Juniartha Semara Putra
ASUHAN
KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
AMPUTASI
A. Konsep
Teori
- Pengertian
Amputasi berasal dari
kata “amputare” yang kurang lebih diartikan “pancung”.
Amputasi dapat
diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau seluruh bagian
ekstremitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam kondisi
pilihan terakhir manakala masalah organ yang terjadi pada ekstremitas sudah
tidak mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan teknik lain, atau manakala
kondisi organ dapat membahayakan keselamatan tubuh klien secara utuh atau
merusak organ tubuh yang lain seperti adapat menimbulkan komplikasi infeksi.
Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa sistem tubuh
seperti sistem integumen, sistem persarafan, sistem muskuluskeletal dan sistem
cardiovaskuler.
- Penyebab/Faktor
predisposisi
- Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin
dapat diperbaiki.
-
Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki
-
Gangguan vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas yang
berat
-
Infeksi yang berat atau beresiko tinggi menyebar ke
anggota tubuh lainnya.
-
Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi
secara konservatif.
-
Deformitas organ
-
Etiologi

Amputasi
pada ekstremitas bawah sering diperlukan sebagai akibat penyakit vaskuler
perifer progresif (sering sebagai gejala sisa diabetes militus), gangren,
trauma (cedera remuk, luka bakar listrik), deformitas kongenital atau tumor
ganas. Dari semua penyebab tadi, penyakit vaskuler perifer merupakan penyebab
yang tertinggi amputasi ektremitas bawah.
Kehilangan ekstremitas atas memberikan masalah yang berbeda bagi pasien
dari pada kehilangan ekstremitas bawah karena ekstremitas atas mempunyai fungsi
yang sangat spesialistis. Alasan utama amputasi ekstremitas adalah trauma berat
(cedera akut, luka bakar listrik, luka bakar dingin), dan malformasi
kongenital.
Kehilangan ekstremitas memerlukan penyesuaian besar. Pasien harus
menyesuaikan diri dengan adanya perubahan citra diri permanen, yang harus
diselaraskan sehingga tidak akan menghilangkan rasa diri berharga. Mobilitas
atau kemampuan fisik untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari berubah,
dan pasien perlu belajar bagaimana menyesuaikan aktivitas dan lingkungan untuk
mengakomodasikan diri dengan penggunaan alat bantu dan gangguan mobilitas.
Amputasi itu sendiri dapat menimbulkan komplikasi perdarahan, infeksi dan
kerusakan kulit. Karena adanya pembuluh darah besar yang dipotong, dapat terjadi
perdarahan masif. Infeksi merupakan infeksi pada semua pembedahan dengan
peredaran darah buruk atau kontaminasi luka setelah amputasi traumatika, resiko
infeksi meningkat. Penyembuhan luka yang buruk dan iritasi akibat protesis
dapat menyebabkan kerusakan kulit.
- Jenis Amputasi
Berdasarkan
pelaksanaan, amputasi dibedakan menjadi :
a.
Amputasi selektif/terencana
Amputasi
jenis ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan mendapat penanganan
yang baik serta terpantau secara terus-menerus. Amputasi dilakuakn sebagai
salah satu tindakan alternatif terakhir.
b.
Amputasi akibat trauma
Merupakan
amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma dan tidak direncanakan. Kegiatan
tim kesehatan adalah memperbaiki kondisi lokasi amputasi serta memperbaiki
kondisi umum klien.
c.
Amputasi darurat
Kegiatan
amputasi dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan. Biasanya merupakan
tindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti pada trauma dengan patah
tulang multiple dan kerusakan/kehilangan kulit yang luas.
Jenis
amputasi yang umum dikenal adalah :
a.
Amputasi terbuka
Dilakukan
pada kondisi infeksi yang berat dimana pemotongan tulang dan otot pada tingkat
yang sama.
b.
Amputasi tertutup
Dilakukan
dalam kondisi yang lebih memungkinkan dimana dibuat skaif kulit untuk menutup
luka yang dibuat dengan pemotongan kurang lebih 5cm dibawah potongan otot dan
tulang.
- Pemeriksaan Diagnostok
a.
Pemeriksaan dengan Floemetri Doppler
Dipergunakan
untuk mengevaluasi aliran darah arteri. Sebelum pembedahan, status neurovaskuler
dan fungsional ekstremitas harus dievaluasi melalui pemeriksaan warna, suhu,
denyut nadi, penyebaran rambut, keadaan kulit, respon terhadap pengubahan
posisi, sensasi, nyeri, fungsi)
b.
Pemeriksaan cultur darah/pus
Dilakukan
untuk menentukan terapi antibiotika yang sesuai.
c.
