Juniartha Semara Putra
3. TUJUAN PENULISAN
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker merupakan masalah paling utama dalam bidang
kedokteran dan merupakan salah satu dari 10 penyebab kematian utama di dunia
serta merupakan penyakit keganasan yang bisa mengakibatkan kematian pada
penderitanya karena sel kanker merusak sel lain. Sel kanker adalah sel normal
yang mengalami mutasi/perubahan genetik dan tumbuh tanpa terkoordinasi dengan
sel-sel tubuh lain. Proses pembentukan kanker (karsinogenesis) merupakan
kejadian somatik dan sejak lama diduga disebabkan karena akumulasi perubahan
genetik dan epigenetik yang menyebabkan perubahan pengaturan normal kontrol
molekuler perkembang biakan sel. Perubahan genetik tersebut dapat berupa
aktivasi proto-onkogen dan atau inaktivasi gen penekan tumor yang dapat memicu
tumorigenesis dan memperbesar progresinya (Syaifudin, 2007).
Kanker paru adalah salah satu jenis penyakit paru yang
memerlukan penanganan dan tindakan yang cepat dan terarah. Penegakan diagnosis
penyakit ini membutuhkan ketrampilan dan sarana yang tidak sederhana dan
memerlukan pendekatan multidisiplin kedokteran. Penyakit ini membutuhkan kerja
sama yang erat dan terpadu antara ahli paru dengan ahli radiologi diagnostik,
ahli patologi anatomi, ahli radiologi terapi dan ahli bedah toraks, ahli
rehabilitasi medik dan ahli-ahli lainnya (PDPI, 2003).
Menurut data jenis kanker yang menjadi penyebab kematian
terbanyak adalah kanker paru, mencapai 1,3 juta kematian pertahun. Disusul
kanker lambung (mencapai lebih dari 1 juta kematian pertahun), kanker hati (sekitar
662.000 kematian pertahun), kanke usus besar (655.000 kematian pertahun), dan
yang terakhir yaitu kanker payudara (502.000 kematian pertahun) (WHO 2005 dalam
Lutfia, 2008).
Di Amerika Serikat kematian karena kanker paru mencapai 36%
dari seluruh kematian kanker pada laki-laki, merupakan urutan pertama penyebab
kematian pada laki-laki (Mangunnegoro, 1990). Mayo Lung mendapatkan kematian
akibat kanker paru terhadap penderita kanker paru didapatkan angka 3,1 per 1000
orang tiap tahun (Alsagaf, 1995).
Pengobatan atau penatalaksaan penyakit ini sangat bergantung
pada kecekatan ahli paru untuk mendapatkan diagnosis pasti. Penemuan kanker
paru pada stadium dini akan sangat membantu penderita, dan penemuan diagnosis
dalam waktu yang lebih cepat memungkinkan penderita memperoleh kualitas hidup
yang lebih baik dalam perjalanan penyakitnya meskipun tidak dapat
menyembuhkannya. Pilihan terapi harus dapat segera dilakukan, mengingat
buruknya respons kanker paru terhadap berbagai jenis pengobatan. Bahkan dalam
beberapa kasus penderita kanker paru membutuhkan penangan sesegera mungkin
meski diagnosis pasti belum dapat ditegakkan. Kanker paru dalam arti luas
adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang berasal dari
paru sendiri maupun keganasan dari luar paru (metastasis tumor di paru). Dalam
pedoman penatalaksanaan ini yang dimaksud dengan kanker paru ialah kanker paru
primer, yakni tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus atau karsinoma
bronkus (bronchogenic carcinoma). Menurut konsep masa kini kanker adalah
penyakit gen. Sebuah sel normal dapat menjadi sel kanker apabila oleh berbagai
sebab terjadi ketidak seimbangan antara fungsi onkogen dengan gen tumor
suppresor dalam proses tumbuh dan kembangnya sebuah sel.Perubahan atau mutasi
gen yang menyebabkan terjadinya hiperekspresi onkogen dan/atau kurang/hilangnya
fungsi gen tumor suppresor menyebabkan sel tumbuh dan berkembang tak
terkendali. Perubahan ini berjalan dalam beberapa tahap atau yang dikenal
dengan proses multistep carcinogenesis. Perubahan pada kromosom,
misalnya hilangnya heterogeniti kromosom atau LOH juga diduga sebagai mekanisme
ketidak normalan pertumbuhan sel pada sel kanker. Dari berbagai penelitian
telah dapat dikenal beberapa onkogen yang berperan dalam proses karsinogenesis
kanker paru, antara lain gen myc, gen k-ras sedangkan kelompok gen tumor
suppresor antaralain, gen p53, gen rb. Sedangkan perubahan kromosom pada lokasi
1p, 3p dan 9p sering ditemukan pada sel kanker paru (PDPI, 2003).
