Juniartha Semara Putra
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
SYOK KARDIOGENIK
A.
Konsep Dasar Penyakit
1.
Definisi
Syok kardiogenik merupakan keadaan gawat
darurat jantung yang disebabkan
oleh kegagalan fungsi pompa jantung yang mengakibatkan curah jantung menjadi
berkurang atau berhenti sama sekali . Syok ini dapat
timbul akibat infak miokard akut ( IMA ) yang luas menimbulkan iskemik,
injuri sampai infaks dengan gangguan irama jantung, atau
sebagai fase terminal dari beberapa penyakit jantung lainnya.
2.
Epidemiologi
Angka kejadian 1 dari 6 penderita IMA yang
dirawat berakhir dengan syok kardigenik dan merengut nyawa sekurang – kurangnya
100.000 orang setiap tahun di Amerika Serikat. Upaya di beberapa Negara telah
berhasil menurunkan mortalitas IMA dari 30 % menjadi 15 % . Sedangkan 70 – 80 %
penderita dengan syok kardiogenik tidak berhasil di diselamatkan dibanding
dengan komplikasi lainnya, misalnya payah jantung kongesti berat dengan angka
kematian 50 % dan tanpa penyulit motalitasnya kurang dari 10 %.
3.
Etiologi dan factor predisposisi
a.
Etiologi
Syok kardiogenik biasanya disebabkan oleh
gangguan mendadak pada fungsi jantung atau akibat penurunan fungsi kontraktil
jantung kronik.
Seperti
:
- Infak miokard akut dengan
segaala komplikasinya
- Miokarditis akut
- Tamponade jantung akut
- Endokarditis infektif
- Trauma jantung
- Ruptur korda tendinea
spontan
- Kardiomiopati pada tingkat
akhir
- Stenosis varvular berat
- Regurgitasi valvular akut
- Miksoma atrium kiri
- Komplikasi bedah jantung
b.
Faktor
predisposisi
Dari beberapa penelitian dilaporkan adanya
factor – factor
predisposisi timbulnya syok kardiogenik,
seperti :
- Umur yang relative tua ( > 60 tahun )
- Riwayat payah jantung
- Infak lama dan baru
- IMA yang meluas secara progresif
- Komplikasi mekanik IMA ( septum robek,
insufisiensi
mitral, disenergi ventrikel)
- Faktor ekstramiokardial : obat-obat penyabab
hipotensi
atau
hipovolemia.
4.
Patofisologi
Syok
kardiogenik merupakan kondisi yang terjadi sebagai serangan jantung pada fase
termimal dari berbagai penyakit jantung. Berkurangnya ke aliran darah koroner
berdampak pada supply O2 kejaringan
khususnya pada otot jantung yang semakin berkurang, hal ini akan
menyababkan iscemik miokard pada fase awal, namun bila berkelanjutan akan menimbulkan injuri sampai infark
miokard. Bila kondisi tersebut tidak tertangani dengan baik akan menyebabkan
kondisi yang dinamakan syok kardiogenik. Pada kondisi syok, metabolisme
yang pada fase awal sudah mengalami
perubahan pada kondisi anaerob akan semakin memburuk sehingga produksi asam
laktat terus meningkat dan memicu
timbulnya nyeri hebat seperti terbakar maupun
tertekan yang menjalar sampai leher dan lengan kiri, kelemahan fisik
juga terjadi sebagai akibat dari penimbunan asam laktat yang tinggi pada darah.
Semakin Menurunnya kondisi pada fase syok otot jantung semakin kehilangan
kemampuan untuk berkontraksi utuk memompa darah. Penurunan jumlah strok volume
mengakibatkan berkurangnnya cardiac output atau berhenti sama sekali. Hal tersebut menyebakkan suplay darah maupun
O2 sangatlah menurun kejaringan, sehingga menimbulkan kondisi penurunan
kesadaran dengan akral dinging pada ektrimitas, Kompensasi dari otot jantung
dengan meningkatkan denyut nadi yang
berdampak pada penurunan tekanan darah Juga tidak memperbaiki kondisi penurunan
kesadaran. Aktifitas ginjal juga terganggu pada penurunan cardiac output,yang
berdampak pada penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR ). Pada kondisi ini
pengaktifan system rennin, angiotensin dan aldostreron akan , menambah retensi
air dan natrium menyebabkan produksi
urine berkurang( Oliguri <
30ml/ jam) . Penurunan kontraktilitas
miokard pada fase syok yang menyebabkan adanya
peningkatan residu darah di ventrikel, yang mana kondisi ini akan semakin memburuk pada
keadaan regurgitasi maupun stenosis valvular .Hal tersebut dapat mennyebabkan bendungan
vena pulmonalis oleh akumulasi cairan maupun refluk aliran darah dan akhirnya memperberat kondisi edema
paru. (Perjalan Penyakit dapat dilihat
pada gambar)
5.
