WHO AM I?

I PUTU JUNIARTHA SEMARA PUTRA POLTEKKES KEMENKES DENPASAR JURUSAN KEPERAWATAN

Tuesday, September 4, 2012

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN AMPUTASI

Juniartha Semara Putra

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
AMPUTASI

A.  Konsep Teori
  1. Pengertian
Amputasi berasal dari kata “amputare” yang kurang lebih diartikan “pancung”.
Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau seluruh bagian ekstremitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam kondisi pilihan terakhir manakala masalah organ yang terjadi pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan teknik lain, atau manakala kondisi organ dapat membahayakan keselamatan tubuh klien secara utuh atau merusak organ tubuh yang lain seperti adapat menimbulkan komplikasi infeksi. Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa sistem tubuh seperti sistem integumen, sistem persarafan, sistem muskuluskeletal dan sistem cardiovaskuler.
  1. Penyebab/Faktor predisposisi
-      Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki.
-      Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki
-      Gangguan vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas yang berat
-      Infeksi yang berat atau beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya.
-      Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif.
-      Deformitas organ















  1. Etiologi
     
    Patofosiologi amputasi yang dikaitkan dengan masalah keperawatan
 




















Amputasi pada ekstremitas bawah sering diperlukan sebagai akibat penyakit vaskuler perifer progresif (sering sebagai gejala sisa diabetes militus), gangren, trauma (cedera remuk, luka bakar listrik), deformitas kongenital atau tumor ganas. Dari semua penyebab tadi, penyakit vaskuler perifer merupakan penyebab yang tertinggi amputasi ektremitas bawah.
Kehilangan ekstremitas atas memberikan masalah yang berbeda bagi pasien dari pada kehilangan ekstremitas bawah karena ekstremitas atas mempunyai fungsi yang sangat spesialistis. Alasan utama amputasi ekstremitas adalah trauma berat (cedera akut, luka bakar listrik, luka bakar dingin), dan malformasi kongenital.
Kehilangan ekstremitas memerlukan penyesuaian besar. Pasien harus menyesuaikan diri dengan adanya perubahan citra diri permanen, yang harus diselaraskan sehingga tidak akan menghilangkan rasa diri berharga. Mobilitas atau kemampuan fisik untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari berubah, dan pasien perlu belajar bagaimana menyesuaikan aktivitas dan lingkungan untuk mengakomodasikan diri dengan penggunaan alat bantu dan gangguan mobilitas.
Amputasi itu sendiri dapat menimbulkan komplikasi perdarahan, infeksi dan kerusakan kulit. Karena adanya pembuluh darah besar yang dipotong, dapat terjadi perdarahan masif. Infeksi merupakan infeksi pada semua pembedahan dengan peredaran darah buruk atau kontaminasi luka setelah amputasi traumatika, resiko infeksi meningkat. Penyembuhan luka yang buruk dan iritasi akibat protesis dapat menyebabkan kerusakan kulit.
  1. Jenis Amputasi
Berdasarkan pelaksanaan, amputasi dibedakan menjadi :
a.    Amputasi selektif/terencana
Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan mendapat penanganan yang baik serta terpantau secara terus-menerus. Amputasi dilakuakn sebagai salah satu tindakan alternatif terakhir.
b.    Amputasi akibat trauma
Merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma dan tidak direncanakan. Kegiatan tim kesehatan adalah memperbaiki kondisi lokasi amputasi serta memperbaiki kondisi umum klien.
c.    Amputasi darurat
Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan. Biasanya merupakan tindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti pada trauma dengan patah tulang multiple dan kerusakan/kehilangan kulit yang luas.
Jenis amputasi yang umum dikenal adalah :
a.    Amputasi terbuka
Dilakukan pada kondisi infeksi yang berat dimana pemotongan tulang dan otot pada tingkat yang sama.
b.    Amputasi tertutup
Dilakukan dalam kondisi yang lebih memungkinkan dimana dibuat skaif kulit untuk menutup luka yang dibuat dengan pemotongan kurang lebih 5cm dibawah potongan otot dan tulang.
  1. Pemeriksaan Diagnostok
a.    Pemeriksaan dengan Floemetri Doppler
Dipergunakan untuk mengevaluasi aliran darah arteri. Sebelum pembedahan, status neurovaskuler dan fungsional ekstremitas harus dievaluasi melalui pemeriksaan warna, suhu, denyut nadi, penyebaran rambut, keadaan kulit, respon terhadap pengubahan posisi, sensasi, nyeri, fungsi)
b.    Pemeriksaan cultur darah/pus
Dilakukan untuk menentukan terapi antibiotika yang sesuai.
c.    Pemeriksaan darah lengkap
Dilakukan untuk mengetahui kadar Hb (haemoglobin) pada pasien untuk mencegah terjadinya anemia pada pasien yang dapat mengakibatkan syok. Adanya tanda-tanda infeksi juga dapat dilihat pada pemeriksaan darah yang ditandai dengan adanya peningkatan leukosit dalam darah.
d.   Angiografi
Dilakukan bila neuvaskularisasi kemungkinan dapat dilakukan.
e.    Rontgent
Untuk mengidentifikasi abnormalitas tulang
f.    CT-scan
Untuk mengidentifikasi lesi neoplastik, osteomielitis, pembentukan hematoma.
  1. Penatalaksanaan
Tujuan bedah utama adalah mencapai penyembuhan luka amputasi, menghasilkan sisa tungkai (puntung) yang tidak nyeri tekan dengan kulit yang sehat untuk penggunaan prostesis. Lansia mungkin mengalami kelambatan penyembuhan luka karena nutrisi yang buruk dan masalah kesehatan lainnya. Penyembuhan dipercepat dengan penanganan lembut pada sisa tungkai, pengontrolan edema sisa tungkai dengan balutan kompres lunak atau rigid dan menggunakan teknik aseptik dalam perawatan luka untuk menghindari infeksi.
Balutan Rigid terutup sering digunakan untuk mendapatkan kompresi yang merata, menyangga jaringan lunak dan mengontrol nyeri, dan mencegah kontraktur. Segera setelah pembedahan balutan gips rigid dipasang dan dilengkapi tempat memasang ekstensi prostesis sementara (pylon) dan kaki buatan. Kaus kaki steril dipasang pada sisi anggota. Bantalan dipasang pada daerah peka tekanan. Puntung kemudian dibalut dengan balutan gips elastis yang ketika mengeras akan mempertahankan tekanan yang merata. Hati-hati jangan sampai menjerat pembuluh darah. Teknik balutan rigid ini digunakan sebagai cara membuat socket untuk pengukuran protesis pascaoperatif segera. Panjang prostesis disesuaikan dengan individu pasien.
Gips diganti dalam sekitar 10 hari 14 hari. Bila ada suhu tubuh, nyeri berat, atau gips yang mulai longgar harus segera diganti.
Balutan lunak. Balutan lunak dengan atau tanpa kompresi dapat digunakan bila diperlukan inspeksi berkala puntung sesuai kebutuhan. Bidai imobilisasi dapat dibalutkan dengan balutan. Hematoma (luka) puntung dikontrol dengan alat drainase luka untuk meminimalkan infeksi.
Amputasi bertahap. Amputasi bertahap bisa dilakukan bila ada gangren atau infeksi. Pertama-tama dilakukan amputasi guillotine untuk mengangkat semua jaringan nekrosis dan sepsis. Luka didebridemen dan dibiarkan mengering. Sepsis ditangani dengan antibiotika. Dalam beberapa hari, ketika infeksi telah terkontrol dan pasien telah stabil, dilakukan amputasi definitif dengan penutupan kulit.

