Juniartha Semara Putra
KONSEP DASAR ASUHAN
KEPERAWATAN PASIEN ATEROSKLEROSIS DAN ARTERIOSKLEROSIS
A. KONSEP
DASAR PENYAKIT
1. DEFINISI
/ PENGERTIAN
Arteriosklerosis atau pengerasan arteri adalah suatu proses
dimana serabut otot dan lapisan endotel arteri kecil dan arteriola mengalami
penebalan.
Aterosklerosis
merupakan proses yang berbeda yang menyerang tunika intima arteri besar dan
medium. Proses tersebut meliputi penimbunan lemak, kalsium, komponen darah,
karbohidrat dan jaringan fibrosa pada tunika intima arteri. Penimbunan tersebut
dikenal sebagai “ateroma” atau “plak”.
2. ETIOLOGI
/ FAKTOR RISIKO
a. Faktor
risiko yang tidak dapat dimodifikasi : usia diatas 40 tahun dan jenis kelamin
laki-laki.
b. Faktor
risiko yang dapat dimodifikasi : diet tinggi lemak / kolesterol, tekanan darah
tinggi, diabetes melitus dan merokok.
1) Diet
tinggi lemak : lemak, yang tak larut dalam air, terikat dengan lipoprotein yang
larut dalam air, yang memungkinkan dapat diangkut dalam system peredaran darah.
Tiga elemen metabolisme lemak antara
lain : kolesterol total, LDL, HDL. LDL menyebabkan efek berbahaya pada dinding
arteri dan mempercepat proses aterosklerosis.
2) Hipertensi
dapat mempercepat pembentukan lesi aterosklerotik pada pembuluh darah
bertekanan tinggi, dapat menyebabkan stroke.
3) Diabetes
Melitus juga mempercepat proses aterosklerotik dengan menebalkan membran basal
pembuluh darah basar maupun kecil.
4) Merokok
adalah salah satu faktor risiko yang paling kuat. Nikotin akan menurunkan
aliran darah ke ekstremitas dan meningkatkan frekuensi jantung dan tekanan
darah dengan menstimulasi system saraf simpatis. Selain itu nikotin juga
meningkatkan kemungkinan pembentukan bekuan darah dengan cara meningkatkan
agregasi trombosit. Karena karbon monoksida mengikat hemoglobin lebih cepat dibandingkan
oksigen maka hal tersebut dapat menurunkan jumlah oksigen jaringan. Jumlah
rokok yang dihisap berbanding langsung dengan parahnya penyakit. Menghentikan
rokok dapat menurunkan risiko.
5) Faktor
lain seperti obesitas, stres, dan kurang gerak diidentifikasi ikut berperan
dalam psoses penyakit ini. Semakin banyak factor risiko yang dimiliki, semakin
tinggi pula kemungkinan terjadinya penyakit ini.
3. PATOFISIOLOGI
Akibat langsung aterosklerosis pada arteri meliputi
penyempitan (stenosis) lumen,obstruksi oleh trombosis, aneurisma (dilatasi
abnormal pembuluh darah), ulkus dan ruptur. Akibat tidak langsungnya adalah
malnutrisi dan fibrosis organ yang disuplai oleh arteri yang sklerotik
tersebut. Semua sel yang berfungsi aktif memerlukan suplai darah yang kaya akan
nutrisi dan oksigen dan peka terhadap setiap penurunan suplai nutrisi tersebut.
Bila penurunan tersebut berat dan permanen, sel-sel tersebut akan mengalami
nekrosis (kematian sel akibat kekurangan aliran darah) dan diganti oleh
jaringan fibrosa yang tidak memerlukan banyak nutrisi.
