WHO AM I?

I PUTU JUNIARTHA SEMARA PUTRA POLTEKKES KEMENKES DENPASAR JURUSAN KEPERAWATAN

Tuesday, September 4, 2012

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN ARTRITIS SEPTIK

Juniartha Semara Putra

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
ARTRITIS SEPTIK

A.  Konsep Teori
  1. Pengertian
Artritis septik adalah sendi yang mengalami infeksi akibat penyebaran dari infeksi di tempat tubuh lain (penyebaran hematogenus) atau secara langsung akibat trauma atau intervensi bedah.
  1. Epidemologi
-      Penjamu abnormal atau mengalami imunosupresi (seperti pada DM, HIV, usia lanjut)
-      Bakteriemia sekunder karena invasi virus, endokarditis, atau infeksi kulit, juga dapat terjadi karena inokulasi langsung atau penyebaran dari sebuah fokus yang berdampingan (seperti pada selulitis, bersitis septik, osteomielitis)
-      Sendi yang rusak akibat Reumatoid Artritis, Osteoartritis, gout atau trauma.
  1. Penyebab
Infeksi oleh bakteri gonococci dan bakteri staphylococci.


  1. Fatofisiologi yang dihubungan dengan masalah keperawatan
 





















Trauma sendi sebelumnya, artritis yang menyertai, dan menurunnya kekebalan tubuh penderita mempengaruhi terjadinya infeksi sendi. Gonococci dan staphyloccoci penyebab utama infeksi sendi pada orang dewasa, penemuan dan penanganan yang segera pada infeksi sendi sangat penting karena timbunan pus yang dapat menyebabkan kondrolisis (kerusakan kartilagi hialin) yang penyembuhaanya sangat buruk.
  1. Manifestasi klinis
-      Onset akut artritis monoartikular (>80%) dengan rasa nyeri, pembengkakan, dan hangat pada sendri
-      Lokasi lutut (paling sering), panggul, peradangan tangan, bahu, pergelangan kaki. Pada pasien dengan infeksi virus akut cendrung untuk melihat daerah lain seperti sendi sakroiliakan, simfisis pubis, sterno klauvikular dan sendi manubrium sterni.
-      Pada lutut, bursitis pra patela septik harus dapat dibedakan dengan efusi lutut intra artikular septik. Nyeri à infeksi intra artikular à jangkauan gerak menurun ekstrem bila fleksi dan pembengkakan à bursistis pra patela berbentuk kubah di atas patela, tanpa efusi intra artikular.
-      Gejala konstitusional: demam, menggigil, berkeringat, malaise, mialgia, nyeri.
-      Infeksi dapat dilacak dari tempat awal untuk membentuk fistula, abses, osteomielitis.
  1. Pemeriksaan Diagnostik
-      Leukositosisi dengan pergeseran ke kiri
-      Artro sentesis sebaiknya dilakukan secepatnya bila dicurigai. Hati-hati dalam melalukan puntie melalui daerah yang terinfeksi karena dapat memasukkan infeksi lain ke dalam ruangan sendi.
-      Cairan sinovial : hitung sel leukosit, biasanya > 50.000, > 90% PMN (Catatan: tidak menyingkirkan artritis septik). Dengan krista (+) 75%. 50% infeksi batang gram (-) dengan kultur sesuai dengan infeksi stafilukokus.
-      Radiografi konvensional seperti 2 minggu setelah infeksi, pada saat itu dapat sesuai biasanya jarang membantu sampai melihat erosi tulang, penyempitan rongga sendi, osteomielitis, periostitis.

B.   Konsep Dasar Askep
  1. Pengkajian
a.    Data Subyektif
1)   Sakit pada bagian tubuh terutama pada sendi-sendi
2)   Mengeluh bengkak lokal pada bagian sendi
3)   Mengeluh demam
4)   Pasien mengungkapkan riwayat penyakitnya seperti DM artritis
5)   Pasien mengungkapkan riwayat pemakaian obay kortikosteroid jangka panjang
6)   Pasien mengungkapkan kesulitan untuk bergerak
7)   Pasien bertanya tentang penyakitnya
b.    Data obyektif
1)   Daerah sendi bengkak, tampak kemerahan
2)   Suhu tubuh > 37oC
3)   Pasien tampak meringis  kesakitan
4)   Terasa hangat dan nyeri tekan pada daerah yang bengkak
5)   Ada cairan purulen yang keluar dari sendi yang bengkak
  1. Diagnosa keperawatan
a.    Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder terhadap artritis
b.    Hipertermi berhubungan dengan tidak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap infeksi
c.    Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, penurunan kekuatan dan rentang gerak sekunder terhadap artritis.
d.   Sindrome Kurang perawatan diri berhubungan dengan kelemahan otot sekunder terhadap artritis
e.    Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi ditandai oleh pasien terus bertanya tentang penyakitnya.
3. Perencanaan

No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Resional
1
2
3
4
5
1
Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks spamse otot sekunder terhadap artritis
Setelah diberikan askep diharapkan nyeri pasien berkurang atau terkontrol dengan kriteria evaluasi
-          Terlihat rileks
-          Dapat tidur/istirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan
-          Mengikuti program famakologis yang diresepkan
-          Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan kedalam program kontrol nyeri.
1.      Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit nonverbal.