Gejala Klinis
-
Gejala dapat timbul
tiba – tiba dalam waktu 4- 6 jam setelah infark sebagi akibat gangguan miokard masif
atu rupture dinding ventrikel kiri
-
Gejala timbul perlahan dalam beberapa hari sebagi
akibat infark berulang.
-
Timbul tiba – tiba 2
hingga 10 hari setelah infark disertai timbulnya bising mitral sistolik,
rupture atau disosiasi elekromekanik. Episode
ini dapat disertai atau tanpa nyeri dada, tapi sering disertai dengan
sesak napas akut.
-
Keluhan nyeri dada didaerah
substernal, rasa seperti ditekan, diperas,diikat, dicekik dan disertai rasa
takut,rasa neri menjalar keleher, rahang, lengan. Nyeri bisanya hebat
berlangsung lebih dari ½ jam, tidak menghilang dengan obat – obatan nitrat.
6.
Pemeriksaan fisik
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik yang sering
timbul :
-
Gejala hipoperfusi
jaringan kulit ; dioforesis ( Kulit
Lembab ), pucat, akral dingin, sianosis, vena –vena pada punggung tangan dan
kaki kolaps.
-
Gangguan fungsi
mental, gelisah, berontak,apatis, bingung.penurunan kesadaran hingga koma
-
Oliguria(<30/jam )
-
Pernapasan cepat (
Takipnea) dan dalam, Ronki akibat bendungan paru.
-
Denyut nadi cepat (
Kecuali dijumpai blok A-V)
-
Bunyi jantung lemah
dengan bunyi jantung S 3
-
Prikardium diskinetik
-
Bising jantung berasal
dari disfungsi valvular ( Aorta atau Mitral )
-
Pulsus paradoksus pada
infark atau tamponade jantung.
-
Tekanan arterial
sistolik < 90 mmHG (hipotensi absolute) atau paling tidak 60 mmHg dibawah
tekan basal ( hipotensi relative ).
7.
Pemeriksaan diagnostic
Evaluasi umum
a.
Pemeriksaan
laboratorium
-
Elektrolit; mungkin berubah karena perpindahan cairan
atau penurunan fungsi ginjal, terapi diuretic.
-
AGD; Gagal ventrikel kiri ditandai alkalosis
respiratorik atau hipoksemia dengan peningkatan tekanan karbondioksida.
-
Enzim jantung; meningkat bila terjadi kerusakan
jaringan-jaringan jantung,missal infark miokard (Kreatinin fosfokinase/CPK,
isoenzim CPK dan Dehidrogenase Laktat/LDH, isoenzim LDH).
b.
Radiologi.
-. Menunjukkan pembesaran jantung atau normal Bayangan mencerminkan
dilatasi atau hipertrofi bilik atau perubahan dalam pembuluh darah atau
peningkatan tekanan pulmonal.
-
Edema paru interstisial / alveolar
-
Mungkin ditemukan efusi pleura
c.
Elektrokardiogram
Memberikan evaluasi umum seperti :
-
Umumnya menunjukkan
infark miokard akut dengan atau gelobang Q
-
Elektrikal alternans menunjukkan adanya efusi
pericardial dengan tamponade jantung
Evaluasi khusus
a. Elektrokardiografi
Evaluasi khusus sangat penting
untuk menilai :
-
Hipokonesis berat
ventrikel difus atau segmental ( bila berasal dari infark miokard )
-
Efusi pericardial
-
Katup mitral dan aorta
yang mengalami regurgitasi maupun stenosis
-
Ruptur septum
8.