Aterosklerosis terutama mengenai arteri utama
sepanjang percabangan arteri biasanya berbentuk bercak-bercak. Cabang arteri
yang terkena biasanya pada bagian bifurkasio. Banyak teori berusaha menjelaskan
mengapa dan bagaimana ateroma terbentuk. Lesi utama yaitu ateroma merupakan
plak lemak dengan penutup jaringan fibrosa perlahan-lahan menutup lumen
pembuluh darah. Tidak satupun teori yang secara lengkap menjelaskan
patogenesisnya, namun beberapa bagian dari berbagai teori tersebut dapat
dikombinasikan menjadi teori “Reaksi terhadap Cedera.”
Menurut teori ini cedera sel endotelial pembuluh
darah diakibatkan oleh gaya hemodinamika berkepanjangan seperti gaya-gaya
robekan dan aliran turbulensi, radiasi, bahan kimia, atau hiperlipidemia kronis
terjadi pada system arteri. Cedera pada endotelium meningkatkan agregasi
trombosit dan monosit pada tempat cedera. Sel otot polos akan bermigrasi dan
berploriferasi sehingga terbentuklah matriks kolagen dan serabut elastis.
Mungkin tidak ada penyebab atau mekanisme tunggal dalam pembentukan
aterosklerosis melainkan melibatkan berbagai proses.
Secara morfologis lesi aterosklerosis terdiri atas
dua jenis : bercak lemak dan plak fibrosa. Bercak lemak berwarna kuning dan
halus, sedikit menonjol kedalam lumen arteri dan tersusun atas lemak dan
sel-sel otot polos yang memanjang. Lesi seperti ini dapat dijumpai pada semua
kelompok umur termasuk anak-anak. Belum jelas apakah bercak lemak tersebut
merupakan predisposisi pembentukan plak fibrosa atau dapat menghilang lagi.
Biasanya tidak menimbulkan gejala klinis.
Plak fibrosa merupakan ciri khas aterosklerosis,
tersusun oleh sel otot polos, serabut kolagen, komponen plasma dan lemak.
Berwarna putih sampai kuning keputihan dan menonjol dalam berbagai derajat ke
lumen, sampai suatu saat tonjolan tersebut menyumbat. Plak ini terutama
ditemukan di aorta abdominal, arteri koroner, poplitea dan karotis interna.
Plak ini dianggap tidak reversible.
Penyempitan bertahap lumen arteri saat proses
penyakit berkembang, menstimulasi perkembangan sirkulasi kolateral. “jalan
pintas” pembuluh darah tersebut memungkinkan perfusi berlanjut ke jaringan di
bagian atas sumbatan arteri, tetapi biasanya tidak mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan metabolismenya dan terjadilah iskemia. Pembuluh kolateral bisa memenuhi
kebutuhan jaringan atau bisa juga tidak.
Skema patofisiologi penyakit dikaitkan dengan
munculnya masalah keperawatan dapat dilihat pada lampiran.
4. MANIFESTASI
KLINIS
Tanda dan
gejala klinis akibat aterosklerosis tergantung pada organ atau jaringan yang
terkena. Aterosklerosis koroner (penyakit jantung), angina dan infark
miokardium dibahas tersendiri oleh kelompok lain. Bila mengenai otak dapat
menyebabkan penyakit serebrovaskuler seperti iskemia serebral transien atau TIA
dan stroke. Pada aorta dan lesi aterosklerotik pada ekstremitas juga dapat
terjadi.
Bila terjadi oklusi atau sumbatan pada arteri
perifer maka akan timbul gejala seperti nyeri saat aktifitas dan hilang saat
istirahat (klaudisio intermiten), nyeri yang terus menerus (saat istirahat)
dapat terjadi jika oklusi semakin berat dan terjadi iskemia kronis. Perubahan
warna kulit seperti menjadi pucat atau sianosis dan pada palpasi terasa dingin.
Akibat suplai nutrisi yang kurang akan terjadi
tanda-tanda hilangnya rambut, kuku rapuh, kulit kering dan bersisik, atropi dan
ulserasi. Bias juga terjadi edema bilateral atau unilateral akibat posisi
ekstremitas yang terlalu lama menggantung.