Pemeriksaan darah lengkap
Dilakukan
untuk mengetahui kadar Hb (haemoglobin) pada pasien untuk mencegah terjadinya
anemia pada pasien yang dapat mengakibatkan syok. Adanya tanda-tanda infeksi
juga dapat dilihat pada pemeriksaan darah yang ditandai dengan adanya peningkatan
leukosit dalam darah.
d.
Angiografi
Dilakukan
bila neuvaskularisasi kemungkinan dapat dilakukan.
e.
Rontgent
Untuk
mengidentifikasi abnormalitas tulang
f.
CT-scan
Untuk
mengidentifikasi lesi neoplastik, osteomielitis, pembentukan hematoma.
- Penatalaksanaan
Tujuan bedah utama adalah mencapai penyembuhan luka amputasi, menghasilkan
sisa tungkai (puntung) yang tidak nyeri tekan dengan kulit yang sehat untuk
penggunaan prostesis. Lansia mungkin mengalami kelambatan penyembuhan luka
karena nutrisi yang buruk dan masalah kesehatan lainnya. Penyembuhan dipercepat
dengan penanganan lembut pada sisa tungkai, pengontrolan edema sisa tungkai
dengan balutan kompres lunak atau rigid dan menggunakan teknik aseptik dalam
perawatan luka untuk menghindari infeksi.
Balutan Rigid terutup sering digunakan untuk mendapatkan kompresi yang
merata, menyangga jaringan lunak dan mengontrol nyeri, dan mencegah kontraktur.
Segera setelah pembedahan balutan gips rigid dipasang dan dilengkapi tempat
memasang ekstensi prostesis sementara (pylon) dan kaki buatan. Kaus kaki steril
dipasang pada sisi anggota. Bantalan dipasang pada daerah peka tekanan. Puntung
kemudian dibalut dengan balutan gips elastis yang ketika mengeras akan
mempertahankan tekanan yang merata. Hati-hati jangan sampai menjerat pembuluh
darah. Teknik balutan rigid ini digunakan sebagai cara membuat socket untuk
pengukuran protesis pascaoperatif segera. Panjang prostesis disesuaikan dengan
individu pasien.
Gips diganti dalam sekitar 10 hari 14 hari. Bila ada suhu tubuh, nyeri berat,
atau gips yang mulai longgar harus segera diganti.
Balutan lunak. Balutan lunak dengan atau tanpa kompresi dapat digunakan
bila diperlukan inspeksi berkala puntung sesuai kebutuhan. Bidai imobilisasi
dapat dibalutkan dengan balutan. Hematoma (luka) puntung dikontrol dengan alat
drainase luka untuk meminimalkan infeksi.
Amputasi bertahap. Amputasi bertahap bisa dilakukan bila ada gangren atau
infeksi. Pertama-tama dilakukan amputasi guillotine untuk mengangkat semua
jaringan nekrosis dan sepsis. Luka didebridemen dan dibiarkan mengering. Sepsis
ditangani dengan antibiotika. Dalam beberapa hari, ketika infeksi telah
terkontrol dan pasien telah stabil, dilakukan amputasi definitif dengan
penutupan kulit.
B.
Konsep Dasar Askep
- Pengkajian
a.
Data Subyektif
1)
Sakit pada daerah operasi pemotongan
2)
Perasaan malu akan kecacatan
3)
Perasaan tidak berdaya
4)
Ungkapan penolakan untuk bergerak
5)
Ungkapan rasa takut kehilangan kemandirian
b.
Data obyektif
1)
Tampak meringis kesakitan
2)
Tampak merintih
3)
Tampak sedih, menarik diri dan putus asa
4)
Tampak melindungi luka amputasi dan tampak berhati-hati
dalam bergerak, menolak upaya bergerak
5)
Tampak gelisah
6)
Tampak mengalami gangguan koordinasi gerak
7)
Ada luka amputasi
8)
Terpasang drain
Masalah keperawatan yang mungkin
muncul :
1) Nyeri Akut
2) Ansietas
3) Kerusakan mobilitas fisik
4) Kerusakan integritas jaringan
5)
Gangguan perseptual (perubahan rasa keseimbangan)
6)
Gangguan citra tubuh
7)
Sindrome Kurang perawatan diri
8)
Resti perubahan perfusi jaringan perifer
9)
Resti infeksi
10)Resti kekurangan volume
cairan
- Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan
yang muncul berdasarkan prioritas menurut berat ringannya masalah :
a.
Nyeri Akut berhubungan denagn trauma saraf ditandai
dengan pasien tampak meringis dan merintih.
b.
Ansietas berhubungan dengan kehilangan bagian tubuh
ditandai dengan pasien gelisah
c.
Kerusakan mobilitas fisik berhubngan dengan kehilangan
tungkai dan gangguan perseptual (perubahan rasa keseimbangan) ditandai dengan pasien berhati-hati dalam bergerak,
menolak untuk bergerak.
d.
Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan
kehilangan bagian tubuh sekunder dari amputasi
e.
Gangguan perseptual (perubahan rasa keseimbangan)
berhubungan dengan kehilangan bagian tubuh ditandai dengan pasien tampak
mengalami gangguan koordinasi gerak.
f.
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kehilangan bagian
tubuh ditandai dengan pasien mengungkapkan rasa tidak berdaya, merasa malu
g.
Sindrome Kurang perawatan diri berhubungan dengan
kehilangan bagian tubuh, kerusakan perseptual sekunder dari amputasi
h.
Resti perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan
dengan edema jaringan
i.
Resti infeksi berhubungan dengan kerusakan kulit dan
jaringan
j.
Resti kekurangan volume cairan berhubungan dengan
perdarahan.
3. Perencanaan
No
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Resional
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
Nyeri akut berhubungan dengan trauma saraf ditandai dengan
pasien tampak meringis dan merintih
|
Setelah
diberikan askep diharapkan nyeri pasien berkurang/ terkontrol dengan kriteria
evaluasi
-
Menyatakan nyeri hilang
-
Tampak
rileks dan mampu beristirahat dengan tepat
-
Menyatakan
pemahaman nyeri fantom dan metode untuk menghilangkannya
|
1.
Catat
lokasi dan intensitas nyeri (skala 0-10). Selidiki perubahan karakteristik
nyeri, contoh kebas, kesemutan.
|
1.
Membantu
dalam evaluasi kebutuhan dan keefektifan intervensi. Perubahan dapat
mengindikasikan terjadinya komplikasi, contoh nekrosis/infeksi.
|
|
|
2. Tinggikan
bagian yang sakit dengan meninggikan kaki tempat tidur atau menggunakan
bantal/guling untuk amputasi tungkai atas.
|
2.
Mengurangi
terbentuknya edema dengan peningkatan aliran balik vena, menurunkan kelelahan
otot dan tekanan kulit/jaringan. Catatan: Setelah 24 jam pertama dan pada tak
adanya edema, puntung mungkin meluas dan datar.
|
|
|
|
|
3.
Terima
kenyataan sensasi fantom tungkai yang biasanya hilang dengan sendirinya dan
banyak alat akan dicoba untuk
|
3.
Mengetahui
tentang sensasi ini memungkinkan pasien memahami fenomena normal ini yang
dapat
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
|
|
menghilangkan nyeri.
|
terjadi segera atau beberapa minggu
pascaoperasi. Mekipun sensasi biasanya membaik sendiri, beberapa individu
mengalami ketidaknyamanan untuk beberapa bulan/tahun. Catatan: Fantom nyeri
tidak teratasi dengan obat nyeri tradisional. TENS telah diperbaiki untuk
penghilangan efektif jangka pendek, selain itu untuk mengatasi puntung dan
masalah prostese.
|
|
|
|
4.
Berikan
tindakan kenyamanan (contoh ubah posisi sering, pijatan punggung) dan
aktivitas terapeutik. Dorong penggunaan teknik manajemen stres terapeutik.
Dorong
|
4.
Memfokuskan
kembali perhatian, meningkatakn relaksasi, dapat meningkatkan kemampuan
koping dan dapat menurunkan terjadinya nyeri
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
|
|
Penggunaan teknik manajemen stres (contoh
latihan napas dalam, visualisasi, pedoman khayalan) dan sentuhan terapeutik.
|
fantom tungkai.
|
|
|
|
5.
Berikan
pijatan lembut pada puntung sesuai toleransi bila balutan telah dilepas.
|
5.
Meningkatkan
sirkulasi, menurunkan tegangan otot.
|
|
|
|
6. Selidiki keluhan nyeri
lokal/kemajuan yang tak hilang dengan analgesik
|
6.
Dapat
mengindikasikan terjadinya sindrom kompertemen, khususnya cedera traumatik.
(Rujuk ke DK: Fraktur; DK: Perfusi Jaringan, perubahan perifer, risiko tinggi
terhadap, hal. 766).
|
|
|
|
7.
Kolaborasi
dalam pemberian obat sesuai indikasi, contoh analgesik, relaksan otot.
Instruksi pada ADP.
|
7.
Menurunkan
nyeri/spasme otot. Catatan: ADP menentukan obat tepat waktu yang mencegah
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
|
|
|
fluktuasi nyeri sehubungan dengan
tegangan/spasme.
|
|
|
|
8.
Pertahankan
alat TENS bila menggunakan
|
8. Memberikan rangsangan saraf
terus menerus, blok transmisi sensasi nyeri.
|
|
|
|
9.
Berikan
pemanasan lokal sesuai indiaksi
|
9.
Mungkin
digunakan untuk meningkatkan relaksasi otot, meningkatkan sirkulasi, dan
membantu perbaikan edema.
|
2
|
Ansietas
berhubungan dengan kehilangan bagian tubuh ditandai dengan pasien gelisah
|
Setelah
diberikan askep diharapkan cemas pasien berkurang/hilang dengan kriteria
evaluasi :
-
Pasien
mampu memahami keadaannya saat ini
-
Pasien
mampu mendiskusikan tentang gambaran diri dan hal-hal positif yang akan
dilakukan
|
1.
Kaji
tingkat kecemasan
|
1.
Hal
ini diperlukan untuk ketepatan intervensi
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
|
|
2.
Jelaskan
setiap prosedur dan tindakan keperawatan/medik meliputi alasan-alasannya dan
pentingnya bagi pasien
|
2.
Takut
akibat ketidaktahuan dapat mendukung terjadinya stress.
|
|
|
|
3.
Identifikasi
kekuatan support sistem yang ada pada klien
|
3.
Ini
dapat mengurangi kecemasan dan kesedihan pasien
|
|
|
|
4.
Berikan
HE tentang persiapan untuk prostesis
|
4.
Persiapan prostesis yang tepat sangat penting untuk
meyakinkan bahwa pasien akan mampu menjalani kembali kelangsungan hidupnya
dengan bantuan prostesis.
|
|
|
|
5.
Kerjasama
dengan tim rehabilitasi untuk memberikan dukungan pada pasien.
|
5.
Rehabilitasi
lengkap pasien yang mengalami amputasi memerlukan usaha yang terpadu dari
seluruh tim rehabilitasi (ahli bedah ortopedi, perawat, fisiotris, ahli
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
|
|
|
prostesis, fisioterapis, dan terapi akupasi)
untuk membantu pasien menjalankan penyesuaian yang memuaskan terhadap
prostesis.
|
3
|
Kerusakan
mobilitas fisik berhubungan dengan kehilangan tingkat dan gangguan perseptual
(Perubahan rasa keseimbangan) ditandai dengan pasien berhati-hati dalam
bergerak, menolak untuk bergerak
|
Setelah
diberikan askep diharapkan kerusakan mobilitas fisik tidak terjadi dengan
kriteria evaluasi :
-
Menyatakan
pemahaman situasi individual, program pengobatan dan tindakan keamanan
-
Menunjukkan
keinginan berpartisipasi dalam aktivitas
-
Mempertahankan
posisi fungsi seperti dibuktikan oleh adanya kontraktur
-
Menunjukkan
tehnik/prilaku yang memampukan tindakan aktivitas.
|
1.
Berikan
perawatan puntung secara teratur, contoh inspeksi area, bersihkan dan
keringkan, dan tutup kembali puntung dengan balutan elastik atau belat udara,
atau berikan penyusut puntung (kaus kaki stokckinette barat), untuk
”kelambatan” prostese. Ukur lingkarannya secara periodik.
|
1.
Memberikan
kesempatan untuk mengevaluasi penyembuhan dan komplikasi (kecuali ditutup
dengan prostese cepat). Penutupan puntung kedalam bentuk kerucut untuk
memudahkan memasang prostese. Catatan: Udara penekan mungkin lebih baik
karena memungkinkan inspeksi luka. Pengukuran dilakukan untuk memperkirakan
usia-pengisutan untuk meyakinkan
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
|
|
|
kecocokan yang tepat terhadap kaus kaki dan prostese.
|
|
|
|
2.
Segera
tutup kembali puntung dengan balutan elastis, tinggikan bila gips berubah
posisi ”segera/dini” secara tak disengaja. Siapkan penggunaan gips ulang.
|
2.
Edema
akan terjadi dengan cepat dan rehabilitasi dapat melambat.
|
|
|
|
3.
Bantu
latihan rentang gerak khusus untuk area yang sakit dan yang tak sakit mulai
secara dini pada tahap pasca operasi
|
3.
Mencegah
kontraktur, perubahan bentuk, yang dapat terjadi dengan cepat dan dapat
memperlambar penggunaan prostese.
|
|
|
|
4.
Dorong
latihan aktif/isometrik untuk paha atas dan lengan atas
|
4.
Meningkatkan
kekuatan otot untuk membantu pemindahan/ambulasi.
|
|
|
|
5.
Berikan
gulungan untuk paha sesuai indikasi
|
5.
Mencegah
rotasi eksternal puntung tungkai bawah
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
|
|
6.
Instruksikan
pasien untuk berbaring dengan posisi tengkurap sesuai toleransi sedikitnya
dua kali sehari dengan bantal di bawah abdomen dan puntung ekstremitas bawah.
|
6. Menguatkan otot ekstensor dan
mencegah konstraktur fleksi pada panggul
|
|
|
|
7.
Waspadai
tekanan bantal di bawah ekstremitas bawah terhadap puntung atau memungkinkan
ABL tungkai untuk menggantung secara dependen di samping tempat tidur atau
kursi.
|
7.
Penggunaan
bantal dapat menyebabkan kontraktur fleksi permanen pada panggul dan posisi
dependen puntung menganggu aliran vena dan dapat meningkatkan pembentukan
edema.
|
|
|
|
8.
Tunjukkan/bantu
teknik pemindahandan penggunaan alat mobilitas, contoh trapeze, kruk, atau
walker.
|
8.
Membantu
perawatan diri dan kemandirian pasien. Teknik pemindahan yang dapat mencegah
cedera abrasi/kulit karena ”lari cepat”.
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
|
|
9.
Bantu
dengan ambulasi
|
9.
Menurunkan
potensial untuk cedera. Ambulasi setelah amputasi tungkai bawah tergantung
pada waktu pemanasan prostese. Sebagai contoh, (1) pemasangan segera
pascaoprasi: plester kaku dari balutan Paris dipakai pada puntung dan
dipasang tonggal dan kaki buatan. Beban badan mulai 24-48 jam. (2) Pemasangan
dini pascaoperasi: beban badan tidak terjadi sampai 10-30 hari pascaoperasi.
(3) Pemasangan lambat: lebih umum pada area yang tidak mempunyai fasilitas
untuk pemasangan prostese segera/dini
atau bila kondisi puntung dan/atau pasien
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
|
|
|
menghindari pilihan ini. Catatan : amputasi
ekstremitas atas pada awal dapat mempengaruhi rasa pasien terhadap
keseimbangan yang perlu pengawasan/bantuan ambulasi.
|
|
|
|
10.
Bantu
pasien melanjutkan latihan otot praoperasi sesuai kemampuan/bila diizinkan
turun tempat tidur; contoh pasien harus (saat memegang kursi untuk
keseimbangan) melakukan lahitan pengencangan abdominal dan menekuk lutut:
berdiri pada telapak; berdiri pada ibu jari kaki.
|
10.
Membantu
meningkatkan perbaikan rasa keseimbangan dan kekuatan kompensasi bagian
tubuh.
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
|
|
11.
Instruksikan
pasien dalam latihan pengkondisin puntung melawan bantal pada walnya,
kemudian berlanjut pada permukaan yang keras.
|
11.
Pengerasan
puntung dengan sentuhan kulit dan perubahan umpan balik saraf yang dipotong
untuk membantu penggunaan prostese.
|
|
|
|
12.
Rujuk
ke tim rehabilitasi, contoh terapi fisik dan kejuruan
|
12.
Memberikan
bentuk latihan/program aktivitas untuk memenuhi kebutuhan dan kekuatan
individu, dan mengidentifikasi mobilitas fungsional membantu meningkatkan
kemandirian. Penggunaan diri prostese sementara meningkatkan aktivitas dan
meningkatkan kesehatan umum/pandangan positif. Catatan : konseling
kejuruan/latihan ulang juga mungkin diidentifikasikan.
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
|
|
13.
Berikan
tempat tidur busa
|
13.
Menurunkan
tekanan pada kulit/jaringan yang dapat menganggu sirkulasi, potensial risiko
iskemia jaringan/krusakan.
|
4
|
Kerusakan
integritas jaringan berhubungandengan kehilangan bagian tubuh sekunder dari
amputasi
|
Setelah
diberikan Askep diharapkan kerusakan integritas jaringan tidak terjadi dengan
kriteria evaluasi :
-
Menyatakan
ketidaknyamanan hilang
-
Menunjukkan
prilaku/tehnik untuk mencegah kerusakan kulit/memudahkan penyembuhan sesuai
indikasi
-
Mencapai
penyembuhan luka sesuai waktu/penyembuhan lesi terjadi
|
1.
Kaji
kulit untuk luka terbuka, benda asing, kemerahan, perdarahan, perubahan
warna, kelabu, memutuh
|
1.
Memberikan
informasi tentang sirkulasi kulit dan masalah yang mungkin disebabkan oleh
alat dan/atau pemasangan gips/beba atau transaksi, atau pembentukan edema
yang membutuhkan intervensi medik lanjut.
|
|
|
2.
Mesase
kulit dan penonjolan tulang. Pertahankan tempat tidur kering dan bebas
kerutan. Tempatkan bantalan air/bantalan lain bawah siku/tumit sesuai
indikasi.
|
2.
Menurunkan
tekanan pada area yang peka dan risiko abrasi/kerusakan kulit.
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
|
|
3.
Ubah
posisi dengan sering. Dorong penggunaan trapeze bila mungkin
|
3.
Mengurangi
tekanan konstan pada area yang sama dan meminimalkan risiko kerusakan kulit.