Diagnosis
Diagnosis
kemungkinan berikut ini harus dipertimbangkan dan dieleminir secara cepat dan
tepat. Akan tetapi tidak boleh ada penundaan
pemantauan hemodinamika dan pemberian terapi , seperti :
-
Syok hipovolemik atau
sepsis
-
Diseksi aorta
-
Emboli paru
-
Tamponade jantung akut
-
Pengaruh obat – obatan
yang berlebihan
-
Ketoasidosis diabetic
-
Penyakit pembuluh
darah otak
-
Perdarahan internal
akut
-
Pneumotoraks tension
-
Insufisiensi
pernapasan akut
9.
Theraphy /
tindakan penanganan
-
Etiologi syok harus
ditentukan secapat mungkin
-
Pemantauan hemodinamik
( kalau mungkin memakai kateter Swan Ganz )
-
Pemberian oksigen(
kalau mungkin oksigen 28 – 48 % dengan venture face mask )
-
Menghilangkan nyeri
dengan morfin bisa diberikan 4 – 8 mg intravena
-
Berikan dopamin 2-
15µg /kg/m, norepineprin2-20 µg /kg/m atau dobotamin2,5 – 10 µg /kg/m untuk
meningkatkan tekanan perfusi arterial dan kontraktilitas. Boleh juga diberikan
amrinor intravena ( kalau ada )
-
Cairan intavena mutlak
diberikan , kalau mungkin berikan dextran 40 .
-
Furosemid 40 – 80 mg
atau asam etakrinik 50 mg( bila ada bendungan paru ) .Diuretik diberikan untuk
membantu vasodilatasi vena dan diuresis, hingga bendungan paru dan kelebihan
volume cairan tubuh dapat berkurang sehinga oksigenasi darah meningkat.
-
Digitalis hanya
diberikan pada takikardia supraventrikel dan fibrilasi atrial
-
Vasodilatasi hanya
diberikan bila dijumpai vasokontriksi perifer hebat dan penderita dipantau
ketat secara hemodinamik.
-
Tindakan pintas
koroner dan angioplasty darurat kalu perlu
-
Bila mungkin pasang CVP.
B.
Konsep Dasar Asuhan
Keperawatan
1.
Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien dengan syok
kardiogenik , dengan data fokus pada :
a. Aktivitas
-
Gejala : kelemahan, kelelahan
-
Tanda : takikardia, dispnea pada
istirahat atau aktivitas, perubahan warna kulit kelembaban, kelemahan umum
b.
Sirkulasi
-
Gejala : riwayat AMI sebelumnya,
penyakit arteri koroner, GJK, masalah
TD,
diabetes mellitus
-
Tanda : tekanan darah turun <90 mmhg atau dibawah, perubahan postural
dicatat dari tidur sampai duduk berdiri, nadi cepat tidak kuat atau lemah,
tidak teratur, BJ ekstra S3 atau S4 mungkin menunjukan gagal jantung atau
penurun an kontraktilitas ventrikel, Gejala
hipoperfusi jaringan kulit ; dioforesis
( Kulit Lembab ), pucat, akral dingin, sianosis, vena – vena pada punggung
tangan dan kaki kolaps
c.
Eliminasi
-
Gejala : Produksi urine < 30 ml/ jam
-
Tanda : oliguri
d.
Nyeri atau ketidaknyamanan
-
Gejala : nyeri dada yang timbulnya mendadak dan sangat hebat, tidak hilang
dengan istirahat atau nitrogliserin, lokasi tipikal pada dada anterio
substernal, prekordial, dapat menyebar ketangan, rahang, wajah, Tidak tentu lokasinya seperti
epigastrium, siku, rahang,abdomen,punggung, leher, dengan kualitas chorusing,
menyempit, berat,tertekan , dengan skala biasanya 10 pada skala 1- 10, mungkin
dirasakan pengalaman nyeri paling buruk yang pernah dialami.
-
Tanda : wajah meringis, perubahan postur tubuh, meregang, mengeliat,
menarik diri, kehilangan kontak mata, perubahan frekuensi atau irama jantung,
TD,pernafasan, warna kulit/ kelembaban ,bahkan penurunan kesadaran.
e.
