Juniartha Semara Putra
ASUHAN
KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
ARTRITIS
SEPTIK
A. Konsep
Teori
- Pengertian
Artritis septik adalah sendi yang mengalami
infeksi akibat penyebaran dari infeksi di tempat tubuh lain (penyebaran
hematogenus) atau secara langsung akibat trauma atau intervensi bedah.
- Epidemologi
- Penjamu abnormal atau mengalami imunosupresi
(seperti pada DM, HIV, usia lanjut)
- Bakteriemia sekunder karena invasi virus,
endokarditis, atau infeksi kulit, juga dapat terjadi karena inokulasi langsung
atau penyebaran dari sebuah fokus yang berdampingan (seperti pada selulitis,
bersitis septik, osteomielitis)
- Sendi yang rusak akibat Reumatoid Artritis,
Osteoartritis, gout atau trauma.
- Penyebab
Infeksi oleh bakteri
gonococci dan bakteri staphylococci.
- Fatofisiologi yang dihubungan dengan masalah keperawatan

Trauma
sendi sebelumnya, artritis yang menyertai, dan menurunnya kekebalan tubuh
penderita mempengaruhi terjadinya infeksi sendi. Gonococci dan staphyloccoci
penyebab utama infeksi sendi pada orang dewasa, penemuan dan penanganan yang
segera pada infeksi sendi sangat penting karena timbunan pus yang dapat
menyebabkan kondrolisis (kerusakan kartilagi hialin) yang penyembuhaanya sangat
buruk.
- Manifestasi klinis
-
Onset akut artritis monoartikular (>80%) dengan rasa
nyeri, pembengkakan, dan hangat pada sendri
-
Lokasi lutut (paling sering), panggul, peradangan tangan,
bahu, pergelangan kaki. Pada pasien dengan infeksi virus akut cendrung untuk
melihat daerah lain seperti sendi sakroiliakan, simfisis pubis, sterno
klauvikular dan sendi manubrium sterni.
-
Pada lutut, bursitis pra patela septik harus dapat
dibedakan dengan efusi lutut intra artikular septik. Nyeri à infeksi intra
artikular à jangkauan gerak
menurun ekstrem bila fleksi dan pembengkakan à bursistis pra patela
berbentuk kubah di atas patela, tanpa efusi intra artikular.
-
Gejala konstitusional: demam, menggigil, berkeringat,
malaise, mialgia, nyeri.
-
Infeksi dapat dilacak dari tempat awal untuk membentuk
fistula, abses, osteomielitis.
- Pemeriksaan Diagnostik
-
Leukositosisi dengan pergeseran ke kiri
-
Artro sentesis sebaiknya dilakukan secepatnya bila
dicurigai. Hati-hati dalam melalukan puntie melalui daerah yang terinfeksi
karena dapat memasukkan infeksi lain ke dalam ruangan sendi.
-
Cairan sinovial : hitung sel leukosit, biasanya >
50.000, > 90% PMN (Catatan: tidak menyingkirkan artritis septik). Dengan
krista (+) 75%. 50% infeksi batang gram (-) dengan kultur sesuai dengan infeksi
stafilukokus.
-
Radiografi konvensional seperti 2 minggu setelah infeksi,
pada saat itu dapat sesuai biasanya jarang membantu sampai melihat erosi
tulang, penyempitan rongga sendi, osteomielitis, periostitis.
B.
Konsep Dasar Askep
- Pengkajian
a.
Data Subyektif
1)
Sakit pada bagian tubuh terutama pada sendi-sendi
2)
Mengeluh bengkak lokal pada bagian sendi
3)
Mengeluh demam
4)
Pasien mengungkapkan riwayat penyakitnya seperti DM
artritis
5)
Pasien mengungkapkan riwayat pemakaian obay
kortikosteroid jangka panjang
6)
Pasien mengungkapkan kesulitan untuk bergerak
7)
Pasien bertanya tentang penyakitnya
b.
Data obyektif
1)
Daerah sendi bengkak, tampak kemerahan
2)
Suhu tubuh > 37oC
3)
Pasien tampak meringis
kesakitan
4)
Terasa hangat dan nyeri tekan pada daerah yang bengkak
5)
Ada cairan purulen yang keluar dari sendi yang bengkak
- Diagnosa keperawatan
a.
Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks
spasme otot sekunder terhadap artritis
b.
Hipertermi berhubungan dengan tidak efektifnya
termoregulasi sekunder terhadap infeksi
c.
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri,
penurunan kekuatan dan rentang gerak sekunder terhadap artritis.
d.
Sindrome Kurang perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
otot sekunder terhadap artritis
e.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
ditandai oleh pasien terus bertanya tentang penyakitnya.
3. Perencanaan
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Resional
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks
spamse otot sekunder terhadap artritis
|
Setelah diberikan askep diharapkan nyeri pasien berkurang
atau terkontrol dengan kriteria evaluasi
-
Terlihat rileks
-
Dapat tidur/istirahat dan berpartisipasi dalam
aktivitas sesuai kemampuan
-
Mengikuti program famakologis yang diresepkan
-
Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas
hiburan kedalam program kontrol nyeri.
|
1.
Selidiki
keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat faktor-faktor
yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit nonverbal.
2.
Berikan
matras/kasur keras, bantal kecil. Tinggikan linen tempat tidur sesuai
kebutuhan
|
1.
Membantu
dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan keefektifan program.
2.
Matras
yang lembut/empuk, bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan kesejajaran
tubuh yang tepat, menempatkan stres pada sendi yang sakit. Peninggian linen
tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi/nyeri.
|
|
|
|
3. Biarkan
pasien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di kursi.
Tingkatkan
|
3. Pada
penyakit berat/eksaserbasi, tirah baring mungkin diperlukan (sampai perbaikan
objektif dan
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
|
|
istirahat di tempat tidur
sesuai indikasi
|
subjektif didapat) untuk
membatasi nyeri/cedera sendi.
|
|
|
|
4.
Tempatkan
/pantau penggunaan bantal, karung pasie, gulungan trokhanter, beba, brace.
|
4.
Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan mempertahankan posisi
netral. Catatan: penggunaan
brace dapat menurunkan nyeri dan mungkin dapat mengurangi kerusakan pada
sendi. Meskipun demikian, ketidakaktifan lama dapat mengakibatkan hilangnya
mobilitas/fungsi sendi.
|
|
|
|
5. Dorong untuk sering mengubah
posisi. Bantu pasien untuk bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit
di atas dan di bawah, hindari gerakan yang menyentak.
|
5. Mencegah terjadinya kelelahan
umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/rasa sakit
pada sendi.
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
|
|
6.
Anjurkan
pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu bangun dan/atau
pada waktu tidur. Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang
sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi, dan
sebagainya.
|
6.
Panas
meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan melepaskan
kekakuan di pagi hari. Sensitivitas pada panas dapat dihilangkan dan luka
demal dapat disembuhkan
|
|
|
|
7.
Berikan
masase yang lembut
|
7.
meningkatkan
relaksasi/mengurangi tegangan otot.
|
|
|
|
8. Dorongpenggunaan
teknik manajemen stres, misalnya relaksasi progresif, sentuhan terapeutik,
biofeedback, visualisasi, pedoman imajinasi, hipnosis diri, dan pengendalian
panas.
|
8.
meningkatkan
relaksasi, memberikan rasa kontrol dan mungkin meningkatkan kemakmuran
koping.
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
|
|
9.
Libatkan
dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu.
|
9.
Memfokuskan
kembali perhatian, memberikan stimulasi, dan meningkatkan rasa percaya diri
dan perasaan sehat.
|
|
|
|
10.
Beri
obat sebelum aktivitas/latihan yang direncanakan sesuai pentunjuk.
|
10.
Meningkatkan
relaksasi, mengurangi tegangan otot/spasme memudahkan untuk ikut serta dalam
terapi.
|
|
|
|
11.
Kolaborasi
dalam pemberian obat-obatan sesuai petunjuk : Asetilsalisilat (aspirin);
|
11.
ASA
bekerja sebagai anti-inflamasi dan efek analgesik ringan dalam mengurangi
kekakuan dan meningkatkan mobilitas. ASA harus dipakai secara reguler untuk
mendukung kadar dalam darah terapeutik. Riset mengindikasikan bahwa ASA
memiliki ”indeks toksisitas” yang paling rendah dari NSAID lain yang
diresepkan.
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
|
|
12.
NSAID
lainnya, mis., ibuprofen (Motrin); naproksen (Naprosyn); sulindak (Clinoril);
piroksikam (Feldene); fenoprofen (Nalfon)
|
12.
Dapat
digunakan bila pasien tidak memberikan respons pada aspirin atau untuk
meningkatkan efek dari aspirin. Cattan: Obat-obatan ini harus diberikan
dengan urutan yang meningkat menurut keparahan relatif dari efek-eek samping
(”indeks toksisitas”).
|
2
|
Hipertermi
berhubungan dengan tidak efektifnya temoregulasi sekunder terhadap infeksi
|
Setelah
diberikan askep diharapkan pasien tidak mengalami peningkatan suhu tubuh
dengan kriteria evaluasi :
-
Suhu
pasien dalam batas normal bebas dari kedinginan
-
Pasien
tidak mengalami komplikasi berhubungan dengan
|
1. Pantau suhu pasien (derajat dan
pola): perhatikan mengigil/diaforesis
2.
Pantau
suhu lingkungan, batasi/tambahkan linen tempat tidur, sesuai indikasi.
|
1. Suhu 38,9oC
menunjukkan proses penyakit infeksius akut. Pola demam dapat membantu dalam
diagnosis
2.
Suhu
ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati
normal.
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
|
|
3. Berikan kompres hangat; hindari penggunaan
alkohol
|
3. Dapat membantu mengurangi demam.
Catatan-catatan penggunaan air es/alkohol mungkin menyebabkan kedinginan,
peningkatan suhu seacar aktual. Selain itu alkohol dapat mengeringkan kulit.
|
|
|
|
4.
Kolaborasi
dalam pemberian antipiretik, misalnya ASA (Aspirin), asataminofen (Tytenol)
|
4.
Digunakan
untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus, meskipun
demam mungkin dapat berguna dalam membatasi pertumbuhan organisme, dan
meningkatkan autodestruksi dari sel-sel yang terinfeksi.
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
3
|
Kerusakan
mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, penurunan kekuatan dan rentang
gerak sekunder terhadap artritis
|
Setelah
diberikan askep diharapkan kerusakan mobilitas fisik tidak terjadi dengan
kriteria evaluasi :
-
Mempertahankan
fungsi posisi dengan tidak hadirnya/pembatasan kontraktur
-
Mempertahankan
atau meningkatkan kekuatan dan fungsi dari kompensasi bagian tubuh
-
Mendemontrasikan
tehnik/prilaku yang emungkinkan melakukan aktivitas
|
1.
Evaluasi/lanjutkan
pemantauan tingkat inflamasi/rasa sakit pada sendi.
2.
Pertahankan
istirahat tirah baring/duduk jika diperlukan. Jadwal aktivitas untuk
memberikan periode istirahat yang terus menerus dan tidur malam hari yang
tidak terganggu.
|
1.
Tingkat
aktivitas/latihan tergantung dari perkembangan/resolusi dari proses
inflamasi.
2.
Istirahat
sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit yang
penting untuk mencegah kelelahan, mempertahankan kekuatan.
|
|
|
|
3.
Bantu
dengan rentang gerak aktif/pasif, demikian juga latihan resistif dan
isometrik jika memungkinkan.
|
3.
Mempertahankan/
meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot, dan stamina umum. Catatan: latihan
tidak adekuat menimbulkan kekakuan sendi, karenanya aktivitas yang berlebihan
dapat merusak sendi.
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
|
|
4.
Ubah
posisi dengan sering dengan jumlah personel cukup. Demonstrasikan/bantu
teknik pemindahan dan penggunaan bantuan mobilitas, mis., trapeze.
|
4.
Menghilangkan
tekanan pada jaringan dan meningkatkan sirkulasi. Mempermudah perawatan diri
dan kemandirian pasien. Teknik pemindahan yang tepat dapat mencegah robekan
abrasi kulit.
|
|
|
|
5.
Posisikan
dengan bantal, kantung pasir, gulungan trokhanter, bebat, brace.
|
5.
Meningkatkan
stabilitas jaringan (mengurangi risiko cedera) dan mempertahankan posisi
sendi yang diperlukan dan kesejajaran tubuh, mengurangi kontraktur.
|
|
|
|
6.
Gunakan
bantal kecil/tipis di bawah leher
|
6.
Mencegah
fleksi leher.
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
|
|
7. Dorong pasien mempertahankan
postur tegak dan duduk tinggi, berdiri, berjalan.
|
7. Memaksimalkan fungsi sendi,
mempertahankan mobolitas
|
|
|
|
8.
Berikan
lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi/kloset, menggunakan pegangan
tangga pada bak/pencuran dan toilet, penggunaan alat bantu mobilitas/kursi
roda penyelamat.
|
8.
Menghindari
cedera akibat kecelakaan/jatuh.
|
4
|
Sindrome Kurang
perawatan diri berhubungan dengan kelemahan otot sekunder terhadap artritis
|
Setelah
diberikan Askep diharapkan pasien mampu memenuhi kebutuhan ADL nya dengan
kriteria
Evaluasi :
-
Mampu
melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan
kemampuan individual
-
Mendemontrasikan
perubahan tehnik/gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri
|
1.
Diskusikan
tingkat fungsi umum (0-4) sebelum timbul awitan/eksaserbasi penyakit dan
potensial perubahan yang sekarang diantisipasi.
2.
Pertahankan
mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan
|
1.
Mungkin
dapat melanjutkan aktivitas umum dengan melakukan adaptasi yang diperlukan
pada keterbatasan saat ini.
2.
Mendukung
kemandirian fisik/emosional
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
|
-
Mengidentifikasikasi
sumber-sumber pribadi/komunikasi yang dapat memenuhi kebutuhan perawatan
diri.
|
3.
Kaji
hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri. Identifikasi/rencana
untuk mofdifikasi lingkungan.
|
3.
Menyiapkan
untuk meningkatkan kemandirian, yang akan meningkatkan harga diri.
|
|
|
|
4. Konsul dengan ahli terapi
ekupasi.
|
4. Berguna untuk menentukan alat
bantu untuk memenuhi kebutuhan individual mis., memasang kancing, menggunakan
alat bantu memakai sepatu, menggantungkan pegangan untuk mandi pancuran.
|
|
|
|
5.
Atur
evaluasi kesehatan di rumah sebelum pemulangan dengan evaluasi setelahnya.
|
5.
Mengidentifikasi
masalah-masalah yang mungkin dihadapi karena tingkat ketidakmampuan aktual.
Memberikan lebih banyak keberhasilan usaha tim dengan orang lain yang ikut
serta dalam.
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
|
|
|
perawatan, mis., tim terapi okupasi
|
|
|
|
6.
Atur
konsul dengan lembaga lainnya, mis., pelayanan perawatan rumah, ahli nutrisi.
|
6.
Mungkin
membutuhkan berbagai bantuan tambahan untuk persiapan situasi di rumah
|
5
|
Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi ditandai oleh pasien terus
bertanya tentang penyakitnya.
|
Setelah
dibedikan askep diharapkan pengetahuan pasien bertambah dengan kriteria
evaluasi:
-
Pasien
menunjukkan pemahaman tentang kondisi/prognosis, perawatan
-
Mengembangkan
rencana untuk perawatan diri termasuk modifikasi gaya hidup yang konsisten
dengan mobilitas dan/atau pembatasan aktivitas.
|
1.
Tinjau
proses penyakit, prognosis, dan harapan masa depan.
2.
Diskusikan
kebiasaan pasien dalam penatalaksanaan proses sakit melalui diet,
obat-obatan, dan program diet seimbang, latihan dan istirahat.
|
1.
Memberikan
pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi.
2.
Tujuan
kontrol penyakit adalah untuk menekan inflamasi sendiri/jaringan lain untuk
mempertahankan fungsi sendi dan mencegah deformitas.
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
|
|
3.
Bantu
dalam merencanakan jadwal aktivitas terintegrasi yang realistis, istirahat,
perawatan pribadi, pemberian obat-obatan, terapi fisik, dan manajemen stres.
|
3.
Memberikan
struktur dan mengurangi ansietas pada waktu menangani proses penyakit kronis
kompleks.
|
|
|
|
4.
Tekankan
pentingnya melanjutkan manajemen farmakoterapeutik.
|
4.
Keuntungan
dari terapi obat-obatan tergantung pada ketetapan dosis; mis., aspirin harus
diberikan secara reguler untuk mendukung kadar terapeutik darah 18-25 mg.
|
|
|
|
5.
Rekomendasikan
penggunaan aspirin bersalut/dibufer enterik atau salisilat nonasetil, mis.,
kolin salisilat (Arthropan) atau kolin magnesium trisalisilat (Trilisate).
|
5.
Preparat
bersalut/dobufer dicerna dengan makanan, meminimalkan iritasi gaster,
mengurangi risiko perdarahan. Catatan: Produk nonasetil sedikit
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
|
|
|
dibutuhkan untuk mengurangi iritasi lambung
|
|
|
|
6.
Anjurkan
mencerna obat-obatan dengan makanan, susu, atau antasida dan pada waktu
tidur.
|
6.
Membatasi
iritasi gaster. Pengurangan nyeri pada HS akan meningkatkan tidur dan meningkatkan
kadar darah, mengurangi kekakuan di pagi hari.
|
|
|
|
7. Identifikasi efek samping
obat-obatan yang merugikan, mis., tinitus, lambung tidak toleran, perdarahan
gastrointestinal, dan ruam purpurik.
|
7. Memperpanjang dan memaksimalkan
dosis aspirin dapat mengakibatkan takar lajak. Tinitus umumnya
mengindikasikan kadar terapeutik darah yang tinggi. Jika terjadi tinitus,
dosisi umumnya diturunkan menjadi 1 tablet setiap 2 atau 3 hari sampai
berhenti.
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
|
|
8. Tekankan pentingnya membaca
label produk dan mengurangi penggunaan obat-obat yang dijual bebas tanpa
persetujuan dokter.
|
8. Banyak produk mengandung
salisilat tersembunyi (mis., obat pilek, antidiare) yang dapat meningkatkan
risiko takar lajak obat/efek samping yang berbahaya.
|
|
|
|
9. Tinjau pentingnya diet yang
seimbang dengan makanan yang banyak mengandung vitamin, protein, dan zat
besi.
|
9.
Meningkatkan
perasaan sehat umum dan perbaikan/ regenerasi jaringan.
|
|
|
|
10.
Dorong
pasien obesitas untuk menurunkan berat badan dan berikan informasi penurun
berat badan sesuai kebutuhan.
|
10.
Penurunan
berat badan akan mengurangi tekanan pada sendi, terutama pinggul, lutut,
pergelangan kaki, telapak kaki.
|
|
|
|
11. Berikan informasi mengenai alat
bantu, mis., mainan beroda/ wagon untuk barang-barang bergerak, tongkat untuk
mengambil,
|
11. Mengurangi paksaan untuk
menggunakan sendi dan memungkinkan individu untuk ikut serta secara lebih
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
|
|
piring-piring ringan, tempat duduk toilet yang
dapat dinaikkan, palang keamanan.
|
nyaman dalam aktivitas yang dibutuhkan/
diinginkan.
|
|
|
|
12.
Diskusikan
teknik menghemat energi, mis., duduk daripad aberdiri untuk mempersiapkan
makanan dan mandi.
|
12.
Mencegah
kepenatan, memberikan kemudahan perawatan diri, dan kemandirian.
|
|
|
|
13.
Dorong
mempertahankan posisi tubuh yang benar baik pada saat istirahat maupun pada
waktu melakukan aktivitas, mis., menjaga agar sendi tetap meregang, tidak
fleksi, menggunakan bebat untuk periode yang ditentukan, menghindari
membiarkan bebat selama periode yang ditentukan, menempatkan tangan dekat
apda pusat tubuh selama menggunakan, dan bergeser daripada mengangkat benda
jika memungkinkan.
|
13.
Mekanika
tubuh yang baik harus menjadi bagian dari gaya hidup pasien untuk mengurangi
tekanan sendi dan nyeri.
|
No comments:
Post a Comment