B.   Konsep Dasar Askep
  1. Pengkajian
a.    Data Subyektif
1)   Sakit pada daerah operasi pemotongan
2)   Perasaan malu akan kecacatan
3)   Perasaan tidak berdaya
4)   Ungkapan penolakan untuk bergerak
5)   Ungkapan rasa takut kehilangan kemandirian
b.    Data obyektif
1)   Tampak meringis kesakitan
2)   Tampak merintih
3)   Tampak sedih, menarik diri dan putus asa
4)   Tampak melindungi luka amputasi dan tampak berhati-hati dalam bergerak, menolak upaya bergerak
5)   Tampak gelisah
6)   Tampak mengalami gangguan koordinasi gerak
7)   Ada luka amputasi
8)   Terpasang drain
Masalah keperawatan yang mungkin muncul :
1)   Nyeri Akut
2)   Ansietas
3)   Kerusakan mobilitas fisik
4)   Kerusakan integritas jaringan
5)   Gangguan perseptual (perubahan rasa keseimbangan)
6)   Gangguan citra tubuh
7)   Sindrome Kurang perawatan diri
8)   Resti perubahan perfusi jaringan perifer
9)   Resti infeksi
10)Resti kekurangan volume cairan
  1. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul berdasarkan prioritas menurut berat ringannya masalah :
a.    Nyeri Akut berhubungan denagn trauma saraf ditandai dengan pasien tampak meringis dan merintih.
b.    Ansietas berhubungan dengan kehilangan bagian tubuh ditandai dengan pasien gelisah
c.    Kerusakan mobilitas fisik berhubngan dengan kehilangan tungkai dan gangguan perseptual (perubahan rasa keseimbangan) ditandai  dengan pasien berhati-hati dalam bergerak, menolak untuk bergerak.
d.   Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan kehilangan bagian tubuh sekunder dari amputasi
e.    Gangguan perseptual (perubahan rasa keseimbangan) berhubungan dengan kehilangan bagian tubuh ditandai dengan pasien tampak mengalami gangguan koordinasi gerak.
f.    Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kehilangan bagian tubuh ditandai dengan pasien mengungkapkan rasa tidak berdaya, merasa malu
g.    Sindrome Kurang perawatan diri berhubungan dengan kehilangan bagian tubuh, kerusakan perseptual sekunder dari amputasi
h.    Resti perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan edema jaringan
i.     Resti infeksi berhubungan dengan kerusakan kulit dan jaringan
j.     Resti kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan.
3. Perencanaan

