Juniartha Semara Putra
A. Pengertian
Gangguan Bahasa
Penyebab kelainan berbahasa bermacam-macam yang melibatkan berbagai
faktor yang dapat saling mempengaruhi, antara lain kemampuan lingkungan,
pendengaran, kognitif, fungsi saraf, emosi, psikologis dan lain sebagainya.
Menurut Blager B.F (1981) membagi penyebab gangguan bicara dan bahasa adalah
sebagai berikut :
C.Klasifikasi
dan Tanda Gejala
D.
Penatalaksanaan Klien dengan Gangguan Bahasa
TUMBUH KEMBANG
BAHASA
A. Pengertian
Gangguan Bahasa
Menurut Soetjiningsih (1995) gangguan bahasa merupakan keterlambatan
dalam sektor bahasa yang dialami oleh seorang anak. Kemampuan berbahasa
merupakan suatu indikator seluruh perkembangan anak. Jika seorang anak tidak
mampu berbicara maka dapat menimbulkan kesulitan dalam berkomunikasi dan
mengungkapkan perasaannya kelak. Dalam
artikel “Frequently Asked Question”,
Jeniffer Fusco (2002) mengungkapkan bahwa gangguan bahasa merupakan suatu
keterlambatan dalam berbahasa ataupun bicara dimana jika dilakukan penanganan
dini akan sangat menolong anak dalam masalah bahasa.
B. Etiologi
Penyebab kelainan berbahasa bermacam-macam yang melibatkan berbagai
faktor yang dapat saling mempengaruhi, antara lain kemampuan lingkungan,
pendengaran, kognitif, fungsi saraf, emosi, psikologis dan lain sebagainya.
Menurut Blager B.F (1981) membagi penyebab gangguan bicara dan bahasa adalah
sebagai berikut :
Penyebab
|
Efek pada perkembangan bicara
|
1.Lingkungan
a.
Sosial ekonomi kurang
b.
Tekanan keluarga
c.
Keluarga bisu
d.
Dirumah menggunakan bahasa bilingual
2.Emosi
a.
Ibu yang tertekan
b.
Gangguan serius pada orang tua
c.
Gangguan serius pada anak
3.Masalah Pendengaran
a.
Kongenital
b.
Didapat
4.Perkembangan terlambat
a.
Perkembangan lambat
b.
Perkembangan lambat, tetapi masih dalam batas
rata-rata
c.
Retardasi mental
5.Cacat bawaan
a.
Palatoshciziz
b.
Sindrom Down
6.Kerusakan otak
a.
Kelainan neuromuskular
b.
Kelainan sensorimotor
c.
Palsi serebral
d.
Kelainan Persepsi
|
a.
Terlambat
b.
Gagap
c.
Terlambat pemerolehan bahasa
d.
Terlambat pemerolehan struktur bahasa
a.
Terlambat pemerolehan bahasa
b.
Terlambat atau gangguan perkembangan bahasa
c.
Terlambat atau gangguan perkembangan bahasa
a.
Terlambat/gangguan bicara yang permanen
b.
Terlambat/gangguan bicara yang permanen
a.
Terlambat bicara
b.
Terlambat bicara
c.
Pasti terlambat bicara
a.
Terlambat dan terganggu kemampuan bicaranya
b.
Kemampuan bicaranya lebih rendah
a.
Mempengaruhi kemmapuan mengisap, menelan, mengunyah
dan akhirnya timbul gangguan bicara dan artikulasi seperti disartia
b.
Mempengaruhi kemampuan mengisap dan menelan, akhirnya
menimbulkan gangguan artikulasi seperti dispraksia
c.
Berpengaruh pada pernafasan, makan dan timbul juga
masalah artikulasi yang dapat mengakibatkan disartia dan dispraksia
d.
Kesulitan membedakan suara, mengenal bahasa,
simbolisasi, mengenal konsep, akhirnya menimbulkan kesulitan belajar
disekolah.
|
Sedangkan Aram D.M (1987), mengatakan
bahwa gangguan bicara pada anak dapat disebabkan oleh kelainan dibawah ini :
1.
Lingkungan sosial anak
Interaksi antar
personal merupakan dasar dari semua komunikasi dan perkembangan bahasa.