5. PENATALAKSANAAN
MEDIS
Penatalaksanaan aterosklerosis secara tradisional
tergantung pada modifikasi faktor risiko, obat-obatan dan prosedur bedah tandur
(penggabungan dua pembuluh darah yang masih memiliki aliran bagus). Pemberian
obat-obatan untuk menurunkan kadar lemak darah disertai modifikasi diet dan
latihan. Jenis obat yang digunakan antara lain : sekuestran asam empedu (kolestiramin
atau kolestipol), asam nitrotinat, statin lovastatin, mavastin dan
simpastatin), asam fibrat (gemfibrosil) dan terapi penggantian estrogen.
Prosedur bedah tandur dilakukan berdasarkan pada
angiogram yang dapat memperlihatkan tingkat obstruksinya. Prosedur bedah
vaskuler dibagi menjadi 2 kelompok yaitu inflow yang menyuplai darah dari aorta
ke arteri femoralis, dan prosedur outflow yang menyuplai darah ke pembuluh di
bawah arteri femoralis.
Bila obstruksi terletak setinggi aorta atau arteri
iliaka, diperlukan inflow darah yang baru. Prosedur bedah pilihan adalah tandur
aorta bi iliaka. Bila mungkin anastomosis bagian distalnya disambungkan pada
arteri iliaka, sehingga seluruh prosedur pembedahan dapat dikerjakan seluruhnya
dalam abdomen. Namun bila arteri iliaka mengalami penyumbatan atau aneurisma,
anastomosis distalnya harus disambungkan ke arteri femoralis (aorta bifemoral).
Bila dilakukan inflow pada pasien namun kondisi pasien tersebut tidak memungkinkan
untuk pembedahan abdomen, yang dapat menyebabkan berbagai variasi tekanan darah
dan memerlukan waktu pembedahan yang lama, maka dapat dilakukan prosedur inflow
dari arteri aksilaris ke arteri femoralis.
Kedua arteri aksilaris dapat dipakai untuk inflow. Hal
ini penting karena kebanyakan pasien tersebut juga mengalami penyumbatan
pembuluh darah seperti gagal ginjal kronis yang memerlukan cuci darah.
Misalnya, bila digunakan arteri aksilaris kanan, maka dapat disambungkan ke
tandur yang disambungkan ke arteri femoralis kiri (bila arteri femoralis ini
adekuat) untuk menyuplai kedua tungkai. Jadi pasien menerima tandur
aksiler-femoral dari kanan ke kiri. Apabila kedua sisi memerlukan darah, maka
tandur aksiler-bifemoral lebih diutamakan.
Apabila penyumbatan aterosklerosis terletak di bawah
ligamen inguinalis di arteri femoralis superfisialis, pembedahan pilihannya
adalah tandur femoral popliteal. Bila anastomosis distal dilakukan di atas
lutut mungkin perlu dipakai bahan prostetis untuk tandur. Namun bila
anastomosis distalnya di bawah lutut, yang diperlukan adalah tandur vena safena
agar tetap paten.
Pembuluh darah yang tersumbat di daerah tungkai
bawah dan pergelangan kaki juga memerlukan tandur. Terkadang seluruh arteri
poplitea tersumbat dan hanya terdapat sirkulasi kolateral. Oleh sebab itu tandur
dibuat dari femoral ke arteri tibialis atau arteri peroneal. Tandur memerlukan
vena asli agar tetap paten. Vena asli adalah vena autolog, biasanya vena safena
magna atau parva atau kombinasi keduanya untuk memperoleh panjang yang
diperlukan. Kepatenan tandur ditentukan oleh berbagai hal mencakup ukuran
tandur, lokasi tandur, dan terjadinya hiperplasi lapisan intima pada tempat
anastomosis.
