Juniartha Semara Putra
ASKEP SKIZOFRENIA
A. Konsep Dasar Skizophrenia
- Pengertian
Skizofrenia
adalah suatu keadaan juwa yang terpecah belah adanya kerekatan atau dishasmoni
antara proses berpikir, perasaan dan perbuatan. (Bleliler, 1911)
- Eholog
a.
Paktor keturunan
Pada penelitian menunjukan
bahwa keturunan juga menentukan timbulnya skizofrenia, angka kesakitan bagi
saudara kandung 7 – 15 % anak dengan slah satu orang tua menderita 40 – 68 %
kembar heterozogot 2-15%, kembar monosigot 61-86%
b.
Faktor Biolgi
Hal ini di kemukakan
berhubungan dengan serig munculnya skizofronia pada waktu pubertas, kehamilan
atau klimakterium juga dapat disebabkan oleh gangguan metabolisme tubuh.
c.
Faktor Sosial – Kultural Keluarga
1)
Teori Adolf Meyer
Skizofrenia
merupakan suatu keadaan maladaprasi
2)
Teort sigmound freung
Skizofrenia
merupakan kelemahan 90 oleh karena psikogenik atau pun Somato genik, selain itu
super ego di kesampingkan id berkuasa sehingga terjadi regresi ke fase
narcisarme dan kehilangan kapastian untuk pemindahan.
3)
Eligen Bleuler
Memberikan
istilah “Skizofrenia” Ischizot = penuh belah atau bercabang, phien = jiwa yaitu jiwa yang terpecah belah
B. Konsep
Dasar Skizoprenia Hebeprenik
- Batasan : Salah satu tipe skizofrenia yang
mempunyai ciri ;
1.
Inkoherensi yang jelas dan bentuk pikiran yang kacau
(disorganized).
2.
Tidak terdapat wamam yang sistemik
3.
Efek yang datar dan tak serasi / ketolol - tololan
- Erjula Klinik
Gambaran
utama skizofrenia tipe hebefrenik berupa :
-
Inkoherensi yang jelas
-
Afek datar tak serasi atau ketolol – tololan
-
Sering disertai tertawa kecil (giggling) atau senyum
tak wajar
-
Waham / halusinasi yang terpecah – pecah isi temanya
tidak terorganisasi sebagai suatu kesadaran, tidak ada waham sistemik yang
jelas gambaran penyerta yang sering di jumpai.
-
Menyertai pelangaran (mennerism) berkelakar
-
Kecenderungan untuk menarik diri secara ekstrem dari
hubungan sosial
-
Berbagai perilaku tanpa tujuan
Gambaran
klinik ini di mulai dalam usia muda 915-25 th) berlangsung pelan – pelan
menahan tanpa remisi yang berarti peterroasi kepribadian dan sosial terjadi
paling hebat di banding tipe yang lain.
C.
Konsep Dasar Halusinasi
1. Pengertian
Halusinasi
adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal pikiran
dan rangsang eksternal (dunia luar) klien memberi perpepsi atau pendapat
tentang lingkungan tanpa ada obyek atau rangsangan yang nyata, misalnya : klien
menyatakan mendengar suaru. Padahal tidak ada orang yang bicara.
2. Proses terjadinya halunasi
Fase pertama
Klien
mengalami stress, cemas, perasaan perpisahan, kesepiam yang memuncak dan tidak
dapat di selesaikan, klien mulai melamun dan memikirkan hal – hal yang
menyenangkan cara ini hanya menolong sementara.
Fase
kedua
Kecemasan
meningkatkan, menurun dan berpikir sendiri jadi dominan. Mulai dirasakan ada
bisikan yang tidak jelas, klien tidak ingin orang lain tahu ia tetap dapat
mengontrol.
Fase ketiga.
Bisikan,
suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan mengotrol klien, Klien
menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya.
Fase empat
Halusinasi
berubah menjadi mengancam memerintah dan memarahi klien, klien menjadi takut,
tidak berdaya hilang kontrol dan tidak berdaya, hilang dan tidak dapat
berhubungan secara nyata dengan orang lain di lingkungan
3. Tanda – tanda halusinasi
Menurut diri, tersenyum sendiri duduk terpaku,
bicara sendiri memandang satu arah, menyerang tiba – tiba, arah gelisah.