Lingkungan yang tidak mendukung akan menyebabkan gangguan bicara dan bahasa
pada anak.
2.
Sistem masukan/input
Adalah sistem
pendengaran, penglihatan dan integritas taktil-kinestetik dari anak.
Pendengaran merupakan alat yang penting dalam perkembangan bicara. Anak deng
otitis media kronik dengan penurunan daya pendengaran akan mengalami
keterlambatan kemampuan menerima ataupun mengungkapkan bahasa. Gangguan bicara
juga terdapat pada tuli oleh karena kelainan genetik dan metabolik (tuli
primer), tuli neurosensorial, (infeksi intra uterin ; sifilis, rubella,
tolsoplasmosis, sitomegalovirus), tuli konduktif seperti akibat malformasi
telinga luar, tuli sentral (sama sekali tidak mendengar), tuli perseptif/afasia
sensorik (terjadi kegagalan , integrasi aarti bicara yang didengar menjadi
suatu pengertian yang menyeluruh), dan tuli psikis seperti pada schizoprenia,
autisme infantil, keadaan cemas dan reaksi psikologis lainnya. Pola bahsa juga
akan berpengaruh pada anak dengan gangguan penglihatan yang berat, demikian
juga dengan anak dengan defisit taktil kinestetik akan tejadi gangguan
artikulasi.
3.
Sistem pusat bicara dan bahasa
Kelainan susunan
saraf pusat akan mempengaruhi pemahaman, inteprestasi, formulasi dan
perencanaan bahasa, juga pada aktifitas dan kemampuan intelektual dari anak.
Gangguan komunikasi biasanya merupakan bagian dari retasrdasi mental, misalnya
pada Sindrom Down.
4.
Sistem Produksi
Sistem
produksi suara seperti laring, hidung, struktur mulut dan mekanisme neuromuskular
yang berpengaruh terhadap pengaturan nafas untuk berbicara, bunyi laring,
pembentukan bunyi untuk artikulasi bicara melalui aliran udara lewat laring,
faring dan rongga mulut.
Menurut
Jeniffer Fusco (2002) etiologi dari gangguan bahasa karena kehilangan
pendengaran, infeksi kronik telinga, stroke atau trauma otak, syndroms,
retardasi mental, riwayat injuri otak selama prenatal, intranatal dan
postnatal, ketidakmampuan untuk memahami dan berbahasa, gangguan proses
auditory, keterlambatan perkembangan pada bayi prematur, kelemahan atau
gangguan motorik, gangguan proses sensory, dan gangguan otot. Dalam
penelitiannya, Jeniffer Fusco menemukan bahwa keterlambatan bahawa lebih banyak
dialami pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Fusco berpendapat bahwa
secara umum laki-laki mempunyai kemampuan nonverbal yang lebih bagus
dibandingkan dengan kemampuan verbal.
C.Klasifikasi
dan Tanda Gejala
Menurut Rutter (dikutip dari Toback C),
berdasarkan atas sberat ringannya kelainan bahasa sebagai berikut :
Ringan
|
Keterlambatan akuisi dari bunyi
kata-kata, bahasa normal.
|
Dislalia
|
Sedang
|
Keterlambatan lebih berat dari
akuisi bunyi kata-kata dan perkembangan bahasa terlambat
|
Disfasia ekspresif
|
Berat
|
Keterlambatan lebih berat dari
akuisisi dan bahasa, gangguan pemahaman bahasa
|
Disfasia reseptif dan tuli
perseptif
|
Sangat berat
|
Gangguan pada seluruh kemampuan
bahasa
|
Tuli perseptif dan tuli sentral
|
Sedangkan
Rapinda Allen (dikutip dari Klein, 1991) berdasar patofisologi membagi kelainan
bahasa pada anak menjadi 6 sub tipe :
1. 2
primer ekspresif
Ø
disfraksia verbal
anak mengerti
sefala sesuatu yang dikatakan kepadanya, mereka lebih sering menunjuk daripada
bicara
Ø
gangguan defisit produksi fonologi
anak bicara
dengan kata-kata dan frase yang susah dimengerti bahkan pada orang-orang yang
sering kontak dengannya sehingga menimbulkan rasa marah dan frustasi bagi si
anak.