Berbagai teknik sinar X terbukti sebagai terapi yang
dianjurkan pada prosedur pembedahan. Angioplasti laser adalah teknik dimana
gelombang cahaya yang kuat disalurkan malalui kateter serat optic. Gelombang
laser akan memanaskan ujung kateter perkutan dan menguapkan plak
aterosklerosis. Alat artektomi rotasional dapat mengangkat lesi dengan
mengabrasi plak yang telah menyumbat arteri secara total. Kelebihan laser,
angioplasty dan artektomi adalah waktu untuk dirawat di rumah sakit menjadi
singkat
B. KONSEP
DASAR ASKEP
1. PENGKAJIAN
KEPERAWATAN
Data yang harus
dikaji pada pasien yang mengalami aterosklerosis atau arteriosklerosis sangat tergantung pada lokasi yang terkena.
Bila pembuluh darah koroner yang terkena maka tanda dan gejala klinisnya sesuai
dengan tanda dan gejala klinis angina pectoris atau infark miokard akut. Bila
otak yang terkena maka tanda dan gejala klinis yang dikaji sesuai dengan kasus
stroke. Penyakit angina pectoris, infark miokard dan stroke akan dibahas
tersendiri. Pengkajian keperawatan yang akan kami fokuskan disini adalah
gangguan perfusi perifer selain yang mengenai organ tersebut di atas.
Data subyektif
yang mungkin didapat : nyeri mendadak atau dirasakan pilu, kram, kelelahan atau
kelemahan. Nyeri istirahat bersifat menetap, ngilu, dan tidak nyaman dan
biasanya terjadi di bagian distal ekstremitas. Perasaan dingin atau baal pada
ekstremitas terjadi akibat penurunan aliran arteri. Kaji pula tingkat
pengetahuan pasien tentang perawatan penyakitnya.
Data obyektif
yang mungkin didapat : ekstremitas yang terkena akan tampak pucat saat
ditinggikan dan sianosis saat tergantung. Warna dan suhu ekstremitas dicatat.
Perubahan kulit dan kuku, ulkus, gangren dan atropi otot bisa tampak jelas.
Kuku mungkin menebal dan keruh, kulit mengkilap, atropi dan kering disertai
pertumbuhan rambut yang jarang. Denyut nadi perifer dapat melemah atau hilang
sama sekali.
- DIAGNOSA KEPERAWATAN / POTENSIAL
KOMPLIKASI
a. Bila
mengenai jaringan perifer ;
1) Gangguan
perfusi jaringan perifer b.d gangguan sirkulasi.
2) Nyeri
b,d gangguan kemampuan pembuluh darah menyuplai oksigen ke jaringan,
3) Risiko
kerusakan integritas kulit b.d gangguan sirkulasi.
b. Bila
dilakukan tindakan pembedahan
Ø Pra
Bedah :
4) Ansietas
b.d rencana pembedahan yang kompleks.
Ø Post
Bedah :
5) Nyeri
akut b.d terpotongnya saraf akibat luka operasi.
6) Risiko
infeksi b.d adanya port de entry (lika operasi)
7) Risiko
kerusakan integritas kulit b.d luka operasi.
c. Bila
dianjurkan modifikasi gaya hidup :
8) Kurang
Pengetahuan tentang modifikasi gaya hidup b.d kurang informasi.
- RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Bila
mengenai arteri perifer.
1) Gangguan
perfusi jaringan :
Ø Pantau
tanda-tanda kecukupan perfusi jaringan.
Ø Anjurkan
untuk menurunkan ekstremitas di bawah jantung.
Ø Dorong
pasien melakukan latihan jalan atau latihan ekstremitas bertahap.
Ø Jaga
suhu hangat dan hindari suhu dingin.
Ø Anjurkan
pasien untuk tidak merokok.
Ø Beri
penyuluhan cara menghindari gangguan emosi dan penatalaksanaan stres.
Ø Anjurkan
untuk menghindari menyilang kaki.