1.2 . RUMUSAN MASALAH
Kurangnya pemahaman
masyarakat terhadap Penyakit CA Paru.
I.
|
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi
ilmiah kepada sesama mahasiswa khususnya dan masyarakat secara umum tentang CA Paru. Selain itu juga diharapkan adanya pengembangan untuk pengobatan penyakit berdasarkan
informasi yang terdapat dalam makalah.
I.
4. METODE PENULISAN
Metode
penulisan yang digunakan dalam menyusun makalah ini adalah metode pustaka dan
studi literatur. Dengan metode ini, penulis mencari dan mengumpulkan informasi
penting yang sesuai dengan topik penulisan dari berbagai sumber seperti beberapa
buku, artikel dan website atau situs-situs internet yang terkait.
I. 5.
SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan makalah ini
terdiri dari tiga bab, yaitu Bab I: Pendahuluan, terdiri atas Latar Belakang,
Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan, dan Sistematika
Penulisan. Bab II: Pembahasan,Bab III: Asuhan Keperawatan
serta Bab IV: Penutup, yang terdiri atas Kesimpulan dan Saran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Review Anfis
Sistem Pernafasan
Bernapas adalah sebuah
proses yang dilakukan oleh sebagian besar mahluk hidup di muka bumi ini. Dalam
prosesnya, bernapas juga memerlukan suatu sistem yang kita kenal sebagai sistem
pernapasan. Di dalam sistem pernapasan, kita memiliki apa yang disebut sebagai
saluran pernapasan. Saluran pernapasan merupakan sebuah saluran yang berawal
dari hidung ataupun mulut dan berakhir di paru-paru.
Saluran
pernapasan kita terdiri dari saluran hidung à
faring à laring à trakea à
bronkus à bronkiolus à alveolus. Saluran pernapasan ini bisa
dibagi menjadi dua yaitu saluran pernapasan atas dan juga saluran pernapasan
bawah. Saluran pernapasan atas
dimulai dari saluran hidung hingga faring. Walaupun mempunyai sistem pertahanan
tersendiri pada saluran pernapasan, namun saluran pernapasan ini juga rentan
terhadap berbagai macam penyakit, misalnya saja yang sering kita kenal sebagai
infeksi saluran pernapasan.
Sistem pernafasan meliputi :
Rongga hidung terdiri dari benjolan seperti rak yaitu
turbinat yang bekerja seperti kisi-kisi radiator untuk menghangatkan,
melembabkan dan menyaring udara inspirasi mukosa rongga ini memiliki banyak
pembuluh darah yang bervaria. Laring adalah suatu katuk yang rumit pada
persimpangan antara lintasan makanan dan lintasan udara. Laring terangkat
dibawah lidah saat menelan dan karenanya mencegah makanan masuk ke trakeaaring
berperan untuk pembentukan suara dan untuk melindungi jalan nafas terhadap
masuknya makanan dan cairan karena itu dapat menyebabkan batuk bila terserang
Trakea dipertahankan terbuka oleh
cincin-cincin kartilago berbentuk huruf c, trakea yang bercabang menjadi dua
brnkus setiap cabang-cabangnya kemudian bercabang kembali kedalam paru,
akhirnya berujung dalam kantog tipis. Alvioli jalan
nafas yang lebih besar ini mempunyai lempeng-lempeng kartilago dindingnya untuk
mencegah kempesnya selama perubahan tekanan dalam paru-paru. Cabang-cabang
trakea dilapisi dengan silia yaitu epitalium yang menghabiskan lendir, debu-debu
tertangkap mukosa kemudian di sapu kelaring oleh silia dan dibatukan keluar
Bronkus bercabang lagi dan seterusnya
menjadi makin kecil yang membentuk bronkiolus yang tidak memiliki penyokong
kartilago, tetapi memiliki dinding otot polos yang dapat berkontraksi untuk
penyempitan jalan nafas
Paru-paru adalah struktur elastis
seperti spon, paru-paru berada dalam rongga torak yang terkandung dalm susunan
tulang iga dan letaknya disebelah kiri dan kanan media stinum. Alveoli
dibungkus oleh anyaman kapiler yang sangat halus yang mengandung darah. Udara
dan darah berhubungan lewat dinding tipis hanyan dua sel yang tebal. Disini
pertukaran gas terjadi melalui difusi ( Monika Ester. 1999 )
2.2 Definisi
Kanker paru adalah abnormalitas dari
sel-sel yang mengalami proliferasi dalam paru (underwood, patologi, 2000)
Kanker paru adalah tumbuhnya keganasan
yang berasal dari sel efitel dan sistem pernapasan bagian bawah yang bersifat
efitelia serta berasal dari mukosa percabangan broncus ( sylvia,1995:843 )
Kanker paru adalah tumor paru ganas
primer yang berasal dari saluran nafas ( Taprani 1996:234 )
Kanker paru merupakan keganasan pada
jaringan paru (price, patofisiologi, 1995)
Jadi dari beberapa pengertian di atas
dapat disimpilkan kanker paru merupakan abnormalitas dari sel-sel yang
mengalami proliferasi dalam paru dan tumbuhnya keganasan yang berasal dari sel
epitel.
