan dalam ilmu penyakit mata. Fakultas
Kedokteran UI:Jakarta.
ü Sidarta,
ilyas.2002.Ilmu penyakit mata Edisi ke-2 hal. 88-89. Sagung seto:Jakarta.
No comments:
Post a Comment