2) Mengatasi
nyeri :
Ø Kaji
respons pasien terhadap nyeri.
Ø Jelaskan
penyebab nyeri.
Ø Ajarkan
teknik distraksi dan relaksasi.
Ø Kolaborasi
pemberian analgetik.
3) Mencegah
kerusakan integritas kulit :
Ø Pantau
tanda-tanda kerusakan integritas kulit.
Ø Instruksikan
cara menghindari trauma terhadap ekstremitas.
Ø Dorong
pemakaian sepatu dan bantalan pelindung pada daerah yang tertekan.
Ø Dorong
pasien agar menjaga hygiene dengan ketat, mandi dengan sabun netral,
mengoleskan pelembab, memotong kuku dengan hati-hati.
Ø Jelaskan
dan anjurkan tentang asupan nutrisi yang baik, suplemen vitamin B dan C yang
adekuat dan protein, serta mengontrol obesitas.
b. Bila
dilakukan pembedahan
Pra Bedah :
4) Menurunkan
ansietas :
Ø Kaji
dan pantau tanda ansietas yang terjadi.
Ø Jelaskan
prosedur pembedahan secara sederhana sesuai tingkat pemahaman pasien.
Ø Diskusikan
ketegangan dan harapan pasien.
Ø Perkuat
faktor-faktor pendukung untuk mengurangi ansiates.
Post Bedah :
5) Mengatasi
nyeri akut :
Ø Kaji
dan pantau tanda-tanda nyeri.
Ø Jelaskan
penyebab nyeri.
Ø Ajarkan
teknik distraksi dan relaksasi.
Ø Kolaborasi
pemberian analgetik.
6) Risiko
infeksi :
Ø Kaji
dan pantau tanda-tanda infeksi.
Ø Jelaskan
hal-hal yang harus dihindari agar luka tidak infeksi.
Ø Rawat
luka dangan teknik sepsis dan asepsis.
Ø Kolaborasi
pemberian antibiotika.
7) Risiko
kerusakan integritas kulit :
Ø Kaji
dan pantau tanda-tanda kerusakan integritas kulit.
Ø Anjurkan
untuk selalu menjaga agar luka tetap kering dan bersih.
Ø Anjurkan
diet dengan makanan bergizi tinggi dan suplemen vitamin.
Ø Kolaborasi
obat untuk mempercepat pertumbuhan jaringan kulit.
c. Jika
dianjurkan modifikasi gaya hidup :
8) Kurang
pengetahuan tentang cara memodifikasi gaya hidup.
Ø Kaji
tingkat pengetahuan pasien.
Ø Jelaskan
cara-cara memodifikasi gaya hidup (diet dan latihan).
Ø Diskusikan
hambatan dan dukungan dalam memodifikasi gaya hidup.
- EVALUASI KEPERAWATAN
a. Bila
mengenai jaringan perifer :
1) Gangguan
perfusi jaringan : suplai darah arteri ke ekstremitas meningkat (teraba hangat,
warna kemerahan/tidak pucat).
2) Nyeri
: pasien mengalami penurunan nyeri dan menggunakan analgetik dengan baik.
3) Kerusakan
integritas kulit : integritas kulit terjaga, tidak terjadi trauma dan iritasi
kulit.
b. Bila
dilakukan pembedahan
Pra bedah :
4) Ansietas
: tanda dan gejala ansietas menurun.
Pasca bedah :
5) Nyeri
akut : nyeri pasca bedah terkontrol.
6) Risiko
infeksi : infeksi luka operasi tidak terjadi.
7) Risiko
kerusakan integritas kulit : kulit tampak terawat baik, integritas kulit
terjaga.
c. Bila
dianjurkan modifikasi gaya hidup :
8) Kurang
pengetahuan : pemahaman pasien meningkat, pasien menunjukkan
mengikuti anjuran modifikasi gaya
hidup dengan baik.
No comments:
Post a Comment