2.3 Etiologi
Meskipun etiologi sebenarnya dari kanker paru belum
diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang agaknya bertanggung jawab dalam peningkatan
insiden kanker paru :
Merokok.
Tak diragukan lagi merupakan faktor
utama. Suatu hubungan statistik yang defenitif telah ditegakkan antara perokok
berat (lebih dari dua puluh batang sehari) dari kanker paru (karsinoma
bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai kecenderung sepuluh kali lebih
besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya
dan telah meninggalkan kebiasaannya akan kembali ke pola resiko bukan perokok
dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan dalam
ter dari tembakau rokok yang jika dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan
tumor.
Radiasi.
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di
Schneeberg dan penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal akibat
kanker paru) berkaitan dengan adanya bahan radioaktif dalam bentuk radon. Bahan ini
diduga merupakan agen etiologi operatif.
Kanker paru akibat kerja.
Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar
dengan karbonil nikel (pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja
pemecah hematite (paru – paru hematite) dan orang – orang yang bekerja dengan
asbestos dan dengan kromat juga mengalami peningkatan insiden.
Polusi udara.
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang
lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui
adanya karsinogen dari industri dan uap diesel dalam atmosfer di kota. (
Thomson, Catatan Kuliah Patologi,1997).
Genetik.
Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam
kanker paru, yakni:
1)
Proton oncogen.
2)
Tumor suppressor gene.
3)
Gene encoding enzyme.
Diet.
Dilaporkan bahwa rendahnya konsumsi betakaroten, seleniumdan
vitamin A menyebabkan tingginya resiko terkena kanker paru. (Ilmu Penyakit
Dalam, 2001).
2.4
Patofisiologi
kanker paru merupakan tumbuhnya sel
epitel dalam sistem pernafasan bagian bawah yang berasal percabangan bronkus
dan diperkirakan bahwa inhalasi jangka panjang dari bahan karsino genetik
diantaranya rokok yang mengandung neutal fraktion dan basik fraktion, polusi
udara, faktor genetik, terpajan zat karsinogen, dan diit yang tidak baik.
Bahan bahan tersebut masuk kesaluran pernafasan dan menyebar melalui
alveolus, lobus paru, dan jaringan paru sehingga merangsang pertumbuhan
sel yang abnormal kemudian terjadilah tumor paru sehingga disana
terjadidiantaranya mtatase pada bagian-bagian paru seperti pada bagian
traktus superior pada kerja silia menurun dan muskularis disaluran
pernafasan disana terdapat penumpukan sekret maka terjadi sesak nafaf.
Terjadinya metastase didaerah paru plura dinding paru, tulang, atau syaraf,
dicolumna vetebralis torakal dan lumbal dapat terjadi infasi pad asyaraf nyeri
kronik dan keterbatasan gerakan dinding dada sehingga sekret tidak bisa
dikeluarkan dan tertelan ditraktus digestifus maka mengakibatkan mual.
Pada lobus paru mak dilakukan tindakan medis yaitu pembedahan (lobustomi) pada
bagian lumbal atau columna vetebralisyang akan mengakibatkan klien keterbatasan
gerak.
Metastase epiglotis mengakibatkan suara serak, tidak jelas dan hilang dan pada
metastase sistem peredaran darah dapat mengenai kerja jantung pada arteri
koronaria sehingga terjadi infark miokard, gangguan fungsi jantung dan penurunan
kerja jantung
Metastase pada pleura dinding paru, tulang dan saraf, dikolumna vetebralis
toraka dan lumbal dapat terjadi infasi pada saraf, nyeri kronik dan
keterbatasan dinding dada sehingga sekret tidak bisa dikeluarkan dan tertelan sehingga
mengakibatkan mual
(Tabrani rab, 1996)
2.5 Manifestasi
klinis
Keluhan utama:
1)
Batuk-batuk dengan/tanpa dahak
(dahak putih, dapat juga purulen) lebih dari 3 minggu
2)
Batuk darah
3)
Sesak napas
4)
Suara serak
5)
Nyeri dada yang persisten
6)
Sulit/sakit menelan
7)
Benjolan di pangkal leher
8)
Sembab muka dan leher, kadang-kadang
disertai sembab lengan dengan rasa nyeri yang hebat.
Tidak jarang yang pertama terlihat
adalah gejala atau keluhan akibat metastasis di luar paru, seperti kelainan
yang timbul karena kompresi hebat di otak, pembesaran hepar atau patah tulang.
Ada pula gejala dan keluhan tidak khas seperti :
1)
Berat badan berkurang
2)
Nafsu makan hilang
3)
Demam hilang timbul
4) Sindrom paraneoplastik, seperti
hypertrophic pulmonary osteoartheopathy, trombosis vena perifer dan neuropatia.
2.7 Komplikasi
a.
Hematorak
b.
Peneumutorak
c.
Empiema
d.
Endokarditis
e.
Abses paru
f.
Atetektasis
2.8 Pemeriksaan
diagnostic
Radiologi.
1) Foto Thorax
Posterior-Anterior (PA) dan lateral serta Tomografi dada.
Merupakan
pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru.
Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara pada
bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
2)
Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
Laboratorium.
1) Sitologi (sputum, pleural, atau nodus
limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
2) Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi
kebutuhan ventilasi.
3) Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum
pada kanker paru).
Histopatologi.
1)
Bronkoskopi.
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
2) Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan
TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2 cm,
sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
3)
Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara torakoskopi.
4)
Mediastinosopi.
Umtuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.
Umtuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.
5)
Torakotomi.
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam-macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam-macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
Pencitraan.
1) CT-Scanning,
untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
2) MRI, untuk
menunjukkan keadaan mediastinum.
2.9 Penatalakasanaa
Tujuan
pengobatan kanker dapat berupa :
1) Kuratif
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka
harapan hidup klien.
2)
Paliatif.
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
3)
Rawat rumah (Hospice care) pada
kasus terminal.
Mengurangi
dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga.
4) Supotif.
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi.
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi.
(
Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, 2000
Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit
paru lain, untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan
sebanyak mungkin fungsi paru – paru yang tidak terkena kanker.
1)
Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkomfirmasi diagnosa
tersangka penyakit paru atau toraks khususnya karsinoma, untuk melakukan
biopsy.
2)
Pneumonektomi pengangkatan paru).
Karsinoma
bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat.
3)
Lobektomi (pengangkatan lobus paru).
Karsinoma bronkogenik yang terbatas
pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi
jamur; tumor jinak tuberkulois.
4)
Resesi segmental
Merupakan
pengankatan satau atau lebih segmen paru.
5)
Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas,
tumor metas metik, atau penyakit peradangan yang terlokalisir. Merupakan
pengangkatan dari permukaan paru – paru berbentuk baji (potongan es).
6) Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris)
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris)
Radiasi
Radioterapi adalah penggunaan sinar pengion
dalam upaya mengobati penderita kanker. Prinsip radioterapi adalah mematikan
sel kanker dengan memberikan dosis yang tepat pada volume tumor / target yang
dituju dan menjaga agar efek radiasi pada jaringan sehat disekitarnya tetap
minimum
Kemoterafi.
Kemoterapi adalah upaya untuk membunuh sel-sel kanker dengan
mengganggu fungsi reproduksi sel. Kemoterapi merupakan cara pengobatan kanker
dengan jalan memberikan zat/obat yang mempunyai khasiat membunuh sel kanker.