4. Jenis halusinasi
a.
halusinasi dengar
Dengan
suatu membicarakan, mengejek, menertawakan, mengancam tetapi tidak ada
sumbernya disekitarnya.
b.
Halusinasi terlihat
Melihat
pemandangan, orang, binatang atau sesuatu yang tidak ada tetapi klien yakin ada
c.
Halusinasi penciuman
Menyatakan mencium bau bunga kemenyan yang
tidak dirasa orang lain dan ada sumber.
d.
Halusinasi
kecap
Merasa mengecap sesuatu rasa di mulut tetapi tidak ada
e.
Halusinasi raba
Merasa ada binatang merayap pada kulit
tetapi tidak ada
D.
Pengkajian
Pengkajian merupakan awal dan dasar utama dari proses
keperawatan tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan
kebutuhan atau masalah klien.
Data yang
dikupulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual.
Pengelompokan data pada pengakajian kesehatan jiwa dapat pula berupa faktor
predisposisi, faktor presipitasi, penilian terhadap stressoe, sumber keping dan
kemampuan kuping yang dimiliki klien (stant dan sunden, 1995). Cara pengkajian
lain berfokus pada 5 (lima) dimensi : fisik, emosional, intelektual, sosial dan
spiritual. Isi pengkajian meliputi :
1.
Identitas klien
2.
Keluhan utama/alasan masuk
3.
Faktor predisposisi
4.
Dimensi fisik / biologis
5.
Dimensi psikososial
6.
Status mental
7.
Kebutuhan persiapan pulang
8.
Mekanisme koping
9.
Masalah psikososial dan lingkungan
10. Aspek medik
Data yang didapat melalui
observasi atau pemeriksaan langsung di sebut data obyektif, sedangkan data yang
disampaikan secara lisan oleh klien dan keluarga melalui wawancara perawatan
disebut data subyektif.
Dari data yang dikumpulkan, perwatan
langsung merumuskan masalah keperawatan pada setiap kelompok data yang
trkumpul. Umumnya sejumlah masalah klien saling saling berhubungan dan dapat
digambarkan sebagai pohon masalah (Fasio, 1983 dan INJF, 1996). Agar penentuan
pohon masalah dapat di pahami dengan jelas, penting untuk diperhatikan yang
terdapat pada pohon masalah : Penyebab
(kausa), masalah utama (care problem) dan effect (akibat). Masalah utama adalah
priotas masalah klien dari beberapa masalah yang dimiliki oleh klien. Umumnya
masalah utama berkaitan erat dengan alasan masuk atau keluhan utama. Penyebab
adalah salah satu dari beberapa masalah klien yang menyebabkan masalah utama.
Akibat adalah salah satu dari beberapa masalah klien yang merupakan efek /
akibat dari masalah utama. Pohon masalah ini diharapkan dapat menudahkan
perawat dalam menyusun diagnosa keperawatan
E.
Analisa data
|
![]() |
F. Diagnosa Keperawatan Dan Intervensi Keperawatan
NO
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
RENCANA
TINDAKAN KEPERAWATAN
|
1
2
3
4
|
Resiko mencederai diri sendiri
dan atau orang lain / lingkun-gan berhubungan de-ngan perubahan per-sepsi
sensori / halu-sinasi
Kerusakan komuni kasi verbal
berhubu ngan dengan peru bahan proses pikir (waham)
Difisit perawatan di-ri
berhubungan de-ngan koping indivi-du tidak efektif
Isolasi sosial : menarik diri
berhu-bungan dengan har-ga diri rendah
|
Tujuan Umum :
Klien tidak mencederi diri
sendiri dan atau orang lain / lingkungan Tujuan khusus :
1.
Klien dapat hubungan saling percaya :
a.
Bina hubungan saling percaya
-
Salam terapeutik
-
Perkenalan diri
-
Jelaskan tujuan interaksi
-
Ciptakan lingkungan yang tenang
-
Buat kontrak yang jelas pada setiap perte-muan
(topik, waktu dan tempat berbicara)
b.
Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan
perasaannya
c.
Dengarkan ungkapan klien dengan empati
2.
Klien dapat mengenal halusinasinya
a.
lakukan kontak sering dan singkat
rasional
: untuk mengurangi kontak klien deng-an halusinasinya
b.
Obeservasi tingkah laku klien terkait dengan
halusinasinya; bicara dan tertawa tanpa stimu- lus, memandang ke sekitarnya
seolah – olah ad teman bicara.
c.
Bantu klien untuk mengenal halusinasinya;
-
Bila klien menjawab ada, lanjutkan; apa yang
dikatakan ?
-
Katakan bahwa perawat percaya klien mendengarnya.
-
Katakan bahwa klien lain juga ada yang seperti klien
-
Katakan bahwa perawatan akan membantu klien
d.
Diskusikan dengan klien tentang ;
-
Situasi yang dapat menimbulkan / tidak menimbulkan
halusinasi
-
Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi,
siang sore, malam atau bila sendiri atau bila jengkel / sedih)
e.
Diskusikan dengan klien tentang apa yang di-rasakan
bila terjadi halusinasi (marah / takut / sedih / senang) dan berkesempatan
mengung-kapkan perasaan
3.
Klien dapat mengontrol halusinasinya
a.
Identifikasi bersama klien cara / tindakan yang
dilakukan bla terjadi halusinasi (tidur/marah-/menyibukkan diri)
b.
Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, bila
bermanfaat beri pujian.
c.
Diskusi cara baru untuk memutus / mengontrol
timbulnya halusinasi :
-
katakan “saya tidak mau dengan kamu” (pada
halusinasi)
-
menemui orang lain (perawat / teman / anggota
keluarga untuk bercakap – cakap . mengatakan halusinaasinya.
-
Membuat jadwal kegiatan jsehari – hari agar
halusinasi tidak sempat muncul.
-
Meminta orang lain (perawat / teman anggota
keluarga) menyapa bila tampak bicara sendiri
d.
Bantu klien memilih dan melatih cara memutus /
mengontrol halusinasi secara bertahap
e.
Berikan kesempatan untuk melakukan cara yang telah
dilatih, evaluasi hasilnya dan pujian bila berhasil
f.
Anjurkan klien untuk mengikuti tetapi aktivitas
kelompok (orientasi realisasi dan stimulasi persepsi)
4.
Klien dapat dukungan keluarga dalam mengotrol halusinasinya
:
a.
Anjurkan klien memberitahu keluarga bila me-ngalami
halusinasi
b.
Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkun-jung /
pada saat kunjungan rumah)
-
Gejala halusinasinya yang dialami klien
-
Cara yang dapat dilakukan klien dan ke-luarga untuk
memutus halusinasi
-
Cara merawat anggota keluarga yang ha-lusinasi di
rumah : Beri kegiatan, jangan biarkan sensiri, makan bersama, berpergian
bersama
-
Berikan informasi waktu follow up atau kapan perlu
mandapat bantuan; halusinasi tak terkontrol dan resiko mencederai orang lain
5.
Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik :
a.
Diskusi dengan klien dan keluarga tentang dosis,
frekuensi dan manfaat obat.
b.
Anjurkan klien memint sendiri obat pada perawat
merasakan manfaatnya.
c.
Anjurkanklien bicara dengan dokter / perawat tentang
efek dan efek samping obat yang di-rasakan
d.
Diskusikan akibat berhenti obat tanpa kon-sultasi.
e.
Bantu klien menggunakan obat, dengan prinsip 5
(lima) benar (benar dosis, benar cara, benar waktu)
Tujuan Umum :
Klien dapat melakukan komunikasi
verbal
Tujuan Khusus :
1.
Klien dapat membina hubungan saling percaya
a.
Bina hubungan saling percaya dengan klien
b.
Jangan membantah dan mendukung waham klien.
-
Katakan perawat menerima : saya mene rima keyakinan
anda, disertai ekspresi me nerima.
-
Katakan perawat tidak mendukung : sadar bagi saya
untuk mempercayainya disertai ekspresi ragu dan empati
-
Tidak membicarakan isi waham klien.
c.
Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan
terlindung
-
Gunakan keterbukaan dan kejujuran
-
Jangan tinggalkan klien sendirian
-
Klien diyakinkan berada di tempat aman, tidak
sendirian
2.
Klien dapat mengindentifikasi kemampuan yang dimilki
a.
Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang
realitas.
b.
Diskusikan dengan klien kemampuan yang dimiliki paa
waktu lalu dan saat ini yang realistis
c.
Tanyakan apa yang bisa dilakukan (aktiviotas sehari
– hari)
d.
Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan
sampai waham tidak ada
3.
Klien dapat mengindentifikasi kebutuhan yang tidak
terpenuhi :
a.
Observasi kebutuhan klien sehari – hari
b.
Diskusi kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik
selama di rumah / di RS.
c.
Hubungan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan
timbulnya waham
d.
Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan
klien (buat jadwal aktivitas klien)
4.
Klien dapat berhubungan dengan realitas :
a.
Berbicara dengan klien dalam kontek realita (diri
orang lain, tempat, waktu)
b.
Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok:
orientasi realitas
c.
Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang
dilakukan klien
5.
Klien dapat dukungan keluarga :
a.
Gejala waham
b.
Cara merawatnya
c.
Lingkungan keluarga
6.
Klien dapat menggunakan obat dengan benar
-
Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang obat,
dosis, frekuensi, efek samping obat, akibat penghentian.
-
Diskusikan perasaan klien setelah minum obat
-
Berikan obat dengan prinsip 5 tepat
Tujuan Umum :
Klien mampuan merawat diri
sehingga penampilan diri menjadi adekuat
Tujuan Khusus :
1.
klien dapat mengindentifikasi kebersihan diri
a.
Dorong klien mengungkakan perasaan tentang keadaan
dan kebersihan dirinya.
b.
Dengan ungkapan klien dengan penuh perhatian dan
empati.
c.
Beri pujian atas kemapuan klien mengungkapkan
perasaan tentang kebersihan dirinya.
d.
Diskusi dengn klien tentang arti kebersihan diri
e.
Diskusikan dengan klien tujuan kebersihan diri
2.
Klien mendapat dukungan keluarga dalam meni-ngkatkan
kebersihan dirinya.
a.
Kaji tentang tingkat pengetahuan keluarga tentang
kebutuhan perawatan diri klien
b.
Diskusikan dengan keluarga
c.
Motivikasi keluarga daam berperan aktif memenuhi
kebutuhan perawatan diri klien.
d.
Beri pujian ata tindakan positif yang telah
dilakukan keluaga
Tujuan Umum :
Klien dapat berhubungan dengan
orang lain secara bertahap
Tujuan Khusus :
1.
Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan
perawat
a.
Bina hubungan saling percaya
-
Salam terapeutik
-
Perkenalan diri
-
Jelaskan tujuan interaksi
-
Ciptakan lingkungan yang tenang
-
Bina kontrak yang jelas (topik, waktu, tempak)
b.
Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya
tentang penyakit yang diderita
c.
Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
d.
Katakan pada klien bahwa ia adalah seseorang yang
berharga dan bertanggung jawab Serta mampu menolong dirinya sendiri.
2.
Klien dapat mengindetifikasi kemampuan dan aspek
positf yang memiliki
a.
Diskusikan kemampuan dan aspek yang di miliki klien.
Dapat dimulai dari bagian tubuh yang masih berfungsi dengan baik, kemampuan
lain yang dimiliki oleh klien, aspek positif (keluarga, lingkungan) yang
dimiliki klien. Bila klien tidak mampu mengindetifikasi maka dimulai oleh
perawat memberi pujian terhadap aspek positif klien.
b.
Setiap bertemu klien hindarkan memberi penilaian
negatif. Utamakan memberikan pujian yang realistis.
3.
Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
a.
Diskusikan selama sakit
Misal :
penampilan klien dalam “self care”, latihan fisik dan ambulasi serta aspek
asuhan terkait dengan gangguan fisik yan dialami klien.
b.
Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilan jutkan
penggunaanya setelah plan sesuai de ngan kondisi sakit klien.
4.
Klien dapat menetapkan / merencakan kegaitan sesuai
kemampuan yang dimiliki :
a.
Rencanakan bersama klien aktivitas bersama klien
aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan : kegiatan
mandiri, kegiatan dengan bantuan sebagian, kegiatan yang membutuhkan bantuan
total.
b.
Tingkatkan kegiatan sesuai degan tolerasi kondisi
klien
c.
Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan tang boleh
klien lakukan (kadang klien takut me laksanakannya)
5.
Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit
dan kemampuan.
a.
Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan
yang telah direncanakan
b.
Beri pujian atas keberhasilan klien
c.
Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6.
Klien dapat menfaatkan sistem pendukung yang ada
a.
Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang
cara merawat klien harga diri rendah
b.
Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
c.
Bantuan keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
|
BAB III
TINJAUAN KASUS
A.
PENGKAJIAN
Pada tahap pengkajian ini
kelompok melakukan wawancara langsung dengan klien, ibu klien dan kakak klien,
serta menganalisa catatan medik dan catatan keperawatan untuk mendapatkan data,
disamping mengobservasi lagsung tehadap klien.
I.
Identitas
Klien
a. Nama :
Tn. K
b. Umur :
28 th
c.
Jenis Kelamin : Laki –
laki
d.
Suku bangsa : Jawa
e.
Agama :
Islam
f.
Pekerjaan :
Swasta
g.
Tgl Masuk : 27
Oktober 2001
h.
Diagnosa Medis :
Skizofrenia hebefreni k
i.
Tgl pengkajian : 30 Oktober 2001
J.
Penangung jawab klien: Kelompok VII
II. Alasan masuk
2 hari yang lalu sebelum di bawa ke RS pasien nagmuk,
berusaha gantung diri di rumah, bicara ngelantur, keluarga membawa ke RSUD Dr.
Soetomo.
III.
Faktor Predisposisi
Klien pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu (+ 4
bulan yang lalu) pengobatan sebelumnya jarang berhasil karena psien tidak
kontrol dan putus obat. Kalien pernah mengalami penolakan dari lingkungan
(ditinggal orang yang dicitai). Dala anggota keluarga lain.
IV.
Dimensi Fisik
a. Aktivitas fisik sehari – har
1.
Nutrisi
Klien
saat di rumah makan tiga kali sehari secra teratur, di RS klien klien makan
teratur sesuai dengan jadwal yang telah berlaku, klien makan di dalam kamar dan
porsi maan yang diberikan selalu dibagikan bahwa klien merasa kurang . Klien
tidak mendapatkan program diet khusus masalah keperawatan?
2.
Istirahat tidur
Kebiasaan
tidur klien dirumah tidak teratur (klien begadang sampai larut malam). Di rumah
sakti klien tidur mulai pukul 22.00 – 04.00 klien sering terbangun suara –
suara ang mengajak ia bicara klie juga sering bangun terlalu pagi. Masalah keperawatan ?
3.
Aktivitas Fisik
Sebelum MRS klien bekerja
sebagai instalatr listrikm bekerja mulai
pukul 07.00 – 17.00 WIB di RS klien mau mengikuti kegiatan yang sudah terprogram
di ruang jiwa C. Jika diajak melakukan aktivitas, klien tidak menolak.
Dalam berpenampilan, klien
kelihatan tidak rapi, rambut acak- acakan pagi dan sore, klien tidak ganti
pakaian selama tiga hari karena ………….,
masalah keperawatan ?
b. Pemeriksaan fisik
Tingkat
kesadaran klien berubah dengan tanda – tanda vital T. Lioto mmHg, suhu 370C
peenafasan 20 x / menit nadi 84 x/mnt. Pada klien tidak ditemukan adanya
kelainan maupun keluhan fisik yang dirasakan.
V.
Dimensi Psikososial
1. Genogram

Didalam keluarga K
tidak ada yang menderita gangguan jiwa, klien merupakan anak terakhir dari 5
bersaudara 1 perempuan 4 laki – laki, klien tinggal bersama kedua orang tua dan
1 kemenakan laki – laki
2. Konsep kasus
a.
Identitas diri : Klien dapat
menyebutkan identitas dirinya yaitu nama,umur, jenis kelamin, pekerjaan dengan
bebas.
b. Harga diri : Klien sebelum mereka menilai dirinya sebagai
orang yang mengalami gangguan jika oleh karena itu klien tidak malu kontrol
karena malu
c. Ideal diri :
Klien berkeinginan kalau sembuh klien ingin merawat dan membahagiakan kedua
orang tuanya yang sakit.
d. Gambaran diri : Klien memandang dirinya tidak ada kalainan
fisik
e. Peran : Klien berperan sebagai anak.
3. Hubungan sosial
Menurut klien
orang yang berarti adalah kedua orang tuannya dan kaka kandung perempuannya,
dirumah klien berperan serta dalam kegiatan kelompok siskambling dan kadang –
kadang dan klien merasa tidak ada hambatan dalam berhubungan/berinteraksi
dengan orang lain.
4. Dimensi spiritual
Klien beragama
islam klien melakukan kewajiban sholat secara rutin 5 waktu dalam sehari, klien
berpandangan bahwa sakit adalah suatu cobaan / ujian dari tuhan.
VI Status mental
1.
Penampilan K terkesan tidak rapi rambut klien acak –
acakan pakaian tidak ganti dan bau badan yang kurang enak.
2.
Pembicaraan klien cepat, klien bicara sendiri
pembicaraan terarah tapi non realistik karena tidak ada lawan bicara.
3.
Aktivitas motorik
Klien
tampak tenang yanpa menunjukan aktivitas motorik yang berlebihan dan berarti.
4.
Alam perasaan
K
merasa sedih dan ketakutan, K sedih memikirkan bapak dan ibunya yang sudah tua
dan sakit – sakitan.
5.
Afek datar
K
tidak bereaksi terhadap stimulus / ragsangan dari luar
6.
Iteraksi selama wawancara
Kontak
mata klien kurang, klien meeriama kahadiran orang lain artinya klien tidak
mematuhi / marah pada orang lain yang mendekati klien tidak berespon terhadap
kehairan orang.
7.
Persepsi
Terdapat
halusinasi pendengaran, klien seolah – olah sedang diajak bercakap – cakap.
8.
Proses pikir
K
mengalami perubahan proses pikir sirkumtansial pembicaraan klien berbelit belit
tapi tidak mencapai tujuan.
9.
Isi pikir
Klien
mengalami gangguan isi pikir 9obsesi) pikiran yang selalu muncul, walaupun
klien berusaha untuk menghilangkanna adanya halusinasi pendengaran. Ide pikir
tidak jelas.
10.
Tingkat kesadaran
Kesadaran
klien berubah orientasi klien terhadap orang tempat dan waktu baik
11.
Tingkat konsentrasi
Klien
mudah beralih berbicara dengan topik yang tidak menetap (berganti – ganti)
12.Kemampuan
penilaian
Klien
mengalami gangguan ringan artinya klien masih mampu pengambilan suatu keputusan
13.
Memori
Klien
tidak mengalami gangguan daya ingat saat ini jangka panjang, pendek
VII.Kebutuhan Persiapan Pulang
1.
Kemampuan klien memenuhi / menyediakan kebutuhan klien
hanya mampu memenuhi kebutuhan makanan dan keamanan dalam pemenuhan kebutuhan
yang lain klien masih membutuhkan bantuan orang lain.
2.
Kegiatan hidup sehari – hari
a.
perawatan diri
Klien
masih membutuhkan bantuan minimal BAB / mandi kebersihan ganti pakaian. Klien
masih sering di ingatkan / diperintah dalam melaksanakan kegiatan tersebut.
b.
Nutrisi
Klien
tidak mengalami perubahan pola mutrisi baik dirumah / di RS klien makan 3 x
sehari sesuai jadwal pemberian nafsu makan baik klien selalu menghabiskan porsi
makanan dari RS bahkan klien sering merasa kurang B klien 58 kg tidak ada
program diit khusus dr. RS.
c.
Tidur
Menurut
ibu klien. Klien aa masalah dalam tidur klien sulit tidur, sering terbangun
seolah – olah ada yang membangunkan dan mengajakan berbicara klein tampak kurang segar. Klien bangun terlalu pagi ang
menolong untuk tidur yaitu setelah klien minum obat.
3.
Klien Belum mempuyai kemampuan untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri
4.
Klien memiliki sistim pendukung
Sistem pendukung klien yaitu keluarga,
profesional / terampil
VIII.
Mekanismen
Koping
Pertahanan
diri (koping) yang digunakan dalam mengatasi masalah yaitu klien berusaha
mencederai diri
IX. Masalah Psikososial dan Lingkungan
Tidak
ada masalah dengan dukungan kelompok, pendidikan, perumahan ekonomi an
pekerjaan, klien mempunyai masalah dengan pelayanan kesehatan klien tidak
kontrol karna malu dan putus oba, masalah lainnya klien ditinggal orang yang
dicintai dan memikirkan ayahnya sakit jantung di rumah.
X. Aspek Medik
Diagnosa medic : Skizofrenia Hebefrenik
Terapi medik : Obat – obat – Frifluperazim 2 x 5 mg
- Chlopromazine 3 x 100 mg
- Tryhexy pheridin 2 x 2 mg
-
Injectie largactil 50 mg lm jika perlu
Terapi gerak : Klien mau ke ruang olah raga tapi tidak mau melakukan aktivitas olah raga (klien hanya duduk dan bicara sendiri)
Terapi aktivitas kerja : Klien mau ke ruang terap kerja tapi tidak mau
melakukan aktivitas
No comments:
Post a Comment