Pernafasan
-
Gejala : dyspnea dengan atau tanpa kerja, dispnea nocturnal, batuk dengan
atau tanpa produksi sputum,penggunaan bantuan pernafasan oksigen atau
medikasi,riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis
-
Tanda : takipnea, nafas dangkal, pernafasan laboret ; penggunaan otot
aksesori pernafasan, nasal flaring, batuk ; kering/ nyaring/nonprodoktik/ batuk
terus – menerus,dengan / tanpa pembentukan sputum: mungkin bersemu darah, merah
muda/ berbuih ( edema pulmonal ). Bunyi nafas; mungkin tidak terdengar dengan
crakles dari basilar dan mengi peningkatan
frekuensi nafas, nafas sesak atau kuat, warna kulit; pucat atau sianosis, akral
dingin.
2.
Diagnosa
keperawatan
a.
Penurunan curah jantung b/d perubahan kontraktilitas miokardial/
perubahan inotropik
b. KerusakanPertukaran
gas b/d perubahan membran
kapiler-alveolar
c. Kelebihan volume cairan b/d
Penurunan ferfusi organ ginjal, peningkatan na / air, peningkatan tekanan
hidrostatik atau penurunan protein plasma( menyerap air dalam area
interstisial/ jaringan )
d.
Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan / penghentian aliran darah.
e. Nyeri
( akut ) b/d iskemik jaringan sekunder akibat sumbatan
atau penyempitan arteri koroner.
f. Intoleransi
aktifitas b/d Ketidak seimbangan antara suplai
oksigen dan kebutuhan, adanya iskemik/ nekrotik jaringan miokard.
g.
Pk injuri (jaringan serebral)
3.
Rencana Tindakan
dan Evaluasi
Dari
data diatas didapatkan diagnosa keperawatan sebagai beriku :
a.
Penurunan curah jantung b/d perubahan kontraktilitas miokardial/
perubahan inotropik
Ditandai dengan :
-
Tekanan arterial
sistolik < 90 mmHG (hipotensi absolute) atau paling tidak 60 mmHg dibawah
tekan basal ( hipotensi relative ),
perubahan postural dicatat dari tidur sampai duduk berdiri, nadi cepat tidak
kuat atau lemah, tidak teratur, BJ ekstra S3 atau S4 mungkin menunjukan gagal
jantung atau penurun an kontraktilitas ventrikel, Gejala hipoperfusi jaringan
kulit ; dioforesis ( Kulit Lembab ),
pucat, akral dingin, sianosis, vena – vena pada punggung tangan dan kaki kolaps,
Gangguan fungsi mental, gelisah, berontak,apatis, bingung.penurunan kesadaran hingga koma, Produksi urine < 30 ml/ jam( oliguri).
Intervensi dan
Rasional
-
Auskutasi TD . Bandingkan kedua tangan dan ukur dengan tidur, duduk,
berdiri jika memngkinkan .
Hipotensi dapat terjadi sehubungan dengan difungsi ventrikel, hipoperfusi
miokardia dan rangsanng vagal. Namun hipertensi juga fenomena umum, kemungkinan
berhubungan dengan nyeri , cemas, pengeluaran katekolmin, dan atau masalah
vakuler sebelumnya.Hipotensi ortistatik (postural)mungkin berhubungan dengan
komplikasi infark.
-
Evaluasi kualitas dan keamaan nadi sesuai
indikasi.
Penurunan curah jantung menyebabkan menurunnya kelemahan /kekuatan
nadi.Ketidakteraturan diduga disritmia , yang memerlukan evaluasi lanjut.
-
Catat terjadinya suara S3, S4
S3 terjadi pada GJK
tetapi juga terlihat pada gagal mitral(regugitasi)dan kelebihan kerja ventrikel
kiri yang disertai infark berat. S4 mungkin berhubungan dengan
iskemik miokard , kekakuan ventrikel, dan hipertensi pulmonal atau sistemik.
-
Catat adanya suara murmur/gesekan .
Menunjukan gangguan
aliran darah normal dalam jantung, contoh katup tak baik , kerusakan septum,
atau vibrasi otot papilar/korda tendenia.Adanya gesekan dengan infark juga
berhubungan dengan inflamasi , contoh efusi pericardial dan perikarditis.
-
Pantau frekuensi jantung dan irama. Catat
disritmia melalui telemetri.
Frekuensi dan irama
jaantung yang berspon terhadap obat dan ativitas sesuai dengan terjadinya
komplikasi /disritmia( Khususnya kontraksi ventrikel premature atau blok
jantung) , yang mempengaruhi fungsi jantung atau meningkatan kerusakan iskemik. Denyutan
/fibrilasi akut atau kronis mungkin terlihat pada arteri koroner atau
keterlibatan katup dan mungkin merupakan kondisi patologi.