2.10 Woc
ASPEK SECARA UMUM
Pengkajian
Biodata klien
Nama, umur, jenis kelamin,
pekerjaan, alamat, agama, tanngal pengkajian, tanggal masuk, No. MR, Dx Medis
dan lain-lain.
Riwayat kesehatan
1) Riwayat
kesehatan sekarang
Klien mengatakan nyeri pada bagian dada kanan, dan nafas
sesak disertai nafsu makan berkurang, tubuh lemah, batuk atau batuk berdarah
2)
Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya klien pernah dirawat dengan tumor paru
Biasanya klien pernah merokok,
Biasanya disebabkan oleh polusi udara seperti debu dan
asap pabrik
Biasanya klien pernah mengalami penyaki
saluran pencernaan
3)
Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya ada anggota keluarga klien yang menderita
penyakit tumor paru
Biasanya anggota keluarga klien pernah
menderita penyakit saluran pernafasan
Pemeriksaan fisik
1)
Aktifitas/istirahat
Gejala
: Kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasan rutin dispnea aktivitas
Tanda
: Kelesuhan ( biasanya tahap lanjut ) Aktivitas/istirahat
2)
Sirkulassi
Gejala
: JVD (obstruksi vena kava)
Tanda
: Tacikardi/disritmia
3)
Integritas ego
Gejala
: Perasaan takut, takut hasil pembedahan menolak kondisi yang berat/potensial keganasan
Tanda :
Kegelsahan, imsonia, pertanyaanyang diulang-ulang
4)
Eliminasi
Gejala
: Diare yang hilang timbul ( ketidak seimbangan hormonal, karsional sel kecil)
Tanda
: Peningkatan frekuensi/jumlah urine (ketidakseimbangan hormonal tumor
epidermoid )
5)
Makanan / cairan
Gejala
: penurunan BB, nafsu makan buruk, penurunan masukan makanan, kesulitan menelan
Tanda
: kurus kerempeng atau penampilan kurang berbobot (tahap lanjut), edema
wajah/leher,dada, punggung (obstruksi vene kava) edema wajah/periorbital
(ketidakseimbangan, hormonal, karsinoma sel kecil) glukosa dalam urine
(ketidakseimbangan hormonal tumor epidermid)
6)
Nyeri / kenyamanan
Gejala
: Nyeri dada (ketidakbiasaannya ada pad atahap dini dan tidak
selalu pada tahap lanjut) dimana dapat tidak dapat dipengaruhi oleh perubahn
posisi.nyeri bahu tangan (khususnya pada sel besar adenokarsinoma). nyeri
tulang sendi : erosi kartilago sekunder terhadap peningkatan hormon pertumbuhan
(sel besra atau adenokarsinoma).nyeri abdomen hilang timbul.
7)
Pernafasan
Gejala
: Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya atau
produksi sputum, nafas pendek. Pakarja yang terpejam polutan, debu industri
(misalnya abses obsida besi debu batu bara, materi radio aktif), dan
riwayat merokok
Tanda
: dispenea, meningkat dengan bekerja peningkatan freemitus taktil (menunjukan
konsulidasi). krekel/mengi pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan aliran
udara) hemopitis.
8)
Keamanan
Tanda
: Demam mungkin ada (sel besar atau adenokarsinoma) kemerahan, kulit pucat
(ketidakseimbangan karsinoma sel kecil)
9)
Seksualitas
Tanda
: Ginekomasatik (prubahan
hormon neo plastik, karsinoma sel besar), amenorea/impotent.
10) Penyuluhan /
pembelajaran
Gejala
: faktor redikao keluarga kankar khususnya paru tuberkulosis
(Sumber : Doengoes Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan
edisi 3 EGC)
Diagnosa Keperawatan
Preoperasi Gale, Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi,
2000,dan Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, 1999)
1)
Kerusakan Pertukaran Gas b/d : Hipoventilasi
2)
Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d : kehilangan fungsi silia jalan nafas,
peningkatan jumlah atau viskositas secret paru, meningkatnya jalan nafas
3)
Ketakutan atau ansietas b/d : factor psikologis, perubahan status kesehatan,
takut mati
4)
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d iintake yang tidak
adekuat
5)
Gangguan pola nafas b/d penurunan ekspansi paru
6)
Gangguan komunikasi verbal b/d tidak dapat bicara
7)
Kelebihan volume cairan b/d peningkatan natrium/retensi urine
8)
Nyeri b/d invasi kanker ke pleura, dinding dada
Pasca operasi
(Doengoes, Rencana Asuhan Keperawatan, 1999)
1)
Kerusakan pertukaran gas b/d: pengangkatan jaringan paru, gangguan suplai
oksigen, penurunan kapasitas pembawa oksigen darah/ kehilangan darah
2)
Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d : peningkatan jumlah atau fiskositas
sekret, keterbatasan gerakan dada/nyeri, kelemahan atau kelelahan
3)
Nyeri atau akut b/d: insisi bedah, trauma jaringan, dan gangguan saraf internal
4)
Ansietas b/d : krisis situasi, ancaman atau perubahan status kesehatan, ancaman
kematian
5)
Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, prognosis b/d kurang mengingat
atau kurang informasi
Rencana keperawatan
No.