No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Resional
1
2
3
4
5
1
Nyeri akut berhubungan dengan trauma saraf ditandai dengan pasien tampak meringis dan merintih
Setelah diberikan askep diharapkan nyeri pasien berkurang/ terkontrol dengan kriteria evaluasi
-          Menyatakan nyeri hilang
-          Tampak rileks dan mampu beristirahat dengan tepat
-          Menyatakan pemahaman nyeri fantom dan metode untuk menghilangkannya
1.      Catat lokasi dan intensitas nyeri (skala 0-10). Selidiki perubahan karakteristik nyeri, contoh kebas, kesemutan.
1.      Membantu dalam evaluasi kebutuhan dan keefektifan intervensi. Perubahan dapat mengindikasikan terjadinya komplikasi, contoh nekrosis/infeksi.


2.      Tinggikan bagian yang sakit dengan meninggikan kaki tempat tidur atau menggunakan bantal/guling untuk amputasi tungkai atas.
2.      Mengurangi terbentuknya edema dengan peningkatan aliran balik vena, menurunkan kelelahan otot dan tekanan kulit/jaringan. Catatan: Setelah 24 jam pertama dan pada tak adanya edema, puntung mungkin meluas dan datar.




3.      Terima kenyataan sensasi fantom tungkai yang biasanya hilang dengan sendirinya dan banyak alat akan dicoba untuk
3.      Mengetahui tentang sensasi ini memungkinkan pasien memahami fenomena normal ini yang dapat

1
2
3
4
5



menghilangkan nyeri.
terjadi segera atau beberapa minggu pascaoperasi. Mekipun sensasi biasanya membaik sendiri, beberapa individu mengalami ketidaknyamanan untuk beberapa bulan/tahun. Catatan: Fantom nyeri tidak teratasi dengan obat nyeri tradisional. TENS telah diperbaiki untuk penghilangan efektif jangka pendek, selain itu untuk mengatasi puntung dan masalah prostese.




4.      Berikan tindakan kenyamanan (contoh ubah posisi sering, pijatan punggung) dan aktivitas terapeutik. Dorong penggunaan teknik manajemen stres terapeutik. Dorong
4.      Memfokuskan kembali perhatian, meningkatakn relaksasi, dapat meningkatkan kemampuan koping dan dapat menurunkan terjadinya nyeri
1
2
3
4
5



Penggunaan teknik manajemen stres (contoh latihan napas dalam, visualisasi, pedoman khayalan) dan sentuhan terapeutik.

fantom tungkai.



5.      Berikan pijatan lembut pada puntung sesuai toleransi bila balutan telah dilepas.

5.      Meningkatkan sirkulasi, menurunkan tegangan otot.



6.      Selidiki keluhan nyeri lokal/kemajuan yang tak hilang dengan analgesik
6.      Dapat mengindikasikan terjadinya sindrom kompertemen, khususnya cedera traumatik. (Rujuk ke DK: Fraktur; DK: Perfusi Jaringan, perubahan perifer, risiko tinggi terhadap, hal. 766).




7.      Kolaborasi dalam pemberian obat sesuai indikasi, contoh analgesik, relaksan otot. Instruksi pada ADP.

7.      Menurunkan nyeri/spasme otot. Catatan: ADP menentukan obat tepat waktu yang mencegah

1
2
3
4
5




fluktuasi nyeri sehubungan dengan tegangan/spasme.