-
Sediakan alat dan obat darurat.
Sumbaatan koroner tiba – tiba , disritmia letal, perluasan infark maupun
kondisi syok yang memburuk merupakan kondisi yang mencetuskan henti jantung,
yang memerlukan terapi penyelamat hidup segera.
-
Kolaborasi dalam pemberian oksigen tambahan , sesuai indikasi.
Meningkatan jumlah
sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard.
-
Kolaborasi untuk mempertahankan cara masuk IV/ hevarin – lok sesuai
indikasi .
Jalur yang paten
penting untuk pemberian obat darurat pada adanya disritmia dan nyeri dada.
-
Kolaborasi pada pemeriksaan ulang EKG , foto dada, pemeriksaan data
laboratorium(enzim jantung,GDA,elektrolit).
EKG dapat memberikan informasi sehubungan dengan kemajuan / perbaikan
kondisi syok kardiogenik, status fungsi ventrikel , keseimbangan elektrolit dan
efek obat.
Foto dada dapat menunjukan edema paru sehubungan dengan disfungsi
ventrikel.
Enzim jantung dapat
memantau perkembangan kodisi pasien, adanya hipoksia menunjukan kebutuhan
tambahan oksigen,keseimbangan elektrolit cotoh hipo/hiperkalemia sangat besar
berpengaruh terhadap irama jantung dan kontraksinya.
-
Kolaborasi dalam pemberian obat antidiritmia sesuai indikasi, dan bila
digunakan bantu pemasangan /mempertahankan pacu jantung.
Disritmia biasanya
pada secara simtomatis kecuali untuk PCV, dimana sering mengancam secara
profilaksis.
Pemacu merupakan
tindakan dukungan sementara selama fase akut/diperlukan secara permanen pada
kondisi yang berat merusak system konduksi ( Seperti :Syok Kardiogenik)
Evaluasi :
-
Mempertahan kan stabilitas hemodinamik, contoh TD , curah jantung dalam
rentang normal, haluaran urine adekuat, penurunan /tidak adanya disritmia.
-
Melaporkan penurunan episode dispneu angina.
-
Peningkatan toleransi terhadap aktifitas bertahap.
b. Kerusakan
pertukaran gas b/d perubahan membran kapiler-alveolar
Ditandai dengan :
-
takipnea, nafas dangkal, pernafasan laboret ; penggunaan otot aksesori
pernafasan, nasal flaring, batuk ; kering/ nyaring/nonprodoktik/ batuk terus –
menerus,dengan / tanpa pembentukan sputum: mungkin bersemu darah, merah muda/
berbuih ( edema pulmonal ). Bunyi nafas; mungkin tidak terdengar dengan crakles
dari basilar dan mengi peningkatan
frekuensi nafas, nafas sesak atau kuat, warna kulit; pucat atau sianosis, akral
dingin.
Intervensi dan
Rasional
-
Auskultsi bunyi nafas, catat krekels,suara mengi.
Menyatakan adanya
kongesti paru / pengumpulan secret menunjukan kebutuhan untuk intervensi lanjut.
-
Berikan posisi fowler/ semi fowler atau
disesuaikan dengan kondisi pasien.
Dengan posisi fowler / semi fowler dapat membantu pengembangan/ekspansi
paru sehingga mempermudah pertukan gas pada alveolar .
-
Kolaborasi dalam pemantauan
gambaran seri GDA, nadi oksimetri.
Hipoksemia dapat
menjadi berat selama edema paru, hal ini terjadi pada GJK kronis maupun syok
kardiogenik.
-
Kolaborasi dalam pemberian oksigen tambahaan sesuai indikasi .
Diharapkan dapat
meningkatkan oksigen alveolar, yang dapat memperbaiki/ menurunkan hipoksemia
jaringan .
-
Kolaborasi dalam pemberian obat sesuai indikasi : Diuretik contoh
furosemide ( lasix); brokodilator contoh amonofilin.
Diuretik diberikan untuk membantu menurunkan kongesti alveolar,
meningkatkan pertukaraan gas.
Brokodilator meningkatkan aliran oksigen dengan mendilatasi jalan napas
kecil dan mengeluarkan efek diuretic ringan untuk menurunkan kongesti paru.
Evaluasi :
-
Ventilasi dan oksigenasi adekuat pada jaringan ditunjukan oleh GDA
/oksimetri dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan.
c. Kelebihan volume cairan b/d
Penurunan ferfusi organ ginjal, peningkatan na / air, peningkatan tekanan
hidrostatik atau penurunan protein plasma( menyerap air dalam area
interstisial/ jaringan )
Ditandai dengan :
-
Produksi urine < 30 ml/ jam( oliguri), takipnea, nafas dangkal,
pernafasan laboret ; penggunaan otot aksesori pernafasan, nasal flaring, batuk
; kering/ nyaring/nonprodoktik/ batuk terus – menerus,dengan / tanpa
pembentukan sputum: mungkin bersemu darah, merah muda/ berbuih ( edema pulmonal
). Peningkatan frekuensi nafas, nafas sesak atau kuat, warna kulit; pucat atau
sianosis, akral dingin, Tekanan arterial
sistolik < 90 mmHG (hipotensi absolute) atau paling tidak 60 mmHg dibawah
tekan basal ( hipotensi relative ).
Intervensi dan
Rasional.
-
Auskutasi bunyi nafas untuk adanya krekels
Dapat mengindikasikan edema paru sekunder akibat dekompensasi jantung.
-
Catat adanya Distensi Vena Perifer seperti adanya edema dependen.
Dengan ditemukan
adanya edema dependen dicurigai adanya kongesti / kelebihan volume cairan.
-
Ukur masukan / haluan , catat penurunan
pengeluaran, sifat konsentrasi.
Hitung keseimbangan
cairan.Penurunan curah jantung mengakibatkan gangguan perfusi ginjal, retensi
natrium/ air, daan penurunan haluan urine.Keseimbangan cairan positif berulang
pada adanya gejala lain yang menunjukan adanya kelebihan volume/gagal jantung.
-
Timbang berat badan tiap hari, bila kondisi
membaik.
Perubahan tiba- tiba pada berat badan menunjukan gangguan keseimbangan
cairan.
-
Pertahankan pemasukan total cairan 2000 ml/24 jam dalam toleransi kardiovaskuler.
Memenuhi kebutuhan
cairan tubuh orang dewasa tatapi memerlukan pembatasan pada adanya dekompensasi
jantung.
-
Kolaborasi dengan ahli gisi untuk pemberian diet
sesuai indikasi(rendah natrium/ air )
Natrium dapat meningkatkan retensi cairan dan harus dibatasi.
-
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian diuretic
, Contoh : furosemid (Lasix);Hidralazin(Apresolin);spironolakton dengan
hidronolakton (Aldactone).
Pemberian diuretic mungkin diperlukan untuk memperbaiki kelebihan cairan
. Obat pilihan biasanya tergantung gejala asli akut/ kronis.
-
Kolaborasi dengan laboratorium dalam pemeriksaan
kalium sesuai indikasi.
Hipokalemia dapat membatasi keefektifan terapi dan dapat terjadi dengan
penggunaan deuretik penurunan kalium.
Evaluasi :
-
Mempertahankan keseimbangan cairan seperti
dibuktikan oleh TDdalam batas normal,
-
Tidak ada distensi vena perifer dan edema dependen
-
Paru bersih dan berat badan stabil.
d.
Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan / penghentian aliran darah.
Ditandai dengan :
-
Tekanan arterial
sistolik < 90 mmHG (hipotensi absolute) atau paling tidak 60 mmHg dibawah
tekan basal ( hipotensi relative ),
nadi cepat tidak kuat atau lemah, tidak teratur, Gejala hipoperfusi
jaringan kulit ; dioforesis ( Kulit
Lembab ), pucat, akral dingin, sianosis, vena – vena pada punggung tangan dan
kaki kolaps, Gangguan fungsi mental, gelisah, berontak,apatis,
bingung.penurunan kesadaran hingga koma.
Intervensi dan Rasional.
-
Selidiki perubahan tiba-tiba atau gangguan mental kontinyu seperti cemas,
bingung, letargi, pingsan.
Perfusi cerebral
secara langsung b.d curah jantung dan dipengaruhi oleh elektrolit, Hypoxia ,
ataupun enboli sistemik.
-
Lihat pucat, cyanosis, kulit dingin atau lembab dan catat kekuatan nadi perifer.