2. 2
defisit represif dan ekspresif
Ø
gangguan campuran ekspresif represif
anak berbicara
sulit dipahami dengan kalimat yang pendek dan banyak dari mereka yang autistik.
Ø
disfrasia verbal auditori agnosia
amak mengerti
sedikit pada apa yang dikatakan kepadanya walaupun kadang-kadang mereka
mengikuti suatu pembicaraan dengan cara lain dan miskin dalam artikulasi
kata-kata.
3. 2
defisit bahasa yang lebih berat
Ø
gangguan leksikal sintaksis
anak kesulitan
dalam menemukan kata-kata yang tepat khususnya saat bercakap-cakap. Mereka
tidak gagap dan tidak menghindar untuk berbicara.
Ø
gangguan semantik pragmantik
Anak dapat
berbicara lancar tetapi mereka bicara tanpa henti mengenai satu topik.
Aram D.M (1987) dan
Towne (1983) gejala-gejala anak dengan gangguan bahasa adalah sebagai berikut :
1.
Pada usia 6 bulan anak tidak mampu memalingkan mata
serta kepalanya terhadap suara yang datang dari belakang atau samping.
2.
Pada usia 10 bulan anak tidak memberi reaksi terhadap
panggilan namanya sendiri.
3.
Pada usia 15 bulan tidak mengerti dan memberi reaksi
terhadap kata-kata janga, da-da, dan sebagainya.
4.
Pada usia 18 bulan tidak dapa menyebut sepuluh kata
tunggal
5.
Pada usia 2 bulan tidak memberi reaksi terhadap
perintah (misalnya duduk, kemari, berdiri)
6.
Pada usia 24 bulan tidak bisa menyebut bagian-bagian
tubuh
7.
Pada usia 24 bulan hanya mempunyai perbendaharaan
kata-kata yang sangat sedikit/tidak mempunyai kata-kata huruf z pada frase
8.
Pada usia 24 bulan belum mampu mengetengahkan ungkapan
yang terdiri ari 2 buah kata.
9.
Pada usia 30 bulan ucapannya tidak dapat dimengerti
oleh anggota keluarganya
10. Pada
usia 36 bulan belum dapat menggunakan kalimat-kalimat sederhana
11. Pada
usia 36 bulan tidak bisa bertanya dengan menggunakan kalimat tanya yang
sederhana.
12. Pada
usia 3,5 tahun selalu gagal untk menyebutkan kata akhir (ca untuk cat, ba untuk
ban dan lain-lain)
C. Perkembangan Berbicara/Bahasa Normal pada Toddler
Menurut Towne
perkembangan berbicara dan berbahasa pada anak normal usia todler adalah
sebagai berikut :
Umur
|
Bahasa Reseptif (Pasif)
|
Bahasa Ekspresif (Aktif)
|
12 bulan
|
Reaksi dengan melakukan gerakan
terhadap berbagai pertanyaan verbal
|
Mengungkapkan kesadara tentang
obyek yang telah akrab dan menyebut namanya
|
15 bulan
|
Mengetahui dan mengenali
nama-nama bagian tubuh
|
Kata-kata yang benarterdengar
diantara kata-kata yang kacau, sering dengan disertai gerakan tubuhnya.
|
18 bulan
|
Dapat mengetahui dan mengenali
gambar-gambar obyek yang sudah akrab dengannya, jika obyek disebut namanya
|
Lebih banyak menggunakan
kata-kata daripada gerakan, untuk mengungkapkan keinginannya.
|
21 bulan
|
Akan mengikuti petunjuk yang
berurutan (ambil topimu dan letakkan diatas meja)
|
Mulai mengkombinasikan
kata-kata (mobil papa, mama berdiri)
|
24 bulan
|
Mengetahui lebih banyak kalimat
yang lebih rumit.
|
Menyebut nama sendiri
|
Sedangkan
Fusco (2002) mengatakan bahwa perkembangan bahasa pada usia todler antara lain
:
12 bulan
•
Anak berkata 3-5 buruf
•
Anak mengenal namanya sendiri
•
Memahami perintah sederhana
•
Anak memahami beberapa obyek dan aktivitas
18 bulan
•
Anak menggunakan 10-20 kata termasuk nama dirinya.