8.      Pertahankan alat TENS bila menggunakan
8.      Memberikan rangsangan saraf terus menerus, blok transmisi sensasi nyeri.




9.      Berikan pemanasan lokal sesuai indiaksi
9.      Mungkin digunakan untuk meningkatkan relaksasi otot, meningkatkan sirkulasi, dan membantu perbaikan edema.

2
Ansietas berhubungan dengan kehilangan bagian tubuh ditandai dengan pasien gelisah
Setelah diberikan askep diharapkan cemas pasien berkurang/hilang dengan kriteria evaluasi :
-          Pasien mampu memahami keadaannya saat ini
-          Pasien mampu mendiskusikan tentang gambaran diri dan hal-hal positif yang akan dilakukan
1.      Kaji tingkat kecemasan




1.      Hal ini diperlukan untuk ketepatan intervensi






1
2
3
4
5



2.      Jelaskan setiap prosedur dan tindakan keperawatan/medik meliputi alasan-alasannya dan pentingnya bagi pasien
2.      Takut akibat ketidaktahuan dapat mendukung terjadinya stress.






3.      Identifikasi kekuatan support sistem yang ada pada klien
3.      Ini dapat mengurangi kecemasan dan kesedihan pasien




4.      Berikan HE tentang persiapan untuk prostesis
4.      Persiapan  prostesis yang tepat sangat penting untuk meyakinkan bahwa pasien akan mampu menjalani kembali kelangsungan hidupnya dengan bantuan prostesis.




5.      Kerjasama dengan tim rehabilitasi untuk memberikan dukungan pada pasien.

5.      Rehabilitasi lengkap pasien yang mengalami amputasi memerlukan usaha yang terpadu dari seluruh tim rehabilitasi (ahli bedah ortopedi, perawat, fisiotris, ahli

1
2
3
4
5




prostesis, fisioterapis, dan terapi akupasi) untuk membantu pasien menjalankan penyesuaian yang memuaskan terhadap prostesis.

3
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kehilangan tingkat dan gangguan perseptual (Perubahan rasa keseimbangan) ditandai dengan pasien berhati-hati dalam bergerak, menolak untuk bergerak
Setelah diberikan askep diharapkan kerusakan mobilitas fisik tidak terjadi dengan kriteria evaluasi :
-          Menyatakan pemahaman situasi individual, program pengobatan dan tindakan keamanan
-          Menunjukkan keinginan berpartisipasi dalam aktivitas
-          Mempertahankan posisi fungsi seperti dibuktikan oleh adanya kontraktur
-          Menunjukkan tehnik/prilaku yang memampukan tindakan aktivitas.

1.      Berikan perawatan puntung secara teratur, contoh inspeksi area, bersihkan dan keringkan, dan tutup kembali puntung dengan balutan elastik atau belat udara, atau berikan penyusut puntung (kaus kaki stokckinette barat), untuk ”kelambatan” prostese. Ukur lingkarannya secara periodik.
1.      Memberikan kesempatan untuk mengevaluasi penyembuhan dan komplikasi (kecuali ditutup dengan prostese cepat). Penutupan puntung kedalam bentuk kerucut untuk memudahkan memasang prostese. Catatan: Udara penekan mungkin lebih baik karena memungkinkan inspeksi luka. Pengukuran dilakukan untuk memperkirakan usia-pengisutan untuk meyakinkan

1
2
3
4
5




kecocokan yang tepat terhadap kaus kaki dan prostese.




2.      Segera tutup kembali puntung dengan balutan elastis, tinggikan bila gips berubah posisi ”segera/dini” secara tak disengaja. Siapkan penggunaan gips ulang.

2.      Edema akan terjadi dengan cepat dan rehabilitasi dapat melambat.



3.      Bantu latihan rentang gerak khusus untuk area yang sakit dan yang tak sakit mulai secara dini pada tahap pasca operasi
3.      Mencegah kontraktur, perubahan bentuk, yang dapat terjadi dengan cepat dan dapat memperlambar penggunaan prostese.




4.      Dorong latihan aktif/isometrik untuk paha atas dan lengan atas

4.      Meningkatkan kekuatan otot untuk membantu pemindahan/ambulasi.



5.      Berikan gulungan untuk paha sesuai indikasi
5.      Mencegah rotasi eksternal puntung tungkai bawah



1
2
3
4
5



6.      Instruksikan pasien untuk berbaring dengan posisi tengkurap sesuai toleransi sedikitnya dua kali sehari dengan bantal di bawah abdomen dan puntung ekstremitas bawah.

6.      Menguatkan otot ekstensor dan mencegah konstraktur fleksi pada panggul




7.      Waspadai tekanan bantal di bawah ekstremitas bawah terhadap puntung atau memungkinkan ABL tungkai untuk menggantung secara dependen di samping tempat tidur atau kursi.

7.      Penggunaan bantal dapat menyebabkan kontraktur fleksi permanen pada panggul dan posisi dependen puntung menganggu aliran vena dan dapat meningkatkan pembentukan edema.




8.      Tunjukkan/bantu teknik pemindahandan penggunaan alat mobilitas, contoh trapeze, kruk, atau walker.
8.      Membantu perawatan diri dan kemandirian pasien. Teknik pemindahan yang dapat mencegah cedera abrasi/kulit karena ”lari cepat”.



1
2
3
4
5



9.      Bantu dengan ambulasi
9.      Menurunkan potensial untuk cedera. Ambulasi setelah amputasi tungkai bawah tergantung pada waktu pemanasan prostese. Sebagai contoh, (1) pemasangan segera pascaoprasi: plester kaku dari balutan Paris dipakai pada puntung dan dipasang tonggal dan kaki buatan. Beban badan mulai 24-48 jam. (2) Pemasangan dini pascaoperasi: beban badan tidak terjadi sampai 10-30 hari pascaoperasi. (3) Pemasangan lambat: lebih umum pada area yang tidak mempunyai fasilitas untuk pemasangan  prostese segera/dini atau bila kondisi puntung dan/atau pasien


1
2
3
4
5




menghindari pilihan ini. Catatan : amputasi ekstremitas atas pada awal dapat mempengaruhi rasa pasien terhadap keseimbangan yang perlu pengawasan/bantuan ambulasi.




10.  Bantu pasien melanjutkan latihan otot praoperasi sesuai kemampuan/bila diizinkan turun tempat tidur; contoh pasien harus (saat memegang kursi untuk keseimbangan) melakukan lahitan pengencangan abdominal dan menekuk lutut: berdiri pada telapak; berdiri pada ibu jari kaki.

10.  Membantu meningkatkan perbaikan rasa keseimbangan dan kekuatan kompensasi bagian tubuh.


1
2
3
4
5



11.  Instruksikan pasien dalam latihan pengkondisin puntung melawan bantal pada walnya, kemudian berlanjut pada permukaan yang keras.

11.  Pengerasan puntung dengan sentuhan kulit dan perubahan umpan balik saraf yang dipotong untuk membantu penggunaan prostese.



12.  Rujuk ke tim rehabilitasi, contoh terapi fisik dan kejuruan
12.  Memberikan bentuk latihan/program aktivitas untuk memenuhi kebutuhan dan kekuatan individu, dan mengidentifikasi mobilitas fungsional membantu meningkatkan kemandirian. Penggunaan diri prostese sementara meningkatkan aktivitas dan meningkatkan kesehatan umum/pandangan positif. Catatan : konseling kejuruan/latihan ulang juga mungkin diidentifikasikan.


1
2
3
4
5



13.  Berikan tempat tidur busa
13.  Menurunkan tekanan pada kulit/jaringan yang dapat menganggu sirkulasi, potensial risiko iskemia jaringan/krusakan.

4
Kerusakan integritas jaringan berhubungandengan kehilangan bagian tubuh sekunder dari amputasi
Setelah diberikan Askep diharapkan kerusakan integritas jaringan tidak terjadi dengan kriteria evaluasi :
-          Menyatakan ketidaknyamanan hilang
-          Menunjukkan prilaku/tehnik untuk mencegah kerusakan kulit/memudahkan penyembuhan sesuai indikasi
-          Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu/penyembuhan lesi terjadi

1.      Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing, kemerahan, perdarahan, perubahan warna, kelabu, memutuh
1.      Memberikan informasi tentang sirkulasi kulit dan masalah yang mungkin disebabkan oleh alat dan/atau pemasangan gips/beba atau transaksi, atau pembentukan edema yang membutuhkan intervensi medik lanjut.



2.      Mesase kulit dan penonjolan tulang. Pertahankan tempat tidur kering dan bebas kerutan. Tempatkan bantalan air/bantalan lain bawah siku/tumit sesuai indikasi.

2.      Menurunkan tekanan pada area yang peka dan risiko abrasi/kerusakan kulit.


1
2
3
4
5



3.      Ubah posisi dengan sering. Dorong penggunaan trapeze bila mungkin
3.      Mengurangi tekanan konstan pada area yang sama dan meminimalkan risiko kerusakan kulit. Penggunaan trapeze daat menurunkan abrasi pada siku/tumit.

5
Gangguan perseptual (perubahan rasa keseimbangan) berhubungan dengan kehilangan bagian tubuh ditandai dengan pasien tampak mengalami gangguan koordinasi gerak
Setelah dibedikan askep diharapkan pasien tidak mengalami gangguan keseimbangan dengan kriteria evaluasi:
-          Pasien mampu memahami nyeri fantom
-          Mampu menjaga keseimbangan

1.      Berikan KIE pada pasien tentang nyeri fantom
1.      Nyeri gantom akan dirasakan pasien amputasi selama 2 sampai 3 bulan, dan dapat mengakibatkan pasien kehilangan keseimbangannya.



2.      Bantu pasien untuk menyesuaikan persepsinya tentang sensasi atau nyeri fantom
2.      Sensasi tersebut menimbulkan perasaan bahwa ekstremitasnya masih ada dan mungkin tergerus, kram atau terpuntir dengan posisi abnormal.



1
2
3
4
5



3.      Jaga pasien tetap aktif untuk dapat mengurangi terjadinya nyeri fantom
3.      Rehabilitasi intesif awal dan desensitisasi puntung dengan pijatan mantap akan sangat membantu mengurangi nyeri fantom. Teknik distraksi dan aktivitas sangat membantu, situmulasi saraf elektro transkutan (TENS), ultrason atau anastesia lokal dapat memberikan pengurangan nyeri fantom.

6
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kehilangan bagian tubuh ditandai dengan pasien mengungkapkan rasa tidak berdaya, merasa malu.
Setelah diberikan askep diharapkan citra tubuh pasien tidak terganggu dnegan kriteria evaluasi :
-          Pasien mampu berdaptasi
-          Menyatakan penerimaan pada situasi diri mengenai perubahan konsep diri yang akut
-          Membuat rencana nyata untuk adaptasi peran baru/perubahan peran
1.      Kaji/perimbangkan persiapan pasien dan pandangan amputasi
1.      Pasien yang memandang amputasi sebagai pemotongan hidup atau rekonstruksi akan menerima diri yang baru lebih cepat. Pasien dengan amputasitraumatik yang mempertimbangkan amputasi menjadi


1
2
3
4
5




akibat kegagalan tindakan berada pada risiko tinggi gangguan konsep diri.




2.      Dorong ekspresi ketakutan, perasaan negatif, dan kehilangan bagian tubuh

2.      Ekspresi emosi membantu pasien mulai menerima kenyataan dan realitas hidup tanpa tungkai.




3.      Beri penguatan informasi pascaoprasi termasuk tipe/lokasi amputasi, tipe prostese bila tepat (segera, lambat), harapan tindakan pascaoperasi, termasuk kontrol nyeri dan rehabilitas.
3.      Memberikan kesempatan untuk menanyakan dan mengasimilasi informasi dan mulai menerima perubahan gambaran diri dan fungsi, yang dapat membantu penyembuhan.




4.      Kaji derajat dukungan yang ada untuk pasien
4.      Dukungan yang cukup dari orang terdekat dan teman dapat membantu proses rehabilitasi.



1
2
3
4
5



5.      Diskusikan persepsi pasien tentang diri dan hubungannya dengan perubahan dan bagaimana pasien melihat dirinya dalam pola/peran fungsi yang biasanya.

5.      Membantu mengartikam masalah sehubungan dengan pola hidup sebelumnya dan membantu pemecahan masalah, sebagai contoh, takut kehilangan kemandirian, kemampuan bekerja, dan sebagainya.




6.      Dorong partisipasi dalam aktivitas sehari-hari. Berikan kesempatan untuk memandang/merawat puntung menggunakan wkatu untuk menunjukkan tanda positif penyembuhan.
6.      Meningkatkan kemandirian dan meningkatkan perasaan harga diri. Meskipun penyatuan puntung dalam gambaran diri dapat memerlukan waktu berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun, melihat puntung dan mendengar pernyataan positif (dibuat dengan cara, waktu yang normal) dapat membantu pasien dalam penerimaan
1
2
3
4
5



7.      Dorong/berikan kunjungan oleh orang yang telah diamputasi, khususnya seseorang yang berhasil dalam rehabilitasi.
7.      Teman senasib yang telah melalui pengalaman yang sama bertindak sebagai model peran dan dapat memberikan keabsahan pernyataan juga harapan untuk pemulihan dan masa depan normal.