Vasokonstriksi
sistemik diakibatkan oleh penurunan curah jantung mungkin dibuktikan oleh
penurunan perfusi kulit atau perubahan denyut nadi.
-
Kaji tanda homan (nyeri pada betis dengan posisi
dorsofleksi)eritema, edema.
Indicator
trombosis vena.
-
Berikan latihan kaki pasif, hindari latihan isometric.
Menurunkan statis vena, meningkatkan aliran balik vena dan menurunkan
resiko tromboflebitis.Latihan isometric dapat sangat mempengaruhi curah jantung
dengan meningkatkan kerja miokardia dan konsumsi oksigen.
-
Pantau pernafasan, catat kerja pernafasan.
Pompa
jantung gagal dapat mencetuskan distress pernafasan.
-
Kaji fungsi gastrointestinal, catat anorexia penurunan atau tidak ada
bising usus, mual atau muntah, distensi abdomen, konstipasi.
Penurunan aliran darah ke mesenterikus dapat mengakibatkan disfungsi
gastrointestinal, contoh : kehilangan peristaltic.
-
Pemantauan pemasukan dan catat perubahan haluaran urin. Catat
berat jenis sesuai indikasi.
Penurunan
pemasukan oleh kerena mual terus menerus
dapat dapat mengakibatkan penurunan volume sirkulasi, yang berdampak negative
pada perfusi jaringan dan fungsi dari organ .Berat jenis mengukur status
hidrasi dan fungsi ginjal.
-
Kolaborasi dengan
dokter dan laboratorium dalam pemeriksaan data laboratorium seperti GDA, BUN,
Kreatinin, Elektrolit.
Sebagai indicator fungsi / perfusi organ .
-
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat sesuai indikasi . Misalnya : Heparin/ natrium warfarin( caumadin );
Simetidine( tagamet); Ranitidine(Zantac) ; antasida.
Pemberian Heparine dosis rendah mungkin
diberikan secara profilaksis pada pasien resiko tinggi( Fibrilasi atrial,
kegemukan , aneurisma ventrikel, atau riwayat troboflebitis) dapat untuk
menurunkan resiko tromboflebitis atau pembentukan trombus mural. Simetidine( tagamet);
Ranitidine(Zantac) ; antasida diberikan untuk menurunkan atau menetralkan asam
lambung , mencegah ketidaknyamanan dan iritasi gaster, khususnya adanya
penurunan sirkulasi mukosa.
Evaluasi
:
-
Perfusi adekuat secara
individual, contoh kulit hangat dan kering, ada nadi perifer yang kuat, tanda
vital dalam batas normal,, pasien sadar / berorientasi, keseimbangan pemasukan
/pengeluaran;tak ada ditemukan edema, bebas nyeri/ketidaknyamanan.
e. Nyeri
(Akut) b/d iskemik jaringan sekunder
akibat sumbatan atau penyempitan arteri koroner.
Ditandai dengan :
-
Wajah meringis, perubahan postur tubuh, meregang, mengeliat, kehilangan
kontak mata, perubahan frekuensi atau irama jantung, TD,pernafasan, warna
kulit/ kelembaban ,bahkan penurunan kesadaran. skala biasanya 10 pada skala 1 -
10, mungkin dirasakan pengalaman nyeri paling buruk yang pernah dialami.
Intervensi dan
Rasional ;
-
Pantau atau catat karakteristik nyeri, catat laporan verbal, petunjuk
nonverbal dan respon hemodinamik.
Variasi penampilan
dan perilaku pasien area nyeri terjadi sebagai temuan pengkajian. Pernafasan
mungkin meningkat sebagai akibat nyeri dan b.d cemas.
-
Ambil gambaran lengkap terhadap nyeri termasuk lokasi intensitas, lamanya
kualitas dan penyebaran.
Nyeri sebagai
pengalaman subyektif dan harus digambarkan oleh pasien. Bila memungkinkan bantu
pasien untuk menilai nyeri dengan membandingkan dengan penganlaman yang lain.
-
Kaji ulang riwayat angina sebelumnya, nyeri menyerupai angina atau AMI.
Dapat membandingkan
nyeri yang ada dari pola sebelumnya, sesuai dengan identifikasi komplikasi
seperti meluasnya infark, emboli paru, atau perikarrditis.
-
Bila memungkinkan anjurkan klien
untuk melaporkan nyeri dengan segera.