2.      Berikan matras/kasur keras, bantal kecil. Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan
1.      Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan keefektifan program.




2.      Matras yang lembut/empuk, bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan stres pada sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi/nyeri.




3.      Biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di kursi. Tingkatkan
3.      Pada penyakit berat/eksaserbasi, tirah baring mungkin diperlukan (sampai perbaikan objektif dan

1
2
3
4
5



istirahat di tempat tidur sesuai indikasi
subjektif didapat) untuk membatasi nyeri/cedera sendi.




4.      Tempatkan /pantau penggunaan bantal, karung pasie, gulungan trokhanter, beba, brace.
4.      Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan mempertahankan posisi netral. Catatan: penggunaan brace dapat menurunkan nyeri dan mungkin dapat mengurangi kerusakan pada sendi. Meskipun demikian, ketidakaktifan lama dapat mengakibatkan hilangnya mobilitas/fungsi sendi.




5.      Dorong untuk sering mengubah posisi. Bantu pasien untuk bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan di bawah, hindari gerakan yang menyentak.

5.      Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/rasa sakit pada sendi.


1
2
3
4
5



6.      Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu bangun dan/atau pada waktu tidur. Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi, dan sebagainya.

6.      Panas meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitivitas pada panas dapat dihilangkan dan luka demal dapat disembuhkan



7.      Berikan masase yang lembut
7.      meningkatkan relaksasi/mengurangi tegangan otot.




8.      Dorongpenggunaan teknik manajemen stres, misalnya relaksasi progresif, sentuhan terapeutik, biofeedback, visualisasi, pedoman imajinasi, hipnosis diri, dan pengendalian panas.

8.      meningkatkan relaksasi, memberikan rasa kontrol dan mungkin meningkatkan kemakmuran koping.


1
2
3
4
5



9.      Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu.
9.      Memfokuskan kembali perhatian, memberikan stimulasi, dan meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan sehat.




10.  Beri obat sebelum aktivitas/latihan yang direncanakan sesuai pentunjuk.
10.  Meningkatkan relaksasi, mengurangi tegangan otot/spasme memudahkan untuk ikut serta dalam terapi.




11.  Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan sesuai petunjuk : Asetilsalisilat (aspirin);
11.  ASA bekerja sebagai anti-inflamasi dan efek analgesik ringan dalam mengurangi kekakuan dan meningkatkan mobilitas. ASA harus dipakai secara reguler untuk mendukung kadar dalam darah terapeutik. Riset mengindikasikan bahwa ASA memiliki ”indeks toksisitas” yang paling rendah dari NSAID lain yang diresepkan.


1
2
3
4
5



12.  NSAID lainnya, mis., ibuprofen (Motrin); naproksen (Naprosyn); sulindak (Clinoril); piroksikam (Feldene); fenoprofen (Nalfon)
12.  Dapat digunakan bila pasien tidak memberikan respons pada aspirin atau untuk meningkatkan efek dari aspirin. Cattan: Obat-obatan ini harus diberikan dengan urutan yang meningkat menurut keparahan relatif dari efek-eek samping (”indeks toksisitas”).

2
Hipertermi berhubungan dengan tidak efektifnya temoregulasi sekunder terhadap infeksi
Setelah diberikan askep diharapkan pasien tidak mengalami peningkatan suhu tubuh dengan kriteria evaluasi :
-          Suhu pasien dalam batas normal bebas dari kedinginan
-          Pasien tidak mengalami komplikasi berhubungan dengan
1.      Pantau suhu pasien (derajat dan pola): perhatikan mengigil/diaforesis



2.      Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahkan linen tempat tidur, sesuai indikasi.
1.      Suhu 38,9oC menunjukkan proses penyakit infeksius akut. Pola demam dapat membantu dalam diagnosis

2.      Suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal.




1
2
3
4
5



3.      Berikan kompres hangat; hindari penggunaan alkohol
3.      Dapat membantu mengurangi demam. Catatan-catatan penggunaan air es/alkohol mungkin menyebabkan kedinginan, peningkatan suhu seacar aktual. Selain itu alkohol dapat mengeringkan kulit.