•
Mengenali obyek berupa foto keluarga atau orang yang
dikenalnya.
•
Dapat mengkombinasikan 2 suku kata
•
Anak senang meniru kegiatan dirumah
24 bulan
•
Anak memahami perintah sederhana
•
Mengidentifikasi kegiatan/aktivitas di dalam buku
•
Dapat berbicara rata-rata 3 kata
•
Bicara diakhiri dengan “s”
•
Anak bertahan dengan satu aktivitas selama 6-7 menit
•
Kosakata meningkat menjadi 300 kata, antara usia 2-4
tahun kosakata anak meningkat 2 kata perhari.
30 bulan
•
Kosakat meningkat menjadi 450 kata
•
Anak dapat menyebutkan nama anggota keluarga atau orang
yang dikenalnya.
•
Dapat mengidentifikasi obyek secara terperinci
•
Konsep awal dapat membedakan besar dan kecil
3 tahun
•
Anak dapat menyebutkan nama warna
•
Anak cenderung senang bercerita
•
Dapat bercerita tentang cerita sederhana.
•
Kosakata bertambah menjadi 1000 kata-kata.
•
Anak sering menyebut namanya dan jalan.
D.
Penatalaksanaan Klien dengan Gangguan Bahasa
Deteksi dan penanganan dini pada problem
bicara dan bahasa pada anak, akan membantu anak-anak dan orang tua untuk
menghindari atau memperkecil kemungkinan kelainan pada masa sekolah antara lain
yang dengan menggunakan pemeriksaan DDST.
Parameter penilaian perkembangan
dengan DDST
Aspek yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan DDSTadalah :
a.
Alat yang Digunakan
Y
Alat peraga : benang wol merah,
kismis/manik-manik, kubus warna merah-kuning-hijau- biru, permainan anak, botol
kecil, bola tenis, bel kecil, kertas, dan pensil.
Y
Lembar formulir DDST
Y
Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan
cara-cara melakukan tes dan cara menilainya.
b.
Prosedur DDST terdiri dari dua tahap, yaitu:
Y
Tahap pertama : secara periodik dilakukan pada
semua anak yang berusia 3 – 6 bulan, 9 – 12 bulan, 18 – 24 bulan, 3 tahun, 4
tahun, 5 tahun.
Y
Tahap kedua : dilakukan pada mereka yang
dicurigai adanya hambatan perkembangan pada tahap pertama kemudian dilarutkan
dengan evaluasi diagnostik yang lengkap.
c.
Penilaian
Penilaian apakah lulus (Passed: P), gagal (Fail: F), ataukah anak
tidak mendapat kesempatan melakukan tugas (No Opportunity: N.O). Kemudian
ditarik garis berdasarkan umur kronologis, yang memotong garis horisontal tugas
perkembangan pada formulir DDST. Setelah itu dihitung pada masing-masing
sektor, berapa yang P dan berapa yang F, selanjutnya berdasarkan pedoman, hasil
tes diklasifikasi dalam normal, abnormal, meragukan (Questionable) dan tidak
dapat dites (Untestable).
Y
Abnormal
-
Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2
sektor atau lebih
-
Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih
keterlambatan plus 1 sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan dan pada sektor
yang sama tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis
vertikal usia.
Y
Meragukan
-
Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau
lebih.
-
Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1
keterlambatan dan pada sektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang
berpotongan dengan garis vertikal usia.
Y
Tidak dapat dites
Apabila
terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau meragukan.
Y
Normal
Semua
yang tidak tercantum dalam kriteria tersebut di atas.
Setelah
terdeteksi terdapat masalah dalam perkembangan bahasa maka dapat dicarai
penyebabnya. Dengan perbaikan masalah medis seperti tuli konduksi dapat
menghasiklan perkembangan bahasa yang normal pada anak yang tidak retardasi
mental. Sedangkan perkembangan bahasa dan kognitif pada anak dengan gangguan
pendengaran sensoris bervariasi. Dikatakan bahwa anak dengan gangguan fonologi
biasaya prognosisnya lebih baik. Sedangkan gangguan bicara pada anak yang
itelegensinya normal perkembangan bahasanya lebih baik daripada anak yang
retardasi mental. Tetapi pada anak dengan gangguan yang multipel terutama
dengan gangguan pemahaman, gangguan bicara ekspresif atau kemampuan naratif
yang tidak berkembang pada usia 4 tahu, mempunyai gangguan bahasa yang menetap
pada usia 5,5 tahun.
Berikut ini penatalaksanaan kelainan bicara dan
bahasa menurut Blager (1981) :
Masalah
|
Penatalaksanaan
|
Rujukan
|
Lingkungan
a.
Sosek rendah
b.
Tekanan Keluarga
c.
Keluarga bisu
d.
Bahasa Bilingual
|
•
Meningkatkan stimulasi
•
Mengurangi tekanan
•
Meningkatkan stimulasi
•
Menyederhanakan masukan bahasa
|
•
Kelompok BKB (Bina Keluarga dan Balita) atau kelompok
bermain.
•
Konseling keluarga
•
Kelompok BKB
•
Ahli, terapi wicara
|
Emosi
a.
Ibu yang tertekan
b.
Gangguan serius pada keluarga
c.
Gangguan serius
|
•
Meningkatkan stimulasi
•
Meningkatkan status emosi anak
•
Meningkatkan status emosi anak
|
•
Konseling, kelompok
BKB/bermain
•
Psikoterapi
•
Psikoterapi
|
Masalah Pendengaran
a.
Kongenital
b.
Didapat
|
•
Monitor dan obati kalau memungkinkan
•
Monitor dan obati kalu memungkinkan
|
•
Audiologist/ahli THT
•
Audiologist/ahli THT
|
Perkembangan
lambat
a.
Dibawah rata-rata
b.
Perkembangan terlambat
c.
Retardasi mental
|
•
Meningkatkan stimulasi
•
Meningkatkan stimulasi
•
Maksimalkan potensi
|
•
Ahli terapi wicara
•
Ahli terapi wicara
•
Program khusus
|
Cacat
bawaan
a.
Palatum sumbing
b.
Sindrom Down
|
•
Monitor dan dioperasi
•
Monitor dan stimulasi
|
•
Ahli terapi setelah operasi
•
Rujuk ke ahli terapi wicara, SLB C, monitor
pendengarannya
|
Kerusakan
otak
a. Kerusakan neuromuskular
b. Sensorimotor
c.Palsi Serebralis
d.
Masalah persepsi
|
•
Atasi masalah makan dan meningkatkan kemampuan bicara
anak
•
Mengatasi masalah makan dan meningkatkan kemampuan
bicara anak
•
Mengoptimalkan kemampuan fisik kogntitif dan bicara
anak
•
Mengatasi masalah keterlambatan bicara
|
•
Rujuk ke ahli terapi kerja, ahli gizi, ahli patologi
wicara
•
Rujuk ke ahli terapi kerja, ahli gizi, ahli terapi wicara
•
Rujuk ke ahli rehabilitasi, ahli terapi wicara
•
Rujuk ke ahli patologi wicara , kelompok BKB
|
E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Anak
Terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh-
kembang anak, yaitu:
1.
Faktor Genetik
Termasuk
faktor genetik antara lain adalah berbagai faktor bawaan yang normal dan
patologik, jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa. Seperti sindrom Down,
sindrom Turner yang disebabkan oleh kelainan kromosom.
2.
Faktor Lingkungan
Y
Sosial Ekonomi Kurang
Anak dengan
keluarga sosial ekonomi kurang akan mengalami keterlambatan dalam berbahasa
karena fasilitas berbahasa dan pendidikan yang rendah pulan dari orang tua.
Y
Faktor Psikososial, antara lain: stimulasi,
motivasi belajar, hukuman yang wajar, kelompok sebaya, stres, sekolah, cinta
dan kasih sayang, kualitas interaksi anak-orang tua.
Y
Faktor Keluarga dan Adat Istiadat, antara lain:
pekerjaan/ pendapatan keluarga, pendidikan ayah/ibu, jumlah saudara, jenis
kelamin dalam keluarga, stabilitas rumah tangga, kepribadian ayah/ibu,
adat-istiadat, norma-norma, agama, urbanisasi, kehidupan politik dalam
masyarakat yang mempengaruhi prioritas kepentingan anak, angaran, dll.
(Soetjiningsih, 1998)
F. Stimulasi Dasar Perkembangan Bahasa pada
Toddler
1.
Usia 12 bulan
a.
Bicara, bahasa dan kecerdasan
Latih anak
menunjuk dan menyebutkan nama – nama bagian tubuh. Beri label secara sering
pada barang-barang yang diminati oleh anak, cukup dengan satu atau dua kata.
Jika anak berbicara untuk meminta barang maka pegang barang tersebut kemudian
beri label sebelum diberikan kepada anak sambil menyebutkan barang tersebut.
Lanjutkan dengan buku-buku berwarna dan bermain Ci Luk Ba.
b.
Bergaul dan bicara
Beri
kesempatan kepada anak untuk melepas pakaiannya sendiri.
2.
Usia 18 bulan
a.
Bicara, bahasa dan kecerdasan
Latih anak
mengikuti perintah sederhana. Bernyanyilah lebih sering untuk anak, gunakan
nada yang dikenal oleh anak ulangi dan ulangi lagi setiap hari. Kata-kata dalam
sebuah lagu dapat membuat anak menyesuaikan diri dengan situasi. Bicara dengan
bahasa sederhana, mudah dimengerti dan jelas. Tiru kata anak yang salah
kemudian perbaiki dengan kata yang jelas anak jika ada kesalahan ucap.
Diskusikan apa yang anak rasakan, dengar dan lakukan sepanjang hari.
b.
Bergaul dan mandiri
Latih agar anak mau ditinggalkan untuk sementara waktu
3.
Usia 2 tahun
a.
Bicara, bahasa dan kecerdasan
Latih anak
mengenal bentuk dan warna. Kata-kata baru terus diulng-ulang dan gunakan gerak
tubuh serta intonasi untuk memperjelas informasi. Ceritakan apa yang Ibu
lakukan dan buatlah dengan percakapan yang mudah dimengerti oleh anak. Ibu
dapat menggunakan beberpa pertanyaan untuk menstimulasi penambahan bahasa
dengan waktu yang singkat dan sering. Terlalu banyak pertanyaan akan membuat
anak frustasi jika tidak dapat meresponnya.
b.
Bergaul dan mandiri
Latih anak
mencuci tangan dan kaki serta mengeringkanya sendiri.
4.
Usia 2,5 tahun
Rangkaikan
suku kata dengan menggunakan “Saya, Dia” kemudian bentuk kalimat sederhana
seperti “Saya suka kue”. Bacakan cerita atau dongeng yang terkenal atau dikenal
oleh anak dan dorong anak untuk menceritakan apa yang terjadi atau mengulang
cerita yang sudah didengarkannya. Lanjutkan untuk mendengarkan atau bernyanyi
bersama lagu yang dikenal anak.
5.
Usia 3 tahun
Dorong
penambahan kosakata dengan melanjutkan untuk bercerita mengenai diri Ibu atau
aktivitas yang dilakukan Ibu sepanjang hari. Gunakan kata-kata yang sederhana
antara 4-5 kata ketika bercerita dengan anak. Anak berespon dengan bertanya dan
ajak anak bermain dan Ibu bermain layaknya seperti anak-anak.
DAFTAR PUSTAKA
Engel, joyce. (1998). Pengkajian
Pediatrik, Alih Bahasa Teresa, Jakarta : EGC
Beth cecily L, sowden Linda A. (2002). Buku Saku Keperawatan
Pediatrik,
Jakarta :
EGC.
Sacharin Rosa M. (1996). Prinsip Keperawatan Pediatrik. Alih
bahasa : Maulanny
R.F. Jakarta
: EGC
Markum, A.H. (1991). Buku Ajar
Anak. Jilid I, Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Soetjingsih.
(1995). Tumbuh Kembang Anak, jakarta : EGC
Suherman ( 1999
). Buku Saku Perkembangan Anak. Jakarta : EGC
……….,Modul NCHS
WHO. Unpublished
www.speechdelayed.com, Jeniffer Fusco
, 2002, Fruequently Asked Question, Colombus, OH 43311.
No comments:
Post a Comment