Penundaan pelaporan nyeri menghambat peredaran nyeri atau memerlukan peningkatan dosis. Dan untuk mengidentifikasi kiondisi pasien dengan segera pada kondisi syok, sehingga kerusakan lanjut dapat dicegah.
Penundaan pelaporan nyeri menghambat peredaran nyeri atau memerlukan peningkatan dosis. Dan untuk mengidentifikasi kiondisi pasien dengan segera pada kondisi syok, sehingga kerusakan lanjut dapat dicegah.
-
Berikan lingkungan yang tenang, dan tindakan nyaman ( contoh ; sprai yang
kering / tak terlipat, gosokan punggung)
Menurunkan rangsangan
eksternal dimana ansietas dan regangan jantung serta keterbatasan kemampuan
koping dan keputusan terhadap situasi saat ini.
-
Observasi tanda vital sebelum dan sesudah pemberian obat narkotik.
Pemberian obat
narkotika dapat semakin menurunnya tekanan darah/depresan pernafasan . kondisi
ini dapat memperberat kondisi syok.
-
Kolaborasi dalam pemberian oksigen tambahan dengan kandungan nasal atau
masker sesuai indikasi.
Meningkatkan jumlah
oksigen yang ada untuk pemakaian miokardia dan juga mengurangi ketidak nyamanan
sehubungan dengan iskemik jaringan.
-
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat sesuai indikasi dan kondisi
pasien.
Anti angina contoh
nitrogliserin ( nitri-bid, nitrostat, nitro-dur ) nitrat berguna untuk control
nyeri dengan efek fasodilatasi koroner yang meningaktkan aliran darah koroner
dan ferfusi miokardia. Efek fasodilatasi
ferifer menurunkan folume darah kembali ke jantung (freload), sehingga
menurunkan kerja otot jantung dan kebutuhan oksigen.
Evaluasi :
-
Perubahan menunjukan menurunnya tegangan akibat nyeri yang dirasakan
pasien, dengan respon tubuh menunjukan
tidak adanya respon menangis, merintih, meregang, mengeliat, menarik
diri, dan perubahan frekuensi atau irama jantung, TD,pernafasan, warna kulit/
kelembaban dalam batas normal.
f.
Intoleransi aktifitas b/d Ketidak seimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan, adanya iskemik/
nekrotik jaringan miokard.
Ditandai dengan :
-
Takikardia, dispnea pada istirahat atau aktivitas, perubahan warna kulit
/ kelembaban, kelemahan umum pada fisik.
Intervensi dan
Rasional.
-
Tingkatkan istirahat ,batasi kunjungan pada kondisi nyeri/ respon
hemodinamika.
Menurunkan kerja
miokardium/ konsumsi oksigen, menurunkan
resiko komplikasi yang lebih berat pada kondisi syok.
-
Bantu pasien dalam pemenuhan ADL .
Meminimalkan
aktivitas pasien pada kondisi yang memerlukan istirahat maksimal dan membantu
pasien untuk memenuhi kebutuhannya.
-
Hindari peningkatan tekanan abdomen, contoh mengejan pada saat defekasi.
Aktivitas yang
memerlukan ,menahan nafas dan menunduk(Manuver valsavah)dapat menyebabkan
bradikardi, juga menurunkan curah jantung, dan takikardi dengan peningkatan TD.
-
Kaji ulang tanda / gejala yang menunjukan tidak toleran terhadap
aktivitas atau memerlukan pelaporan pada perawat / dokter.
Palpitasi , nadi tak
teratur, adanya neyri dada yang meningkat atau dispnea dapat mengindikasikan
kebutuhan perubahan kondisi pasien.
Evaluasi
-
Didapat peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur/maju dengan
frekuensi jantung / irama dan TD dalam batas normal pasien dan kulit hangat,
merah muda , dan kering.
-
Kebutuhan ADL pasien dapat terpenuhi secara mandiri atau dibantu.
DAFTAR PUSAKA
Doenges M.E. ( 1999), Rencana Asuhan
Keperawatan Edisi 3. EGC, Jakarta .
Guyton A.C.,
Hall J.E.(1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC, Jakarta.
Bakta I Made., Suastika I Ketut.( 1987),
Gawat Darurat di Bidang Penyakit
Dalam . EGC .
1 comment:
Koment ya,,
Post a Comment