4.      Kolaborasi dalam pemberian antipiretik, misalnya ASA (Aspirin), asataminofen (Tytenol)
4.      Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus, meskipun demam mungkin dapat berguna dalam membatasi pertumbuhan organisme, dan meningkatkan autodestruksi dari sel-sel yang terinfeksi.



1
2
3
4
5
3
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, penurunan kekuatan dan rentang gerak sekunder terhadap artritis
Setelah diberikan askep diharapkan kerusakan mobilitas fisik tidak terjadi dengan kriteria evaluasi :
-          Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/pembatasan kontraktur
-          Mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan fungsi dari kompensasi bagian tubuh
-          Mendemontrasikan tehnik/prilaku yang emungkinkan melakukan aktivitas

1.      Evaluasi/lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi/rasa sakit pada sendi.


2.      Pertahankan istirahat tirah baring/duduk jika diperlukan. Jadwal aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang terus menerus dan tidur malam hari yang tidak terganggu.
1.      Tingkat aktivitas/latihan tergantung dari perkembangan/resolusi dari proses inflamasi.

2.      Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit yang penting untuk mencegah kelelahan, mempertahankan kekuatan.



3.      Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif, demikian juga latihan resistif dan isometrik jika memungkinkan.
3.      Mempertahankan/ meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot, dan stamina umum. Catatan: latihan tidak adekuat menimbulkan kekakuan sendi, karenanya aktivitas yang berlebihan dapat merusak sendi.



1
2
3
4
5



4.      Ubah posisi dengan sering dengan jumlah personel cukup. Demonstrasikan/bantu teknik pemindahan dan penggunaan bantuan mobilitas, mis., trapeze.
4.      Menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan sirkulasi. Mempermudah perawatan diri dan kemandirian pasien. Teknik pemindahan yang tepat dapat mencegah robekan abrasi kulit.




5.      Posisikan dengan bantal, kantung pasir, gulungan trokhanter, bebat, brace.
5.      Meningkatkan stabilitas jaringan (mengurangi risiko cedera) dan mempertahankan posisi sendi yang diperlukan dan kesejajaran tubuh, mengurangi kontraktur.




6.      Gunakan bantal kecil/tipis di bawah leher

6.      Mencegah fleksi leher.


1
2
3
4
5



7.      Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi, berdiri, berjalan.
7.      Memaksimalkan fungsi sendi, mempertahankan mobolitas




8.      Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi/kloset, menggunakan pegangan tangga pada bak/pencuran dan toilet, penggunaan alat bantu mobilitas/kursi roda penyelamat.

8.      Menghindari cedera akibat kecelakaan/jatuh.
4
Sindrome Kurang perawatan diri berhubungan dengan kelemahan otot sekunder terhadap artritis
Setelah diberikan Askep diharapkan pasien mampu memenuhi kebutuhan ADL nya dengan kriteria
Evaluasi :
-          Mampu melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan kemampuan individual
-          Mendemontrasikan perubahan tehnik/gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri
1.      Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4) sebelum timbul awitan/eksaserbasi penyakit dan potensial perubahan yang sekarang diantisipasi.

2.      Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan
1.      Mungkin dapat melanjutkan aktivitas umum dengan melakukan adaptasi yang diperlukan pada keterbatasan saat ini.


2.      Mendukung kemandirian fisik/emosional


1
2
3
4
5


-          Mengidentifikasikasi sumber-sumber pribadi/komunikasi yang dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri.

3.      Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri. Identifikasi/rencana untuk mofdifikasi lingkungan.

3.      Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian, yang akan meningkatkan harga diri.



4.      Konsul dengan ahli terapi ekupasi.
4.      Berguna untuk menentukan alat bantu untuk memenuhi kebutuhan individual mis., memasang kancing, menggunakan alat bantu memakai sepatu, menggantungkan pegangan untuk mandi pancuran.




5.      Atur evaluasi kesehatan di rumah sebelum pemulangan dengan evaluasi setelahnya.
5.      Mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin dihadapi karena tingkat ketidakmampuan aktual. Memberikan lebih banyak keberhasilan usaha tim dengan orang lain yang ikut serta dalam.




1
2
3
4
5




perawatan, mis., tim terapi okupasi




6.      Atur konsul dengan lembaga lainnya, mis., pelayanan perawatan rumah, ahli nutrisi.
6.      Mungkin membutuhkan berbagai bantuan tambahan untuk persiapan situasi di rumah

5
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi ditandai oleh pasien terus bertanya tentang penyakitnya.
Setelah dibedikan askep diharapkan pengetahuan pasien bertambah dengan kriteria evaluasi:
-          Pasien menunjukkan pemahaman tentang kondisi/prognosis, perawatan
-          Mengembangkan rencana untuk perawatan diri termasuk modifikasi gaya hidup yang konsisten dengan mobilitas dan/atau pembatasan aktivitas.

1.      Tinjau proses penyakit, prognosis, dan harapan masa depan.



2.      Diskusikan kebiasaan pasien dalam penatalaksanaan proses sakit melalui diet, obat-obatan, dan program diet seimbang, latihan dan istirahat.
1.      Memberikan pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi.

2.      Tujuan kontrol penyakit adalah untuk menekan inflamasi sendiri/jaringan lain untuk mempertahankan fungsi sendi dan mencegah deformitas.


1
2
3
4
5



3.      Bantu dalam merencanakan jadwal aktivitas terintegrasi yang realistis, istirahat, perawatan pribadi, pemberian obat-obatan, terapi fisik, dan manajemen stres.

3.      Memberikan struktur dan mengurangi ansietas pada waktu menangani proses penyakit kronis kompleks.




4.      Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen farmakoterapeutik.
4.      Keuntungan dari terapi obat-obatan tergantung pada ketetapan dosis; mis., aspirin harus diberikan secara reguler untuk mendukung kadar terapeutik darah 18-25 mg.




5.      Rekomendasikan penggunaan aspirin bersalut/dibufer enterik atau salisilat nonasetil, mis., kolin salisilat (Arthropan) atau kolin magnesium trisalisilat (Trilisate).

5.      Preparat bersalut/dobufer dicerna dengan makanan, meminimalkan iritasi gaster, mengurangi risiko perdarahan. Catatan: Produk nonasetil sedikit



1
2
3
4
5




dibutuhkan untuk mengurangi iritasi lambung




6.      Anjurkan mencerna obat-obatan dengan makanan, susu, atau antasida dan pada waktu tidur.
6.      Membatasi iritasi gaster. Pengurangan nyeri pada HS akan meningkatkan tidur dan meningkatkan kadar darah, mengurangi kekakuan di pagi hari.




7.      Identifikasi efek samping obat-obatan yang merugikan, mis., tinitus, lambung tidak toleran, perdarahan gastrointestinal, dan ruam purpurik.
7.      Memperpanjang dan memaksimalkan dosis aspirin dapat mengakibatkan takar lajak. Tinitus umumnya mengindikasikan kadar terapeutik darah yang tinggi. Jika terjadi tinitus, dosisi umumnya diturunkan menjadi 1 tablet setiap 2 atau 3 hari sampai berhenti.



1
2
3
4
5



8.      Tekankan pentingnya membaca label produk dan mengurangi penggunaan obat-obat yang dijual bebas tanpa persetujuan dokter.

8.      Banyak produk mengandung salisilat tersembunyi (mis., obat pilek, antidiare) yang dapat meningkatkan risiko takar lajak obat/efek samping yang berbahaya.




9.      Tinjau pentingnya diet yang seimbang dengan makanan yang banyak mengandung vitamin, protein, dan zat besi.
9.      Meningkatkan perasaan sehat umum dan perbaikan/ regenerasi jaringan.





10.  Dorong pasien obesitas untuk menurunkan berat badan dan berikan informasi penurun berat badan sesuai kebutuhan.

10.  Penurunan berat badan akan mengurangi tekanan pada sendi, terutama pinggul, lutut, pergelangan kaki, telapak kaki.




11.  Berikan informasi mengenai alat bantu, mis., mainan beroda/ wagon untuk barang-barang bergerak, tongkat untuk mengambil,
11.  Mengurangi paksaan untuk menggunakan sendi dan memungkinkan individu untuk ikut serta secara lebih
1
2
3
4
5



piring-piring ringan, tempat duduk toilet yang dapat dinaikkan, palang keamanan.
nyaman dalam aktivitas yang dibutuhkan/ diinginkan.



12.  Diskusikan teknik menghemat energi, mis., duduk daripad aberdiri untuk mempersiapkan makanan dan mandi.
12.  Mencegah kepenatan, memberikan kemudahan perawatan diri, dan kemandirian.




13.  Dorong mempertahankan posisi tubuh yang benar baik pada saat istirahat maupun pada waktu melakukan aktivitas, mis., menjaga agar sendi tetap meregang, tidak fleksi, menggunakan bebat untuk periode yang ditentukan, menghindari membiarkan bebat selama periode yang ditentukan, menempatkan tangan dekat apda pusat tubuh selama menggunakan, dan bergeser daripada mengangkat benda jika memungkinkan.
13.  Mekanika tubuh yang baik harus menjadi bagian dari gaya hidup pasien untuk mengurangi tekanan sendi dan nyeri.

No comments: