Juniartha Semara Putra
ASUHAN KEPERAWATAN
APENDIKSITIS
- Pengertian
Appendicitis is
inflammation of the vermiform appendikx caused by an obstruction of the
intestinal lumen from infection, stricture, fecll mass, foreign body, or tumor.
{Yaitu : peradangan pada apendiks vermiformis yang disebabkan oleh
sumbatan pada lumen intestinal karena infeksi, striktur, massa feses, benda asing atau tumor (
Lippincott, 1996 : 520 )}.
Apendisitis merupakan suatu peradangan appendiks yang mengenai semua
lapisan dinding organ tersebut (Price, 1994 : 401).
2. Etiologi
Appendisitis
disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh hiperplasia folikel limfoid,
benda asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya atau
neoplasma. Penyebab lain yang diduga yang menyebabkan appendisitis adalah erosi
mukosa appendiks karena parasit seperti E. histolytica. Penelitian epidemologi
menunujukkan peran kebiasaan makan makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi
terhadap timbulnya
appendisitis. Konstipasi akan menaikkan tekanan intra sekal yang berakibat timbulnya
sumbatan fungsional appendiks dan meninhkatnya pertumbuhan kuman flora kolon
biasa. Semuanya ini akan mempermudah timbulnya appendisitis.
3. Patofisiologi
Appendisitis mula - mula disebabkan oleh
sumbatan lumen (hiperplasia folikel limfoid, benda asing, striktur karena
fibrosis akibat peradangan sebelumnya, fekolit, atau neoplasma ).
Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami
bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak, menyebabkan peningkatan
tekanan intralumen. Karena tekanan tersebut menghambat aliran limfe yang
mengakibatkan edema, diapedesis bakteri dan ulserasi mukosa. Maka akan terjadi
appendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium. Bila sekresi dan
tekanan terus berlanjut menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah dan bajteri
akan menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum
setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah. Keadaan ini disebut
dengan “appendisitis supuratif akut”. Bila kemudian aliran arteri
terganggu akan terjadi infark dinding appendiks yang diikuti dengan ganggren.
Stadium ini disebut dengan “Apendisitis ganggrenosa”. Bila dinding telah
rapuh itu pecah akan terjadi perforasi.
1. Tanda
dan Gejala
Adapun tanda dan
gejala dari appendisitis antara lain :
a.
Biasanya ditemukan malaise, demam ringan (37,7O C),
konstipasi dan kadang-kadang diare sertra leukositosis moderat.
b.
Bila ruptur appendiks terjadi, nyeri sering kali hilang secara dramatis
untuk sementara.
c.
Gejala-gejala permulaan adalah nyeri atau perasaan tidak enak sekitar
umbilikus, diikuti nausea, muntah. Dalam 2 - 12 jam nyeri akan beralih ke
kuadran kanan bawah, yang akan menetap dan diperberat bila berjalan dan batuk.
d. Mungkin
terdapat nyeri tekan sekitar titik Mc Burney, kemudian dapat timbul spasme otot
dan nyeri lepas.
e.
Umumnya nafsu makan menurun (
Anoreksia ).
2. Pemeriksaan
Diagnostik
a.
SDP : leukositosis di atas 12.000 / mm3 , neutrofil
meningkat sampai 75 %.
b.
Pemeriksaan urin : untuk
membedakan dengan kelainan pada ginjal dan saluran kemih.
c.
Foto abdomen : dapat
menyatakan adanya pengerasan material pada apendiks (fekalit), ileus
terlokalisir.
3. Komplikasi
Di bawah ini terdapat beberapa komplikasi dari
appendisitis, yaitu :
a.
Perforasi (75 % dari kasus).
b.
Abses.
c.
Peritonitis.
4. Penatalaksanaan
Medis
a. Sebelum operasi
1). Observasi.
Dalam 8 – 12 jam setelah timbulnya
keluhan, tanda dan gejala sering kali belum jelas. Observasi ketat perlu
dilakukan. Pasien diminta untuk melakukan tirah baring dan dipuasakan.
Pemeriksaan abdomen dan rectal serta pemeriksaan darah diulang secara periodik.
2). Intubasi
bila perlu.
3). Antibiotik
b. Pembedahan
Intervensi bedah
meliputi appendiktomi dalam 24-48 jam awitan manifestasi. Pembedahan dapat
dilakukan melalui insisi kecil atau laparoskopis. Bila operasi dilakukan pada
waktunya laju mortalitas kurang dari 0,5 %. Penundaan selalu menyebabkan ruptur
organ dan akhirnya peritonitis. Bila terjadi perforasi klien memerlukan
antibiotik dan bedah drainase.
c. Pasca operasi
Perlu dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk mengetahi terjadinya
perdarahan di dalam, syok, hipertermi atau gangguan pernafasan. Baringkan
pasien dalam posisi fowler.
Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan. Selama
itu pasien dipuasakn. Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk
tegak di tempat tidur selama 2 x 30 menit. Pada hari kedua dapat berdiri dan duduk di luar kamar. Hari ketujuh jahitan
dapat diangkat dan pasien dapat diperbolehkan pulang.
No comments:
Post a Comment