8.      Berikan lingkungan yang terbuka pada pasien untuk mendiskusikan masalah tentang seksualitas.

8.      Meningkatkan pernyataan keyakinan/nilai tentang subjek positif dan mengidentifikasi kesalahan konsep/mitos yang dapat mempengaruhi penilaian situasi.




9.      Perhatikan perilaku menarik diri, membicarakan diri tentang hal negatif, penggunaan penyangkalan atau terus menerus melihat perubahan nyata/yang diterima
9.      Mengidentifikasi tehan berduka/kebutuha untuk intervensi.


1
2
3
4
5



10.  Diskusikan tersedianya berbagai sumber, contoh konseling psikiatrik/seksual, terapi kejuruan.

10.  Dibutuhkan pada masalah ini untuk membantu adaptasi lanjutan yang optimal dan rehabilitasi
7
Kurang perawatan diri berhubungan dengankehilangan bagian tubuh, kerusakan perseptual sekunder dari amputasi

Setelah diberikan Askep diharapkan pasien mampu memenuhi kebutuhan ADL nya dengan kriteria
Evaluasi :
-          Mampu melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan kemampuan individual
-          Mendemontrasikan perubahan tehnik/gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri

1.      Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4) sebelum timbul awitan/eksaserbasi penyakit dan potensial perubahan yang sekarang diantisipasi.

2.      Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan
1.      Mungkin dapat melanjutkan aktivitas umum dengan melakukan adaptasi yang diperlukan pada keterbatasan saat ini.


2.      Mendukung kemandirian fisik/emosional









1
2
3
4
5


-          Mengidentifikasikasi sumber-sumber pribadi/komunikasi yang dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri.

3.      Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri. Identifikasi/rencana untuk mofdifikasi lingkungan.

4.      Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian, yang akan meningkatkan harga diri.



5.      Konsul dengan ahli terapi ekupasi.
6.      Berguna untuk menentukan alat bantu untuk memenuhi kebutuhan individual mis., memasang kancing, menggunakan alat bantu memakai sepatu, menggantungkan pegangan untuk mandi pancuran.




7.      Atur evaluasi kesehatan di rumah sebelum pemulangan dengan evaluasi setelahnya.
8.      Mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin dihadapi karena tingkat ketidakmampuan aktual. Memberikan lebih banyak keberhasilan usaha tim dengan orang lain yang ikut serta dalam.


1
2
3
4
5




perawatan, mis., tim terapi okupasi




9.      Atur konsul dengan lembaga lainnya, mis., pelayanan perawatan rumah, ahli nutrisi.
10.  Mungkin membutuhkan berbagai bantuan tambahan untuk persiapan situasi di rumah

8
Risiko tinggi perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan edema jaringan
Setelah diberikan askep diharapkan perubahan perfusi jaringan tidak terjadi dengan kriteria evaluasi :
-          Nadi perifer teraba
-          Kulit hangat/kering
-          Penyembuhan luka tepat waktu
1.      Awasi tanda vital. Palpasi nadi perifer, perhatikan kekuatan dan kesamaan.
1.      Indikator umum status sikulasi dan keadekuatan perfusi.




2.      Lakukan pengkajian neurovaskuler periodik, contoh sensasi, gerakan, nadi, warna kulit dan suhu.
2.      Edema jaringan pascaoperasi, pembentukan hematoma, atau balutan terlalu ketat dapat menganggu sirkulasi pada puntung, mengakibatkan nekrosisi jaringan.



1
2
3
4
5



3.      Inspeksi alat balutan/ drainase, perhatikan jumlah dan karakteristik balutan.

3.      Kehilangan darah terus menerus mengindikasikan kebutuhan unuk tambahan penggantian cairan dan evaluasi untuk gangguan koagulasi atau intervensi bedah untuk ligasi perdarahan.




4.      Berikan tekanan langsung pada sisi perdarahan, bila terjadi perdarahan. Hubungi dokter dengan segera.

4.      Tekanan langsung pada perdarahan dapat diteruskan dengan penggunaan balutan serat pengaman dengan baluran elastis bila perdarahan terkontrol.