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Tujuan/k.
Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
2.
|
Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d penumpukan secret.
Kerusakan pertukaran gas b/d obstruksi bronkus.
|
Jalan nafas kembali efektif.
Kt
: Menunjukkan
-
Hilangnya dispreu
-
Tidak ada secret.
-
TTV dbn.
RR ± 16-20 X.
Kerusakan pertukaran gas dapat teratasi dengan baik.
Kh
: menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenisasi.
|
-
Catat upaya dan perubahan pola
nafas.
-
Observasi pada expansi dinding
dada.
-
Catat karakteristik batuk (Mis.
Menetap,efektif, takefektif) juga karakteristik sputum.
-
Kolaborasi pemberian bronkudikator
ex. Aminophilin, albuterol, dll.
-
Kaji status pernapasan (follow up)
-
Catat adanya bunyi tambahan mis:
krekles,mengi.
-
Kaji adanya slanusi.
-
Kolaborasi gambar seri GDA.
|
-
Pengunaan otot interkostal
abdominal dan pelebaran nasal menunjukkan pelebaran upaya bernafas.
-
Ekspedisi dada terbatas karena
adanya penumpukan secret / supulum.
-
Batuk dapat berubah tergantung
pada penyebabnya.
-
Obat untuk menghilangkan spasme
bronkus, menghilangkan viskositas secret.
-
Dispnea merupakan komponesasi
terhadap adanya tahanan jalan nafas.
-
Bunyi nafas dapat menghilangkan
krekles menunjukkan bukti adanya menjukkan cairan dalam area jaringan.
-
Oksigenisasi bermakna sebelum
sianosis.
-
Menunjukkan vertilasi atau
oksigenasi.
|
Implementasi
Melaksanakan seluruh Asuhan
keperawatan pada klien dengan penyakit KANKER PARU-PARU agar di peroleh
kondisi klien yang optimal.
Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan sesuai
dengan criteria hasil yang diharapkan dan melanjutkan merencanakan kembali
intervensi keperawatan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Kanker merupakan masalah paling utama dalam bidang
kedokteran dan merupakan salah satu dari 10 penyebab kematian utama di dunia
serta merupakan penyakit keganasan yang bisa mengakibatkan kematian pada
penderitanya karena sel kanker merusak sel lain. Sel kanker adalah sel normal
yang mengalami mutasi/perubahan genetik dan tumbuh tanpa terkoordinasi dengan
sel-sel tubuh lain. Proses pembentukan kanker (karsinogenesis) merupakan
kejadian somatik dan sejak lama diduga disebabkan karena akumulasi perubahan
genetik dan epigenetik yang menyebabkan perubahan pengaturan normal kontrol
molekuler perkembang biakan sel.
Saran
Dengan
adanya makalah sederhana ini, penyusun mengharapkan agar para pembaca dapat
memahami materi tentang CA Paru. Saran dari penyusun agar para pembaca dapat
menguasai materi singkat dalam makalah ini dengan baik, kemudian pembaca dapat
mengetahui cara pencegahan dari penyakit Ca Paru dan mengetahui cara mengobatinya.
DAFTAR PUSTAKA
Gofar,Abdul.(2009). Cara mudah mengenal dan
mengobati kanker. Jakarta : Flamingo.
Doengoes,M.(1999) rencana Asuhan Keperawatan :
Pedoman untuk Perencanaan dan pendokumentasian
perawatan pasien, edisi 3, Jakarta :EGC
Brunner dan Sudarth.(2002). Keperawatan Medical
bedah, Edisi 8, Jakarta ,EGC.
Arif Muttaqin.Asuhan Keperawatan klien dengan
gangguan system pernafasan.Salemba Medika
No comments:
Post a Comment