Penggunaan trapeze daat menurunkan abrasi pada siku/tumit.
|
5
|
Gangguan
perseptual (perubahan rasa keseimbangan) berhubungan dengan kehilangan bagian
tubuh ditandai dengan pasien tampak mengalami gangguan koordinasi gerak
|
Setelah
dibedikan askep diharapkan pasien tidak mengalami gangguan keseimbangan
dengan kriteria evaluasi:
-
Pasien
mampu memahami nyeri fantom
-
Mampu
menjaga keseimbangan
|
1.
Berikan
KIE pada pasien tentang nyeri fantom
|
1.
Nyeri
gantom akan dirasakan pasien amputasi selama 2 sampai 3 bulan, dan dapat
mengakibatkan pasien kehilangan keseimbangannya.
|
|
|
|
2.
Bantu
pasien untuk menyesuaikan persepsinya tentang sensasi atau nyeri fantom
|
2.
Sensasi
tersebut menimbulkan perasaan bahwa ekstremitasnya masih ada dan mungkin
tergerus, kram atau terpuntir dengan posisi abnormal.
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
|
|
3.
Jaga
pasien tetap aktif untuk dapat mengurangi terjadinya nyeri fantom
|
3.
Rehabilitasi
intesif awal dan desensitisasi puntung dengan pijatan mantap akan sangat
membantu mengurangi nyeri fantom. Teknik distraksi dan aktivitas sangat
membantu, situmulasi saraf elektro transkutan (TENS), ultrason atau anastesia
lokal dapat memberikan pengurangan nyeri fantom.
|
6
|
Gangguan citra
tubuh berhubungan dengan kehilangan bagian tubuh ditandai dengan pasien mengungkapkan
rasa tidak berdaya, merasa malu.
|
Setelah
diberikan askep diharapkan citra tubuh pasien tidak terganggu dnegan kriteria
evaluasi :
-
Pasien
mampu berdaptasi
-
Menyatakan
penerimaan pada situasi diri mengenai perubahan konsep diri yang akut
-
Membuat
rencana nyata untuk adaptasi peran baru/perubahan peran
|
1.
Kaji/perimbangkan
persiapan pasien dan pandangan amputasi
|
1.
Pasien
yang memandang amputasi sebagai pemotongan hidup atau rekonstruksi akan
menerima diri yang baru lebih cepat. Pasien dengan amputasitraumatik yang
mempertimbangkan amputasi menjadi
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
|
|
|
akibat kegagalan tindakan berada pada risiko
tinggi gangguan konsep diri.
|
|
|
|
2.
Dorong
ekspresi ketakutan, perasaan negatif, dan kehilangan bagian tubuh
|
2.
Ekspresi
emosi membantu pasien mulai menerima kenyataan dan realitas hidup tanpa
tungkai.
|
|
|
|
3.
Beri
penguatan informasi pascaoprasi termasuk tipe/lokasi amputasi, tipe prostese
bila tepat (segera, lambat), harapan tindakan pascaoperasi, termasuk kontrol
nyeri dan rehabilitas.
|
3.
Memberikan
kesempatan untuk menanyakan dan mengasimilasi informasi dan mulai menerima
perubahan gambaran diri dan fungsi, yang dapat membantu penyembuhan.
|
|
|
|
4.
Kaji
derajat dukungan yang ada untuk pasien
|
4.
Dukungan
yang cukup dari orang terdekat dan teman dapat membantu proses rehabilitasi.
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
|
|
5.
Diskusikan
persepsi pasien tentang diri dan hubungannya dengan perubahan dan bagaimana
pasien melihat dirinya dalam pola/peran fungsi yang biasanya.
|
5.
Membantu
mengartikam masalah sehubungan dengan pola hidup sebelumnya dan membantu
pemecahan masalah, sebagai contoh, takut kehilangan kemandirian, kemampuan
bekerja, dan sebagainya.
|
|
|
|
6.
Dorong
partisipasi dalam aktivitas sehari-hari. Berikan kesempatan untuk
memandang/merawat puntung menggunakan wkatu untuk menunjukkan tanda positif
penyembuhan.
|
6.
Meningkatkan
kemandirian dan meningkatkan perasaan harga diri. Meskipun penyatuan puntung
dalam gambaran diri dapat memerlukan waktu berbulan-bulan atau bahkan
bertahun-tahun, melihat puntung dan mendengar pernyataan positif (dibuat dengan
cara, waktu yang normal) dapat membantu pasien dalam penerimaan
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
|
|
7.
Dorong/berikan
kunjungan oleh orang yang telah diamputasi, khususnya seseorang yang berhasil
dalam rehabilitasi.
|
7.
Teman
senasib yang telah melalui pengalaman yang sama bertindak sebagai model peran
dan dapat memberikan keabsahan pernyataan juga harapan untuk pemulihan dan
masa depan normal.
|
|
|
|
8.
Berikan
lingkungan yang terbuka pada pasien untuk mendiskusikan masalah tentang
seksualitas.
|
8.
Meningkatkan
pernyataan keyakinan/nilai tentang subjek positif dan mengidentifikasi
kesalahan konsep/mitos yang dapat mempengaruhi penilaian situasi.
|
|
|
|
9.
Perhatikan
perilaku menarik diri, membicarakan diri tentang hal negatif, penggunaan
penyangkalan atau terus menerus melihat perubahan nyata/yang diterima
|
9.
Mengidentifikasi
tehan berduka/kebutuha untuk intervensi.
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
|
|
10.
Diskusikan
tersedianya berbagai sumber, contoh konseling psikiatrik/seksual, terapi
kejuruan.
|
10.
Dibutuhkan
pada masalah ini untuk membantu adaptasi lanjutan yang optimal dan
rehabilitasi
|
7
|
Kurang
perawatan diri berhubungan dengankehilangan bagian tubuh, kerusakan
perseptual sekunder dari amputasi
|
Setelah
diberikan Askep diharapkan pasien mampu memenuhi kebutuhan ADL nya dengan
kriteria
Evaluasi :
-
Mampu
melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan
kemampuan individual
-
Mendemontrasikan
perubahan tehnik/gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri
|
1.
Diskusikan
tingkat fungsi umum (0-4) sebelum timbul awitan/eksaserbasi penyakit dan
potensial perubahan yang sekarang diantisipasi.
2.
Pertahankan
mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan
|
1.
Mungkin
dapat melanjutkan aktivitas umum dengan melakukan adaptasi yang diperlukan
pada keterbatasan saat ini.
2.
Mendukung
kemandirian fisik/emosional
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
|
-
Mengidentifikasikasi
sumber-sumber pribadi/komunikasi yang dapat memenuhi kebutuhan perawatan
diri.
|
3.
Kaji
hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri. Identifikasi/rencana
untuk mofdifikasi lingkungan.
|
4.
Menyiapkan
untuk meningkatkan kemandirian, yang akan meningkatkan harga diri.
|
|
|
|
5. Konsul dengan ahli terapi
ekupasi.
|
6. Berguna untuk menentukan alat
bantu untuk memenuhi kebutuhan individual mis., memasang kancing, menggunakan
alat bantu memakai sepatu, menggantungkan pegangan untuk mandi pancuran.
|
|
|
|
7. Atur evaluasi kesehatan di rumah
sebelum pemulangan dengan evaluasi setelahnya.
|
8.
Mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin dihadapi karena tingkat
ketidakmampuan aktual. Memberikan
lebih banyak keberhasilan usaha tim dengan orang lain yang ikut serta dalam.
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
|
|
|
perawatan, mis., tim terapi okupasi
|
|
|
|
9.
Atur
konsul dengan lembaga lainnya, mis., pelayanan perawatan rumah, ahli nutrisi.
|
10.
Mungkin
membutuhkan berbagai bantuan tambahan untuk persiapan situasi di rumah
|
8
|
Risiko tinggi
perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan edema jaringan
|
Setelah
diberikan askep diharapkan perubahan perfusi jaringan tidak terjadi dengan
kriteria evaluasi :
-
Nadi
perifer teraba
-
Kulit
hangat/kering
-
Penyembuhan
luka tepat waktu
|
1.
Awasi
tanda vital. Palpasi nadi perifer, perhatikan kekuatan dan kesamaan.
|
1.
Indikator
umum status sikulasi dan keadekuatan perfusi.
|
|
|
|
2.
Lakukan
pengkajian neurovaskuler periodik, contoh sensasi, gerakan, nadi, warna kulit
dan suhu.
|
2.
Edema
jaringan pascaoperasi, pembentukan hematoma, atau balutan terlalu ketat dapat
menganggu sirkulasi pada puntung, mengakibatkan nekrosisi jaringan.
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
|
|
3.
Inspeksi
alat balutan/ drainase, perhatikan jumlah dan karakteristik balutan.
|
3.
Kehilangan
darah terus menerus mengindikasikan kebutuhan unuk tambahan penggantian
cairan dan evaluasi untuk gangguan koagulasi atau intervensi bedah untuk
ligasi perdarahan.
|
|
|
|
4.
Berikan
tekanan langsung pada sisi perdarahan, bila terjadi perdarahan. Hubungi
dokter dengan segera.
|
4.
Tekanan
langsung pada perdarahan dapat diteruskan dengan penggunaan balutan serat
pengaman dengan baluran elastis bila perdarahan terkontrol.
|
|
|
|
5.
Evaluasi
tungkai bawah yang tak dioperasi untuk adanya inflamasi, tanda Homan positif.
|
5.
Peningkatan
insiden pembentukan trombus pada pasien dengan penyakit vaskuler perifer
sebelumnya/ perubahan diabetik.
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
|
|
6.
Kolaborasi
dalam pemberian cairan IV/ produk darah sesuai indikasi
|
6.
Mempertahankan
volume sirkulasi untuk memaksimalkan perfusi jaringan
|
|
|
|
7.
Gunakan
kaus kaki antiembolitik/pengurut untuk kaki yang tak dioperasi. Berikan
antikoagulan dosis rendah sesuai indikasi
|
7.
Dapat
meningkatkan aliran balik vena menurunkan pengumpulan vena dan risiko
tromboflebitis
|
|
|
|
8. Awasi
pemeriksaan laboratorium, contoh : Hb/Ht; PT/APTT
|
8. Indikator hipovolemia/dehidrasi yang
dapat menganggu perfusi jaringan. Mengevaluasi kebutuhan/keefektifan
terapi antikouglan dan mengidentifikasi terjadinya komplikasi, contoh
pascatraumatik KID.
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
9
|
Risiko infeksi
berhubungan dengan kerusakan kulit dan jaringan
|
Setelah
diberikan askep diharapkan infeksi tidak terjadi dengan kriteria evaluasi :
-
Tanda-tanda
infeksi tidak ada
-
Menunjukkan
penyembuhan tepat waktu
-
Tidak
terjadi demam
|
1.
Pertahankan
teknik antiseptik bila mengganti balutan/merawat luka.
2.
Inspeksi
balutan dan luka, perhatikan karakteristik drainase
|
1.
Meminimalkan
kesempatan introduksi bakteri.
2.
Deteksi
dini terjadinya infeksi memberikan kesempatan untuk intervensi tepat waktu
dan mencegah komplikasi lebih serius (contoh, osteomielitis)
|
|
|
|
3.
Pertahankan
patensid an pengosongan alat drainase secara rutin.
|
3.
Hemovac,
drain Jackson-Pratt membantu membuang drainase, meningkatkan penyembuhan luka
dan menurunkan risiko infeksi.
|
|
|
|
4.
Tutup
balutan dengan plastik bila menggunakan pispot atau bila inkontinensia
|
4.
Mencegah
kontaminasi pada amutasi tungkai bawah
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
|
|
5.
Buka
puntung terhadap udara, pencucian dengan sabun ringan dan air setelah
permbalutan dikontraindikasikan.
|
5.
Mempertahankan
kebersihan, meminimalkan kontaminasi kulit dan meningkatkan penyembuhan kulit
yang lunak/kulit rapuh
|
|
|
|
6.
Awasi
tanda vital
|
6.
Peningkatan
suhu/takikardia dapat menunjukkan terjadinya sepsis.
|
|
|
|
7.
Ambil
kultur luka/drainase dengan tepat.Kolaborasi dalam pemberian antibiotik sesuai indikasi.
|
7.
Mengidentifikasi
adanya infeksi/organisme khusus. Antibiotik spektrum luas dapat digunakan
secara profilaktik, atau terapi antibiotik mungkin disesuaikan terhadap
organisme khusus,
|
10
|
Risiko tinggi
kekurangan volume carian berhubungan dengan perdarahan
|
Setelah diberiakn
askep diharapkan kekurangan volume cairan tidak terjadi dengan kriteria
evaluasi :
|
1.
Catat
karakteristik drainase (warna darah yang keluar, volume)
|
1.
Darah
merah cerah menandakan adanya perdarahan arterial akut
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
|
-
Pasien
akan menunjukkan perbaikan keseimbangan caraian dan dibuktikan oleh haluaran
urine adekuat dengan berat jenis normal
-
TTV
stabil
-
Membran
mukosa lembab
-
Turgor
kulit baik
-
Pengisian
kapiler baik
|
2.
Awasi
tanda vital bandingkan dengan hasil normal pasien sebelumnya
3.
Catat
respon fisiologis individual pasien terhadap perdarahan, seperti : perubahan
mental, kelemahan, gelisah, ansietas, pucat, berkeringat, takipnea,
peningkatan suhu.
|
2.
Perubahan
TD dan nadi dapat digunakan untuk memperkirakan besarnya kehilangan darah
secara kasar
3.
Sintomatologi
dapat berguna dalam mengukur berat/lamanya episode perdarahan. Memburuknya
gejala dapat menunjukkan berlanjutnya perdarahan atau tidak adekuatnya
penggantian cairan.
|
|
|
|
4.
Kolaborasi
dalam memberikan cairan/darah sesuai indikasi
|
4.
Penggantian
cairan tergantung pada derajat hipovolemia dan lamanya perdarahan (akut atau
kronis tambahan volume albumin jika pasien hipovolemia.
|
No comments:
Post a Comment