5.      Evaluasi tungkai bawah yang tak dioperasi untuk adanya inflamasi, tanda Homan positif.

5.      Peningkatan insiden pembentukan trombus pada pasien dengan penyakit vaskuler perifer sebelumnya/ perubahan diabetik.



1
2
3
4
5



6.      Kolaborasi dalam pemberian cairan IV/ produk darah sesuai indikasi
6.      Mempertahankan volume sirkulasi untuk memaksimalkan perfusi jaringan




7.      Gunakan kaus kaki antiembolitik/pengurut untuk kaki yang tak dioperasi. Berikan antikoagulan dosis rendah sesuai indikasi

7.      Dapat meningkatkan aliran balik vena menurunkan pengumpulan vena dan risiko tromboflebitis



8.      Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh : Hb/Ht; PT/APTT
8.      Indikator hipovolemia/dehidrasi yang dapat menganggu perfusi jaringan. Mengevaluasi kebutuhan/keefektifan terapi antikouglan dan mengidentifikasi terjadinya komplikasi, contoh pascatraumatik KID.



1
2
3
4
5
9
Risiko infeksi berhubungan dengan kerusakan kulit dan jaringan
Setelah diberikan askep diharapkan infeksi tidak terjadi dengan kriteria evaluasi :
-          Tanda-tanda infeksi tidak ada
-          Menunjukkan penyembuhan tepat waktu
-          Tidak terjadi demam
1.      Pertahankan teknik antiseptik bila mengganti balutan/merawat luka.

2.      Inspeksi balutan dan luka, perhatikan karakteristik drainase
1.      Meminimalkan kesempatan introduksi bakteri.


2.      Deteksi dini terjadinya infeksi memberikan kesempatan untuk intervensi tepat waktu dan mencegah komplikasi lebih serius (contoh, osteomielitis)




3.      Pertahankan patensid an pengosongan alat drainase secara rutin.
3.      Hemovac, drain Jackson-Pratt membantu membuang drainase, meningkatkan penyembuhan luka dan menurunkan risiko infeksi.




4.      Tutup balutan dengan plastik bila menggunakan pispot atau bila inkontinensia
4.      Mencegah kontaminasi pada amutasi tungkai bawah




1
2
3
4
5



5.      Buka puntung terhadap udara, pencucian dengan sabun ringan dan air setelah permbalutan dikontraindikasikan.
5.      Mempertahankan kebersihan, meminimalkan kontaminasi kulit dan meningkatkan penyembuhan kulit yang lunak/kulit rapuh




6.      Awasi tanda vital
6.      Peningkatan suhu/takikardia dapat menunjukkan terjadinya sepsis.




7.      Ambil kultur luka/drainase dengan tepat.Kolaborasi dalam pemberian  antibiotik sesuai indikasi.
7.      Mengidentifikasi adanya infeksi/organisme khusus. Antibiotik spektrum luas dapat digunakan secara profilaktik, atau terapi antibiotik mungkin disesuaikan terhadap organisme khusus,

10
Risiko tinggi kekurangan volume carian berhubungan dengan perdarahan
Setelah diberiakn askep diharapkan kekurangan volume cairan tidak terjadi dengan kriteria evaluasi :

1.      Catat karakteristik drainase (warna darah yang keluar, volume)

1.      Darah merah cerah menandakan adanya perdarahan arterial akut



1
2
3
4
5


-          Pasien akan menunjukkan perbaikan keseimbangan caraian dan dibuktikan oleh haluaran urine adekuat dengan berat jenis normal
-          TTV stabil
-          Membran mukosa lembab
-          Turgor kulit baik
-          Pengisian kapiler baik
2.      Awasi tanda vital bandingkan dengan hasil normal pasien sebelumnya


3.      Catat respon fisiologis individual pasien terhadap perdarahan, seperti : perubahan mental, kelemahan, gelisah, ansietas, pucat, berkeringat, takipnea, peningkatan suhu.

2.      Perubahan TD dan nadi dapat digunakan untuk memperkirakan besarnya kehilangan darah secara kasar

3.      Sintomatologi dapat berguna dalam mengukur berat/lamanya episode perdarahan. Memburuknya gejala dapat menunjukkan berlanjutnya perdarahan atau tidak adekuatnya penggantian cairan.




4.      Kolaborasi dalam memberikan cairan/darah sesuai indikasi
4.      Penggantian cairan tergantung pada derajat hipovolemia dan lamanya perdarahan (akut atau kronis tambahan volume albumin jika pasien hipovolemia.



No comments: